Cara Tayamum dan Hukumnya
BAGIAN KETIGA BELAS: TAYAMUM
Nama kitab: Terjemah Kitab Kasyifatus Syaja Syarah Safinatun Naja
Judul
kitab asal: Kasyifat al-Saja Syarah Safinat al-Naja (كاشفة السجا شرح سفينة
النجا)
Pengarang: Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi
Nama
yang dikenal di Arab: محمد بن عمر بن عربي بن علي نووي الجاوي أبو عبد المعطي
Kelahiran:
1813 M, Kecamatan Tanara, Banten
Meninggal: 1897 M, Mekkah, Arab Saudi
Penerjemah:
Bidang
studi: Fiqih
- BAGIAN KETIGA BELAS: TAYAMUM
- A. Sebab-sebab Tayamum
- B. Syarat-syarat Sah Tayamum
- C. Rukun-rukun Tayamum
- D. Kesunahan-kesunahan Tayamum
- E. Kemakruhan-kemakruhan Tayamum
- F. Perkara-perkara yang Membatalkan Tayamum
- Kembali ke Terjemah Kasyifatus Saja Syarah Safinatun Naja
فصل) في بيان العجز عن استعمال الماء (أسباب التيمم) أي جوازه (ثلاثة) أحدها
(فقد
الماء) في السفر أو في الحضر
Fasal ini menjelaskan tentang ketidak-mampuan
menggunakan air.
Sebab-sebab diperbolehkannya tayamum ada 3 (tiga), yaitu:
1. Tidak ada air, baik di tengah-tengah perjalanan atau di
tengah-tengah
mukim.
وللمسافر أربعة أحوال الحالة الأولى أن يتيقن عدم الماء حوله بأن يكون في بعض
رمال
البوادي فيتيمم ولا يحتاج إلى طلب الماء لأنه والحالة هذه عبث
Musafir memiliki 4 (empat) keadaan, yaitu:
a. Musafir meyakini tidak
adanya air di sekitarnya, misalnya ia
sedang berada di tempat-tempat
berpadang pasir. Maka ia
langsung bertayamum dan tidak perlu mencari air
karena
mencari air baginya percuma.
الحالة الثانية أن يجوز وجود الماء حوله تجويزا قريبا أو بعيدا فهذا يجب عليه
الطلب بلا خلاف
b. Mungkin ada air di sekitarnya, baik kemungkinannya besar
atau kecil.
Dalam keadaan seperti ini, musafir secara pasti
wajib mencari air
terlebih dahulu.
ويشترط كونه بعد دخول الوقت لأن التيمم طهارة ضرورة ولا ضرورة مع إمكان
الطهارة
بالماء قبل دخول الوقت ولا يكفيه الطلب من لم يأذن له بلا خلاف
Dalam mencari air, disyaratkan dilakukan setelah masuknya
waktu sholat
karena tayamum adalah toharoh dhorurot sedangkan
tidak ada dhorurot dalam
keadaan yang masih dimungkinkannya
melakukan toharoh atau imkan toharoh
dengan air sebelum
masuknya waktu sholat. Apabila ada orang lain yang
mencarikan air
dan ia tidak diizini maka belum mencukupi dari tuntutan
kewajiban
mencari air.
وكيفية الطلب أن يفتش رحله أي مسكنه لاحتمال أن يكون في رحله ماء وهو لا يشعر
فإن
لم يجد نظر يمينا وشمالا وأماما وخلفا إن استوى موضعه وخص موضع الخضرة
واجتماع
الطير بمزيد احتياط
Cara mencari air adalah seseorang memeriksa tempat
tinggalnya karena
barang kali disana ada air yang tidak ia sadari dan
ketahui. Apabila air
tidak ditemukan di tempat tinggalnya maka ia
melihat kanan, kiri, depan,
dan belakang jika memang tempat yang ia
tempati itu dataran rata.
Hendaklah ia lebih memeriksa di tempattempat
ramai dan tempat dimana
burung-burung berkumpul.
وإن لم يستو الموضع ففيه تفصيل إن خاف على نفسه أو ماله وإن قل أو اختصاصه
كجلد
ميتة أو انقطاعه عن رفقة أو خروج وقت لو تردد لم يجب التردد لأن هذا الخوف
يبيح
له التيمم عند تيقن الماء فعند التوهم أولى وإن لم يخف وجب عليه التردد إلى حد
يلحقه
غوث الرفاق مع ما هم عليه من التشاغل بشغلهم والتفاوض في أقوالهم ويختلف
ذلك
باستواء الأرض واختلافها صعود ا وهبوطا فإن كان معه رفقة وجب سؤالهم إلى
أن
يستوعبهم أو يضيق الوقت فلا يبقى إلا ما يسع الصلاة على الراجح وقيل
يستوعبهم
ولو خرج الوقت ولا يجب أن يطلب من كل واحد من الرفقة بعينه بل يكفي
أن ينادي
فيهم من معه ماء يجود به أو بثمنه ويجب أن يجمع بينهما ولو بعث النازلون
ثقة
يطلب لهم كفاهم كلهم
Apabila tempat yang ia tempati bukanlah dataran yang rata
maka
dirinci;
Apabila ia kuatir akan keselamatan dirinya sendiri atau
hartanya
sekalipun itu sedikit atau hanya berupa harta
ikhtisos, seperti; kulit
bangkai, atau kuatir tertinggal oleh
rombongan, atau kuatir waktu sholat
akan habis jika ia
mondar-mandir mencari air, maka dalam keadaan seperti
ini
tidak diwajibkan mondar-mandir mencari air karena
kekuatiran
yang semacam ini saja memperbolehkannya
bertayamum ketika diyakini adanya
air, apalagi hanya
sekedar ketika disangka ada tidaknya air, tentu lebih
utama
diperbolehkan tayamum atas dasar kekuatiran tersebut.
Apabila ia tidak mengalami kekuatiran di atas, maka
diwajibkan atasnya
mondar-mandir sampai batas dimana ia
bisa meminta tolong dan
bertanya-tanya kepada orang-orang.
Batas tersebut bisa berbeda-beda
jaraknya tergantung datar
tidaknya tanah yang ditempati dari segi naik
turunnya.
Apabila ia bersamaan dengan keramaian orang maka ia
wajib bertanya
kepada mereka sampai merata atau sampai
waktu sholat hanya tersisa waktu
yang hanya mencakup
lamanya melakukan sholat menurut pendapat rojih.
Menurut
qiil, ia wajib bertanya kepada mereka meski sampai waktu
sholat
telah keluar. Tidak diwajibkan bertanya kepada
mereka satu persatu,
tetapi cukup menyerukan pertanyaan
kepada mereka, “Siapakah diantara
kalian yang mau
memberiku air atau menjual air kepadaku dengan
harganya?”
Diwajibkan menyebutkan kata air dan harga.
Apabila orang-orang yang
menetap mengutus orang-orang
kepercayaan untuk mencari air maka sudah
mencukupi
semuanya dari tuntutan kewajiban mencari air.
الحالة الثالثة أن يتيقن وجود الماء حواليه وهذا له ثلاث مراتب المرتبة الأولى أن
يكون
الماء على مسافة ينتشر إليها النازلون للحطب والحشيش والرعي فيجب السعي
إلى الماء،
ولا يجوز التيمم إلا إن خاف على ما مر غير اختصاص وما يجب بذله
في تحصيل الماء
ثمنا وأجرة، قال محمدبن يحيى لعله يقرب من نصف فرسخ وهذه
المسافة فوق المسافة
عند التوهم
المرتبة الثانية أن يكون بعيدا بحيث لو
سعى إليه خرج الوقت فهذا يتيمم على المذهب
لأنه فاقد للماء في الحال، ولو
وجب انتظار الماء مع خروج الوقت لما ساغ التيمم أصلا بخلاف ما لو كان الماء معه
وخاف فوت الوقت لو توضأ فإنه لا يجوز له التيمم على
المذهب لأنه ليس فاقدا
للماء في الحال
المرتبة الثالثة أن يكون الماء بين المرتبتين بأن تزيد
مسافته على ما ينتشر إليه النازلون
وتقصر عن خروج الوقت وفي ذلك خلاف منتشر،
والمذهب جواز التيمم لأنه فاقد
للماء في الحال وفي السعي زيادة مشقة
c. Musafir meyakini adanya air di sekitarnya. Keadaan ini
memiliki 3
(tiga) tingkatan, yaitu;
1) Air berada di jarak tempat dekat dimana orang-orang
yang menetap
mencari kayu, rumput, dan
menggembala kesana. Oleh karena itu, musafir
wajib
berjalan menuju dimana air berada dan tidak
diperbolehkan
baginya bertayamum kecuali apabila
ia kuatir atas apa yang telah
disebutkan sebelumnya,
yang selain kuatir atas barang ikhtisos dan
barang
yang wajib diserahkan untuk memperoleh air, baik
harganya
atau upahnya. Muhammad bin Yahya
berkata, “Ukuran jarak disini adalah
kurang lebih ½
farsakh. Ukuran jarak ini lebih jauh daripada ukuran
jarak
air yang keberadaannya masih bersifat
sangkaan.”
2) Air berada di tempat yang jauh sekiranya andaikan
seseorang pergi
kesana maka waktu sholat akan
habis. Dalam tingkatan ini, menurut
madzhab, ia
langsung boleh bertayamum karena ia tidak
mendapati air
pada saat itu juga.
Apabila seseorang dipastikan harus menunggu
datangnya
air disertai waktu sholat pasti akan habis
maka ia tidak boleh bertayamum
sama sekali pada
saat itu, berbeda dengan masalah apabila ia
mendapati
air dan ia kuatir kehabisan waktu sholat
jika berwudhu maka ia tidak
boleh bertayamum
menurut madzhab, karena ia bukanlah orang yang
tidak
mendapati air pada saat itu.
3) Air berada di tempat sejauh antara tingkatan pertama
dan kedua,
artinya, di tempat yang jaraknya sedang,
sekiranya jaraknya tersebut
melebihi jarak yang
ditempuh oleh orang-orang yang menetap untuk
mencari
kayu, menggembala, dan lain-lain, dengan
kondisi waktu sholat yang
tersedia akan mepet jika
jarak tersebut ditempuh. Dalam tingkatan ini,
terdapat
perbedaan pendapat. Menurut madzhab,
diperbolehkan bertayamum karena
seseorang
dianggap sebagai orang yang tidak mendapati air
pada saat
itu, sedangkan menempuh tempat dimana
air berada akan menyebabkan
bertambahnya
kesulitan.
الحالة الرابعة أن يكون الماء حاضرا لكن تقع عليه زحمة المسافرين بأن يكون
في بئر ولا
يمكن الوصول إليه إلا بآلة وليس هناك إلا آلة واحدة أو لأن موقف
الاستقاء لا يسع
إلا واحدا وفي ذلك خلاف، والراجح أنه يتيمم للعجز الحسي ولا
إعادة عليه على
المذهب، ومن أسباب الإباحة أيضا إذا كان بقربه ماء ويخاف لو
سعى إليه على نفسه
من سبع أو عدو عند الماء أو يخاف على ماله الذي معه أو
المخلف في رحله من
غاصب أو سارق أو كان في سفينة لو استقى لاستلقى في البحر
فله التيمم في ذلك
كله، ولو خاف الانقطاع عن الرفقة إن كان عليه ضرر لو قصد الماء فله التيمم قطعا
وإن لم يكن عليه ضرر فخلاف والراجح أن له أن يتيمم للوحشة
d. Air berada di tempat dimana musafir berada, akan tetapi
disana ada
banyak musafir lain yang juga menginginkan air
tersebut, misalnya; air
tersebut berada di sumur, lalu air
tersebut tidak dapat diambil kecuali
dengan perantara alat,
sedangkan disana hanya tersedia satu alat saja,
atau karena
tempat menggunakan air tidak muat kecuali hanya satu orang
saja,
maka dalam dua keadaan ini terdapat perbedaan
pendapat ulama. Pendapat
rojih mengatakan bahwa musafir
tersebut boleh bertayamum seketika itu
karena
ketidakmampuannya mendapati air secara nyata dan menurut
madzhab
ia tidak wajib mengulangi sholatnya lagi.
e. Termasuk sebab yang memperbolehkan tayamum adalah
ketika air berada di
tempat yang dekat dengan musafir, tetapi
jika ia mendatangi tempat
tersebut, ia kuatir atas
keselamatan dirinya sendiri dari binatang buas
atau musuh
yang berada di samping air, atau ia kuatir atas hartanya
yang
sedang ia bawa atau yang ia tinggal dari penggosob atau
pencuri,
atau misal ia berada di perahu yang andaikan ia
hendak menggunakan air
maka ia akan tercebur ke laut,
maka dalam keadaan semua ini ia
diperbolehkan tayamum.
Ketika musafir kuatir tertinggal oleh
rombongannya, maka
apabila ia akan tertimpa bahaya jika mendatangi air
maka ia
secara pasti diperbolehkan tayamum, sebaliknya apabila ia
tidak
akan tertimpa bahaya jika mendatangi air maka boleh
tidaknya tayamum
baginya masih terdapat perselisihan
ulama, pendapat rojih menyebutkan
bahwa ia boleh
bertayamum karena kegelisahannya.
2. Sakit
و) السبب الثاني (المرض) وهو ثلاثة أقسام
الأول أن يخاف معه بالوضوء فوت
الروح أو فوت عضو أو فوت منفعة العضو ويلحق
بذلك ما إذا كان به مرض مخوف إلا
أنه يخاف من استعمال الماء أن يصير مرضا مخوفا فيباح له التيمم
Sebab kedua yang memperbolehkan tayamum adalah sakit.
