Tata cara Mandi Wajib yang Benar
Nama kitab: Terjemah Kitab Kasyifatus Syaja Syarah Safinatun Naja
Judul
kitab asal: Kasyifat al-Saja Syarah Safinat al-Naja (كاشفة السجا شرح سفينة
النجا)
Pengarang: Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi
Nama
yang dikenal di Arab: محمد بن عمر بن عربي بن علي نووي الجاوي أبو عبد المعطي
Kelahiran:
1813 M, Kecamatan Tanara, Banten
Meninggal: 1897 M, Mekkah, Arab Saudi
Penerjemah:
Bidang
studi: Fiqih
- BAGIAN KESEPULUH: MANDI
- A. Perkara-perkara Yang Mewajibkan Mandi
- B. Fardhu-Fardhu Mandi
- C. Kesunahan-kesunahan Mandi
- D. Kemakruhan-kemakruhan Mandi
- Kembali ke Terjemah Kasyifatus Saja Syarah Safinatun Naja
A. Perkara-perkara Yang Mewajibkan Mandi
فصل) في موجبات الغسل (موجبات الغسل) على الرجال والنساء (ستة) ثلاثة تشترك فيها
الرجال والنساء وهي دخول الحشفة في الفرج وخروج المني والموت وثلاثة تختص االنساء
وهي الحيض والنفاس والولادة
Fasal ini menjelaskan tentang perkara-perkara yang
mewajibkan mandi.
[Perkara-perkara yang mewajibkan mandi] atas laki-laki
dan
perempuan [ada 6 (enam).] 3 (tiga) diantaranya dialami oleh
masing-masing
laki-laki dan perempuan, yaitu masuknya khasyafah
ke dalam farji,
keluarnya sperma, dan mati. Sedangkan 3 (tiga)
sisanya hanya dialami oleh
perempuan, yaitu haid, nifas, dan
melahirkan.
ثم اعلم أن لفظ الغسل إن أضيف إلى السبب كغسل الجمعة وغسل العيدين فالأفصح في
الغين الضم وكذا غسل البدن وإن أضيف إلى الثوب ونحوه كغسل الثوب فالأفصح الفتح
Ketahuilah sesungguhnya lafadz ‘ الغسل ’, apabila ia
diidhofahkan pada
sebab (perkara yang menganjurkan melakukan
mandi), seperti pengidhofahan
dalam lafadz ‘ ,’غسل العيدين‘ ,’غسل الجمعة
maka yang paling fasih adalah
dengan membaca dhommah pada
huruf / غ/, begitu juga sama seperti lafadz ‘
غسل البدن ’. Dan apabila
lafadz ‘ الغسل ’ diidhofahkan pada pakaian dan
lainnya (spt; piring,
gelas, tangan, kaki, wajah, dst) seperti dalam
lafadz ‘ غسل الثوب ’ maka
yang paling fasih adalah dengan membaca fathah
pada huruf / 35 ./غ
1. Masuknya Khasyafah ke dalam Farji
أحدها (إيلاج الحشفة) أي دخولها كلها وإن طالت ولا اعتبار بغيرها مع وجودها أو
قدرها من فاقدها ولو بلا قصد ولو حالة النوم (في الفرج) أي في أي فرج كان سواء
كان قبل امرأة أو يمة أو دبرهما أو دبر رجل صغير أو كبير حي أو ميت أو دبر نفسه
أو ذكر آخر
Perkara pertama yang mewajibkan mandi atas laki-laki
adalah [menancapkan
khasyafah], maksudnya, memasukkan
seluruh khasyafah meskipun panjang,
oleh karena itu, tidak ada
tuntutan wajib mandi jika yang dimasukkan
bukan khasyafah bagi
35 Kesimpulannya adalah bahwa apabila lafadz ‘ الغسل
’ dibaca dengan
dhommah pada huruf / غ/ maka berarti mandi, dan apabila
ia dibaca dengan
fathah pada huruf / غ/ maka berarti membasuh.
Menurut
bahasa, ghusl ( الغسل dengan dhommah pada huruf / غ/) berarti
mengalirnya
air ke sesuatu, baik sesuatu itu adalah tubuh atau yang lainnya,
secara
mutlak, artinya, baik disertai dengan niat atau tidak.
Menurut istilah,
ghusl berarti mengalirnya air ke seluruh tubuh
dengan disertai niat
tertentu, meskipun hukum niat tersebut disunahkan,
seperti dalam
memandikan mayit.
Lafadz ( الغسل ) dengan kasroh pada huruf / غ/ berarti
sesuatu yang
digabungkan dengan air mandi, seperti; daun bidara.
