Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua Silaturahim dengan Kerabat dan Keluarga Cinta dan Benci Karena Allah Bersahabat dengan Orang Baik Sikap Lemah Lembut

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua | Risalatul Muawanah

 Judul kitab/buku: Terjemah Risalah Muawanah, Risalatul Muawanah, Risalat al-Muawanah
Judul asal kitab: Risalah al-Muawanah wa al-Muzhaharah wa al-Muwazarah li al-Raghibin min al-Mukminin fi Suluk Thariq al-Akhirah
Judul asal dalam teks Arab: رسالة المعاونة والمظاهرة والموازرة  للراغبين من المؤمنين في سلوك طريق الآخرة
Judul bahasa Inggris:The Message of  God's favour
Penulis/pengarang: Abdullah al-Haddad
Nama lengkap: Al-Habib Abdullah ibn Alawi al-Hadad al-Hadrami al-Syafi'i (عبدالله بن علوي بن محمد الحداد)
Tempat, tahun lahir: Tarim, Hadramaut, Yaman pada Malam Kamis, 5 Safar 1044 H/ 30 Juli 1634 M.
Tempat, tahun wafat: Tarim, Hadramaut, Yaman pada Malam Selasa, 7 Dzulqa'adah 1132 H/ 10 September 1720 M (usia 86 tahun).
Bidang studi: Tasawuf
Penerjemah:

Daftar Isi

  1. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
  2. Silaturahim dengan Kerabat dan Keluarga
  3. Cinta dan Benci Karena Allah
  4. Bersahabat dengan Orang Baik
  5. Sikap Lemah Lembut
  6. Pendidikan dan Pengajaran
  7. Menghibur Orang Lain
  8. Menjenguk yang Tertimpa Musibah
  9. Memberi Solusi Kepada Yang Tertimpa Musibah
  10. Menghilangkan Gangguan di Jalan 
  11. Kembali ke: Terjemah Risalah Muawanah

91. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

(وعليك) ببر الوالدين فإنه من أوجب الواجبات
وإياك وعقوقهما؛ فإنه من أكبر الكبائر قال تعالى: (وقضى ربك أن لا تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحساناً) الآية والتي بعدها وقال تعالى: (أن اشكر لي ولوالديك) فانظر كيف قرن الأمر بالإحسان إليهما بتوحيده وشكرهما إياه بشكره فعليك بابتغاء مرضاتهما وامتثال أمرهما ما لم يكن معصية، واجتناب نهيهما ما لم يكن طاعة واجبة، وبإيثارهما على نفسك وتقديم مهماتهما على مهماتك.

Hendaklah engkau selalu berbakti kepada kedua orangtuamu karena hukumnya wajib, dan durhaka kepada keduanya tergolong dosa besar.

Maha Besar Allah dengan firman-Nya:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوْاإِلَّآإِيَّاهُ وَبِالْوَلِدَيْنِ إِحْسَنًا.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Allah dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orangtua dengan sebaik-baiknya…” (QS. Al-Isra’: 23)

Allah Ta’ala juga berfirman:

أَنِ اشْكُرْلِى وَلِوَلِدَيْكَ.

“Bersyukurlah kepada-Ku dan kedua orangtuamu …” (QS. Luqman: 14)

Renungkanlah, bagaimana Allah menyertakan perintah berbakti kepada kedua orangtua dengan bertauhid kepada-Nya, serta bersyukur kepada mereka berdua dengan bersyukur kepada-Nya?

Hendaklah engkau selalu mencari keridhaan mereka dan mengerjakan perintah² mereka selama tidak bernilai maksiat, menjauhi larangan mereka selama tidak melarang ketaatan yg wajib serta mementingkan kepentingan mereka di atas kepentingan pribadi.

