Berperilaku menurut Sunnah
Empat belas, Bertindak dengan menampakkan sunnah-sunnah yang terbaik dan segala hal yang mengandung kemaslahatan kaum muslimin melalui jalan yang dibenarkan oleh syari’at agama islam, baik dalam tradisi atau pada watak.
Nama buku: Terjemah kitab Adabul Alim wa Al-Muta'allim
Judul versi terjemah: 1. Pendidikan Akhlak untuk Pengajar dan Pelajar; 2. Pendidikan Karakter Khas Pesantren (Adabul Alim wal Mutaallim)
Nama kitab asal: Adabul Alim wal Muta'allim (آداب العالم والمتعلم)
Pengarang: Hadratusy Syekh Kyai Haji Hasyim Asy'ari
Nama Ibu: Nyai Halimah
Penerjemah: Ishom Hadziq (?)
Bidang studi: Akhlaq dan Tasawuf
Daftar Isi
Bertindak menurut Sunnah
Empat belas, Bertindak dengan menampakkan sunnah-sunnah yang terbaik dan segala hal yang mengandung kemaslahatan kaum muslimin melalui jalan yang dibenarkan oleh syari’at agama islam, baik dalam tradisi atau pada watak.
Seorang ustazd tidak boleh rela, hanya melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat lahiriah dan bathiniah semata, bahkan ia harus memaksa dirinya untuk melakukan hal yang terbaik dan sempurna, karena ustazd merupakan panutan , mereka di pakai sebagai barometer, sumber rujukan dalam setiap permasalahan yang berhubungan dengan hukum.
Ustazd adalah hujjatullah terhadap orang-orang yang tidak mengerti ( bodoh ) , dan terkadang gerak gerik mereka selalu diawasi, dipantau tampa sepengetahuan mereka., sehingga nasehat-nasehat mereka selalu diikuti, dianut oleh orang yang tidak menegerti.
Apabila ustazd tidak bisa mengambil sebuah manfaat dari ilmu yang ia miliki sendiri , apalagi orang lain , tentu lebih tidak bisa memanfaatkan ilmu. Oleh karena itu kesalahan, kekeliruan walaupun hanya kecil akan berubah menjadi sesuatu yang sangat luar biasa , karena adanya unsur saling keterkaitan dari kerusakan itu karena ustazd adalah barometer, tolak ukur yang sudah barang tentu ia akan menjadi panutan bagi orang –orangt awam, kalau ia berbuat salah maka ia akan diikuti orang banyak sehingga menjadi dhollu wa adlollu, sesat menyesatkan lagi.
Lima belas, membiasakan diri untuk melakukan kesunahan yang besifat syari’at, baik qauliyah atau fi’liyah. Seperti membaca al Qur,an, zdikir kepada Allah SWT baik didalam hati atau lisan , membaca do’a dan zikiran kepada Allah baik siag atau malam, menunaikan shalat dan puasa, melaksanakan ibdah haji kalau memungkinkan dan sebagainya.
Membaca shalawat kepada nabi, mencintainya, mengagungknnya, memulyakannya, dan memakai etika dan sopan santun yang baik ketika mendengar nama beliau, dan tradisi-tradisi beliau disebutkan.
Enam belas, Bergaul dengan orang lain dengan akhlaq yang baik seperti menampakkan wajah yang berseri-seri, ceria, menyebar luaskan salam , memberikan makanan, menahan rasa amarah dalam jiwa, menahan diri agar tidak menyakiti orang lain, menanggung dan bersabar apabila disakiti oleh orang lain, mendahulukan oramg lain, tidak meminta orang lain supaya mengutamakan dirinya, mengabdi kepada orang lain, tidak mau dirinya dijadikan sebagai tuan, mensyukuri terhadap kenikamatan yang telah diberikan oleh Allah kepada dirinya, membuat dirinya sendiri menjadi tenang, berusaha untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, mempertaruhkan jabatan, pangkat untuk menolong orang lain , belas kasihan kepada fakir miskin, selalu mengasihi kepada para tetangga, sanak kerabat, selau mengasihi kepada para murid, menolog dan berbuat baik kepada meeka. Apabila ustazd melihat sseorang yang tidak bisa mengerjakan shalat, bersuci dengan sempurna atau keawjiban-kewajiban yang lain, maka ia memberikan pengarahan, petunjuk dengan lemah lembut, sebagaimana yang telahdilkaukan oleh nabi kepada orang-orang a’raby ( orang dusun ) ketikaia kencing di dalam masjid, dan bersama Mu’awiyah bin Hakam ketika dalam keadaan shalat sambil berbicara.
Tujuh belas, membersihkan hati dan tindakanya dari akhlaq-akhlaq yang jelek dan diteruskan untuk merealisasikanya dalam perbuatan-perbuatan yang konkrit dan baik. Termasuk akhlaq yang tidak baik, rendah adalah; hasud, khianat, marah bukan kaena Allah, menipu, sombong, riya’, membanggakan diri, supaya didengar orang, pelit, angkuh, tamak, menyombongkam diri sendiri, boros, bermewah-mewahan, berhias diri dihadapan orang lain, senang di puji oleh orang lain terhadap sesutau yang tidak pernah ia kerjakan, pura-pura tidak tahu terhadap aibnya sendiri, selau memperhatikan aib orang lain, urakan, terlalu panatik pada sesuatu selain Allah ( Ta’assub ), suka membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohobg, berkata jelek, dan menghina orang lain.