والغسل لغة سيلان الماء على الشيئ) أى سواء كان بدنا أو غيره (مطلقا) أى سواء كان
بنية أم لا
(وشرعا سيلانه على جميع البدن بنية مخصوصة) أى ولو مندوبة كما فى
غسل الميت والغسل بكسر
الغين ما يضاف إلى ماء الغسل من نحو سدركذا فى توشيح
على ابن قاسم للشارح
orang yang memilikinya, atau memasukkan bagian seukuran
khasyafah bagi
orang yang tidak memilikinya, meskipun
memasukkannya dilakukan secara
tidak sengaja dan meskipun ketika
dalam kondisi tidur, [ke dalam farji,]
maksudnya ke dalam farji
apapun, baik qubul perempuan atau binatang, atau
ke dalam dubur
mereka, atau ke dalam dubur laki-laki yang masih kecil
atau sudah
tua, yang masih hidup atau sudah mati, atau ke dalam dubur
sendiri,
atau ke dalam lubang dzakar orang lain
ويجب أيضا الغسل على المرأة بأي ذكر دخل في فرجها حتى ذكر البهيمة والميت والصبي
وعلى الذكر المولج في دبره أو ذكره
Diwajibkan mandi juga atas perempuan yang farjinya
kemasukan oleh dzakar
apapun, meskipun dzakar binatang, dzakar
mayit laki-laki, atau dzakar
anak laki-laki kecil (shobi). Diwajibkan
mandi juga atas laki-laki yang
dubur atau dzakarnya dimasuki oleh
dzakar orang lain.
ولايجب إعادة غسل الميت المولج فيه والمستدخل ذكره ويصير الصبي وا نون المولج
فيهما
جنبين بلا خلاف وكذا المولجان فإن اغتسل الصبي وهو مميز صح غسله ولا
يجب إعادته
إذا بلغ وعلى الولي أن يأمر الصبي المميز بالغسل في الحال كما
يأمره بالوضوء ثم لا فرق
في ذلك بين أن ينزل منه شيء أم لا
Adapun mayit, maka tidak wajib mengulangi
memandikannya, baik sebab
farjinya dimasuki atau dzakarnya
dimasukkan.
Shobi dan orang gila
yang farjinya dimasuki (oleh
khasyafah) menjadi berstatus junub secara
pasti. Begitu juga, mereka
berstatus junub jika memasukkan farji.
Apabila
shobi telah mandi dan ia telah tamyiz maka hukum
mandinya adalah sah dan
tidak wajib atasnya mengulangi mandi
tersebut ketika ia telah baligh.
Wajib atas wali untuk memerintahkan
shobi yang telah tamyiz untuk mandi
seketika itu sebagaimana ia
wajib memerintahkannya melakukan wudhu.
Kewajiban
mandi sebab masuknya khasyafah ke dalam farji
adalah baik mengelurkan
sperma atau tidak.
والأصل في ذلك حديث عائشة رضي الله عنها أن رسول الله صلى الله عليه وسلّم قال
إذا
التقى الختانان أو مس الختان الختان وجب الغسل فعلته أنا ورسول الله فاغتسلنا
Dalil kewajiban mandi karena menancapkan khasyafah ke
dalam farji adalah
hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa
Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wa sallama bersabda, “Ketika dua
persunatan saling bertemu atau satu
persunatan mengenai persunatan
yang lain maka wajib melakukan mandi,” aku
dan Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallama melakukan gituan, kemudian
kami
mandi.
ولا بد في وجوب الغسل من دخول الحشفة إلى ما لا يجب غسله في الاستنجاء فإن لم
تصل
إلى ذلك بأن وصلت إلى ما يجب غسله فيه فقط لم يجب
Masuknya khasyafah yang mewajibkan mandi diharuskan
sekiranya khasyafah
masuk sampai pada bagian farji yang tidak
wajib dibasuh pada saat
istinja. Apabila khasyafah masuk ke dalam
farji dan tidak sampai pada
bagian tersebut, dalam artian hanya
masuk sampai pada bagian farji yang
masih wajib dibasuh pada saat
istinja maka tidak wajib mandi.
ولو دخل شخص فرج امرأة وجب عليهما الغسل لأنه صدق عليه دخول حشفة فرجا ولا اعتبار بكونه دخل تبعا
Andaikan ada seorang laki-laki masuk ke dalam farji
perempuan maka tetap
wajib atas keduanya melakukan mandi karena
ketika laki-laki tersebut
masuk ke dalam farji berarti secara tidak
langsung khasyafahnya pun ikut
masuk ke dalam farji juga.
(Bagaimana bisa diwajibkan mandi padahal
kasusnya adalah diri
laki-laki tersebut masuk ke dalam farji, bukan
khasyafahnya yang
masuk ke dalamnya?) I’tibar atau titik tekannya bukan
pada diri lakilaki
tersebut masuk ke dalam farji, tetapi khasyafahnya
yang masuk
mengikuti masuknya diri laki-laki tersebut ke dalam farji.
ولا يجب على الزاني الغسل من الجنابة فورا لانقضاء المعصية بالفراغ من الزنى
وفارق من
عصى بالنجاسة بأن تضمخ ا لبقاء العصيان ا ما بقيت فوجب إزالتها
فورا
Tidak wajib atas pezina melakukan mandi jinabat dengan
segera karena ia
telah selesai dari melakukan maksiat zina. Berbeda
dengan orang yang
bermaksiat dengan najis, misalnya ia sengaja
mengotori tubuhnya dengan
najis, maka wajib atasnya
menghilangkan najis tersebut dari tubuh dengan
segera karena
kemaksiatannya masih tetap berlangsung selama najis
masih
mengotorinya.