ومن العقوق أن تؤذيهما بقطع ما تستطيع إيصاله من المعروف إليهما فكيف بتقطيب الوجه والانتهار لهما، فقد قال عليه الصلاة والسلام: “يوجد ريح الجنة من مسيرة ألف عام ولا يجده عاق ولا قاطع رحم ولا شيخ زان ولا مسبل إزاره خيلاء، إنما الكبرياء لله رب العالمين”.
وقال عليه الصلاة والسلام عن الله تعالى: “من أصبح مرضياً لوالديه مسخطاً لي فأنا عنه راض ومن أصبح مسخطاً لوالديه مرضياً لي فأنا عنه ساخط”.

Salah satu sifat kedurhakaan ialah menyakiti keduanya dan tidak memberikan sesuatu yg pada hakikatnya dapat engkau kerjakan. Apalagi jika engkau bermuka masam dan membentak mereka.

Sabda Rasulullah Saw.:

يُوْجِدُرِيْحُ الْجَنَّةِ مِنْ مَسِيْرَةِ أَلْفِ عَامٍ وَلَا يَجِدُهَاعَاقٌ وَلَا قَاطِعُ رَحِمٍ وَلَا شَيْخُ زَانٍ وَلَا مُسْبِلٌ إِزَارَهُ خَيْلَا ءَ, إِنَّمَاالْكِبْرِيَاءُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

“Bau surga tercium dari perjalanan seribu tahun dan tidak dapat menciumnya orang yg berani kepada kedua orang tua, pemutus sanak keluarga, orang lanjut usia yg berzina, dan orang yg melepaskan sarung (melebihi batas), karena kesombongannya. Karena sesungguhnya kesombongan itu hanya milik Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-Hadits)

Rasulullah Saw. juga bersabda:

مَنْ أَصْبَحَ مَرْضِيًّالِوَالِدَيْهِ مُسْخِطًالِىْ فَأَنَاعَنْهُ رَاضٍ وَمَنْ أَصْبَحَ مُسْخِطًالِوَالِدَيْهِ مَرْضِيًّالِىْ فَأَنَاعَلَيْهِ سَاخِطٌ.

“Barangsiapa mendapatkan ridha kedua orangtuanya, sedangkan ia mengerjakan sesuatu yg membuat murka-Ku, maka Aku ridha padanya. Dan barangsiapa membuat murka kedua orangtuanya, sedangkan ia mengerjakan sesuatu yg Aku ridhai, maka Aku murka kepadanya.” (Al-Hadits)

(وينبغي) للوالد أن يعين ولده على بره بعد الاستقصاء عليه في طلب الحقوق، ولا سيما في هذا الزمان الذي عز فيه وجود البر وعم فيه وجود الشر، وصار الولد يَعُدُّ أبر أولاده من لم يسيء إليه منهم، وقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “رحم الله والداً أعان ولده على بره”.

Seyogyanya seorang ayah membantu anak²nya agar dapat berbakti kepadanya dengan tidak terlalu menuntut hak²nya. Apalagi di zaman seperti ini, di mana kebaktian kepada orang tua sedikit sedangkan kedurhakaan merajalela di mana². Akhirnya orang tua berpendapat bahwa anaknya yg paling baik ialah anak yg tak pernah menyakitinya.

Sabda Rasulullah Saw.:

رَحِمَ اللَّهُ وَالِدًااَعَانَ وَلَدَهُ عَلَى بِرِّهِ.

“Allah memberi rahmat kepada seorang ayah yg membantu anaknya untuk berbakti kepadanya.” (HR. Ibnu Hibban dari Ali bin Abi Thalib)


92. Silaturahim dengan Kerabat dan Keluarga

(وعليك) بصلة الرحم الأقرب فالأقرب،
وبالإحسان إلى الجيران الأدنى باباً فالأدنى. قال الله تعالى: (واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئاً وبالوالدين إحساناً وبذي القربى واليتامى والمساكين والجار ذي القربى والجار الجنب والصاحب بالجنب) الآية.

Hendaklah engkau bersilahturahmi kepada keluarga yg paling dekat, kemudian yg lainnya, juga pada tetangga yg paling dekat dengan pintu rumahmu, kemudian yg lainnya.

