Cara Shalat dan Memakamkan Jenazah

Cara Menyolati dan Memendam Mayit. Shalat jenazah berbeda dengan sholat biasa: ia dilakukan tanpa rukuk dan sujud. Hanya berdiri dan bertakbir sebanyak empat kali. Soal pemakaman atap memendam mayit, maka harus dipastikan menghadap kiblat dengan posisi miring. Dalam konteks Indonesia, kepala mayit berada di utara dan tubuh miring ke arah kanan.
Cara Shalat dan Memakamkan Jenazah
Cara Menyolati dan Memendam Mayit. Shalat jenazah berbeda dengan sholat biasa: ia dilakukan tanpa rukuk dan sujud. Hanya berdiri dan bertakbir sebanyak empat kali. Soal pemakaman atap memendam mayit, maka harus dipastikan menghadap kiblat dengan posisi miring. Dalam konteks Indonesia, kepala mayit berada di utara dan tubuh miring ke arah kanan.

Nama kitab: Terjemah Kitab Fathul Qorib
Judul kitab asal: Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب أو القول المختار في شرح غاية الإختصار)
Pengarang: Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili
Bidang studi: Fiqih madzhab Syafi'i

Daftar Isi


(ويكبر عليه) أي الميت إذا صلى عليه (أربع تكبيرات) بتكبيرة الإحرام، ولو كبر خمساً لم تبطل، لكن لو خمس إمامه لم يتابعه بل يسلم أو ينتظره ليسلم معه وهو أفضل و(يقرأ) المصلي (الفاتحة بعد) التكبيرة (الأولى) ويجوز قراءتها بعد غير الأولى (ويصلي على النبي بعد) التكبيرة (الثانية) وأقل الصلاة عليه اللهم صل على محمد اللهم صل على محمد

(ويدعو للميت بعد الثالثة) وأقل الدعاء للميت، اللهم اغفر له وأكمله مذكور في قول المصنف في بعض نسخ المتن (وهو اللهم إن هذا عبدك وابن عبديك خرج من روح الدنيا وسعتها ومحبوبه وأحبائه فيها إلى ظلمة القبر، وما هو لاقيه كان يشهد أن لا إله إلا أنت وحدك لا شريك لك، وأن محمداً عبدك ورسولك، وأنت أعلم به منا، اللهم إنه نزل بك وأنت خير منزول به، وأصبح فقيراً إلى رحمتك، وأنت غني عن عذابه، وقد جئناك راغبين إليك شفعاء له، اللهم إن كان محسناً فزد في إحسانه، وإن كان مسيئاً فتجاوز عنه، ولقه برحمتك رضاك، وقه فتنة القبر وعذابه، وافسح له في قبره وجاف الأرض عن جنبيه ولقه برحمتك الأمن من عذابك حتى تبعثه آمناً إلى جنتك برحمتك يا أرحم الراحمين ويقول في الرابعة: اللهم لا تحرمنا أجره ولا تفتنا بعده، واغفر لنا وله ويسلم) المصلي (بعد) التكبيرة (الرابعة) والسلام هنا، كالسلام في صلاة غير الجنازة في كيفيته وعدده، لكن يستحب هنا زيادة ورحمة الله وبركاته

(ويدفن) الميت (في لحد مستقبل القبلة) واللحد بفتح اللام وضمها وسكون الحاء ما يحفر في أسفل جانب القبر من جهة القبلة قدر ما يسع الميت ويستره، والدفن في اللحد أفضل من الدفن في الشق إن صلبت الأرض والشق أن يحفر في وسط القبر كالنهر، ويبني جانباه ويوضع الميت بينهما، ويسقف عليه بلبن ونحوه، ويوضع الميت عند مؤخر القبر وفي بعض النسخ بعد مستقبل القبلة زيادة، وهي ويسل من قبل رأسه سلاً برفق لا بعنف، ويقول الذي يلحده: بسم الله وعلى ملة ورسول الله.