Sakit dibagi
menjadi tiga macam, yaitu;
a. Sakit yang jika melakukan wudhu (menggunakan air) maka
dikuatirkan
akan menyebabkan mati, hilangnya anggota
tubuh, dan hilangnya fungsi
anggota tubuh. Begitu juga,
ketika seseorang mengidap penyakit yang
tidak
mengkuatirkan, tetapi ia hanya kuatir jika menggunakan air
maka
penyakitnya itu akan menjadi penyakit yang
mengkuatirkan. Maka dalam
semua kondisi tersebut, ia
diperbolehkan tayamum.
الثاني أن يخاف زيادة العلة وهي كثرة الألم وإن لم تزد المدة أو يخاف طول مدة
البرء وإن
لم يزد الألم أو يخاف شدة الضنى وهو المرض الملازم المقرب إلى
الموت أو يخاف حصول
شين قبيح كالسواد على عضو ظاهر كالوجه وغيره مما يبدو
غالبا عند المهنة وهي بفتح
الميم وكسرها مع كسر الهاء وسكو ا ومعناها الخدمة
وفي جميع هذه الصور خلاف
منتشر والراجح جواز التيمم وعلة الشين الفاحش أنه
يشوه الخلقة ويدوم ضرره فأشبه
تلف العضو
b. Sakit yang jika menggunakan air untuk bersuci maka rasa
sakitnya
tersebut akan bertambah parah meskipun tidak
bertambah masa perkiraan
sembuh, atau sakit yang jika
menggunakan air untuk bersuci maka masa
perkiraan
sembuh akan bertambah lama meskipun rasa sakitnya tidak
bertambah,
atau sakit yang jika menggunakan air untuk
bersuci maka dikuatirkan
sakitnya tersebut akan menjadi
dhini, yaitu sakit yang hampir mendekati
kematian, atau
sakit yang jika menggunakan air untuk bersuci maka akan
dikuatirkan
menyebabkan cacat buruk, seperti; hitam-hitam
pada anggota tubuh yang
nampak semisal wajah atau
anggota-anggota tubuh yang biasanya terlihat
pada saat
mahnah atau menjalankan aktifitas, MAKA dalam kondisikondisi
semacam
ini terdapat perselisihan antara ulama
tentang boleh tidaknya
tayamum.
Pendapat rojih menyebutkan bahwa diperbolehkan tayamum dalam kondisikondisi
tersebut.
Penyakit yang menyebabkan cacat buruk
adalah penyakit yang memperburuk
keadaan fisik dan rasa
sakitnya terus menerus menyerang sehingga
disamakan
dengan rusaknya anggota tubuh. Kata mahnah ‘ مهنة ’ dengan
difathah
atau kasroh ada huruf / م/ dan sukun pada huruf / /ه
berarti melayani
atau ‘ .’الخدمة
الثالث أن يخاف شينا يسيرا كأثر الجدري أو سوادا قليلا أو يخاف شينا قبيحا على
غير
الأعضاء الظاهرة أو يكون به مرض لا يخاف من استعمال الماء معه محذورا في
العاقبة
وإن تألم في الحال لجراحة أو برد أو حر فلا يجوز التيمم لشيء من هذا
بلا خلاف
c. Sakit yang jika menggunakan air untuk bersuci maka akan
dikuatirkan
menyebabkan munculnya cacat ringan, seperti;
bekas jerawat atau
hitam-hitam sedikit, atau akan dikuatirkan
cacat berat yang menimpa
bagian anggota tubuh yang tidak
nampak, atau sakit yang jika menggunakan
air untuk bersuci
maka tidak akan dikuatirkan adanya bahaya setelahnya
meskipun
merasakan sakit saat sedang menggunakan air
tersebut sebab luka, dingin,
atau panas, MAKA dalam
kondisi-kondisi sakit seperti tidak diperbolehkan
tayamum
secara pasti tanpa ada perselisihan pendapat di kalangan
ulama.
فرع) للمريض أن يعتمد في ذلك قول الطبيب العدل في الرواية ويعمل بمعرفة نفسه
حيث
كان عالما بالطب ولا يعمل بتجربة نفسه على المعتمد لاختلاف المزاج باختلاف
الأزمنة
ومحل ذلك في الحضر أما لو كان ببرية لا يجد ا طبيبا فإنه يجوز له التيمم حيث
ظن
حصول ما ذكر ولكن تجب عليه الإعادة وظنه ذلك مع فقد الطبيب مجوز للتيمم
لا
مسقط للصلاة
[Cabang]
Dalam mengetahui parah tidaknya penyakit jika dikenai air,
orang sakit
boleh berpedoman dengan perkataan dokter yang adil
riwayat, atau boleh
mengamalkan pengetahuan yang ia miliki sendiri
tentangnya sekiranya ia
adalah orang yang tahu tentang ilmu
pengobatan. Menurut pendapat
muktamad, orang sakit tidak boleh
mengamalkan hasil eksperimennya sendiri
tentang cara pengobatan
sebab perbedaan tabiat akibat perbedaan masa.
Diperbolehkannya
berpedoman pada saran dokter adalah ketika orang sakit
tersebut
berada di tempat mukim, tidak sedang bepergian. Adapun apabila
ia
berada di suatu wilayah yang tidak ditemui satu dokter pun disana
maka
ia boleh bertayamum sekiranya ia menyangka (dzon) kalau
penyakitnya akan
menjadi lebih parah jika menggunakan air, tetapi ia
wajib mengulangi
sholatnya. Adapun sangkaannya tersebut dengan
kondisi tidak ditemui satu
dokter pun merupakan perkara yang
memperbolehkan tayamum, bukan perkara
yang menggugurkan
sholat sehingga tetap diwajibkan mengulangi sholatnya.
3. Butuh pada Air
و) السبب الثالث (الاحتياج إليه) أي إلى الماء (لعطش حيوان محترم) وهو ما يحرم
قتله
قاله النووي في الإيضاح
Sebab ketiga yang memperbolehkan tayamum adalah air
yang tersedia
dibutuhkan untuk memenuhi rasa haus hewan yang
muhtarom atau dimuliakan.
Pengertian hewan muhtarom adalah
hewan yang haram membunuhnya, seperti
yang dikatakan oleh
Nawawi dalam kitab al-Idhoh.
ولو وجده وهو محتاج إليه لعطشه أو عطش رفيقه أو دابته أو حيوان محترم تيمم ولم
يتوضأ
سواء في ذلك العطش في يومه أو فيما بعده قبل وصوله إلى ماء آخر قال
أصحابنا
ويحرم عليه الوضوء في هذا الحال لأن حرمة النفس آكد ولا بدل للشرب
وللوضوء
بدل وهو التيمم والغسل عن الجنابة وعن الحيض وغيرهما كالوضوء فيما ذكرناه
وسواء
كان المحتاج للعطش رفيقه المخالط له أو واحدا من القافلة وهو المسافر والركب
بفتح
الراء وسكون الكاف جمع راكب كصحب جمع صاحب
Apabila seseorang mendapati air, tetapi ia butuh air tersebut
untuk
memenuhi rasa hausnya sendiri, atau temannya, atau
binatangnya, atau
hewan muhtarom lain, maka ia bertayamum dan
tidak perlu berwudhu dengan
air tersebut, baik rasa haus tersebut
dirasakan pada hari itu juga atau
hari setelahnya sebelum ia sampai
mendapati air lain.
Para ashab kami mengatakan bahwa dalam
kondisi seperti ini, ia diharamkan
berwudhu dengan air tersebut
karena mempertahankan nyawa adalah lebih
dianjurkan. Lagi pula,
minum pada saat itu tidak bisa digantikan oleh
selainnya sedangkan
wudhu masih dapat digantikan dengan selainnya, yaitu
tayamum.
Mandi dari jinabat, haid, dan lainnya adalah seperti wudhu
dalam
rincian hukum tayamum karena butuhnya pada air seperti yang
telah
kami sebutkan. Begitu juga, diperbolehkan tayamum karena air
yang
tersedia dibutuhkan untuk memenuhi haus orang lain, baik orang
lain
tersebut adalah temannya sendiri atau seseorang dari kafilah.
Pengertian kafilah adalah musafir dan para penunggang kendaraan.
Kata
ar-rokbu ‘ الركب ’ (para penunggang kendaraan) dengan fathah
pada huruf /
ر/ dan sukun pada huruf / ك/ adalah bentuk jamak dari
lafadz ‘ الراكب ’,
seperti lafadz ‘ الصحب ’ yang merupakan bentuk jamak
dari lafadz ‘
.الصاحب
ولو امتنع صاحب الماء من بذله وهو غير محتاج إليه لعطش وهناك مضطر إليه للعطش
حالا
وإن احتاجه المالك مآلا كان للمضطر أخذه قهرا أي وعليه قيمته وله أن يقاتله
عليه
فإن قتل أحدهما كان صاحب الماء مهدر الدم لا قصاص فيه ولادية ولا كفارة
لكونه
ظالما يمنعه منه وكان المضطر مضمونا بالقصاص أو الدية أو الكفارة لكونه مقتولا
بغير حق
Apabila pemilik air yang sedang tidak kehausan enggan
memberikan
airnya kepada orang lain, sedangkan disana ada orang
lain yang mudh-tir
(sangat membutuhkan)-nya karena kehausan,
meskipun pemilik tersebut akan
membutuhkan airnya sendiri di
waktu belakangan, maka diperbolehkan bagi
orang lain yang mudhtir
tersebut merebut air dari si pemilik secara
paksa, maksudnya si
mudh-tir wajib menanggung biaya harga air dan ia
boleh memerangi
si pemilik demi mendapat air. Apabila salah satu dari si
pemilik atau
si mudh-tir terbunuh, maka;
jika yang terbunuh adalah si pemilik air maka si pemilik air
tersebut
adalah orang yang tersia-siakan darahnya sehingga
membunuhnya tidak
menetapkan adanya qisos, diyat, atau
kafarat sebab si pemilik adalah
orang yang dzalim yang
enggan memberikan airnya kepada si mudh-tir.
jika yang terbunuh adalah si mudh-tir maka si pemilik
ditetapkan
menanggung qisos, diyat, atau kafarat, sebab si
mudh-tir dibunuh tanpa
ada alasan yang haq.
ولو احتاج صاحب الماء إليه لعطش نفسه كان المالك مقدما على غيره، ولو احتاج
الأجنبي
للوضوء وكان المالك مستغنيا عنه لم يلزمه بذله لطهارته، ولا يجوز للأجنبي أخذه
قهرا
لأنه يمكنه التيمم
Apabila pemilik air membutuhkan air yang tersedia untuk
memenuhi rasa
hausnya sendiri maka ia sendirilah yang didahulukan
untuk dipenuhi
daripada selainnya.
Apabila orang lain membutuhkan air tersebut untuk
berwudhu,
sedangkan pemilik tidak membutuhkannya, maka pemilik
tidak wajib
memberikan air tersebut kepada orang lain itu. Sementara
itu, si orang
lain tidak diperbolehkan merebutnya secara paksa dari si
pemilik sebab ia
masih memungkinkan mengganti wudhu dengan
tayamum.
واعلم) أنه مهما احتاج إليه لعطش نفسه حالا أو مآلا أو رقيقه أو حيوان محترم وإن
لم
يكن معه ولو في ثاني الحال قبل وصولهم إلى ماء آخر فله التيمم وجوبا
ويصلي ولا يعيد
لفقد الماء شرعا ولو لم يجد الماء أو وجده يباع بثمن مثله
وهو واجد الثمن فاضلاً، عما
يحتاج إليه في سفره ذاهبا وراجعا لزمه شراؤه،
وإن كان يباع بأكثر من ثمن المثل لم يلزمه
شراؤه لأن للماء بدلا سواء قلت
الزيادة أم كثرت، لكن يستحب شراؤه وثمن المثل هو
قيمته في ذلك الموضع في تلك
الحالة انتهى قول النووي ملخصا
Ketahuilah. Sesungguhnya terkadang seseorang
membutuhkan air yang
tersedia untuk memenuhi rasa hausnya
sendiri pada saat itu juga atau saat
nanti, atau memenuhi rasa haus
temannya, atau hewan muhtarom meskipun
sedang tidak bersamanya
sekalipun pada kondisi membutuhkannya untuk yang
kedua kalinya
sebelum mereka sampai pada air lain yang tersedia. Maka ia
wajib
bertayamum dan sholat dan tidak perlu mengulangi sholatnya lagi
karena
ia tidak mendapati air secara syariat.
Apabila seseorang tidak mendapati air atau mendapati air
tetapi air
tersebut dijual dengan harga misilnya dan ia memiliki biaya
harga
misilnya melebihi dari apa yang ia butuhkan untuk pergi dan
pulang maka
wajib atasnya membelinya. Namun, apabila air tersebut
dijual dengan harga
yang lebih banyak daripada harga misilnya maka
ia tidak wajib membelinya
karena air dapat diganti dengan debu,
baik harga lebihnya tersebut
sedikit atau banyak, tetapi ia disunahkan
membelinya. Yang dimaksud
dengan harga misil disini adalah harga
air menurut wilayah yang ia
tempati pada saat itu.