2. Keluarnya Sperma
و) ثانيها (خروج المني) أي من الشخص نفسه الخارج منه أول مرة في اليقظة أو
في
النوم من طريقه المعتاد مطلقا أو من غيره إذا كان مستحكما بكسر الكاف أي
إن
خرج لغير علة لكن بشرط أن يكون من صلب الرجل وترائب المرأة إذا كان
المعتاد
منسدا انسدادا عارضا بخلاف الانسداد الأصلي فإنه يجب معه الغسل
بالخارج مطلقا سواء أخرج من الصلب أم لا ما عدا المنافذ الأصلية
[Dan] perkara kedua yang mewajibkan mandi adalah
[keluarnya sperma] dari
diri seseorang dimana sperma itu keluar
darinya saat pertama kali, baik
keluarnya dalam keadaan sadar atau
tidur, baik dari lubang biasa (mu’tad)
atau dari lubang lainnya
(ghoiru mu’tad).
Apabila sperma keluar dari lubang ghoiru mu’tad, maka
untuk
menetapkan kewajiban mandi, disyaratkan keluarnya sperma
tersebut;
-
mustahkim atau keluar bukan karena suatu penyakit tertentu,
dengan syarat
bahwa keluarnya sperma tersebut bersumber
dari tulang punggung laki-laki
dan tulang dada perempuan
kalau memang lubang mu’tad tidak asli tertutup
atau
tersumbat (bawaan lahir).
- apabila lubang mu’tad tertutup atau tersumbat secara asli
(bawaan
lahir) maka wajib mandi sebab keluarnya sperma
dari lubang ghoiru mu’tad
secara mutlak, baik keluarnya itu
bersumber dari tulang punggung atau
tidak, selama lubang
tersebut bukan termasuk lubang-lubang yang sudah
asli ada
sejak lahir.
ولا بد من خروجه أي بروزه وانفصاله من قصبة الذكر أو نزوله بمحل يجب غسله في
الاستنجاء
في فرج الثيب أو مجاوزته البكارة في البكر
Kewajiban mandi karena keluar sperma disyaratkan bahwa
sperma yang keluar
benar-benar keluar secara jelas dan terpisah dari
batang dzakar
laki-laki, atau nyata keluar sampai pada bagian yang
wajib dibasuh dalam
istinja pada farji perempuan janda, atau keluar
hingga melewati lapisan
keperawanan bagi farji perempuan perawan.
فلو قطع الذكر وفيه المني قبل بروزه وجب الغسل وإن لم يبرز من الجزء المنفصل
شيء
ولا من المتصل لأن بروز المني في الجزء المقطوع في حكم بروزه وحده
لانفصاله عن البدن
وإن كان مستترا في ذلك الجزء
Apabila seseorang telah memotong dzakarnya, kemudian di
dalam potongan
dzakar tersebut terdapat sperma yang belum sempat
keluar terpisah dari
batang dzakar maka wajib atasnya mandi,
meskipun tidak ada sedikitpun
sperma yang keluar secara nyata dari
bagian dzakar yang terpotong dan
dari bagiannya yang tersisa,
karena keluarnya sperma yang terdapat dalam
bagian dzakar yang
terpotong termasuk dalam hukum keluarnya sperma secara
nyata
atau nampak karena sperma tersebut telah terpisah dari tubuh
meskipun
sperma itu tertutup di dalam bagian yang terpotong itu.
ولو أحس بنزول منيه فأمسك ذكره فلم يخرج منه شيء فلا غسل عليه لكن يحكم بالبلوغ
بنزوله إلى القصة وإن لم يخرج منها حتى لو كان في صلاة أتمها وأجزأته عن فرضه هذا
في الواضح أما الخنثى فلا يجب عليه الغسل إلا إذا خرج من فرجيه معا فإن خرج من
أحدهما لم يجب لاحتمال زيادته مع انفتاح المعتاد، والحيض في حقه كالمني وإن أمنى
من أحدهما وحاض من الآخر وجب عليه الغسل
Apabila seseorang merasa spermanya keluar, kemudian ia
menahannya hingga
tidak ada sedikitpun yang keluar terpisah dari
dzakarnya maka tidak wajib
atasnya mandi, tetapi ia dihukumi telah
baligh sebab telah mengeluarkan
sperma sampai pada batang dzakar
meskipun tidak sampai keluar terpisah
dari batangnya, bahkan
apabila keluarnya sperma seperti dalam kasus ini
terjadi dalam sholat
maka ia wajib menyempurnakan sholat dan ia telah
melaksanakan
kewajiban sholat.
Hukum demikian ini adalah bahwa apabila ia adalah orang
yang
memiliki dzakar tulen.
Adapun apabila ia adalah khuntsa, maka tidak wajib atasnya
mandi
kecuali apabila sperma keluar dari kedua farjinya secara
bersamaan.
Sedangkan apabila spermanya keluar dari salah satu
farjinya saja maka ia
tidak wajib mandi karena masih ada
kemungkinan kalau farji dimana
spermanya keluar darinya adalah
alat kelamin tambahan (bukan asli)
disertai keadaan terbukanya alat
kelamin yang spermanya biasa keluar
darinya. Haid bagi khuntsa
adalah seperti sperma. Apabila khuntsa
mengeluarkan sperma dari
salah satu farjinya dan mengeluarkan haid dari
salah satu farjinya
yang lain maka wajib atasnya mandi.
