Hikmah Nabi Lahir di Bulan Rabiul Awal
Ibnu al-Hajj berkata “Jika ada yang bertanya apa hikmah secara khusus dilahirkannya Rasulullah Saw. di bulan Rabi’ul Awal dan hari Senin, bukan di bulan Ramadhan diturunkannya al-Quran dan di dalamnya ada Lailatul Qadar, juga bukan di bulan-bulan mulia, juga bukan di malam Nishfu Sya’ban, juga bukan di hari Jum’at atau malamnya?” Dalam hal ini ada 4 jawaban.
Ibnu al-Hajj berkata “Jika ada yang bertanya apa hikmah secara khusus dilahirkannya Rasulullah Saw. di bulan Rabi’ul Awal dan hari Senin, bukan di bulan Ramadhan diturunkannya al-Quran dan di dalamnya ada Lailatul Qadar, juga bukan di bulan-bulan mulia, juga bukan di malam Nishfu Sya’ban, juga bukan di hari Jum’at atau malamnya?” Dalam hal ini ada 4 jawaban.
Nama kitab: Terjemah Husnul Maqshid fi Amalil Maulid
Judul kitab asal: Husnul Maqshid fi Amalil Maulid (حسن المقصد في عمل المولد)
Penulis: Imam Suyuthi
Nama lengkap: Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuti
Penerjemah: Sya'roni As-Samfuriy
Bidang studi: Hukum syariah
Daftar Isi
- Profil Kitab Husnul Maqshid fi Amalil Maulid
- Karya Tulis Imam Suyuthi
- Mukaddimah Kitab
- Yang Pertamakali Mengadakan Maulid Nabi
- Pandangan Ulama Anti Maulid Nabi
- Maulid Nabi Bid'ah Mandubah (Dianjurkan)
- Kelahiran Nabi adalah Nikmat Terbesar
- Memuliakan Bulan Kelahiran Nabi
- Maulid Nabi sebagai bentuk Syukur pada Allah
- Bentuk Kegembiraan atas Kelahiran Nabi
- Hikmah Nabi Lahir di Bulan Rabiul Awal
- Download Kitab
- Kembali ke: Terjemah Amal Maulid Suyuthi
Hikmah Nabi Lahir di Bulan Rabiul Awal
5. Al-Hafidz Syamsuddin bin Nashiruddin ad-Dimasyqi[30] berkata dalam kitabnya Maurid ash-Shadi fi Maulid al-Hadi: “Dalam hadis shahih dijelaskan bahwa Abu Lahab diringankan siksanya di neraka pada hari Senin karena telah memerdekakan Tsuwaibah dengan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Maka saya bersyair:
إذا كان هذا كافرا جاء ذمه *** وتبت يداه في الجحيم مخلدا
أتى أنه في يوم الاثنين دائما *** يخفف عنه للسرور بأحمدا
فما الظن بالعبد الذي طول عمره *** بأحمد مسرورا ومات موحدا
“Jika Abu Lahab yang kafir ini telah datang celaannya dan binasalah kedua tangannya nan kekal di neraka, diriwayatkan bahwa setiap hari Senin ia diringankan siksanya karena bahagia dengan (kelahiran) Nabi Muhammad. Lalu bagaimana dengan seorang hamba yang sepanjang hidupnya berbahagia dengan Muhammad dan mati dalam keadaan membawa tauhid?”
6. Al-Kamal al-Adfawi berkata dalam ath-Thali’ as-Sa’id: “Teman kami yang terpercaya, Nashiruddin Mahmud Ibn al-‘Imad telah bercerita bahwa Abu Thayyib Muhammad bin Ibrahim as-Sabti, salah seorang ulama yang ‘amil, ia telah melewati maktab (tempat
pendidikan) di hari saat kelahiran Nabi Muhammad Saw., lalu ia berkata: “Wahai Faqih (ulama ahli fiqih)! Ini adalah hari bahagia. Liburkan anak-anak itu.” Kemudian kami meliburkan.”
Ini adalah dalil atas persetujuan beliau dan tidak mengingkarinya. Dia adalah ulama ahli fiqih bermadzhab Maliki, ahli di berbagai bidang ilmu, memiliki sifat wara’ dan menjadi guru dari Abu Hayyan dan lainnya. Beliau meninggal pada tahun 695 H.[]
Penutup
Ibnu al-Hajj berkata “Jika ada yang bertanya apa hikmah secara khusus dilahirkannya Rasulullah Saw. di bulan Rabi’ul Awal dan hari Senin, bukan di bulan Ramadhan diturunkannya al-Quran dan di dalamnya ada Lailatul Qadar, juga bukan di bulan-bulan mulia, juga bukan di malam Nishfu Sya’ban, juga bukan di hari Jum’at atau malamnya?”
Dalam hal ini ada 4 jawaban. Pertama: Sebagaimana dijelaskan dalam hadits bahwa Allah menciptakan pohon pada hari Senin. Ini adalah peringatan besar. Yaitu penciptaan makanan pokok, rizki, makanan ringan dan kebaikan adalah suatu hal yang dapat menyambung hidup manusia dan memperbaiki kehidupan mereka.
Kedua, kalimat Rabi’ (musim semi) adalah sebuah isyarat dan pertanda baik dari segi asal katanya. Abdurrahman ash-Shaqali berkata: “Setiap orang memiliki bagian dari namanya.”
Ketiga, musim semi adalah musim yang paling baik. Dan syariat Muhammad adalah yang paling adil dan paling baik. Keempat, bahwa Allah menghendaki untuk memuliakan waktu dengan Nabi Muhammad dimana beliau dilahirkan. Jika beliau dilahirkan di waktu-waktu
mulia tadi, maka akan dikira bahwa Nabi Muhammad menjadi mulia karena kemuliaan waktu tersebut.[31]
CATATAN KAKI
30. Beliau adalah ulama ahli hadits di Damaskus Syria (777-842 H), yang bergelar al-Hafidz (gelar tertinggi dalam ilmu hadits). (Al-Manhal ash-Shafi juz 1 hlm. 27 dan Fihris al-Faharis, al-Kattani juz 2 hlm. 275).
31. Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki mengatakan dalam salah satu ceramahnya bahwa hari Senin dan bulan Rabi’ul Awal bukan
sebuah nama yang populer bagi bangsa Arab. Sehingga Rasulullah Saw. menjadi mulia bukan lantaran nama hari dan bulannya, tetapi memang dari diri beliau sendiri yang yang dimuliakan oleh Allah Swt.