ومثل احتياجه للماء احتياجه لثمنه في مؤنة ممونه من نفسه وعياله قال الحصني ولو
مات
رجل وله ماء ورفقته عطاش شربوه ويمموه ووجب عليهم ثمنه وجعله في ميراثه
وثمنه قيمته
في موضع الإتلاف في وقته اه قال البيجوري والعطش المبيح للتيمم
يعتبر فيه قول
الطبيب العدل وله أن يعمل فيه بمعرفته اه تكميل
Sama dengan kondisi butuhnya seseorang pada air adalah
butuhnya
pada harga air untuk membiayai dirinya sendiri atau
keluarganya. Hisni
berkata bahwa apabila seseorang mati dan ia
memiliki air, tetapi
teman-temannya merasakan kehausan maka
mereka meminum air tersebut dan
mentayamumi mayit. Mereka
wajib menanggung harga biaya air tersebut dan
menjadikan harga
biaya air tersebut ke dalam harta warisannya. Pengertian
harga air
disini adalah harga air menurut tempat dimana air tersebut
digunakan
pada saat itu.
Hewan-hewan Ghoiru Muhtarom
غير المحترم) وهو ما لا يحرم قتله (ستة) من الأشياء أحدها (تارك الصلاة أي بعد
أمر
الإمام والاستتابة ندبا وقيل وجوباً، وعلى ندب الاستتابة لا يضمن من
قتله قبل التوبة
لكنه يأثم
Ghoiru muhtarom, yaitu hewan yang tidak haram
membunuhnya, ada 6 (enam),
yaitu:
a. Tarik sholah (orang yang meninggalkan sholat) setelah ia
diperintahkan
imam untuk bertaubat. Memerintahnya
bertaubat hukumnya sunah. Menurut
qiil, hukumnya wajib.
Berdasarkan kesunahan memerintahkannya bertaubat,
maka
orang yang membunuh tarik sholah sebelum ia bertaubat
tidak
wajib dhoman atau menanggung atas kematiannya,
tetapi ia berdosa.
و) ثانيها (الزاني المحصن) بفتح الصاد على غير قياس وشرائط الإحصان أربع
البلوغ
والعقل والحرية ووجود الوطء في نكاح صحيح قال الشافعي إذا أصاب الحر
البالغ امرأته
أو أصيبت الحرة البالغة بنكاح فهو إحصان في الإسلام والشرك
b. Pezina Muhson. Lafadz ‘ المحصن ’ mushon adalah dengan fathah
pada
huruf / ص/ dengan tidak mengikuti aturan wazan qiyasnya. Syarat-syarat ihson
(atau seseorang bisa disebut dengan
muhson) ada 4 (empat), yaitu:
Baligh
Berakal
Merdeka
Telah terjadi jimak dalam pernikahan yang sah
Imam Syafii
berkata, “Ketika laki-laki merdeka dan baligh
menjimak istrinya atau
ketika perempuan merdeka dan
baligh telah dijimak dalam ikatan pernikahan
yang sah maka
masing-masing dari mereka adalah ihson menurut agama
Islam
dan agama lain.”
فرع) قال الشرقاوي والمعتمد أن غير المحترم من الآدمي فيه تفصيل إن كان قادرا
على
التوبة كتارك الصلاة والمرتد لم يجز له شرب ماء وإن احتاجه في إنقاذ
روحه من العطش
لتعينه للطهر به مع قدرته على الخروج من المعصية وإن لم يقدر
عليها كالزاني المحصن
جاز له التيمم وشرب الماء للعطش قرره شيخنا الخفي
[Cabang]
Syarqowi berkata, “Pendapat muktamad menyebutkan bahwa
ghoiru muhtarom
dari manusia perlu dirinci dalam masalah
tayamum. (Ketika waktu sholat
hampir habis dan
ketersediaan air juga terbatas, maka) apabila ia
mampu
bertaubat, seperti tarik sholah dan murtad, maka tidak boleh
baginya
meminum air tersebut sekalipun ia
membutuhkannya untuk menyelamatkan
nyawanya sendiri
dari kehausan karena adanya kewajiban atasnya untuk
bersuci
dengan air tersebut disertai keadaannya yang mampu
keluar dari
kemaksiatan (meninggalkan sholat dan murtad),
dan apabila ia tidak mampu
bertaubat, seperti pezina
muhson, maka boleh baginya beralih ke tayamum
dan
meminum air yang tersedia itu untuk menyelamatkan dirinya
dari
kehausan. Demikian ini ditetapkan oleh Syaikhuna al-
Khofi.”
و) ثالثها (المرتد) وهو من قطع ممن يصح طلاقه الإسلام قال المدابغي فائدة من
دعاء
ابن مسعود رضي الله عنه ا لل هُ مَّ إ نِّي أ سْ أ ل كَ إ يْم انا لا ي
رت دُّ ون ع يْ ما لا ي نْ فُ دُ وقُ رَّة عَ يْنٍ لَا
تَ نْ قَ طِ ع و م
رَافَ قَ ة ن ب ي كَ صَ ل ى الله عَ ل ي هِ وسَ ل مَ فِي أ عْ ل ى جَ ن انِ الخْ
لْ دِ اه
c. Murtad; ia adalah orang yang telah memutus keislamannya,
yaitu ia
termasuk orang yang talaknya dihukumi sah. Al-
Mudabighi berkata,
“(Faedah) Termasuk doa Ibnu Mas’ud
rodhiallahu ‘anhu adalah;
ا لل هُ مَّ إ نيِّ أ سْ أ ل كَ إ يْم انا لا ي رت دُّ ون ع يْ ما لَا ي نْ
فُ دُ وقُ رَّة عَ يْنٍ لا تَ نْ قَ طِ ع ومُ رَافَ قَ ة ن ب ي كَ صَ ل ى الله عَ
ل ي هِ وسَ ل مَ فِي أ عْ ل ى جَ ن انِ الخْ لْ دِ
Ya Allah. Sesungguhnya aku meminta kepada-Mu iman yang
tidak akan murtad,
nikmat yang tidak akan habis, penghibur
mata yang tidak akan bosan, dan
berteman dengan Nabi-Mu
di surga kekal tertinggi.
و) رابعها (الكافر الحربي) وهو الذي لا صلح له مع المسلمين قاله الفيومي وخرج
بالحربي
ثلاثة أقسام الذمي وهو من عقد الجزية مع الإمام أو نائبه ودخل تحت أحكام
الإسلام
فإنه محترم وسمي ذميا لذلك نسبته إلى الذمة أي الجزية والمعاهد وهو من عقد
المصالحة
مع الإمام أو نائبه من أهل الحرب على ترك القتال في أربعة أشهر أو في عشر
سنين
بعوض منهم موصل إلينا أو بغيره لقوله صلى الله عليه وسلّم ألا من ظلم معاهدا أو
انتقصه أو كلفه فوق طاقته أو أخذ منه شيئا بغير طيب نفس فأنا حجيجه أي خصمه يوم
القيامة رواه أبو داود والمؤمن وهو من عقد الأمان مع بعض المسلمين في
أربعة
أشهر فقط لقوله تعالى وإن أحد من المشركين استجارك فأجره أي إذا استأمنك
أحد
منهم من القتل فأمنه ولقوله صلى الله عليه وسلّم ذمة المسلمين واحدة يسعى ا
أدناهم
فمن أخفر مسلما فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين رواه الشيخان
وصححاه
أي عقود المسلمين كعقد شخص واحد منهم يقوم ذا العقد أدناهم أي
كالعبيد
والنساء فمن نقض عهد مسلم فعليه لعنة من ذكر قال شيخنا أحمد النحراوي
والمراد
بالمعاهد في الحديث ما يشمل هؤلاء الثلاثة
d. Kafir Harbi; yaitu kafir yang tidak ada ikatan perdamaian
bersama
dengan kaum muslimin, seperti yang didefinisikan
oleh al-Fuyumi.
Mengecualikan dengan kafir harbi, artinya
tidak termasuk dari ghoiru
muhtarom, adalah 3 (tiga) jenis
kafir lainnya, yaitu;
a. Kafir Dzimmi, yaitu kafir yang setuju membayar jizyah
atau pajak
kepada pemerintah atau perangkat
pemerintah (Islam) dan ia berada di
bawah hukumhukum
Islam. Jadi, kafir dzimmi termasuk muhtarom. Ia
disebut
dengan dzimmi karena dinisbatkan pada
dzimmah (tanggungan), maksudnya
jizyah.
b. Kafir Mu’ahad, yaitu kafir dari kalangan kafir-kafir
harbi yang
terikat damai dengan pemerintah atau
perangkat pemerintah (Islam) untuk
tidak diperangi
selama 4 bulan atau 10 tahun, baik dengan membayar
sejumlah
biaya (upeti) yang kembali kepada kita (kaum
muslimin) atau tanpa
membayarnya. Jadi, kafir mu’ahad
termasuk muhtarom karena sabda
Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallama, “Ingat. Barang siapa
berbuat
dzalim terhadap kafir mu’ahad atau
menghinanya atau menuntut kepadanya
suatu tuntutan
diluar kemampuannya atau mengambil hak milik
darinya
secara dzalim maka aku (Rasulullah) akan
mendakwanya di Hari Kiamat.”
Hadis ini diriwayatkan
oleh Abu Dau
c. Kafir Muamman, yaitu kafir yang terikat janji mendapat
hak keamanan
dari sebagian kaum muslimin selama 4
bulan saja, karena Firman Allah
ta’aala, “Ketika salah
satu dari kaum musyrikin meminta hak keamanan
darimu
agar tidak diperangi maka berilah mereka hak
aman,” dan sabda Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa
sallama, “Akad-akad kaum muslimin (dengan kaum
kafir)
adalah seperti akad yang diadakan oleh salah
seorang dari kaum muslimin
dengan orang muslim lain
yang berderajat rendah, seperti; para budak
dan
perempuan. Barang siapa merusak janji orang muslim
maka atasnya
laknat Allah, para malaikat, dan
manusia.” Hadis ini diriwayatkan oleh
Bukhori dan
Muslim dan mereka berdua menshohihkannya.
Syaikhuna
Ahmad Nahrowi berkata, “Yang dimaksud
dengan mu’ahad dalam hadis adalah
kafir yang
mencakup kafir dzimmi, kafir mu’ahad, dan kafir
muamman.”
فائدة) قال محمد الشربيني في كتابه التفسير الملقب بالسراج المنير والكفر لغة
ستر
النعمة وأصله الكفر بالفتح وهو الستر وفي الشرع إنكار ما علم بالضرورة
مجيء رسول به
وينقسم إلى أربعة أقسام كفر إنكار وكفر جحود وكفر عناد وكفر
نفاق فكفر الإنكار
هو أن لا يعرف الله أصلا ولا يعترف به وكفر الجحود هو أن
يعرف الله بقلبه ولا يقر
بلسانه ككفر إبليس واليهود قال الله تعالى فلما
جاءهم ما عرفوا كفروا به وكفر العناد
هو أن يعرف الله بقلبه ويعترف بلسانه
ولا يدين به ككفر أبي طالب حيث يقول
ولقد علمت بأن دين محمد ** من خير أديان
البرية دينا
لولا الملامة أو حذار مسبة ** لوجدتني سمحا بذاك مبينا
وأما
كفر النفاق فهو أن يقر باللسان ولا يعتقد بالقلب اه وقال الباجوري والكفر قيل
هو
عدم الإيمان عما من شأنه أن يكون متصفا به، وقيل هو العناد بإنكار الشيء مما
علم
مجيء الرسول به ضرروة، فالتقابل بينه وبين الإيمان على الأول وهو الحق من
تقابل
العدم والملكة، وعلى الثاني من تقابل الضدين والملكة هي صفة راسخة في
النفس سميت
بذلك لأ ا ملكت محلها
(Faedah) Muhammad Syarbini berkata dalam kitab Tafsirnya
yang berjudul
Siroj al-Munir, “Kafr/ ال كَ فْ ر menurut bahasa berarti
menutupi nikmat/
سَتْرُ النِّعْمَةِ . Asal lafadz ال كَ فْ ر adalah dengan fathah pada
huruf
/ ك/, yaitu berarti menutupi/ السَ تْر . Menurut syarak atau istilah,
kafr
berarti mengingkari hukum-hukum yang diketahui secara
dhorurot datangnya
dari Rasulullah. Kafr terbagi menjadi 4 (empat),
yaitu kafr ingkar, kafr
juhud, kafr ‘inad, dan kafr nifak.
Kafr Ingkar adalah tidak mengenal
Allah sama sekali dan
tidak mengakui keberadaan-Nya.
Kafr Juhud adalah mengenal Allah dengan hati tetapi tidak
mengakui
dengan lisan, seperti kekufuran Iblis dan Yahudi. Allah
ta’ala berfirman,
“Maka ketika (al-Quran) datang kepada mereka
maka mereka tidak
mengetahui/mengenalnya. Mereka malah
mengkufurinya.”45
Kafr ‘Inad adalah mengenal Allah dengan hati, mengakui
dengan lisan,
tetapi tidak menetapi agama (tidak mengikuti Allah),
seperti kekufuran
Abu Tolib. Ia berkata;
Aku tahu bahwa agama Muhammad ** adalah agama yang
terbaik
di antara agama-agama manusia.
Andaikan tidak ada celaan dan
olok-olok omongan kasar yang akan
ditujukan kepadaku ** niscaya aku tidak
keberatan untuk
mengungkapkan kebenaran itu secara jelas.
Kafr Nifak
adalah mengakui dengan lisan dan tidak meyakini
dengan hati.
