Akhlak Guru bersama Muridnya
Hendaknya dalam mengajar dan mendidik mereka berharap ridho Allah dan bermaksud untuk menyebarkan ilmu dan mengeksiskan syari’at dan mempertahankan kebenaran dan keadilan dan melestarikan kebaikan umat dengan memperbanyak para ilmuan, dan mengharapkan pahala dari orang yang menyelesaikan belajarnya dan mengharapkan barokahnya do’a mereka kepadanya dan kasih akung mereka dan memudahkan masuknya ilmu,
Nama buku: Terjemah kitab Adabul Alim wa Al-Muta'allim
Judul versi terjemah: 1. Pendidikan Akhlak untuk Pengajar dan Pelajar; 2. Pendidikan Karakter Khas Pesantren (Adabul Alim wal Mutaallim)
Nama kitab asal: Adabul Alim wal Muta'allim (آداب العالم والمتعلم)
Pengarang: Hadratusy Syekh Kyai Haji Hasyim Asy'ari
Nama Ibu: Nyai Halimah
Penerjemah: Ishom Hadziq (?)
Bidang studi: Akhlaq dan Tasawuf
Daftar Isi
BAB VII MENERANGKAN TENTANG TATAKRAMA SEORANG GURU BERSAMA MURIDNYA
Dalam baba ini dijelaskan ada 14 macam budi pekerti seorang guru terhadap murid-muridnya.
PERTAMA
Hendaknya dalam mengajar dan mendidik mereka berharap ridho Allah dan bermaksud untuk menyebarkan ilmu dan mengeksiskan syari’at dan mempertahankan kebenaran dan keadilan dan melestarikan kebaikan umat dengan memperbanyak para ilmuan, dan mengharapkan pahala dari orang yang menyelesaikan belajarnya dan mengharapkan barokahnya do’a mereka kepadanya dan kasih akung mereka dan memudahkan masuknya ilmu, antara Rosul SAW dan antara ulama’ dan menganggap bahwa seorang guru adalah termasuk orang yang menyampaikan wahyu dan hukum-hukum Allah kepada mahluknya sesungguhnya mengajarkan ilmu termasuk perkara yang penting didalam agama dan derajad yang tinggi bagi orang-orang mu’min.
Rosulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatnya dan penduduk langit dan bumi sampai semut yang berada didalam lubangnya mendo’akan kepada seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia. Demi sifat hayat-Mu (Allah ) ini merupakan suatu bagian yang agung, maka mendapatkannya adalah suatu keuntungan yang besar. Ya Allah janganlah Engkau menghalangi kami dari ilmu dengan suatu penghalang dan kami mohon perlindungan Mu dari perkara-perkara yang memutuskan ilmu dan perkara yang mengotorinya dan kendala yang menghalanginya dan sirnanya ilmu.
KEDUA
Hendaknya seorang guru tidak tercegah untuk mengajar muridnya karena tidak ihklasnya niat muridnya itu. Sesungguhnya bagusnya niat diharapkan dengan barokah ilmu. Sebagian Ulama’ salaf berkata :“kami menuntut ilmu karena selain Allah, maka ilmu itu menolak kecuali karena Allah” dikatan : makna kaul tersebut adalah bahwasanya ilmu dapat diperoleh dengan niat karena Allah karena apabila niat yang ikhlas disyaratkan ketika mengjar para pemula, yang mana mereka sulit untuk ikhlas, maka hal itu akan menyebabkan hilangnya ilmu dari kebanyakan manusia. Akan tetapi seorang guru mengajarkan kepada para pemula dengan niat yang baik-baik secara pelan-pelan, baik ucapan atau perbuatan, dan memberi tahu kepadanya, bahwa sesungguhnya dengan bagusnya niat dia akan memperoleh derajat yang tinggi dari ilmu dan amal dan memperoleh anugerah yang baik, dan memperoleh berbagai macam hikmah dan terangnya hati dan lapannya dada, dan memdapat kebaikan dan bagusnya keadaan dan lurusnya ucapan dan tingginya derajad dihari kiamat. Dan seorang guru menumbuhkan rasa senang pada mereka terhadap ilmu dan mencarinya dengan masa yang panjang dengan menyebutkan apa yang telah Allah berikan kepada para ulama’ yang berupa derajad yang tinggi, sesungguhnya mereka adalah pewaris para nabi dan diatas mimbar dari yang diharapkan para nabi dan syuhada’ selain itu yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan ulama’ adalah ayat-ayat khobar, atsar dab syair-syair, dan sebagiannya telah aku sebutkan pada bab awal. Dan menumbuhkan rasa senang terhadap ilmu terhadap apa yang ditetapkan untuk mewujudkan ilmu seperti merngkum sesuatu yang mudah dan secukupnya dengan perkara dunia dengan sibuknya hati perkara yang berkaitan dengan dunia dan perkara yang menyibukkan fikiran dan memisahkan keprihatinan dengan sebab dunia.