وخرج بمني نفسه مني غيره كأن خرج من المرأة مني الرجل فيفصل في ذلك إن وطئت في
دبرها
وخرج منه المني بعد غسلها لم يجب عليه إعاد ا أو في قبلها وخرج منه بعد ما
ذكر
فإن قضت شهو ا حال الوطء بأن كانت بالغة مختارة مستيقظة وجب عليها
إعادة
الغسل لأن الظاهر أنه منيهما معا لاختلاطهما، وأقيم الظن هنا مقام اليقين كما
في
النوم وإن لم تقض شهو ا بأن لم يكن لها شهوة أصلا كصغيرة أو لها شهوة ولم
تقضها
كنائمة ومكرهة لم يجب عليها إعادته وليس من ذلك ا نونة لإمكان أن تقضي
شهو ا
ولو استدخل منيه بعد غسله ثم خرج منه لم يجب عليه الغسل بخروجه ثاني مرة
Syarat keluarnya sperma yang mewajibkan mandi adalah
apabila sperma
tersebut keluar dari diri orang yang mengeluarkan itu
sendiri. Oleh
karena itu, dikecualikan spermanya yang keluar dari
orang lain, seperti;
apabila ada istri mengeluarkan sperma suaminya
maka hukumnya dirinci,
yaitu;
apabila istri melakukan jimak pada duburnya, kemudian ada
sperma
keluar dari duburnya itu setelah ia mandi, maka ia tidak
wajib mengulangi
mandinya,
atau apabila ia melakukan jimak pada qubulnya, kemudian
ada
sperma keluar dari qubulnya, (setelah ia mandi) maka dirinci
lagi,
yaitu;
apabila istri mencapai syahwatnya ketika jimak
sekiranya ia
adalah istri yang baligh, tidak dipaksa atau
tidak diperkosa, dan juga
sadar (tidak tidur) maka wajib
atasnya mengulangi mandi karena secara
dzohir sperma
yang keluar itu adalah spermanya sendiri dan sperma
suaminya
yang keduanya saling tercampur, sehingga
dalam kasus ini menerapkan dzon
sebagai keyakinan
seperti masalah saat istri mengeluarkan sperma pada
saat
ia tidur.
apabila istri tidak mencapai syahwatnya karena mungkin
ia tidak
memiliki syahwat sama sekali, seperti istri yang
masih bocah, atau ia
memiliki syahwat tetapi ia tidak
mencapainya, seperti istri yang dijimak
dalam keadaan
tidur atau dipaksa (diperkosa) maka tidak wajib atasnya
mengulangi
mandi.
Kewajiban mengulangi mandi dalam kasus di atas juga
mencakup
istri yang gila atau majnunah karena ia juga bisa
mencapai syahwatnya.
Apabila seseorang laki-laki telah mandi, kemudian ia
memasukkan
sperma ke dalam farjinya, kemudian sperma keluar
darinya untuk yang kedua
kalinya, maka tidak wajib baginya
mengulangi mandi.
واعلم أن خروج المني موجب للغسل سواء كان بدخول حشفة أم لا ودخول الحشفة
موجب
له سواء حصل مني أم لا فبينهما عموم وخصوص من وجه ولا يجب الغسل
بالاحتلام
إلا إن أنزل
Ketahuilah sesungguhnya keluarnya sperma adalah perkara
tersendiri yang
mewajibkan mandi, baik keluarnya disertai dengan
memasukkan khasyafah
atau tidak. Sedangkan memasukkan
khasyafah juga perkara tersendiri yang
mewajibkan mandi, baik
ketika dimasukkan disertai mengeluarkan sperma
atau tidak. Dengan
demikian, antara dua perkara ini terdapat pengertian
umum dan
khusus. Sedangkan bermimpi tidaklah mewajibkan mandi kecuali
apabila
ketika bermimpi disertai dengan mengeluarkan sperma.
Ciri-ciri Sperma
ثم اعلم أن للمني ثلاث خواص يتميز ا عن المذي والودي أحدها له رائحة كرائحة
العجين
أو الطلع ما دام رطبا فإذا جف أشبهت رائحته رائحة البيض الثاني التدفق أي
التدافع
قال الله تعالى :خلق - أي الإنسان -من ماء دافق أي مدفوق أي مصبوب في
الرحم
الثالث التلذذ بخروجه
Ketahuilah sesungguhnya cairan sperma memiliki 3 (tiga)
ciri-ciri yang
dapat membedakannya dari cairan madzi dan wadi.
Ciri-ciri sperma
adalah;
a. Sperma memiliki bau seperti bau adonan roti atau bunga
sari
kurma ketika sperma masih basah. Sedangkan ketika
sperma telah
kering maka baunya seperti bau putih-putih
telur.
b. Sperma keluar
dengan muncrat. Allah berfirman,
“[Manusia] diciptakan dari air yang
muncrat [yang
dituangkan ke dalam rahim].”36
c. Ada rasa enak ketika sperma keluar.
ولا يشترط اجتماع الخواص بل يكفي واحدة في كونه منيا بلا خلاف والمرأة كالرجل
في
ذلك على الراجح في الروضة وقال في شرح مسلم لا يشترط التدفق في حقها وتبع
فيه
ابن الصلاح
Agar bisa disebut dengan cairan sperma, tidak perlu
disyaratkan 3 (tiga)
ciri-ciri di atas harus ada semua, tetapi ketika
salah satu dari 3
tersebut ditemukan maka cairan itu pasti disebut
dengan sperma.