Maha Benar Allah dalam firman-Nya:

وَاعْبُدُوْاللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوْابِهِ شَيْئًا وَبِالْوَلِدَيْنِ إِحْسَنًاوَبِذِى الْقُرْبَى وَالْيَتَمَى وَالْمَسَكِيْنِ وَالْجَارِذِى الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ.

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan suatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak² yatim, orang² miskin, tetangga yg dekat dan tetangga yg jauh…” (QS. An-Nisa’: 36)

وقد أمر الله بالإحسان إلى القرابة في مواضع عديدة من كتابه العزيز. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “الصدقة على القرابة صدقة وصلة” وقال عليه السلام: “من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليصل رحمه” وفي حديث آخر: “من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم جاره”. وقال عليه الصلاة والسلام: “ما زال جبريل يوصيني بالجار حتى خشيت أنه سيورِّثه”.

Sabda Rasulullah Saw.:

اَلصَّدَقَةُ عَلَى الْقَرَابَةِ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ.

“Sedekah kepada sanak kerabat merupakan sedekah penghubung keluarga.” (Al-Hadits)

Rasulullah Saw. juga menegaskan:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِفَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghubungkan ikatan kekeluargaan.” (Al-Hadits)

Rasulullah Saw. juga bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِفَلْيُكْرِمْ جَارَهُ.

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memulikan tetangganya.” (Al-Hadits)

Rasulullah Saw. juga pernah bercerita:

مَازَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْجَارِحَتَّى خَشِيْتُ أَنْ يُوَرِّثَهُ.

“Malaikat Jibril senantiasa berwasiat kepadaku dengan urusan tetangga sehingga aku khawatir ia dapat memperoleh warisan.” (Al-Hadits)

ولا تتم صلة الأرحام والإحسان إلى الجيران إلا بكف الأذى عنهم واحتمال الأذى منهم وبذل المعروف حسب الاستطاعة لهم.
وقد قال عليه الصلاة والسلام: “ليس الواصل بالمكافئ إنما الواصل الذي إذا قطعت رحمه وصلها” وقال عليه الصلاة والسلام: “وطنوا أنفسكم على أن تحسنوا إذا أحسن الناس ولا تسيئوا إذا أساءوا”. وبالله التوفيق.

Silahturahmi dan berbuat baik kepada tetangga tidak akan mencapai kesempurnaan, kecuali dengan menahan gangguan terhadap mereka, sabar menerima gangguan mereka dan berbuat baik sekuat tenaga terhadap mereka.

Sabda Rasulullah Saw.:

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ إِنَّمَاالْوَاصِلُ الَّذِيْ إِذَاقَطَعَتْ رَحِمَهُ وَصَلَهَا.

“Bukan merupakan penghubung sanak keluarga hanya dengan membalas jasa. Tetapi penghubung sanak keluarga ialah penyambung kembali hubungan keluarga yg telah putus.” (Al-Hadits)

Rasulullah Saw. menegaskan:

وَطِّنُوْاأَنْفُسَكُمْ عَلَى أَنْ تُحْسِنُوْ إِذَاأَحْسَنَ النَّاسُ وَلَا تُسِيْئُوْا إِذَاأَسَاءُوْا.

“Tempatkan dirimu untuk berbuat kebajikan ketika umat manusia menjalankan kebaikan. Dan janganlah berbuat kejahatan ketika mereka bertindak jahat.”


93. Cinta dan Benci Karena Allah

(وعليك) بالحب في الله والبغض في الله
فإنه من أوثق عرى الإيمان. وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “أفضل الأعمال الحب في الله والبغض في الله تعالى” فإذا أحببت العبد المطيع لله لكونه مطيعاً أو أبغضت العاصي لله لكونه عاصياً لا لغرض آخر فأنت ممن يحب في الله ويبغض في الله حقيقة، وإذا لم تجد في نفسك محبة لأهل الخير لخيرهم وكراهة لأهل الشر لشرهم فاعلم أنك ضعيف الإيمان.

Hendaklah engkau selalu cinta dan benci karena Allah karena sikap inilah yg menjadi tali pengikat keimanan.