Ustazd harus menghindarkan diri dari sifat-sifat yang jelek dan budi pekerti yang tidak baik, karena sifat yang telah disebutkan di atas merupakan pintu dari setiap kejelekan, bahkan seluruh kejelekan berawal dan masuk dari sifat tersbut.
Sebagian para ulama’ dan para ahli fiqh yang mempunyai hati yang jelek sebagaian bsear di coba oleh Allah dengan sifat-sifat tersebut diatas, kecuali orang yang di jaga angsung oleh Allah SWT, terutama sifat hasud, membanggakan diri sendiri ( ujub ) , riya’ dan sombong.
Beberapa obat dari berbagai macam penyakit ini telah dijelaskandalam kitab yang memuat tentanh halusnya watak ( kutub al raqa’iq ). Barang siapa yang hendak mensucikan dirinya dari penyakit tersebut, maka hendaknya ia memiliki kitab tersebut.
Termasuk kitab yang paling penting dan paling halus yaitu kitab “ bidayah al hidayah “ karya dari imam Al Ghazali r.a.
Termasuk cara untuk mengobati penyakit hasud adalah ; selalu berfikir bahwa hasud itu selalu bertentangan dengan allah
Termasuk cara untuk mengobati penyakit ujub adalah selalu mengingat bahwa ilmu yang diperolehnya , pehaman yang dimilikinya , akal yang cerdas dan baik, serta kafasihan lisan dalam mengucapkan kata-kata dan lainnya , segala kenikmatan yang diperolehnya semuanya berasal dari allah SWT, dan merupakan amanat yang harus dipergang dan dijaganya supaya bisa menjaga dengan sebaik-baiknya.
Dan ssungguhnya zdat yang memberi amanat tersebut untuk dititipkan kepada seseorang adalah Zdat yang Maha kuasa, yang mampu mengambil dan menariknya dari pemiliknya dalam sekejap mata , tiada lain adalah selain Allah Yang Maha Luhur. Apakah kalian semua sudah merasa aman dari dari tipu daya Tuhan, maka tidak ada seorang pun yang aman dari daya upaya Tuhan kecuali orang-orang yang merugi.
Termasuk cara untuk mengobati penyakit riya’ adalah selalu berfikir, berangan-angan bahwa semua makhluq yang ada di alam marca pada ini, dilaut, di angkasa, dan di darat tidak ada yang bisa memberikan manfaat pada sesuatu yang tidak diputuskan oleh Allah, serta tidak bisa membahayakan terhadap sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Allah. Oleh karena itu kenapa dia menghilangkan, melebur dan menghapuskan terhadap amal ibadahnya sendiri, membahayakan terhadap dirinya sendiri, melakukan aktifitas, kesibukan dan berusaha untuk memperhatikan orang yang tidak menguasai, tidak bisa memberikan kemanfaatan dan bahaya secara hakiki, padahal Allah telah menampakkan niat dan kejelekan hati pada diri mereka, sebagaimana yang telah diungkapkan dalam sebuah hadits :
“Barang siapa yang mempunyai niatan supaya didengar oleh orang lain, maka Allah akan memperdengarkannya, dan barang siapa yang memamerkan dirinya , maka Allah juga akan menampakkan sifat pamer orang tersebut”.
Termasuk cara untuk mengobati penyakit suka menghina orang lain adalah selalu berangan-angan terhadap firman Allah yang berbunyi :
“ Dan janganlah suatu kaum menghina terhadap kaum yang lain, barang kali kaum yang kedua itu lebih baik dari kaum pertama “.
firman Allah ;
“ Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan engkau dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan engkau berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya engkau saling kenal mengena. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara engkau disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara engkau. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyayang. ( Q.S. Al Hujurat; 13 )
Dan firman allah ;
“ dan janganlah kalian memuji terhadap diri sendiri karena sesungguhnya Allah lebih mengetahui orang-orang yang lebih taqwa “.
Sebab terkadang orang yang dihina itu hatinya lebih bersih disisi Allah dan lebih suci tindak tanduknya, amal perbuatannya dan niatnya lebih ikhlas, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah sya’ir ;
Janganlah engkau menghina orang yang hina di dunia ini
Terkadang orang yang hina itu justru lebih mulia
Allah itu merahasiakan tiga perkara dalam tiga perkara juga, yaitu ;
Satu, kekasih Allah dalam hambanya,
Dua, ridha Allah dalam rasa taat dan taqwa,
Tiga, murka allah didalam maksiat kepada Allah.
Termasuk salah satu kategori akhlaq mardliyyah, akhlaq yang di ridhai oleh Allah adalah memperbanyak taubat, ikhjlas, yakin, taqwa, sabar, ridha, qana’ah ( menerima apa adanya ) , zuhud, tawakkal, menyerahkan diri kepada Allah, hati yang baik, berprasangka baik, memaafkan, budi pekerti yang baik, melihat hal-hal yang bagus, mensyukuri terhadap nikmat Allah, kasih akung terhadap makhluq Allah, memiliki sifat malu baik kepada Allah, manusia, takut dan mengharap kepada Allah.
Mencintai Allah ( mahabbah ila Allah ) salah satu kunci untuk memiliki sifat-sifat yang baik , rasa cinta, mahabbah kepada Allah akan bisa diaktualisasikan dengan cara mencintai dan menjalankan tradisi-tradisi yang telah dijalankan oleh baginda rosulillah SAW, karena allah sendiri telah berfirman dalam Al Qur’an;
“ Katakanlah hai Muhammad, apabila kalian semua mencintai Allah, maka ikutlah kalian kepadaku maka Allah akan mencintai kalian dan Allah akan mengampuni segala dosa-dosa kalian “.