Maka berpalingnya hati dari berinteraksi (berhubungan) ketergantungan akan rakus dengan dunia dan memperbanyaknya dan merasa suah akan terpisah darinya. Maka mengombinasikan (menyatukan) antara hati dan ruhnya hanya untuk agamanya saja atau untuk kemulyaan dirinya atas kedudukannya dan lebih sedikit perasaan dan yang lebih penting untuk menghafalkan ilmu dan menambahinya.
Oleh karena itu sedikit sekali orang yang mendapatkan ilmu secara sempurna kecuali orang-orang yang ada dalam dirinya sifat faqir (sederhana), qona’ah (merasa cukup) dan berpaling pencurian dunia dan harta benda yang fana (fatamorgana / rusak).
KETIGA
Hendaknya menyukai mencari sesuatu (ilmu) sebagaimana yang dia sendiri menyukainya, seperti yang telah tercantum dalam hadits dan membenci sesuatu terhadapnya sebagaimana hadits membencinya. Dan bersungguh-sungguh dalam pencarian (ilmu) yang baik. Dan menggauli para santri sebagaimana dia menggauli sesuatu pada anak-anaknya yang mulya dengan kasih akung, berbuat baik, sabar atas keras kepala atas kurangnya sesuatu yang menimpanya dan tidak menjahui / menyendiri dari pergaulan manusia. Sama saja tatakrama disabagian masa ini, dan membuat alasan sekiranya mungkin. Dan menkondisikan semua itu dengan nasehat tutur kata yang lembut tak kasar atau menganiyayanya. Dengan itu semua bertujuan atas pendidikannya yang baik dan bagusnya akhlaknya dan pekerti tingkahnya. Apabila cara mengetahui kecerdasan mereka dengan isyarat saja mak tidak ada kebutuhan / gunanya dengan cara ibarat (mencontohkan) dan apabila belum paham juga kecuali dengan terangnya ibarat maka didatangkan cara itu tidak apa-apa. Dan menjaga diri (bertahan) dari semua yang menjelekkan mereka dan bertutur kata yang halus dan bertatakrama dengan budi pekerti yang luhur dan mensupport (mendorong) nya pada budi pekerti yang diridhoi dan memberi wasiat (wejangan) dengan perkara-perkara yang bagus dan atas hukum-hukum syari’at.
KE-EMPAT
Hendaknya mempermudah para santri menyampaikan materi dengan semudah mungkin dalam pengajarannya. Dan dengan tuturkata yang lembut dalam memberi kepahaman, apalagi santri itu keluarga sendiri. Oleh karena semua itu hanya untuk kebaikan tatakrama dan bagusnya pencarian asasfaidah dan menjaga dari hal-hal yang langka. Dan tidak boleh menyimpan (menyembunyikan) bila ditanyai sesuatu karena itu adalah bagian dari dirinya, karena terkadang hal-hal tersebut membingungkan dan membuat bimbang hati, dan berpalingnya hati dan menyebabkan kegelisahan / kegusaran. Demikian juga jangan menyampaikan sesuatu yang bukan bidangnya karena itu dapat membekukan hati dandengan kefahaman. Apabila santrinya bertanya sesuatu dari hal tersebut dan tidak menjawab dan tidak memberitahunya maka akan membahayakan dirinya sendiri dan tidak bermanfaat apabila dia (guru) mencegah hal tersebut dari pada santri bukan karena bakhil (pelit) tapi karena kasih akung dan karena hanya menyayanginya, kemudian menyukai hal tersebut dalam bersungguh-sungguh dan karena untuk mendapatkan sesuatu yang disukai atau yang lain. Imam Bukhori sungguh-sungguh telah mengatakan dalam kitab “Ar-Robbani” bahwasanya beliau dalam hal mendidik manusia dengan semudah-mudahnya (kecilnya) ilmu sebelum mengajarkan kepada mereka yang (besar) yag sulit.