Sabda Rasulullah Saw.:

اَفْضَلُ الْأَعْمَالِ الْحُبُّ فِي اللَّهِ وَالْبُغْضُ فِي اللَّهِ ثَعَالَى.

“Sebaik-baik amal ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah Ta’ala.” (HR. Abu Dawud dari Abi Dzar)

Apabila engkau mencintai seorang hamba yg taat disebabkan oleh kepatuhan yg ia kerjakan dan membenci kepada pelaku kemaksiatan dikarenakan oleh kemaksiatan yg ia jalani tanpa adanya tujuan lain, maka engkau benar² termasuk dalam golongan orang yg cinta karena Allah dan benci karena Allah. Sebaliknya, jika dalam hatimu tidak ada rasa cinta kepada ahli kebajikan karena kebaikan yg mereka kerjakan dan tidak membenci pelaku kemunkaran karena kemunkaran mereka, maka ketahuilah bahwa tingkat keimananmu masih lemah.


94. Bersahabat dengan Orang Baik

(وعليك) بمصاحبة الأخيار واعتزال الأشرار
ومجالسة الصالحين ومجانبة الظالمين. قال عليه الصلاة والسلام: “المرة على دين خليله فلينظر أحكم من يخالل”. وقال عليه الصلاة والسلام: “الجليس الصلاح خير من الوحدة، والوحدة خير من الجليس السوء”.

Handaklah engkau selalu bersahabat dengan orang² baik dan menghindari setiap pelaku kejahatan. Berkumpullah dengan orang² shaleh dan jauhi orang² zalim yg berlaku sewenang-wenang.

Rasulullah Saw. bersabda:

أَمْرُ الْمَرْءِ عَلَى أَمْرِ دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.

“Kualitas agama seseorang tergantung pada sahabat karibnya. Oleh karena itu, ketahuilah dengan siapa dia bergaul dan bersahabat.” (al-Hadits)

Beliau juga bersabda:

أَلْجَلِيْسُ الصَّالِحُ خَيْرٌ مِنَ الْوَحْدَةِ، وَالْوَحْدَةُ خَيْرٌ مِنَ الْجَلِيْسِ السُّوْءِ.

“Berkumpul dengan orang shaleh lebih baik daripada menyendiri, dan menyendiri lebih baik daripada bergaul dengan orang jahat.” (al-Hadits)

(واعلم) أن مخالطة أهل الخير، ومجالستهم تزرع في القلب محبة الخير وتعين على العمل به، كما أن مخالطة أهل الشر ومجالستهم تغرس في القلب حب الشر وحب العمل به، وأيضاً فإن من خالط قوماً وعاشرهم أحبهم ضرورةً سواء كانوا أخياراً أو أشراراً والمرء مع من أحب في الدنيا والآخرة.

Ketahuilah bahwa berkumpul dengan orang² baik akan menanamkan rasa cinta di dalam hatimu terhadap mereka dan mendorongmu untuk mengikuti jejak mereka, sama halnya dengan berkumpul dan bergaul dengan orang² jahat yg senantiasa menggugah hatimu untuk meniru perbuatan mereka.

Bila seseorang telah berkumpul dan bergaul dengan suatu kaum, baik dalam kebajikan ataupun kemaksiatan, sudah tentu ia pun akan mencintai kaum itu. Dan seperti yg telah kita ketahui bahwa setiap orang akan selalu bersama dengan orang² yg ia cintai di dunia dan akhirat.


95. Sikap Lemah Lembut

(وعليك) بالرحمة لعباد الله والشفقة على خلق الله،
وكن رحيماً شفيقاً ألوفاً مألوفاً، واحذر أن تكون فظاً غليظاً أو فاحشاً جافياً، قال عليه الصلاة والسلام: “إنما يرحم الله من عباده الرحماء ومن لا يرحم لا يرحم” وقال عليه السلام: “المؤمن ألوف مألوف ولا خير فيمن لا يألف ولا يؤلف”.

Handaklah engkau selalu bersikap lemah lembut dan penuh kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah. Dan janganlah sekali-kali engkau bersifat keras dan kasar terhadap mereka.