Bajuri berkata, “Menurut qiil, kafr adalah tidak memiliki
keimanan yang
mana seseorang seharusnya bersifatan dengan
keimanan tersebut. Menurut
qiil lain, kafr adalah ‘inad, yaitu
mengingkari segala sesuatu yang
diketahui secara dhorurot
datangnya dari Rasulullah. Menurut qiil
pertama, perbandingan
antara kafr dan iman termasuk perbandingan ‘adam
(tidak ada) dan
malakah (tabiat kuat). Ini adalah perbandingan yang
benar. Menurut
qiil kedua, perbandingan antara kafr dan iman termasuk
perbandingan
dua perkara yang saling bertolak belakang. Pengertian
malakah adalah
sifat yang tertancap kukuh di dalam hati. Sifat
tersebut dinamakan dengan
malakah karena sifat tersebut menguasai
tempat hati.”
فرع) قال البراوي والذي نقله سيدي عبد الوهاب الشعراني عن السبكي أن عمه صلى
الله
عليه وسلّم أبا طالب بعد أن توفي أحياه الله تعالى وآمن بالنبي صلى الله عليه
وسلّم
قال شيخنا العلامة السحيمي وهذا هو اللائق بحبه صلى الله عليه وسلّم
وهو الذي
اعتقده وألقى الله به، وأما إحياء الله تعالى أبويه صلى الله عليه
وسلّم فللدخول في أمته
فقط وإن كانا من الناجين انتهى لأ ما من أهل الإسلام
45 QS. Al-Baqoroh: 89
[Cabang]
Barowi berkata, “Pendapat yang dikutip dari Sayyidi Abdul
Wahab Syakroni
dari Subki menyebutkan bahwa setelah paman
Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wa sallama, yakni Abu Tolib,
meninggal dunia, ia dihidupkan kembali oleh
Allah dan
beriman/mempercayai Rasululah shollallahu ‘alaihi wa
sallama.”
Syaikhuna Allamah Suhaimi berkata, “Kutipan ini adalah
pernyataan
yang pantas sebagai bentuk cinta kepada Rasulullah
shollallahu
‘alaihi wa sallama. Kutipan ini adalah pendapat yang aku
yakini dan
yang akan aku bawa bertemu dengan Allah kelak. Adapun Allah
menghidupkan
kembali kedua orang tua Rasulullah adalah agar
mereka masuk ke dalam umat
beliau saja meskipun mereka berdua
sudah tergolong sebagai orang-orang
yang selamat,” karena kedua
orang tua Rasulullah termasuk ahli Islam
(agama Ibrahim).
e. Anjing Galak
و) خامسها (الكلب العقور) أي الجارح والكلب ثلاثة أقسام عقور وهذا لا خلاف في
عدم
احترامه وندب قتله وما فيه نفع من اصطياد أو حراسة وهذا لا خلاف في احترامه
وحرمة
قتله وما لا نفع فيه ولا ضرر وهو كلب السوق المسمى بالجعاصي ومعتمد
الرملي
فيه أنه محترم فيحرم قتله وعند شيخ الإسلام يجوز قتله فإن كان الكلب عقورا ولكن
فيه نفع سن قتله تغليبا لجانب الضرر
Maksudnya, termasuk hewan yang ghoiru muhtarom adalah
anjing galak yang
suka melukai.
Anjing dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu;
a. Anjing galak. Tidak ada perselisihan pendapat ulama
mengenai ketetapan
bahwa anjing galak bukanlah muhtarom
dan sunah membunuhnya.
b. Anjing yang berguna untuk berburu dan berjaga-jaga. Tidak
ada
perselisihan pendapat ulama mengenai ketetapan bahwa
anjing jenis ini
termasuk muhtarom dan haram dibunuh.
c. Anjing yang tidak berguna dan juga tidak membahayakan.
Anjing jenis
ini disebut dengan anjing pasar atau dikenal
dengan istilah ja’asi.
Pendapat muktamad menurut Romli,
anjing jenis ini termasuk muhtarom dan
haram dibunuh.
Sedangkan menurut Syaikhul Islam, anjing jenis ini
boleh
dibunuh.
Apabila ada anjing galak, tetapi ia juga bermanfaat
untuk
tujuan tertentu, maka tetap disunahkan untuk membunuhnya sebab
mengedepankan
sisi menjauhi bahayanya
f. Babi
و) سادسها (الخنزير) وهو حيوان خبيث ويقال إنه حرام على لسان كل نبي ويسن
قتله
سواء كان عقورا أم لا على المعتمد وقيل يجب قتل العقور
Babi adalah hewan ghoiru muhtarom. Ia adalah hewan
menjijikkan. Dikatakan
bahwa babi diharamkan dalam syariat setiap
nabi. Disunahkan membunuh
babi, baik babi liar/galak atau tidak,
menurut pendapat muktamad. Menurut
qill disebutkan bahwa wajib
membunuh babi liar/galak.
Hewan-hewan
yang Disunahkan Dibunuh
فرع) يسن قتل المؤذيات أي التي تؤذي بطبعها كالفواسق الخمس وهي التي كثر خبثها
وإيذاؤها
الغراب الذي لا يؤكل وهو الذي بعثه نبي الله نوح عليه السلام من السفينة
ليأتيه
بخبر الأرض فترك أمره وأقبل على جيفة، والحدأة والعقرب ولها ثمانية أرجل
وعيناها
في ظهرها ولذا يقال إ ا عيماء لكو ا لا تبصر ما أمامها تلدغ وتؤلم
إيلاما شديداً،
والفأرة وهي التي عمدت إلى حبال سفينة سيدنا نوح فقطعتها
وأخذت الفتيلة لتحرق
البيت أيضا فأمر النبي صلى الله عليه وسلّم بقتلها،
والكلب العقور وقضية كلام النووي
والرافعي أن اقتناء هذه الفواسق الخمس حرام
وكذلك العنكبوت فهي من ذوات السموم
كما قال الأطباء وإن كان نسجها طاهراً،
وكثير من العوام يمتنع من قتلها لأ ا عششت
في فم الغار على النبي صلى الله
عليه وسلّم ويلزم على هذا أن لا يذبح الحمام لأنه
عشش أيضا على فم الغار،
وفي كلام بعضهم أن العنكبوت ضربان ذو سم وغيره،
وكالأسد النمر بكسر النون
وإسكان الميم وهو سبع أخبث وأجرأ من الأسد يختلف لون
جسده والذئب والدب بضم
الدال المهملة وهو حيوان خبيث، والنسر وهو من الطير
الجارح والعقاب وهو أنثى
الجوارح والوزغ وروى مسلم أن من قتل الوزغ في أول ضربة
كتب الله له مائة
حسنة وفي الثانية دون ذلك وفي الثالثة دون ذلك وفيه حض على قتله
قيل لأ ا
كانت تنفخ النار على سيدنا إبراهيم عليه الصلاة والسلام، والبعوض والقراد
مثل
غراب وهو ما يتعلق بالبعير ونحوه وهو كالقمل للإنسان، والقرد وهو حيوان خبيث
والصرد
وزان عمر نوع من الغربان قال أحمد السجاعي وهو طائر فوق العصفور أبقع
نصفه
أبيض ونصفه أسود ضخم الرأس والمنقار أصابعه عظيمة لا يقدر عليه أحد وله
صفير
مختلف يصفر لكل طائر يريد أن يصيده بلغته ويدعوه إلى التقرب منه فإذا
اجتمعوا
إليه شد على بعضهم ومنقاره شديد فإذا نقر واحدا بده من ساعته وأكله
والبرغوث
والبق والزنبور بضم الزاي،
[Cabang]
Disunahkan membunuh hewan-hewan yang melukai, seperti
5 (lima) hewan
fawasik, yaitu hewan-hewan yang sering merusak
atau melukai. Diantaranya
adalah;
a. Gagak yang tidak halal dimakan. Ia adalah gagak yang
diutus oleh Nabi
Nuh ‘alaihi as-salam dari perahu agar ia
melaporkan kepada Nabi Nuh
berita tentang kondisi bumi,
tetapi ia tidak memenuhi perintah Nabi Nuh
melainkan
menikmati bangkai-bangkai (yang ada di bumi).
b. Burung rajawali
c. Kalajengking. Kalajengking adalah hewan yang memiliki 8
(delapan) kaki
dan 2 mata di bagian punggung yang
sehingga disebut dengan ‘aimak karena
tidak dapat melihat
bagian depannya. Kalajengking menyerang dengan
cara
menyengat dan sangat menyakitkan.
d. Tikus, yaitu hewan yang dengan sengaja memotong tali-tali
perahu Nabi
Nuh ‘alahi as-salam dan berhasil
memotongnya. Pernah, tikus mencuri tali
sumbu lampu dan
mencoba membakar Ka’bah. Oleh karena ini, Rasulullah
shollallahu
‘alaihi wa sallama memerintahkan untuk
membunuhnya.
e. Anjing galak.
Ketetapan hukum dari pendapat Nawawi dan Rofii
menyebutkan bahwa
memelihari 5 (lima) hewan fawasik di atas
hukumnya haram.
Begitu juga, diharamkan memelihara laba-laba karena ia
beracun seperti
keterangan dari para dokter meskipun jaringjaringnya
itu suci. Kebanyakan
orang enggan membunuh laba-laba
karena laba-laba sendiri pernah menyusun
jaringnya di mulut Gua
Tsur demi ikut membantu melindungi
Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wa sallama dari kejaran Quraisy.
Berdasarkan alasan ini, tentu
burung dara juga tidak perlu disembelih
karena ia juga ikut
membantu dan mengecoh Quraisy di mulut Gua Tsur.
Menurut
keterangan dari sebagai ulama disebutkan bahwa laba-laba
dibagi
menjadi dua, yaitu laba-laba yang beracun dan yang tidak beracun.
f. Singa
g. Nim-r ( الن مْ ر ), yakni dengan kasroh pada huruf / ن/ dan sukun
pada
huruf / م/, yang berarti macan tutul. Nim-r adalah lebih
buruk dan lebih
penakut daripada singa. Nim-r memiliki
warna tubuh yang berbeda-beda atau
belang. (Biasa disebut
harimau).
h. Serigala (anjing hutan)
i. Beruang. Ia termasuk hewan
khobits.
j. Burung nasar (sejenis elang). Ia adalah jenis burung yang
melukai.
k. Elang betina.
l. Cicak. Diriwayatkan oleh Muslim bahwa barang siapa
membunuh cicak
sekali pukul maka Allah menuliskan
baginya 100 kebaikan, jika membunuhnya
dengan dua kali
pukul maka Dia menuliskan baginya di bawah 100
kebaikan,
jika membunuhnya dengan tiga kali pukul maka dituliskan
baginya
kebaikan di bawahnya lagi. Dalam riwayat ini
mengandung anjuran membunuh
cicak. Menurut qiil, alasan
dianjurkan membunuh cicak adalah karena cicak
meniup api
agar menjadi besar saat api tersebut membakar Nabi Ibrahim
‘alaihi
as-salam.
m. Nyamuk
n. Qurod atau kutu. ( القُ رَاد , yaitu
dibaca seperti membaca lafadz
غُرَاب‘ ’). Qurod adalah kutu yang menempel
pada unta atau
lainnya. Ia adalah seperti kutu yang menempel di kepala
manusia.
o. Monyet. Ia termasuk hewan khobits (menjijikkan).
p. Surod (‘ الصُرَد ’ dengan mengikuti wazan seperti lafadz ‘ عُمَر ’). Ia
adalah
jenis burung gagak. Ahmad Sujai berkata, “Surod
adalah burung yang lebih
besar daripada burung emprit.
Surod memiliki bulu belang. Separuh
tubuhnya berwarna
putih dan separuhnya lagi berwarna hitam. Ia
memiliki
kepala besar dan paruh besar. Jari-jari kakinya besar. Ia
memiliki
suara siulan yang berbeda-beda. Ia bersiul pada
setiap burung yang ingin
ia buru yang mana suara siulannya
tersebut sama dengan suara siulan
burung yang hendak ia
buru itu. Dengan siulan palsu, ia mengajak
burung-burung
buruannya agar mendekat padanya. Ketika burung-burung
itu
telah mengkerubunginya, dengan segera ia menahan
sebagian dari mereka.
Paruhnya sangat kuat. Ketika ia telah
mendapati mangsanya, seketika ia
bisa merobek tubuh
mangsanya itu dan memakannya.
q. Kutu
r. Tinggi
s. Kumbang besar
Hewan-hewan yang Diharamkan Dibunuh
ويحرم قتل النمل السليماني وهو الكبير لانتفاء أذاه والنحل والخطاف بضم الخاء
وتشديد
الطاء ويسمى الآن عصفور الجنة لأنه زهد ما في أيدي الناس من الأقوات
واكتفى
بتقوته بالبعوض، والضفدع والهدهد والوطواط وهو الخفاش وهو طائر لا
يكاد يبصر
بالنهار، وكالقمل والصئبان وهو بيضه
Diharamkan membunuh hewan-hewan berikut ini;
a. Semut sulaimani, yaitu
semut besar karena ia tidak
menyakiti.
b. Lebah
c. Burung
Khutof (‘ الخطاف ’ dengan dhommah pada huruf / خ/ dan
tasydid pada huruf
/ ط/). Burung khutof kini dikenal dengan
ushfur jannah (burung emprit
surga) karena ia enggan
makanan-makanan pokok manusia (spt; biji gandum,
beras,
dll) Ia cukup dengan memakan nyamuk sebagai pengisi
perut.
d.
Katak
e. Burung Hud-hud.
f. Kelelawar, yaitu sejenis burung yang
hampir tidak bisa
melihat apapun di siang hari.
g. Kutu dan lingso
(telur kutu)
أما غير السليماني وهو الصغير المسمى بالذر فيجوز قتله بغير الإحراق لكونه مؤذيا
وكذابه إن تعين طريقا لدفعه
Adapun semut yang selain semut sulaimani, yaitu semut
kecil yang disebut
dengan dzar maka boleh dibunuh dengan cara
tidak dibakar karena semut
kecil itu termasuk hewan yang menyakiti.