Menurut
pendapat rojih dalam kitab ar-Roudhoh, ciri-ciri
sperma perempuan sama
dengan ciri-ciri sperma laki-laki yang telah
disebutkan di atas.
Dalam
kitab Syarah Muslim disebutkan, “Tidak disyaratkan
adanya ciri-ciri
keluar dengan muncrat bagi sperma perempuan.”
Pendapat ini diikuti oleh
Ibnu Sholah.
3. Haid
a. Pengertian Darah Haid
و) ثالثها (الحيض) وهو دم طبيعة يخرج من أقصى رحم المرأة في أوقات مخصوصة والرحم
جلدة داخل الفرج ضيقة الفم واسعة الجوف كالجرة وفيها لجهة باب الفرج يدخل فيها
المني ثم تنكمش أي ينسد فمها فلا تقبل منيا آخر بعد ذلك، ولهذا جرت عادة الله أن
لا يخلق ولدا من ماء رجلين
[Dan] perkara ketiga yang mewajibkan mandi [adalah
haid.]
Pengertian haid adalah darah yang secara tabiat keluar dari
dasar rahim
perempuan pada waktu-waktu tertentu. Rahim adalah
sebuah lapisan yang
berada di dalam farji, yang memiliki lubang
sempit, dan ruang luas,
seperti guci. Lubang sempit tersebut
mengarah ke lubang farji yang mana
sperma masuk melaluinya.
Setelah sperma masuk, lubang sempit tersebut
akan menutup dan
tidak bisa menampung sperma lain. Oleh karena ini,
Allah
memberlakukan hukum-Nya bahwa Dia tidak akan menciptakan
seorang
anak dari sperma dua laki-laki yang berbeda.
36 QS. At-Thoriq: 6
b. Pengertian Darah Istihadhoh.
وخرج بذلك الاستحاضة وهي دم علة يخرج من عرق فمه في أدنى الرحم سواء أخرج
عقب
حيض أم لا سواء قبل البلوغ أم بعده على الأصح من أن دم الصغيرة وكذا
الآيسة
يقال له استحاضة وقيل لا تطلق الاستحاضة إلا على دم خرج عقب حيض
Mengecualikan dengan darah haid sebagai perkara yang
mewajibkan mandi
adalah darah istihadhoh. Darah istihadhoh adalah
darah penyakit yang
keluar dari otot-otot lubang farji di bagian
pangkal rahim, baik
keluarnya setelah darah haid atau sebelumnya,
dan baik keluarnya sebelum
baligh atau setelahnya, menurut
pendapat Ashoh, yaitu pendapat yang
menyatakan bahwa darah yang
keluar dari farji perempuan bocah, begitu
juga dari farji perempuan
tua [lebih dari 50 tahun] disebut dengan darah
istihadhoh.
Ada yang mengatakan bahwa darah yang keluar bisa disebut
dengan
istihadhoh apabila keluarnya setelah haid.
c. Dalil Kewajiban Mandi Sebab Haid
عن عائشة رضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلّم قال إذا أقبلت الحيضة
فدعي
الصلاة فإذا ذهب قدرها فاغسلي عنك الدم وصلي رواه الشيخان وفي رواية
البخاري
ثم اغتسلي وصلي
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa
sallama bersabda, “Ketika perempuan mengalami haid
maka janganlah ia
melakukan sholat! Apabila masa haid telah usai
maka basuhlah darah haid
dan baru sholatlah!” Hadis ini
diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.
Dalam riwayat Bukhori
disebutkan, “Kemudian mandilah dan sholatlah!”
4.
Nifas
a. Pengertian Nifas
و) رابعها (النفاس) وهو الدم الخارج عقب فراغ رحم المرأة من الحمل ولو علقة أو
مضغة
وقبل مضي أقل الطهر
[Dan] perkara keempat yang mewajibkan mandi [adalah
nifas.] Nifas adalah
darah yang keluar seusai rahim telah kosong dari
kehamilan (melahirkan),
meskipun darah tersebut berupa darah
kempal atau daging kempal, sebelum
terlewatnya masa minimal suci
(15 hari).
خرج بذلك الدم الخارج مع الولد أو حالة الطلق فهو دم فساد إن لم يتصل بحيض
قبله
وإلا فهو حيض بناء على أن الحامل قد تحيض وهو الأصح
Dari pengertian nifas di atas, dikecualikan dengannya adalah
darah yang
keluar bersamaan dengan anak yang dilahirkan atau
darah yang keluar
ketika mengalami talaq (yaitu keadaan merasa
sakit saat akan melahirkan),
maka kedua darah ini disebut dengan
darah fasad jika memang keluarnya
darah tersebut tidak bersambung
dengan darah haid sebelumnya, tetapi
apabila keluarnya darah
tersebut bersambung dengan darah haid sebelumnya
maka disebut
dengan darah haid, bukan darah fasad, atas dasar pendapat
ashoh
yang menyebutkan bahwa perempuan hamil juga terkadang
mengalami
haid.