Rasulullah Saw. bersabda:

إِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءِ وَمَنْ لاَيَرْحَمُ وَلَا يُرْحَمُ.

“Sesungguhnya Allah mencintai hamba²Nya yg bersikap lemah lembut. Dan barangsiapa tidak mengasihi sesamanya, maka ia pun tidak dikasihi oleh yg lain.” (HR. Thabrani)

Beliau juga bersabda:

أَلْمُؤْمِنُ أَلُوْفٌ مَأْلُوْفٌ وَلَا خَيْرَ فِيْمَنْ لَا يَأْلَفُ وَلَا يُأْلَفُ.

“Orang beriman ialah orang yg mau mengasihi dan bersahabat dengan sesamanya. Dan tak ada kebaikan bagi orang yg tak berkasih sayang dan bersahabat.” (al-Hadits)


96. Pendidikan dan Pengajaran

(وعليك) بتعليم الجاهلين وإرشاد الضَّالين وتذكير الغافلين،
واحذر أن تذع ذلك قائلاً إنما يعلم ويذكر من يعمل بعلمه وأنا لست كذلك، أو إني لست بأهل للإرشاد لأنه من أخلاق الأكابر، وهذا كله تلبيس من الشيطان؛ فإن العليم والتذكير من جملة العمل بالعلم، والأكابر ما كانوا أكابر إلا بفضل الله والعمل بطاعته وإرشادهم عباد الله إلى سبيل الله، وإذا لم تكن أهلاً فليس لك طريق إلى حصول الأهلية إلا فعل الخير والدعاء إليه وإنما الشؤم في الدعوى والدعاء إلى غير الحقّ.

Hendaklah engkau pun mendidik orang² yg bodoh, menunjukkan jalan lurus bagi mereka yg tersesat dan mengingatkan orang² yg terlena dengan segala tipuan dunia.

Jangan engkau tinggalkan perbuatan² itu semua sambil berkata, “Yg mampu mengajar dan mengingatkan hanyalah ulama yg mengamalkan ilmunya. Sedangkan aku bukanlah orang yg mampu melaksanakannya. Dan aku pun tak kuasa untuk menunjukkan jalan pada orang lain, karena kemampuan itu hanya dimiliki oleh tokoh²agama berakhlak baik.”

Ucapan² itu adalah bisikan setan yg selalu menggoda.

Pendidikan dan pengarahan merupakan rangkaian amal yg selalu didasari dengan ilmu. Mereka tak akan menjadi tokoh² agama, kecuali dengan anugerah Allah, mengamalkan ilmu dengan taat kepada Allah dan menunjukkan umat manusia ke jalan Allah. Jika engkau merasa tidak pantas untuk hal itu, maka tidak apa². Yg tercela adalah orang yg menyeru pada jalan yg tidak benar.


97. Menghibur Orang Lain

(وعليك) بجر قلوب المنكسرين،
وملاطفة الضعفاء والمساكين، ومواساة المقلين، والتيسير على المعسرين، وإقراض المستقرضين، وفي الحديث أن ثواب القرض يزيد على ثواب الصدقة بثمانية أضعاف؛ وذلك أن القرض لا يأخذه إلا محتاج.

Hendaklah engkau menghibur hati orang yg sedang bersedih, bersikap ramah tamah pada orang yg lemah, memberi semangat hidup kepada orang yg ditimpa kemelaratan, memberi jalan keluar pada orang yg mempunyai problematika kehidupan serta meminjamkan uang pada orang yg berhutang. Telah diriwayatkan bahwa pahala pemberi hutang melebihi pahala orang yg bersedekah sebanyak tujuh puluh kali lipat. Hutang di sini mempunyai nilai tambah, karena seseorang tak akan berhutang kecuali ia dalam keadaan yg sangat mendesak.


98. Menjenguk yang Tertimpa Musibah

(وعليك) بتعزية من نزلت به مصيبة
قال عليه السلام: “من عزى مصاباً أي صبره كان له مثل أجره”.
(وإياك) والشماتة بأحد من المسلمين وهي أن تفرح بما ينزل به من المصائب. قال عليه الصلاة والسلام: “لا تظهر الشماتة بأخيك فيعافيه الله ويبتليك” واحذر أن تعيِّر مسلماً بذنب وقع فيه فإن من عير مسلماً بذنب لم يمت حتى يبتلى بمثل ما عيره به.