Begitu juga, boleh membunuhnya
dengan cara dibakar jika memang
hanya dibakar lah satu-satunya cara yang
ditemukan.
أما ما ينفع ويضر كصقر وهو من الجوارح يسمى القطا بضم القاف وفتحها وباز فلا
يسن
قتله ولا يكره بل هو مباح
Adapun hewan-hewan yang bermanfaat dan juga berbahaya,
seperti shoqr,
yaitu jenis burung (elang) yang disebut dengan qut
atau qot, dan seperti
burung baz (sejenis elang juga), maka tidak
disunahkan dan tidak
dimakruhkan membunuhnya, tetapi boleh
membunuhnya.
وما لا يظهر فيه نفع ولا ضر كخنافس وجعلان جمع جعل وزن عمر والحرباء وهي أكبر
من
القطا تستقبل الشمس وتدور معها كيفما دارت وتتلون ألواناً، ودود وذباب يكره
قتله
لأنه ليس من إحسان القتلة، أما السرطان وهو حيوان البحر ويسمى عقرب الماء
والرخمة
وهو طائر يأكل العذرة وهو من الخبائث فإنه يحرم قتلهما على المعتمد، ويجوز
رمي
القمل حيا إن لم يكن في مسجد، ذكر ذلك كله الشيخ الشرقاوي في حاشيته
على
تحفة الطلاب في باب جزاء الصيد
Adapun hewan-hewan yang tidak jelas manfaat dan
bahayanya, seperti;
kecoa, kumbang (kepik), bunglon (yaitu hewan
yang lebih besar daripada
burung qoto, yang menghadap ke arah
matahari, yang berputar bersama
dengan putaran matahari
bagaimanapun itu, dan yang dapat berubah-ubah
warna), ulat, dan
lalat, maka dimakruhkan dibunuh karena hewan-hewan
tersebut tidak
baik kalau dibunuh.
Adapun kepiting, ia adalah hewan laut (hewan air) dan
disebut dengan
kalajengking air, dan burung rahmat, yaitu burung
yang memakan tahi,
burung ini termasuk burung yang menjijikkan,
maka diharamkan membunuh
keduanya menurut pendapat
muktamad.
Diperbolehkan membuang kutu dalam kondisi masih hidup
jika tempatnya
bukan di dalam masjid.
Cabang ini disebutkan seluruhnya oleh Syeh
Syarqowi
dalam Khasyiah-nya ‘Ala Tuhfah at-Tulab dalam Bab Jazak Soid.
فصل) في شروط صحة التيمم (شروط التيمم) أي ما لا بد منه فيه (عشرة) الأولى (أن
يكون
بتراب) أي خالص بجميع أنواعه حتى ما يداوي به وهو الطين الأرمني والمحرق منه
ولو
أسود ما لم يصر رمادا والبطحاء وهو ما في مسيل الماء والسبخ بفتح الباء أي
الملح
الذي لا ينبت ما لم يعله أي يغلبه ملح فجميع ما يصدق عليه اسم التراب
كاف من
أي محل أخذ ولو من ظهر كلب إذا لم يعلم تنجس التراب المأخوذ منه
Fasal ini menjelaskan tentang syarat-syarat sah tayamum.
Syarat-syarat
tayamum, maksudnya sesuatu yang harus ada
dalam tayamum, ada 10
(sepuluh), yaitu:
1. Debu
Maksudnya, debu murni dengan segala jenisnya, seperti;
debu yang
digunakan untuk pengobatan sekalipun, yaitu
lumpur armani yang panas
meskipun berwarna hitam selama
belum menjadi pasir,
debu bat-hak, yaitu debu yang berada di tempat aliran air,
debu sabakh, yaitu debu yang tidak akan muncul selama
tidak tertumpangi
garam.
Intinya, semua debu yang disebut dengan debu maka sudah
mencukupi dalam
tayamum darimanapun itu berasal meskipun debu
itu dari punggung anjing
dengan catatan ketika tidak diketahui
kenajisan debunya yang diambil.
2. Debu Suci
و) الثاني (أن يكون التراب طاهرا ) لقوله تعالى فتيمموا صعيدا طيبا أي ترابا طاهرا
Syarat sah kedua dalam tayamum adalah debu suci karena
berdasarkan Firman
Allah ta’ala, “Maka bertayamumlah dengan
debu yang toyyib,”46 maksudnya
yang suci.
3. Tidak Mustakmal
و) الثالث (أن لا يكون مستعملا) أي في رفع الحدث ومثله المستعمل في إزالة
النجاسة
المغلظة فإن كان في السابعة كان طاهرا فقط أو فيما قبلها فمتنجس ولا
يصير مطهرا بغسله
Maksudnya, syarat sah ketiga dalam tayamum adalah bahwa
debu yang
digunakan bukanlah debu yang mustakmal, yakni debu
yang telah digunakan
dalam menghilangkan hadas dan
menghilangkan najis mugholadzoh.
Debu
dianggap sebagai mustakmal dalam menghilangkan
najis mugholadzoh adalah
jika memang debu tersebut berada dalam
basuhan yang ketujuh. Berbeda
apabila debu tersebut dalam basuhan
sebelum basuhan ketujuh maka dihukumi
sebagai debu mutanajis
yang jika dibasuh tidak dapat berubah menjadi debu
mutohir (yang
suci dan mensucikan).
46 QS. Ani-Nisak: 43 dan QS. Al-Maidah: 6
والمستعمل منه في رفع الحدث ما بقي بعضو ممسوح بعد مسحه أو تناثر منه
حالة
التيمم بعد مسحه العضو أما ما تناثر ولم يمس العضو بل لاقى ما لاصق
العضو فليس
بمستعمل كالباقي بالأرض وكذا لو ألقت الريح على وجهه ترابا فأخذه
بخرقة ثم أعاده
على وجهه فإنه يكفي
وعلم من ذلك أنه لو تيمم واحد أو
جماعة مرات كثيرة من تراب يسير في نحو خرقة
جاز حيث لم يتناثر إليه شيء مما
ذكر كما يجوز الوضوء متكررا من إناء واحد ولو رفع
إحدى يديه عن الأخرى قبل
استيعا ا ثم أراد أن يعيدها للاستيعاب جاز في الأصح
لأن المستعمل هو الباقي
بالممسوحة أما الباقي بالماسحة ففي حكم التراب الذي يضرب
عليه اليد مرتين
فلا يكون مستعملا بالنسبة للممسوحة أي فلو أغفل فيها لمعة كان له
أن يمسحها
بما في الماسحة أما بالنسبة لغير الممسوحة كعضو متيمم آخر أو العضو
الماسح
فلا يجوز مسحه بما في الكف لارتفاع حدث ذلك الكف به فهو مستعمل
Dalam tayamum, debu yang mustakmal dalam
menghilangkan hadas adalah debu
yang masih ada di anggota tubuh
setelah anggota tubuh tersebut diusap
atau debu yang rontok dari
anggota tubuh yang sedang diusap pada saat
tayamum setelah
anggota tubuh tersebut diusap.
Adapun debu
yang rontok dan belum mengenai anggota
tubuh yang hendak diusap,
melainkan debu tersebut menempel pada
sesuatu yang bertemu dengan anggota
tubuh tersebut (spt; kain)
maka tidak disebut sebagai debu mustakmal,
seperti sisa debu yang
ada di tanah.
Begitu juga, apabila angin menghempas debu, kemudian
debu tersebut
mengenai wajah seseorang, lalu ia mengusap debu di
wajahnya itu dengan
kain, setelah itu ia mengembalikan debu yang
di kain ke wajahnya lagi,
maka sudah mencukupi. Dari sini,
diketahui bahwa andai satu orang atau
beberapa orang bertayamum
dengan debu sedikit yang ada di satu kain maka
hukumnya boleh
selama debu di kain itu belum dirontoki oleh debu yang
telah ada di
wajah sebagaimana diperbolehkan berwudhu berulang kali
dengan
air dari satu wadah.
Apabila seseorang mengangkat salah satu kedua tangannya
(sebut tangan A)
dari tangan yang diusap (sebut tangan B) sebelum
meratakan debu pada
tangan B, kemudian ia kembali mengusap
tangan B dengan tangan A karena
untuk meratakan maka menurut
pendapat ashoh diperbolehkan karena debu
mustakmalnya berada di
tangan B yang diusap. Adapun debu yang tersisa di
tangan A yang
mengusap maka hukumnya seperti debu yang dipukul oleh
tangan
sebanyak dua kali sehingga bukanlah debu mustakmal dengan
dinisbatkan
pada tangan yang diusap. Maksudnya, apabila seseorang
masih belum
mengusap secuil bagian pada tangan B maka ia boleh
mengusap cuilan
tersebut dengan debu yang masih ada di tangan A.
Adapun apabila
dinisbatkan pada selain yang diusap, seperti anggota
tubuh lain atau
tangan A maka tidak diperbolehkan mengusapnya
dengan debu yang ada di
telapak tangan A karena hadas telapak
tangan A telah hilang dengan debu
yang tersisa sehingga termasuk
debu mustakmal.
4. Tidak Bercampur dengan Sesuatu yang Lain
و) الرابع (أن لا يخالطه دقيق ونحوه) كزعفران ونورة من المخالطات وإن قل ذلك
الخليط
لمنعه وصول التراب إلى العضو لكثافته قال الحصني والكثير ما يرى والقليل ما لا
يظهر
انتهى ولو اختلط التراب بماء مستعمل وجف جاز له التيمم به
Maksudnya, debu yang digunakan untuk tayamum tidak
tercampuri oleh
gandum, zakfaran, gamping, dan mukholit (bendabenda
lain yang dapat
mencampuri) meskipun hanya sedikit karena
dapat mencegah debu dari
mengenai anggota tubuh yang diusap
sebab tebalnya benda yang mencampuri
tersebut. Al-Hisni
mengatakan bahwa ukuran banyak dalam mukholit adalah
sekiranya
mukholit tersebut dapat terlihat sedangkan ukuran sedikitnya
adalah
sekiranya mukholit tidak terlihat.
Apabila debu bercampur dengan air mustakmal, kemudian
berubah kering,
maka debu tersebut boleh digunakan untuk
bertayamum.
5. Tidak Menyengaja Hal Lain
و) الخامس (أن يقصده) أي يقصد التراب لأجل التحويل إلى العضو الممسوح فيتيمم
ولو
بفعل غيره بإذنه أو يمرغ وجهه أو يديه في الأرض لقوله تعالى فتيمموا صعيدا طيبا
أي اقصدوه فلو انتفى النقل كأن سفته ريح على عضو من أعضاء التيمم فردده عليه
ونوى
لم يكف وإن قصد بوقوفه في مهب الريح التيمم لانتفاء القصد من جهته بانتفاء
النقل
المحقق للقصد، وأما قصد العضو فلا يشترط على المعتمد فلو أخذ ترابا ليمسح به
وجهه
فتذكر أنه مسحه صح أن يمسح به يديه وبالعكس
Maksudnya, termasuk syarat sah tayamum adalah
mutayamim (orang yang
tayamum) menyengaja debu untuk
memindahnya ke anggota tubuh yang diusap,
kemudian ia
bertayamum dengannya, meskipun memindah debu tersebut
dilakukan
oleh orang lain dengan izin dari mutayamim, atau
meskipun mutayamim
mengusapkan wajahnya atau kedua tangannya
ke tanah, karena berdasarkan
Firman Allah, “Bertayamumlah dengan
debu yang toyib,” maksudnya
sengajalah debu itu.
Apabila tidak ada proses memindah debu ke wajah,
misalnya;
angin menghamburkan debu hingga mengenai anggotaanggota
tubuh tayamum,
kemudian mutayamim menggerak-gerakkan
anggota anggota tubuhnya tersebut
agar mengenai debu dan ia
berniat, maka tayamumnya belum mencukupi
meskipun ia
menyengaja tayamum dengan berdiri di tempat terhempas
angin
karena tidak adanya kesengajaan dari sisi mutayamim sendiri
sebab
tidak ada proses pemindahan debu yang membuktikan adanya
kesengajaan
itu.
Adapun menyengaja anggota tubuh maka menurut pendapat
muktamad tidak
disyaratkan. Apabila seseorang mengambil debu,
lalu ia gunakan untuk
mengusap wajahnya, kemudian ia ingat kalau
sebelumnya ia telah mengusap
wajahnya, maka sah jika ia mengusap
kedua tangannya dengan debu yang ada
di wajahnya itu. Begitu juga
sebaliknya.
6. Mengusap Wajah dan Kedua Tangan
و) السادس (أن يمسح وجهه ويديه بضربتين) أي ولا بد من الضربتين شرعا وإن أمكن
التيمم
عقلا بضربة بخرقة أو نحوها بأن يضرب بالخرقة على تراب ويضعها على وجهه
ويديه
معا ويرتب في المسح بأن يمسح وجهه بطرفها ثم يديه بطرفها الآخر فلا يكفي
ذلك
شرعا لأنه نقلة واحدة فلا بد من نقلة ثانية يمسح ا ولو قطعة من يده
Syarat sah tayamum berikutnya adalah mutayamim
mengusap wajah dan kedua
tangan dengan dua kali pukulan. Dengan
demikian, diwajibkan secara syar’i
melakukan pukulan ke debu
sebanyak dua kali meskipun secara logis masih
memungkinkan
bertayamum dengan satu kali pukulan ke debu melalui sarana
kain
atau selainnya, misalnya; mutayamim memukul debu dengan kain,
kemudian
ia meletakkan kain tersebut ke wajah dan kedua tangannya
secara
bersamaan, lalu ia mengurutkan usapan dengan cara pertama275
tama ia
mengusap wajahnya dengan satu bagian ujung kain, setelah
itu ia mengusap
kedua tangannya dengan bagian ujung satunya lagi,
maka contoh demikian
ini tidak mencukupi menurut syariat karena
hanya terhitung melakukan satu
kali pukulan. Jadi, dalam contoh ini
masih disyaratkan lagi memindah debu
yang kedua kali untuk
mengusap meskipun hanya mengusap sedikit bagian
dari tangan.