b. Masalah Terkait Nifas
فلو لم تر الدم إلا بعد مضي خمسة عشر يوما من الولادة فلا نفاس لها فإن رأته
قبل
ذلك وبعد الولادة بأن تأخر خروجه عنها فابتداؤه من رؤية الدم و زمن
النقاء منه لا
نفاس فيه لكنه محسوب من الستين فيجب قضاء الصلاة التي فاتت
فيه
Apabila perempuan yang telah melahirkan tidak mengetahui
keluarnya darah
kecuali setelah terlewatnya 15 hari dari masa
kelahiran maka ia tidak
mengalami nifas. Apabila ia mengetahui
keluarnya darah sebelum
terlewatnya 15 hari dan setelah melahirkan,
misalnya; keluarnya darah
agak terlambat dari waktu melahirkan,
maka permulaan masa nifasnya
dimulai dari melihat darah. Masamasa
berhentinya darah tidak termasuk
masa nifas tetapi masa-masa
tersebut masuk dalam hitungan 60 hari. Oleh
karena, itu ia wajib
mengqodho sholat yang ditinggalkan pada masa-masa
berhentinya
darah tersebut.
5. Melahirkan
و) خامسها (الولادة) أي ولو لأحد التوأمين فيجب الغسل بولادة أحدهما ويصح قبل
ولادة
الآخر ثم إذا ولدته وجب الغسل أيضاً، ومثل الولادة إلقاء العلقة والمضغة فلا
بد
من إخبار القوابل بأن كلّا منهما أصل آدمي ويكفي واحدة منهن
[Dan] perkara kelima yang mewajibkan mandi [adalah
melahirkan,] meskipun
baru melahirkan salah satu anak dari dua
anak kembar. Oleh karena itu,
diwajibkan mandi karena melahirkan
salah satu dari keduanya dan hukum
mandinya sah sebelum
melahirkan satu anak yang lain. Kemudian ketika
perempuan
melahirkan anak yang satunya lagi maka ia wajib mandi lagi.
Sama
seperti kewajiban mandi karena melahirkan anak adalah karena
mengeluarkan
darah kempal atau daging kempal dengan syarat
adanya informasi dari ahli
bidan kalau darah kempal atau daging
kempal itu merupakan asal
terbentuknya manusia (anak).
Dicukupkan informasi tersebut berasal dari
satu ahli bidan saja.
فيجب الغسل بالولد الجاف وإن لم ينتقض الوضوء ويجوز لزوجها وطؤها قبل الغسل
لأن
الولادة جنابة وهي لا تمنع الوطء، أما المصحوبة بالبلل فلا يجوز وطؤها بعدها
حتى
تغتسل
Diwajibkan mandi atas perempuan yang melahirkan anak
dalam kondisi
kering, meskipun keluarnya anak tersebut tidak
membatalkan wudhu.37
Diperbolehkan bagi suami menjimak istrinya
yang telah melahirkan anak
dalam kondisi kering sebelum istrinya
mandi karena melahirkan tersebut
adalah jinabat. Sedangkan jinabat
tidak melarang untuk dijimak. Adapun
perempuan yang melahirkan
anak yang keluar dalam kondisi basah maka tidak
diperbolehkan
bagi suami untuk menjimaknya sebelum ia mandi.
ويبطل صومها بالولد الجاف سواء كان لها نفاس أو لا لأن ذات الولادة مبطلة له
وإن
لم يوجد معها نفاس بخلاف ما لو ألقت بعض الولد فإنه ينتقض الوضوء ولا
يجب
الغسل وكذا لو خرج بعضه ثم رجع
Puasa dapat batal karena melahirkan anak yang keluar dalam
kondisi
kering, baik mengalami nifas atau tidak, karena hakikat
melahirkan itu
sendiri adalah perkara yang membatalkan puasa
meskipun tidak ditemukan
nifas yang dialami.
Berbeda apabila perempuan melahirkan sebagian tubuh
anak
yang kering, maka wudhunya batal dan ia tidak wajib mandi. Begitu
juga
apabila ia melahirkan sebagian tubuh anak yang kering,
kemudian anak
tersebut masuk lagi, maka wudhunya batal dan ia
tidak wajib mandi.
37 karena keluarnya anak tersebut mewajibkan mandi yang lebih
umum
daripada wudhu.
6. Mati
و) سادسها (الموت) لمسلم غير شهيد أما الكافر فلا يجب غسله بل يجوز وأما
الشهيد
فلا يجب غسله بل يحرم لقوله عليه الصلاة والسلام فيهم لا تغسلوهم فإن
كل جرح
يفوح مسكا يوم القيامة فدخل في قوله الموت السقط النازل بلا حياة بعد
تمام أشهره ولم
تظهر فيه أمارا ا
[Dan] perkara keenam yang mewajibkan mandi adalah
[mati] bagi orang
muslim yang bukan mati syahid.
Adapun orang kafir yang mati maka tidak
wajib dimandikan,
tetapi hukumnya boleh dimandikan.
Adapun orang
muslim yang mati syahid maka tidak wajib
dimandikan, bahkan haram
dimandikan karena sabda Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallama yang
menjelaskan tentang orangorang
yang mati syahid, “Janganlah kalian
memandikan mereka
[yang mati syahid] karena setiap luka [dari mereka]
akan semerbak
bau misik di Hari Kiamat!”