Hendaklah engkau selalu mengunjungi orang yg tertimpa musibah.

Sabda Rasulullah Saw.:

مَنْ عَزَى مُصَابًا كَانَ لَهُ مِثْلَ أَجْرِهِ.

“Barangsiapa mengunjungi orang yg tertimpa musibah untuk menghibur hatinya, ia mendapatkan pahala seperti orang yg tertimpa musibah itu.” (HR. Turmuzi dari Ibnu Mas’ud)

Janganlah kau merasa gembira jika salah satu dari saudaramu muslim telah tertimpa musibah.

Rasulullah Saw. bersabda:

لَاتُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ بِأَخِيْكَ فَيُعَافِيَهُ اللَّهُ وَيَبْتَلِيْكَ.

“Janganlah merasa gembira jika salah satu di antara saudaramu mendapat musibah, karena Allah akan segera memberi kesehatan kepadanya dan menimpakan bencana-Nya kepadamu.” (HR. Turmuzi dari Watsilah)

Jangan sekali-kali engkau cela saudaramu muslim yg telah berbuat dosa. Karena, barangsiapa mencela dosa saudaranya, maka ia tak meninggal dunia sebelum ia mendapat bala’ yg setimpal dari Allah.


99. Memberi Solusi Kepada Yang Tertimpa Musibah

(وعليك) بالتفريج عن المكروبين،
وقضاء حوائج المحتاجين، وستر عورات المذنبين، قال عليه الصلاة والسلام: “من يسر على معسر يسر الله عليه، ومن ستر مسلماً ستره الله في الدنيا والآخرة، ومن فرَّج عن مسلم كربة من كرب الدنيا فرج الله عنه كربة من كرب يوم القيامة، ومن كان في حاجة أخيه كان الله في حاجته والله في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه”.

Hendaklah engkau selalu memberi jalan keluar pada orang yg tertimpa bencana, membantu orang yg sedang membutuhkan dan menutupi aib orang yg berbuat dosa.

Sabda Rasulullah Saw.:

مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

“Barangsiapa memberi kemudahan atas orang yg tertimpa kesusahan, Allah memberi kemudahan atas dirinya. Barangsiapa menutupi cela sesama manusia, Allah menutupi celanya di dunia dan di akhirat, dan barang siapa memberi jalan keluar dari kesusahan sesama muslim di dunia, Allah memberi jalan keluar dari kesusahannya di hari kiamat.” (al-Hadits)

Maha benar Allah Ta’ala dalam firman-Nya yg tertuang dalam hadits Qudsi:

مَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيْهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ.

“Barangsiapa (membantu) kebutuhan saudaranya, Allah pun akan membantu kebutuhannya. Dan Allah menolong seseorang selama ia menolong saudaranya.”


100. Menghilangkan Gangguan di Jalan

(وعليك) بإماطة الأذى عن طريق المسلمين؛
فإن ذلك من شعب الإيمان وفي الحديث قال النبي صلى الله عليه وسلم: “رأيت رجلاً يتقلب في الجنة في غصن شوك قطعه من طريق المسلمين”.

Hendaklah engkau selalu menghilangkan gangguan² yg ada di jalan kaum muslimin, baik berupa duri atau kotoran, karena itu merupakan salah satu cabang keimanan.

Sabda Rasulullah Saw.:

رَأَيْتُ رَجُلًا يَتَقَلَّبُ فِي الْجَنَّةِ فِي غِصْنِ شَوْكٍ قَطَعَهُ مِنْ طَرِيْقِ الْمُسْلِمِيْنَ.

“Saya melihat seseorang berjalan-jalan di dalam surga, sebagai balasan karena ia telah memotong ranting berduri yg menghalangi jalan kaum muslimin.” (al-Hadits)[]

LihatTutupKomentar