والمراد بالضرب النقل فلو أخذ التراب من الهواء كفى
Yang dimaksud dengan memukul disini adalah memindah
debu sehingga apabila
ada seseorang mengambil debu dari udara
maka sudah mencukupi.
لا يقال إن النقل من الأركان فكيف يجعله من الشروط؟ لأنا نقول إن الركن ذاته
والشرط
إنما هو تعدده لا ذاته
Tidak bisa dikatakan, “Sebenarnya, memindah debu itu
termasuk rukun,
lantas bagaimana bisa memindah debu itu dijadikan
sebagai salah satu
syarat sah tayamum?” karena kita mengatakan
bahwa rukun yang dimaksud
adalah dzat memindah itu sendiri
sedangkan syarat adalah persiapan
memindah, bukan dzat
memindah.
7. Menghilangkan Najis
و) السابع (أن يزيل) أي المتيمم (النجاسة أولا) أي فيشترط على المتيمم تقديم
إزالة
النجاسة غير المعفو عنها ولو عن بدنه وعن غير أعضاء التيمم من فرج أو
غيره لا عن
ثوبه ومكانه بخلافه في الوضوء لأن الوضوء لرفع الحدث وهو يحصل مع
عدم ذلك
والتيمم لإباحة الصلاة التابع لها غيرها ولا إباحة مع ذلك فأشبه
التيمم معها التيمم قبل
الوقت
Syarat sah tayamum berikutnya adalah mutayamim
menghilangkan najis
terlebih dahulu. Jadi, disyaratkan bahwa
mutayamim harus mendahulukan
menghilangkan najis yang tidak
dima’fu meskipun dari tubuh dan dari
bagian tubuh selain wajah dan
kedua tangan, seperti; farji dan lainnya,
bukan dari pakaian dan
tempat.
Berbeda dalam masalah wudhu, maka tidak harus
menghilangkan najis
terlebih dahulu karena wudhu dilakukan untuk
menghilangkan hadas
sedangkan hilangnya hadas dapat diperoleh
tanpa harus menghilangkan najis
terlebih dahulu.
Selain itu, alasan mengapa dalam tayamum harus
menghilangkan
najis terlebih dahulu karena tayamum berfungsi
untuk ibahah atau
diperbolehkan melakukan sholat tertentu yang
diikuti oleh selainnya
padahal tidak ada unsur ibahah ketika najis
masih ada sehingga tayamum
dengan kondisi masih terkena najis
adalah seperti tayamum sebelum
masuknya waktu sholat.
قال الشرقاوي فلو تيمم قبل إزالة النجاسة لم يصح تيممه على المعتمد في المذهب
وجرى
عليه الرملي وقيل يصح وجرى عليه ابن حجر، وينبني على الخلاف ما لو كان
الميت
أقلف وتحت قلفته نجاسة فعند الرملي يدفن بلا صلاة عليه لأنه لم يتقدم إزالة
النجاسة
وعند ابن حجر يصلى عليه إذ لا يشترط عنده ذلك
Syarqowi berkata, “Apabila seseorang bertayamum sebelum
menghilangkan
najis maka menurut pendapat muktamad dalam
madzhab, tayamumnya dihukumi
tidak sah. Pendapat ini diikuti oleh
Romli. Menurut qiil, tayamum
demikian itu dihukumi sah dan
pendapat ini diikuti oleh Ibnu Hajar.
Berdasarkan khilaf atau
perbedaan pendapat ini, andai ada mayit yang
belum disunat dan
dibawah kulfah/kulupnya terdapat najis, maka menurut
Romli
dinyatakan bahwa mayit tersebut dikuburkan tanpa disholati
karena
ia belum menghilangkan najis terlebih dahulu, sedangkan menurut
Ibnu
Hajar dinyatakan bahwa mayit tersebut disholati karena
menurutnya tidak
disyaratkan menghilangkan najis terlebih dahulu.”
8. Berijtihad Menentukan Arah Kiblat
و) الثامن (أن يجتهد في القبلة قبله) أي قبل التيمم قال ابن حجر في المنهج القويم
فلو
تيمم قبل الاجتهاد فيها لم يصح على الأوجه قال الشرقاوي هذا ضعيف فيصح
التيمم
بعد دخول الوقت ولو قبل الاجتهاد في القبلة ولهذا تصح صلاة من صلى
أربع ركعات
لأربع جهات بلا إعادة
Termasuk syarat sah tayamum adalah mutayamim berijtihad
dalam menentukan
arah Kiblat sebelum ia bertayamum. Ibnu Hajar
berkata dalam kitab
al-Minhaj al-Qowim, “Apabila mutayamim
bertayamum sebelum berijtihad
dalam menentukan arah Kiblat maka
menurut pendapat aujah tayamumnya
dihukumi tidak sah.” Akan
tetapi, Syarqowi berkata, “Pendapat Ibnu Hajar
tersebut adalah dhoif.
Jadi, tayamum tetap dihukumi sah setelah masuknya
waktu sholat
meskipun sebelum berijtihad dalam menentukan arah Kiblat.
Oleh
karena ini, apabila mutayamim (yang tidak mengetahui arah kiblat)
melakukan
sholat 4 (empat) rakaat dengan menghadap ke 4 (empat)
arah maka sholatnya
dihukumi sah dan ia tidak wajib mengulangi
sholatnya itu.”
9. Setelah Masuknya Waktu Sholat
و) التاسع (أن يكون التيمم بعد دخول الوقت) أي الذي يصح فعل الصلاة فيه لأن
التيمم
طهارة ضرورة ولا ضرورة قبل دخوله
Syarat sah tayamum kesembilan adalah tayamum dilakukan
setelah masuknya
waktu dimana melakukan sholat di dalam waktu
tersebut dihukumi sah karena
tayamum adalah toharoh dhorurot
sedangkan tidak ada dhorurot sebelum
masuk waktunya.
والوقت شامل لوقت الجواز ووقت العذر وأوقات الرواتب وسائر المؤقتات كصلاة
العيد
والكسوف
Waktu disini mencakup waktu jawaz, waktu udzur, waktuwaktu
rowatib,
dan waktu-waktu yang ditentukan, seperti sholat Id
dan Kusuf.
ويدخل وقت صلاة الاستسقاء باجتماع أكثر الناس لها إن أراد فعلها جماعة وإلا
فبإرادة
فعلها والكسوف بمجرد التغير وإن أراد فعلها جماعة والفرق بينهما أن
الكسوف يفوت
بالانجلاء ولا كذلك الاستسقاء لا يفوت بالسقيا
وتحية
المسجد بدخوله والجنازة بتمام الغسل الواجب وهي الغسلة الأولى والتيمم للميت
وإن
لم يكفن و ذا يلغز فيقال شخص لا يصح تيممه حتى يتيمم غيره وهو الميت
والنفل
المطلق في كل وقت أراده إلا وقت الكراهة إذا أراد أن يصلي فيه أما إذا تيمم
ليصلي
خارجه أو أطلق فإنه يصح ويدخل وقت التيمم للخطبة بالزوال كالجمعة فلو
تيمم
قبله لم يصح ويجوز التيمم للجمعة قبل الخطبة لدخول وقتها وتقدم الخطبة إنما هو
شرط
لصحة فعلها، ويجوز تيمم الخطيب أو غيره قبل تمام العدد الذي تنعقد به الجمعة،
ويشترط
العلم أو الظن بدخول الوقت ولو بالاجتهاد، فلو تيمم شاكا فيه لم يصح وإن
صادفه
Masuknya waktu sholat Istisqo dimulai saat kebanyakan
orang telah
berkumpul untuk mendirikannya jika memang sholat
Istisqo hendak dilakukan
secara berjamaah. Jika sholat Istisqoh
hendak dilakukan secara tidak
berjamaah maka waktunya masuk
dimulai saat hendak mendirikannya.
Adapun
sholat Kusuf maka waktunya masuk dimulai dengan
terjadinya perubahan
gerhana meskipun hendak didirikan secara
berjamaah.
Perbedaan antara kedua waktu sholat tersebut adalah bahwa
waktu sholat
Kusuf akan terlewat sebab telah terang, berbeda dengan
waktu sholat
istisqo, maka tidak akan terlewat sebab telah turunnya
hujan.
Waktu sholat Tahiyatul Masjid dimulai dengan masuknya
seseorang ke dalam
masjid.
Waktu sholat Jenazah dimulai saat basuhan wajib dalam
memandikan
jenazah telah selesai, yaitu basuhan pertama, dan
dimulai saat
mentayamumi jenazah telah selesai meskipun
jenazahnya belum dikafani.
Oleh karena ini, dikatakan, “Seseorang
tidak sah tayamumnya sebelum ia
mentayamumi selainnya, yaitu
mayit.”
Waktu sholat sunah mutlak masuk kapan saja sesuai
keinginan mutayamim
kecuali pada saat waktu karohah
(dimakruhkan melakukan sholat) jika
memang ia ingin sholat pada
waktu karohah tersebut. Adapun ketika
seseorang bertayamum untuk
melakukan sholat di luar waktu karohah atau ia
memutlakkan maka
tayamumnya dihukumi sah.
Waktu tayamum karena khutbah masuk dimulai dengan
zawal, yaitu
tergelincirnya matahari ke arah barat, seperti waktu
tayamum karena
sholat Jumat. Oleh karena itu, apabila seseorang
bertayamum karena
khutbah sebelum zawal maka tayamumnya tidak
sah. Diperbolehkan bertayamum
karena sholat Jumat sebelum
melakukan khutbah karena waktu tayamum Jumat
juga sudah masuk
dan karena mendahulukan khutbah hanya menjadi syarat
bagi
keabsahan melakukan Jumat.
Diperbolehkan bagi khotib atau selainnya bertayamum
sebelum genapnya
syarat jumlah jamaah sholat Jumat, yaitu 40
orang.
Disyaratkan mengetahui atau menyangka (dzon) masuknya
waktu meski melalui
ijtihad. Oleh karena itu, apabila seseorang
bertayamum seraya ragu
tentang masuknya waktu maka
tayamumnya tidak sah meskipun secara
kebetulan tayamum tersebut
dilakukan setelah masuknya waktu.
10. Satu Tayamum unutk Satu Fardhu
و) العاشر (أن يتيمم) أي المعذور وجوبا (لكل فرض) أي عيني فلا يجمع بتيمم واحد
وإن
كان المتيمم صبيا فرضين كصلاتين أو طوافين لأنه طهارة ضرورة فيقدر بقدرها
Maksudnya, syarat sah tayamum yang terakhir adalah
mutayamim bertayamum
secara wajib untuk satu ibadah fardhu ‘ain.
Oleh karena itu, ia tidak
diperbolehkan menggunakan satu
tayamumnya untuk melakukan dua ibadah
fardhu, seperti; dua sholat
fardhu, dua towaf fardhu, meskipun ia adalah
seorang shobi, karena
tayamum adalah toharoh dhorurot, maka diukur sesuai
dengan
kadarnya, yaitu satu ibadah fardhu ain.
ويمتنع الجمع مع الجمعة وخطبتها بتيمم واحد لأن الخطبة وإن كانت فرض كفاية فقد
ألحقت بفرائض الأعيان وإنما جمع بين الخطبتين بتيمم واحد مع أ ما فرضان لأ ما
لتلازمهما صارا كالشيء الواحد فاكتفي لهما بتيمم واحد، بل الظاهر امتناع إفراد كل
واحد منهما بتيمم لعدم وروده
Tidak boleh menjadikan satu tayamum untuk melakukan
sholat Jumat beserta
khutbahnya karena khutbah meskipun fardhu
kifayah disamakan dengan
fardhu-fardhu ain.
Adapun alasan mengapa satu tayamum boleh digunakan
untuk
melakukan dua khutbah padahal masing-masing dari keduanya
adalah fardhu
karena keduanya saling bergantungan sehingga seolaholah
seperti satu
kesatuan utuh, maka dicukupkan satu tayamum
untuk melakukan dua khutbah.
Bahkan menurut dzohirnya, dilarang
melakukan dua tayamum untuk
masing-masing dua khutbah karena
tidak adanya dalil tentangnya.
ويجمع به فرضا وما شاء من النوافل لأ ا تكثر فيؤدي إيجاب التيمم لكل صلاة منها
إلى
الترك أو إلى ضيق عظيم، فخفف في أمرها كما خفف بترك القيام فيها مع
القدرة وبترك
القبلة في السفر
Dengan satu kali tayamum, mutayamim boleh melakukan
satu sholat fardhu
dan sholat nawafil (sunah) sebanyak-banyaknya.