(ويضجع في القبر بعد أن يعمق قامة وبسطة) ويكون الإضجاع مستقبل القبلة على جنبه الأيمن، فلو دفن مستدبر القبلة أو مستلقياً نبش ووجه للقبلة ما لم يتغير (ويسطح القبر) ولا يسنم (ولا يبني عليه ولا يجصص) أي يكره تجصيصه بالجص، وهو النورة المسماة بالجير (ولا بأس بالبكاء على الميت) أي يجوز البكاء عليه قبل الموت وبعده وتركه أولى ويكون البكاء عليه (من غير نوح) أي رفع صوت بالندب (ولا شق ثوب) وفي بعض النسخ جيب بدل ثوب والجيب طوق القميص

(ويعزي أهله) أي أهل الميت صغيرهم وكبيرهم ذكرهم وأنثاهم إلا الشابة فلا يعزيها إلا محارمها، والتعزية سنة قبل الدفن وبعده (إلى ثلاثة أيام من) بعد (دفنه) إن كان المعزي، والمعزي حاضرين فإن كان أحدهما غائباً امتدت التعزية إلى حضوره. والتعزية لغة التسلية لمن أصيب بمن يعز عليه، وشرعاً الأمر بالصبر والحث عليه بوعد الأجر، والدعاء للميت بالمغفرة، وللمصاب بجبر المصيبة، (ولا يدفن اثنان في قبر) واحد (إلا لحاجة) كضيق الأرض وكثرة الموتى.

Mensholati Mayat

Dan seseorang membaca takbir empat kali beserta takbiratul ihram saat mensholati mayat.

Dan seandainya ia melakukan takbir lima kali, maka sholatnya tidak batal.

Akan tetapi, seandainya imamnya membaca takbir lima kali, maka ia tidak usah mengikutinya, akan tetapi melakukan salam sendiri atau menanti sang imam dan melakukan salam bersamanya dan ini yang lebih utama.

Orang yang sholat jenazah, membaca surat Al Fatihah setelah takbir yang pertama. Dan boleh membaca Al Fatihah setelah takbir selain yang pertama.

Dan membaca sholawat untuk baginda Nabi saw setelah takbir kedua.

Minimal bacaan sholawat untuk baginda Nabi Saw adalah,
"اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ"

Dan berdo’a untuk mayat setelah takbir ketiga. Maka ia mengucapkan, minimal doa untuk mayat adalah,
"اللهم اغْفِرْ لَهُ"
“ya Allah ampunilah ia”

Dan doa yang paling sempurna disebutkan di dalam ucapan mushannif di dalam sebagian redaksi matan, yaitu,

اللهم إِنَّ هَذَا عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدَيْكَ خَرَجَ مِنْ رَوْحِ الدُّنْيَا وَسَعَتِهَا وَمَحْبُوْبِهِ وَأَحِبَّائِهِ فِيْهَا إِلَى ظُلْمَةِ الْقَبْرِ وَمَا هُوَ لَاقِيْهِ كَانَ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لَاشَرِيْكَ لَكَ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ وَأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا اللهم إِنَّهُ نَزَلَ بِكَ وَأَنْتَ خَبِيْرٌ مَنْزُوْلٌ بِهِ وَأَصْبَحَ فَقِيْرًا إِلَى رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ وَقَدْ جِئْنَاكَ رَاغِبِيْنَ إِلَيْكَ شُفَعَاءَ لَهُ اللهم إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِيْ إِحْسَانِهِ وَإِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ رِضَاكَ وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابَهُ وَ افْسَحْ لَهُ فِيْ قَبْرِهِ وَجَافِ الْأَرْضَ عَنْ جَنْبَيْهِ وَلَقِّهِ بِرَحْمَتِكَ الْأَمْنَ مِنْ عَذَابِكَ حَتَّى تَبْعَثَهُ آمِنًا إِلَى جَنَّتِكَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Artinya: “ya Allah sesungguhnya mayat ini adalah hamba-Mu dan putra dua hamba-Mu. Ia telah keluar dari kesenangan dan keluasan dunia, dari orang yang ia cintai dan para kekasihnya di dunia menuju gelapnya kubur dan apa yang akan ia temui di sana. Ia bersaksi sesungguhnya tidak ada tuhan selain Engkau, hanya Engkau, tidak ada sekutu bagi Engkau, dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu. Engkau lebih tahu terhadapnya daripada kami. Ya Allah, sesungguhnya ia telah singgah pada-Mu dan Engkau adalah Tuhan yang disinggahi. Ia telah menjadi orang yang sangat membutuhkan rahmat-Mu dan Engkau tidak butuh untuk meyiksanya. Sesungguhnya kami datang pada-Mu karena mencintai-Mu dan memohonkan syafaat untuknya. Ya Allah, jika ia adalah orang yang berbuat baik, maka tambahkanlah kebaikannya. Dan jika ia adalah orang yang berbuat jelek, maka temukanlah ia pada keridlaan-Mu sebab rahmat-Mu, lindungilah ia dari fitnah dan siksa kubur, luaskanlah ia di dalam kuburnya, renggangkanlah bumi dari kedua lambungnya, dan sebab rahmat-Mu temukanlah padanya rasa aman dari siksa-Mu hingga engkau bangunkan ia dalam keadaan aman menuju surga-Mu, dengan rahmat-Mu wahai Tuhan yang paling pemurah”.