Termasuk dalam sabda
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa
sallama di atas adalah bayi yang gugur,
yang tidak mengalami
kehidupan, yang dilahirkan setelah waktunya (setelah
berusia 4
bulan), yang tidak ada tanda-tanda kehidupan darinya, (maka
tidak
wajib dimandikan, tetapi boleh dimandikan).
والموت موجب للغسل على الأحياء لا على الميت فالموجب للغسل إما أن يكون قائما
بالفاعل أو بغيره لما روي عن ابن عباس رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه
وسلّم، قال في المحرم الذي وقصته ناقته اغسلوه بماء وسدر رواه الشيخان وظاهره
الوجوب والوقص كسر العنق
Mati merupakan perkara yang mewajibkan mandi yang mana
kewajiban tersebut
dibebankan atas orang-orang yang hidup, bukan
mayitnya. Oleh karena itu,
perkara-perkara yang mewajibkan mandi,
adakalanya dibebankan atas pelaku
yang mandi atau yang lainnya,
karena adanya hadis yang diriwayatkan dari
Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi
wa
sallama bersabda dalam masalah orang yang ihram yang mati karena
terinjak
untanya, “Mandikanlah ia dengan air dan air campuran daun
bidara.” Hadis
ini diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim. Dzohirnya
hadis menunjukkan
bahwa perintah memandikan tersebut adalah
wajib.
فصل) في الغسل (فروض الغسل) أي أركانه واجبا كان الغسل أو مندوبا (اثنان)
الأول
(النية) كأن ينوي الجنب رفع الجنابة والحائض والنفساء رفع الحيض أو النفاس أو
ينوي
كل أداء الغسل أو فرضه أو واجبه أو الغسل الواجب أو الغسل للصلاة أو رفع
الحدث
فقط أو الطهارة عنه أو له أو لأجله، أو الطهارة الواجبة أو للصلاة لا الغسل
ولا
الطهارة فقط، إذ قد تكون عادة أو نوت الحائض أو النفساء حل الوطء من حيث
توقفه
على الغسل وإن كان حراما كالزنى لأن له جهتين وإن لم تكن مسلمة ولا
الواطىء
مسلماً،
[Fasal] ini menjelaskan tentang mandi.
[Fardhu-fardhu mandi,] maksudnya
rukun-rukun mandi,
baik mandi wajib atau mandi sunah, ada [2 (dua)].
A. Niat
Rukun mandi yang pertama adalah [niat,] misalnya orang
junub
berniat menghilangkan jinabat, orang yang haid atau nifas
berniat
menghilangkan haid atau nifas, atau masing-masing dari
mereka bertiga
berniat melakukan mandi, atau berniat melakukan
fardhu mandi, atau
berniat melakukan kewajiban mandi, atau berniat
mandi wajib, atau berniat
mandi karena sholat, atau berniat
menghilangkan hadas, atau berniat
bersuci dari hadas, atau berniat
bersuci karena hadas, atau berniat
bersuci wajib, atau berniat
bersuci karena sholat. Tidak cukup kalau
hanya berniat mandi saja
atau berniat bersuci saja karena mandi saja atau
bersuci saja
terkadang adalah kebiasaan (bukan ibadah).
Perempuan haid atau nifas boleh berniat mandi agar
dihalalkan
berjimak dari segi bahwa kehalalannya tersebut hanya
tergantung pada
mandi, meskipun jimaknya itu haram, seperti zina,
karena kata jimak
mengandung dua maksud, yaitu jimak halal atau
haram, meskipun ia bukanlah
perempuan muslim dan meskipun yang
laki-laki juga bukan laki-laki muslim.
قال الحصني ولو نوى الجنب استباحة ما يتوقف على الغسل كالصلاة والطواف وقراءة
القرآن أجزأه، وإن نوى ما يستحب له كغسل الجمعة ونحوه لم يجزئه لأنه لم ينو أمرا
واجباً، ولو نوى الغسل للفروض أو فريضة الغسل أجزأه قطعا قاله في الروضة انتهى
Al-Hisni berkata, “Apabila orang junub mandi dengan niatan
agar
diperbolehkan melakukan sesuatu yang harus mandi terlebih
dahulu,
seperti; sholat, thowaf, membaca al-Quran, maka niatnya
sudah mencukupi.
Apabila ia berniat agar melakukan sesuatu yang
disunahkan mandi terlebih
dahulu, seperti; mandi Jumat dan lainnya
maka belum mencukupi karena ia
tidak meniatkan perkara yang
wajib. Apabila ia berniat mandi karena
melakukan fardhu-fardhu
atau berniat kefardhuan mandi maka sudah pasti
mencukupi.
Demikian ini disebutkan dalam kitab ar-Roudhoh.”