Oleh karena sholat sunah
itu banyak, maka andaikan satu tayamum
diwajibkan hanya untuk satu sholat
sunah saja maka akan
menyebabkan mutayamim akan enggan melakukannya dan
waktu
pun juga akan terbatas. Oleh karena ini, masalah ibadah sunah
diringankan
sebagaimana keringanan diperbolehkannya tidak berdiri
meskipun mampu
ketika melakukan sholat sunah dan keringanan
diperbolehkannya tidak
menghadap Kiblat saat sholat sunah di
tengah-tengah bepergian.
ومثل النوافل تمكين المرأة حليلها وصلاة الجنازة وتعينها بانفراد المكلف عارض
فإذا
تيممت للفرض فإ ا تجمع بينه وبين التمكين، وكذا صلاة الجنازة
Sama dengan nawafil adalah perempuan yang tamkin
(membiarkan/melayani)
laki-laki halalnya dan sholat jenazah karena
kefardhu ainan sholat
jenazah atas satu orang mukallaf bersifat
‘aridh, bukan asal. Artinya,
mutayamim perempuan boleh
menjadikan satu tayamumnya untuk satu fardhu
dan tamkin
sekehendaknya, dan mutayamim (laki-laki atau perempuan)
boleh
menjadikan satu tayamumnya untuk satu fardhu dan sholat jenazah
sekendaknya.
أما لو تيممت للتمكين فلا يباح لها إلا ما في مرتبته كمس المصحف والمكث في
المسجد
والاعتكاف وقراءة القرآن ولو فرضا عينيا كتعلم الفاتحة، وكذا سجدة التلاوة
والشكر،
ولا يباح لها فرض ولا نفل
أو تيممت لصلاة الجنازة أبيح لها ما في
مرتبته من صلاة النافلة وما دونه مما تقدم ولا
يباح لها الفرض فالمراتب
ثلاث، ومس المصحف وما بعده في مرتبة واحدة حتى لو تيمم
لكل واحد منها جاز له
فعل البقية،
Apabila perempuan telah bertayamum untuk tamkin maka
tidak diperbolehkan
baginya melakukan perkara-perkara lain kecuali
yang setingkat dengan
tamkin, seperti; menyentuh mushaf, berdiam
diri di masjid, i’tikaf,
membaca al-Quran meskipun fardhu ain
semisal belajar Surat al-Fatihah,
sujud tilawah, dan sujud syukur.
Dengan tayamumnya itu, ia tidak
diperbolehkan melakukan sholat
fardhu dan sholat sunah.
Apabila perempuan telah bertayamum untuk melakukan
sholat jenazah maka
diperbolehkan baginya melakukan sholat-sholat
sunah yang setingkat dengan
sholat jenazah atau melakukan perkaraperkara
yang dibawah tingkatan
sholat jenazah, seperti yang telah
disebutkan sebelumnya (yakni menyentuh
mushaf dst) dan tidak
diperbolehkan baginya melakukan sholat fardhu.
Dengan
demikian, jumlah tingkatan ibadah ada tiga.47
Menyentuh mushaf dan
setelahnya berada dalam satu tingkatan,
bahkan andaikan seseorang
bertayamum untuk melakukan masingmasing
dari 3 tingkatan tersebut maka ia
diperbolehkan melakukan
perkara-perkara sisanya.48
47 Tingkatan pertama adalah seperti ibadah fardhu. Tingkatan kedua
adalah
sholat jenazah dan ibadah setingkatnya (ibadah-ibadah sunah).
Tingkatan
ketiga adalah seperti menyentuh mushaf dan setingkatnya.
48 Contoh: Seseorang bertayamum untuk melakukan satu fardhu
yang
merupakan tingkatan pertama, berarti ia diperbolehkan dengan
tayamumnya
tersebut melakukan perkara tingkatan kedua, seperti; sholat
jenazah, dan
perkara tingkatan ketiga, seperti; menyentuh mushaf.
Atau seseorang
bertayamum untuk melakukan sholat sunah qobliah
yang merupakan tingkatan
kedua, berarti ia diperbolehkan dengan
tayamumnya tersebut melakukan
perkara tingkatan pertama, yaitu satu
وللمرأة إذا تيممت للتمكين أن تمكن من الوطء مرارا ولو كان تيممها لفقد ماء ثم
رأته
في أثناء الجماع بطل تيممها وحرم عليها تمكينه ووجب عليه النزع بخلاف
ما إذا رآه هو
وهو يجامعها فلا يجب عليه النزع لعدم بطلان تيممها برؤيته هو،
إذ لو تيمم شخص
لفقد الماء ثم رآه غيره لم يبطل تيمم الأول قاله الشرقاوي
والله أعلم
Ketika perempuan telah bertayamum untuk tamkin maka ia
diperbolehkan
tamkin untuk dijimak berulang kali. Apabila
tayamumnya tersebut dilakukan
sebab tidak adanya air, kemudian di
tengah-tengah jimak, ia melihat air,
maka tayamumnya batal dan ia
diharamkan mentamkin laki-laki halalnya.
Sedangkan laki-laki
halalnya tersebut wajib mencabut dzakar dari farji
perempuan itu.
Berbeda dengan masalah apabila laki-laki halal melihat
air,
sedangkan ia sedang menjimak perempuan, maka laki-laki halal
tersebut
tidak wajib mencabut dzakar karena tayamumnya
perempuan tidak batal sebab
yang melihat air adalah pihak laki-laki,
bukan pihak perempuan, karena
apabila si A bertayamum karena
tidak ada air, kemudian si B melihat air,
maka tayamum si A tidak
batal, seperti yang dikatakan oleh Syarqowi.
Wallahu a’lam.
فصل) في أركان التيمم وهو المسمى بالمطهر المبيح (فروض التيمم) أي أركانه
(خمسة)
[Fasal ini menjelaskan] tentang rukun-rukun tayamum.
Tayamum disebut juga
dengan istilah mutohir mubih (perkara yang
mensucikan yang
memperbolehkan).
[Fardhu-fardhu] atau rukun-rukun [tayamum ada 5
(lima)].
sholat
fardhu, dan perkara tingkatan ketiga, seperti menyentuh mushaf
dst.
Wallahu a’lam.
قال الشرقاوي والمعتمد أ ا سبعة بعد التراب والقصد ركنين وإنما لم يعد الماء ركنا
في
الوضوء والغسل لعدم اختصاصه ما بخلاف التراب فإنه مختص بالتيمم ولا
يكتفى
بالنقل عن القصد وإن استلزمه والقصد هو قصد التراب لينقله فهو غير
النية التي هي
نية الاستباحة
Syarqowi berkata bahwa pendapat muktamad menyebutkan
bahwa rukun-rukun
tayamum ada 7 (tujuh) dengan menghitung debu
dan qosdu (menyengaja)
sebagai masing-masing rukun tersendiri.
Adapun air tidak dihitung sebagai
salah satu rukun dalam wudhu
atau mandi karena air tidak dikhususkan
hanya dalam wudhu dan
mandi, artinya wudhu dan mandi dapat digantikan
dengan debu
dalam tayamum. Berbeda dengan debu maka ia hanya digunakan
secara
khusus dalam tayamum. Memindah debu saja belum
mencukupi jika tanpa
disertai dengan qosdu meskipun memindah
debu sendiri akan menetapkan
adanya qosdu. Yang dimaksud dengan
qosdu adalah menyengaja debu untuk
memindahnya. Jadi qosdu
tersebut bukan berarti niat tayamum, yaitu niat
istibahah atau agar
diperbolehkan melakukan semisal sholat.
1. Memindah Debu
الأول نقل التراب) أي تحويل المتيمم له ولو من وجه إلى وجه بأن سفته الريح عليه
ثم
نقله منه ورده إليه أو من وجه إلى يد بأن حدث عليه تراب بعد مسحه من تراب
التيمم
فنقله منه إليها أو من يد إلى وجه أو من وجه إلى يد بأن حدث عليه
تراب بعد مسحه
من تراب التيمم فنقله منه إليها أو من يد إلى وجه أو من يد
إلى يد إما من اليمنى إلى
اليسرى أو بالعكس فالصور خمس
Maksudnya, rukun tayamum pertama adalah mutayamim
memindah debu (1)
meskipun dari wajah satu ke wajah yang lain,
misalnya; ada angin
menghamburkan debu dan mengenai wajah
mutayamim, lalu ia menghilangkan
debu tersebut dari wajahnya dan
mengembalikannya lagi ke wajahnya. (2)
Atau meskipun dari wajah
ke tangan, misalnya; mutayamim telah mengusap
wajah, kemudian
ada debu lain mengenai wajahnya itu, lalu ia
menghilangkan debu
baru tersebut dari wajahnya dan memindahnya ke tangan.
(3) Atau
meskipun dari tangan ke wajah (4) atau dari tangan ke tangan
lain
(dari tangan kanan ke kiri (5) atau dari kiri ke kanan). Jadi
contoh
pemindahan debu ada 5 (lima).
ومثل المتيمم مأذونه، ولو كان المأذون كافرا أو صبيا لا يميز أو أنثى حيث لا
مماسة
ناقضة أو مجنونا أو دابة كقرد فلابد من الإذن في جميع ذلك ليخرج
الفضولي وهو شغل
من لا يقصده فإنه لا يكفي نقله، ولو أحدث أحدهما بعد النقل
وقبل المسح لم يضر،
أما الآذن فلأنه غير ناقل وأما المأذون فلأنه غير
متيمم
Pihak yang memindah debu adalah mutayamim sendiri.
Sama sepertinya adalah
makdzun (orang lain yang diberi izin) untuk
memindahkan debu ke anggota
tubuh mutayamim meskipun
makdzun tersebut adalah orang kafir, atau shobi
yang belum tamyiz,
atau perempuan lain sekiranya tidak membatalkan sebab
saling
bersentuhan, atau orang gila, atau hewan semisal monyet. Jadi,
harus
ada izin dalam contoh pemindahan debu yang dilakukan oleh
makdzun
tersebut agar dapat mengecualikan seorang fudhuli, yaitu
orang lain yang
tidak menyengaja memindah debu sehingga
pemindahannya belum mencukupi.
Apabila salah satu dari
mutayamim dan makdzun mengalami hadas setelah
memindah debu
dan belum mengusapkan maka tidak apa-apa karena
mutayamim
yang selaku pihak yang mengizinkan bukanlah pihak yang
memindah
debu dan makdzun bukanlah pihak yang bertayamum.
2. Niat
الثاني النية) كأن ينوي استباحة الصلاة فلا فرق بين أن يتعرض للحدث بأن يقول
نويت
استباحة الصلاة من الحدث الأصغر أو الأكبر أم لا أو مس المصحف أو سجدة
التلاوة
Maksudnya, rukun kedua tayamum adalah berniat, misalnya;
mutayamim
berniat istibahah sholat (agar diperbolehkan melakukan
sholat). Dalam
niat, tidak ada perbedaan antara apakah mutayamim
menjelaskan hadasnya,
misalnya ia berkata, “Aku berniat istibahah
sholat dari hadas kecil,”
atau, “... dari hadas besar,” atau tidak
menjelaskannya. Atau mutayamim
bisa juga berniat tayamum dengan
mengatakan, “Aku berniat istibahah (agar
diperbolehkan) menyentuh
mushaf,” atau, “... sujud tilawah.”
لا رفع حدث لأن التيمم لا يرفعه ولا الطهارة عنه ولا فرض التيمم لأن التيمم
طهارة
ضرورة لا يصلح أن يكون مقصوداً، فإن أراد صلاة فرض فلا بد من نية
استباحة فرض
الصلاة
Dalam niat, mutayamim tidak boleh berniat tayamum karena
menghilangkan
hadas karena tayamum tidak dapat menghilangkan
hadas, dan tidak boleh
berniat bersuci dari hadas, dan tidak boleh
berniat fardhu tayamum karena
tayamum adalah toharoh dhorurot
yang tidak layak dijadikan sebagai tujuan
pokok.
Apabila mutayamim ingin melakukan sholat fardhu maka ia
wajib
berniat istibahah fardhu sholat (agar diperbolehkan melakukan
sholat
fardhu).
ويجب قرن النية بالنقل لأنه أول الأركان ومحل النية أول الواجبات وبمسح شيء من
الوجه
ولا يضر عزو ا أي غيبتها بينهما فلو حدث بينهما فإن كان الناقل هو بطلت
النية
أو مأذونه فلا
Diwajibkan membarengkan niat dengan memindah debu
karena memindah debu
adalah rukun tayamum yang pertama
sedangkan tempat niat berada di
permulaan kegiatan wajib. Begitu
juga, diwajibkan membarengkan niat
dengan mengusap sebagian
dari wajah.
Tidak apa-apa jika niat hilang pada saat antara memindah
debu dan
mengusap sebagian dari wajah.
Apabila mutayamim mengalami hadas
pada saat antara
memindah debu dan mengusap sebagian dari wajah maka
apabila
mutayamim adalah pihak yang memindah debu sendiri maka niatnya
batal,
tetapi apabila pihak yang memindah debu adalah makdzun
(orang lain yang
diberi izin untuk memindahnya) maka niatnya tidak
batal.
3. Mengusap Wajah
الثالث مسح الوجه) حتى ظاهر مسترسل لحيته والمقبل من أنفه على شفته لقوله
تعالى
فامسحوا بوجوهكم وأيديكم ولا يجب إيصال التراب إلى منابت الشعر الذي
يجب
إيصال الماء إليها بل ولا يندب ولو خفيفا لما فيه من المشقة
Rukun tayamum yang ketiga adalah mengusap wajah,
bahkan sampai bagian
dzohir dari bagian menurunnya jenggot dan
bagian depan hidung di atas
bibir, karena Firman Allah, “Kemudian
usaplah wajah kalian dan tangan
kalian.”49
Tidak wajib mendatangkan debu sampai tempat-tempat yang
ditumbuhi rambut
dimana wajib mendatangkan air padanya (saat
berwudhu), bahkan tidak
disunahkan mendatangkan debu padanya
meskipun rambut yang tumbuh itu
tipis karena sulit (masyaqoh).