Setelah takbir ke empat ia membaca do’a,

اللهم لَاتَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَاتَفْتِنَّا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ

“ya Allah, janganlah Engkau halangi pahalanya pada kami. Dan janganlah Engkau menfitnah kami setelah ia meninggal. Dan ampunilah kami dan dia”

Dan orang yang mensholati melakukan salam setelah takbir ke empat.

Bacaan salam di dalam sholat ini sama seperti bacaan salam di dalam selain sholat jenazah dalam tata cara dan jumlahnya, akan tetapi di sini disunnahkan untuk menambah lafadz, وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Cara Pemakaman

Seorang mayat dimakamkan di dalam lahd (luang landak) dengan menghadap kiblat.

Lahd, dengan huruf lam yang terbaca fathah dan dlammah, dan huruf ha’ yang terbaca sukun, adalah bagian yang digali di sisi liang kubur bagian bawah di arah kiblat kira-kira seukuran yang bisa memuat dan menutupi mayat.

Mengubur di dalam lahd itu lebih utama daripada mengubur di dalam syiqq jika postur tanahnya keras.

Syiqq adalah galian yang berada di bagian tengah liang kubur yang berbentuk seperti selokan air, di bangun kedua sisinya, mayat di letakkan di antara kedua sisi tersebut dan di tutup dengan bata mentah atau sesamanya.

Sebelum dimasukkan, mayat diletakkan di sisi belakang / bagian kaki kubur.

Di dalam sebagian redaksi, setelah kata-kata “menghadap kiblat”, ada tambahan keterangan.

Yaitu, mayat di turunkan ke liang kubur dimulai dari arah kepalanya, maksudnya dimasukkan dengan cara yang halus tidak kasar.

Orang yang memasukkan mayat ke liang lahd, sunnah mengucapkan,

بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Artinya: “dengan menyebut Nama Allah. Dan atas agama Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”

Dan mayat diletakkan di dalam kubur dengan posisi tidur miring setelah kubur tersebut digali sedalam ukuran orang berdiri dan melambaikan tangan.

Posisi tidur miring tersebut dengan menghadap kiblat dan bertumpuh pada lambung mayat sebelah kanan.

Seandainya mayat dikubur dengan posisi membelakangi kiblat atau terlentang, maka wajib digali lagi dan di hadapkan ke arah kiblat, selama mayat tersebut belum berubah.

Bentuk kubur tersebut diratakan, tidak dibentuk seperti punuk unta, tidak dibangun dan tidak di tajshish, maksudnya makruh men-tajshish­ kubur dengan gamping.

Jash adalah kapur yang diberi nama dengan gamping.

Menangisi Mayat

Tidak masalah/tidak apa-apa menangisi mayat, sebelum dan setelah meninggal dunia. Namun tidak menangis itu lebih utama.

Namun menangisi orang meninggal harus tidak sampai teriak-teriak disertai mengeluh dan tidak sampai menyobek pakaian.

Dalam sebagian redaksi mengguna-kan bahasa “jaib” sebagai ganti “tsaub”. Jaib adalah kera baju khamis.

Ta’ziyah (Ziarah ke Keluarga yang Ditinggal)

Sunnah ta’ziyah kepada keluarga mayat, baik yang kecil, besar, laki-laki, dan yang wanita kecuali wanita yang muda. Maka tidak dianjurkan melakukan ta’ziyah pada wanita yang muda selain orang-orang yang memiliki ikatan mahram dengannya.

Ta’ziyah sunnah dilakukan sebelum dan setelah pemakaman hingga tiga hari terhitung sejak setelah pemakaman, jika orang yang ta’ziyah dan yang dita’ziyahi tidak sedang bepergian.

Jika salah satunya sedang tidak ditempat, maka masa kesunnahan ta’ziyah tetap terus berlangsung hingga kedatangannya.

Secara bahasa ta’ziyah adalah menghibur orang yang terkena musibah sebab orang yang dikasihinya. Dan secara syara’ adalah perintah dan dorongan untuk bersabar dengan menjanjikan pahala dan berdo’a untuk mayat agar mendapat ampunan, dan untuk orang yang terkena musibah agar musibahnya mendapatkan ganti yang baik.

Tidak diperkenankan memakamkan dua orang di dalam satu kubur kecuali karena hajat seperti sempitnya lahan dan terlalu banyaknya orang yang meninggal dunia. [alkhoirot.org]
LihatTutupKomentar