4. Mengusap Kedua Tangan
الرابع مسح اليدين إلى المرفقين) قال السيد يوسف الزبيدي في إرشاد الأنام
وكيفية
التيمم المندوبة كما في الروضة أن يضع بطون أصابع يده اليسرى غير الإ
ام على ظهور
أصابع اليمين غير الإ ام بحيث لا تخرج أطراف أناملها عن مسبحة
اليسرى ويمرها على
ظهر كف اليمنى، فإذا بلغ كوعها ضم أطراف أصابعه على حرف
ذراع اليمنى وأمرها
إلى المرفق ثم أدار بطن كفه إلى بطن الذراع وأمرها عليه
رافعا إ امه فإذا بلغ كوعها أمر
49 QS. An-Nisak: 43
باطن إ ام يسراه على ظاهر إ ام يمناه ثم يفعل باليسرى كذلك ثم يمسح إحدى
الراحتين
بالأخرى
Maksudnya, rukun tayamum yang kedua adalah mengusap
kedua tangan sampai
kedua siku-siku.
Sayyid Yusuf Zubaidi berkata dalam Irsyad al-Anam,
“Tatacara bertayamum
yang disunahkan, seperti keterangan yang
disebutkan dalam kitab
ar-Roudhoh, adalah bahwa mutayamim
meletakkan bagian dalam jari-jari
tangan kiri selain ibu jari di atas
bagian luar jari-jari tangan kanan
selain ibu jari, sekiranya ujung jarijari
tangan kanan tersebut tidak
keluar dari batas jari telunjuk kiri.
Lalu ia menjalankan jari-jari tangan kiri di atas bagian luar telapak
tangan
kanan. Ketika telah sampai pada pergelangan tangan, ia
merapatkan
jari-jari tangan kirinya dan menjalankannya di atas
bagian luar lengan
tangan kanan sampai siku-siku. Lalu ia memutar
bagian dalam telapak
tangan kiri untuk mengusap bagian dalam
lengan tangan kanan dan
menjalankannya sambil mengangkat ibu
jari. Setelah itu, ketika telah
sampai pada pergelangan tangan, ia
menjalankan bagian dalam ibu jari-jari
kiri di atas bagian luar ibu jari
kanan. Terakhir, ia mengusap tangan
kiri dengan cara yang sama
seperti yang telah disebutkan. Setelah
terusap, ia saling mengusapkan
kedua telapak tangan.”
5. Tertib
الخامس الترتيب بين المسحتين) ولو عن حدث أكبر وإنما لم يجب في الغسل لأنه لما
كان
الواجب فيه التعميم جعل البدن فيه كالعضو الواحد، أما بين النقلين فلا يجب إذ
المسح
أصل والنقل وسيلة، فلو ضرب بيديه على التراب ومسح بإحداهما وجهه
وبالأخرى
يده الأخرى جاز ثم ينقل مرة ثانية ليده الثانية
Maksudnya, rukun tayamum yang kelima adalah tertib antara
dua usapan
meskipun bertayamum dari hadas besar.
Adapun mengapa tertib tidak
diwajibkan dalam mandi
karena ketika perkara yang diwajibkan dalam mandi
adalah
meratakan air ke seluruh tubuh maka tubuh dalam mandi dianggap
sebagai
satu anggota. Adapun antara dua kali memindah debu maka
tidak diwajibkan
harus tertib karena tujuan pokok adalah mengusap
sedangkan memindah hanya
perantara.
Apabila mutayamim memukulkan kedua tangan di atas debu
dan ia mengusapkan
satu tangan ke wajah dan mengusapkan satu
tangan lain ke tangan misal
kanan, maka hukumnya boleh, lalu ia
memukul debu lagi dan mengusapkan ke
tangan kiri.
D. Kesunahan-kesunahan Tayamum
تتمة) وسننه التسمية أوله ولو جنبا وحائضا كما في الوضوء ويأتي ا بقصد
الذكر
أو يطلق ونفض اليدين أو نفخهما بعد الضرب وقبل المسح من الغبار إن كثر
أما
نفضهما بعد التيمم فمكروه إذ يسن إبقاؤه حتى يخرج من الصلاة لأنه أثر عبادة
والتيامن
بأن يمسح يده اليمنى قبل اليسرى والتوجه للقبلة وابتداء مسح الوجه من أعلاه
واليدين
من الأصابع، لكن إذا يمسه غيره فيبدأ بالمرفق والغرة والتحجيل وتفريق أصابعه
في
كل ضربة ونزع الخاتم في الضربة الأول وتخليل الأصابع إن فرق في الضربتين أو في
الثانية
فقط وإلا أي بأن لم يفرق أصلا أو فرق في الأولى التي للوجه وجب التخليل في
الثانية
لأ ا المقصودة لليدين بخلاف الأولى فإ ا مقصودة للوجه فما وصل لليدين منها
لا
يعتد به فاحتيج إلى التخليل ليحصل ترتيب المسحتين والموالاة بين مسح الوجه
واليدين
Kesunahan-kesunahan tayamum diantaranya:
1. Membaca basmalah di awal tayamum meskipun mutayamim
adalah orang yang
junub atau haid, seperti dalam wudhu,
tetapi ia membaca basmalah dengan
maksud berdzikir atau
memutlakkan.
2. Mengibaskan kedua tangan atau meniup keduanya setelah
memukul debu dan
sebelum mengusap jika memang debu
yang diambil itu banyak. Adapun
mengibaskan kedua tangan
setelah tayamum maka hukumnya makruh karena
mutayamim
disunahkan membiarkan debu tayamum sampai
ia selesai dari sholat karena
debu tayamum itu adalah bekas
ibadah.
3. Mendahulukan anggota kanan sekiranya mutayamim
mengusap terlebih
dahulu tangan kanan sebelum ia
mengusap tangan kiri.
4. Menghadap Kiblat.
5. Mengawali mengusap wajah dari bagian atas wajah dan
mengawali mengusap
kedua tangan dari jari-jarinya. Akan
tetapi, apabila mutayamim ditayamumi
oleh orang lain maka
orang lain tersebut mengawali usapan tangan dari
siku-siku,
bagian ghurroh dan tahjil.
6. Membenggangkan jari-jari di setiap memukul debu.
7. Melepas cincin di pukulan debu pertama.
8. Menyela-nyelai jari-jari apabila mutayamim
membenggangkannya di dua
pukulan atau di pukulan kedua
saja. Apabila ia tidak membenggangkan
jari-jari sama sekali
di dua pukulan atau apabila ia hanya
membenggangkannya
di pukulan pertama yang untuk mengusap wajah maka ia
wajib
menyela-nyelai jari-jari di pukulan kedua karena
pukulan kedua tersebut
bertujuan untuk mengusap kedua
tangan, berbeda dengan pukulan pertama
karena ia bertujuan
untuk mengusap wajah sedangkan debu yang mengenai
kedua
tangan dari pukulan pertama tidak dianggap sehingga
dibutuhkan untuk
menyela-nyelai jari-jari agar menghasilkan
adanya tertib antara dua
usapan.
9. Muwalah antara mengusap wajah dan mengusap kedua
tangan.
E. Kemakruhan-kemakruhan Tayamum
تذييل) ومكروهه تكرير التراب وتكرير المسح لكل عضو
(Tadzyil) Kemakruhan tayamum adalah mengulang-ulang debu, maksudnya
menggosok-gosokkan debu, dan mengulang-ulang usapan di setiap anggota-anggota
tayamum.
F. Perkara-perkara yang Membatalkan Tayamum
فصل) في بيان ما يبطل التيمم (مبطلات التيمم) بعد صحته (ثلاثة) أحدها (ما أبطل
الوضوء) فما اسم موصول أو نكرة موصوفة أي الذي أبطل الوضوء أو شيء أبطل الوضوء
[Fasal ini] menjelaskan tentang perkara-perkara yang membatalkan tayamum.
[Perkara-perkara yang membatalkan tayamum] setela keabsahannya [ada 3 (tiga)],
yaitu:
1. [Semua perkara yang membatalkan wudhu]. Lafadz ‘ ’ما adalah
isim maushul atau isim nakiroh maushufah.
Takdirnya adalah لذى أبطل الوضوء atau شيئ أبطل الوضوء
و) ثانيها (الردة) ولو حكما كما لو حكى صبي الكفر فيبطل تيممه لأنه طهارة
ضعيفة
لأنه لاستباحة الصلاة وهي منتفية معها بخلاف الوضوء والغسل بالنسبة للسليم
فلا
يبطل ا ولو في أثنائهما ولو توضأ أو اغتسل ثم ارتد في أثنائه ثم عاد للإسلام
كمله
لكن يجدد النية لما بقي أما وضوء صاحب الضرورة وغسله فكالتيمم فيبطل بالردة
على
المعتمد
2. [riddah] atau kemurtadan meskipun secara hukum semisal
ada shobi
(bocah) mempraktekkan perbuatan kufur yang
pernah ia lakukan maka ia
dihukumi murtad secara hukum,
oleh karena itu tayamum shobi tersebut
dihukumi batal.
Alasan mengapa tayamum menjadi batal sebab riddah
adalah
karena tayamum merupakan toharoh dhoifah (toharoh
lemah) karena ia
berfungsi istibahah sholat atau agar
diperbolehkan untuk melakukan sholat
sedangkan sholat
sendiri bisa batal sebab riddah.
Berbeda dengan wudhu dan mandi, yakni dengan
dinisbatkan pada orang
yang selamat anggota-anggota
tubuhnya, maka wudhu atau mandi tidak batal
sebab riddah
meskipun riddah terjadi di tengah-tengah saat melakukan
salah
satu dari keduanya. Jadi, apabila seseorang berwudhu
atau mandi, kemudian
ia murtad di tengah-tengah wudhu
atau mandi, kemudian ia masuk Islam lagi
dengan segera,
maka ia boleh menyelesaikan wudhu atau mandinya
tersebut
tanpa mengulangi dari awal, tetapi ia wajib memperbaharui
niat
untuk membasuh anggota tubuh yang belum terbasuh.
Adapun wudhu atau
mandinya sohibu dhorurot maka
dihukumi seperti tayamum, yakni batal sebab
riddah.
Demikian ini menurut pendapat muktamad.
و) ثالثها (توهم الماء) وإن زال سريعا لوجوب طلبه (إن تيمم لفقده) كأن رأى سرابا
وهو ما يرى وسط النهار كأنه ماء أو جماعة جوز أن معهم ماء بلا حائل في ذلك التوهم
يحول عن استعماله من سبع أو عطش أو نحوهما فإن كان ثم حائل وعلمه قبل التوهم أو
معه لم يبطل تيممه، ومحل كون توهم الماء مبطلا للتيمم إذا توهمه في حد الغوث فما
دونه مع سعة الوقت بأن يبقى معه زمن لو سعى فيه إلى ذلك لأمكنه التطهر به والصلاة
فيه، والمراد بالتوهم ما يشمل الشك ومحل البطلان برؤية السراب إن لم يتيقن عند
ابتدائها أنه سراب، ومثله ما لو رأى غمامة مطبقة بخلاف توهم السترة لعدم وجوب
طلبها
3. [Keragu-raguan/tawahhum tentang adanya air] meskipun
keraguan tersebut
hilang dengan segera karena mutayamim
berkewajiban mencarinya terlebih
dahulu, [jika memang ia
bertayamum karena tidak adanya air], misalnya;
mutayamim
melihat fatamorgana, yaitu sesuatu yang seperti
air yang terlihat di
tengah-tengah siang hari, atau ia melihat
segerombolan orang yang
memiliki air dan mereka
memperbolehkan air tersebut untuk dipakai, lalu
pada saat
mutayamim ragu, tidak ada faktor penghalang untuk
menggunakan
air tersebut, seperti; binatang buas, dahaga,
atau yang lainnya, maka
keraguan tersebut menyebabkan
tayamumnya menjadi batal. Berbeda dengan
masalah apabila
dalam kondisi tersebut terdapat faktor penghalang dan
mutayamim
mengetahui adanya faktor penghalang tersebut
sebelum ia ragu tentang
adanya air atau bersamaan dengan
saat ia ragu tentangnya, maka tayamumnya
tidak dihukumi
batal sebab keraguan tersebut.
Syarat keraguan tentang adanya air yang dapat membatalkan
tayamum adalah
sekiranya ketika ragu tentangnya,
mutayamim masih berada dalam batas
jarak wilayah
meminta tolong atau sekurangnya serta waktu sholat masih
lama
sekiranya masih tersisa waktu yang memungkinkan
untuk berjalan menuju
tempat air, bersuci dengannya, dan
melakukan sholat.
Yang dimaksud dengan tawahhum adalah sesuatu yang
mencakup keraguan.
Syarat batalnya tayamum sebab melihat fatamorgana adalah
jika mutayamim
tidak yakin pada awal melihatnya bahwa
fatamorgana itu memang
fatamorgana. Sama dengan rincian
hukum melihat fatamorgana adalah ketika
seseorang melihat
mendung yang terus menerus menutupi. Berbeda dengan
masalah
apabila seseorang telah sholat dalam kondisi
telanjang, kemudian ia ragu
tentang adanya penutup aurat,
maka sholatnya tersebut tidak batal sebab
tidak ada
kewajiban atasnya mencari penutup aurat tersebut.