ولا بد أن تكون النية مقترنة بأول مغسول سواء كان من أسفل البدن أو أعلاه أو
وسطه
لأن بدن الجنب كله كعضو واحد، فلو نوى بعد غسل جزء منه وجبت إعادته
لعدم
الاعتداد به قبل النية، فوجوب قر ا بأوله إنما هو للاعتداد به لا لصحة النية لأ
ا
قد صحت ولو لم يقر ا بأوله
Niat mandi wajib bersamaan dengan awal bagian yang
dibasuh, baik yang
dibasuh itu adalah bagian bawah tubuh atau
bagian atasnya, atau bagian
tengahnya, karena seluruh tubuh orang
junub adalah seperti satu anggota
utuh. Apabila ia melakukan niat
setelah membasuh bagian tertentu maka
wajib baginya mengulangi
membasuh bagian tertentu tersebut karena tidak
dianggap sah sebab
dibasuh sebelum niat. Dengan demikian, kewajiban
menyertakan niat
dengan awal bagian yang dibasuh adalah agar bagian
tersebut
dianggap sah bukan agar niatnya sah karena niat tetap sudah
sah
meskipun tidak dibersamakan dengan awal bagian yang dibasuh.
B. Meratakan Air ke Seluruh Tubuh
و) الثاني (تعميم البدن) أي ظاهره (بالماء) ومنه الأنف والأنملة المتخذان من نحو ذهب فيجب غسله بدلا عما تحته لأنه بالقطع صار من الظاهر والظفر يسمى بشرة هنا بخلافه في باب الناقض، ولا يجب غسل الشعر النابت في العين أو الأنف وإنما وجب غسله من النجاسة لغلظها،
[Dan] rukun mandi yang kedua adalah [meratai tubuh]
pada bagian
luar atau dzohirnya [dengan air.]
Termasuk bagian dzohir tubuh adalah
hidung dan ujung jarijari
yang keduanya terbuat dari misal, logam emas.
Oleh karena itu,
hidung dan ujung jari-jari tersebut wajib dibasuh atau
dikenai air
sebagai ganti dari bagian yang ada di bawah mereka karena
jelas
mereka termasuk bagian dzohir.
Dalam bab mandi, kuku disebut dengan kulit (sehingga wajib
dikenai
air.) Berbeda apabila dalam bab perkara-perkara yang
membatalkan wudhu,
maka kuku tidak disebut dengan kulit
(sehingga apabila saling bersentuhan
kuku antara laki-laki dan
perempuan maka wudhu tidak batal.)
Tidak diwajibkan membasuh rambut yang tumbuh di bagian
mata atau
hidung. Adapun apabila rambut-rambut tersebut terkena
najis maka wajib
dibasuh karena beratnya masalah najis.
ويجب إيصال الماء إلى ما تحت الغرلة لأنه ظاهر حكما وإن لم يظهر حسا لأ ا
مستحقة
الإزالة ومن ثم لو أزالها شخص فلا ضمان عليه
Wajib membasuhkan air pada bagian di bawah kulup karena
bagian
tersebut dihukumi sebagai bagian dzohir meskipun tidak
nampak secara
nyata karena kulup berhak untuk dihilangkan. Oleh
karena berhak
dihilangkan, apabila ada orang menghilangkan kulup
orang lain maka ia
tidak berkewajiban dhoman.
ولو لم يمكن غسل ما تحتها إلا بإزالتها وجبت فإن تعذرت صلى كفاقد الطهورين
وهذا
في الحي وأما الميت فحيث لم يمكن غسل ما تحتها لا تزال لأن ذلك يعد
ازدراء به
ويدفن بلا صلاة على المعتمد عند الرملي وقال ابن حجر ييمم عما
تحتها ويصلي عليه
للضرورة قال البيجوري ولا بأس بتقليده في هذه المسألة سترا
على الميت
Apabila tidak memungkinkan membasuh bagian yang berada
di bawah kulup
orang yang hidup kecuali kulup tersebut harus
dihilangkan terlebih
dahulu, maka jika kulup itu sulit dihilangkan
(udzur) maka ia melakukan
sholat seperti faqid tuhuroini (orang
yang tidak mendapati dua alat
toharoh, yaitu air dan debu).
Apabila tidak memungkinkan membasuh bagian
yang berada
di bawah kulup mayit kecuali kulup tersebut harus
dihilangkan
terlebih dahulu maka kulup itu tidak perlu dihilangkan karena
jika
dihilangkan maka terhitung sebagai bentuk penghinaan terhadap
mayit.
Konsekuensinya adalah bahwa menurut pendapat mu’tamad
dari Romli, mayit
tersebut tidak perlu disholati. Ibnu Hajar
mengatakan bahwa bagian yang
berada di bawah kulup mayit
ditayamumi, kemudian ia disholati karena
dhorurot. Baijuri
mengatakan bahwa dalam masalah ini, diperbolehkan
bertaqlid pada
pendapat Ibnu Hajar demi menjaga kemuliaan mayit itu.
ويجب إيصال الماء إلى باطن الشعر ولو كثيفا لكن يتسامح بباطن العقد التي لم
يصل
الماء إليها إذا تعقد الشعر نفسه سواء كان قليلا أو كثيرا فإن تعقد بفعل
فاعل عفي
عن القليل عرفا ويعفى عن محل طبوع عسر زواله أو حصلت له مثلة أي
عقوبة بإزالة ما
عليه من الشعر، ولا يحتاج للتيمم عن محله ويجب نقض الضفائر
إن لم يصل الماء إلى
باطنها إلا بالنقض
Wajib membasuhkan air pada bagian dalam (batin) rambut
sekalipun
tebal, tetapi dihukumi ma’fu pada bagian dalam rambut
yang menggelung
sendiri, baik sedikit atau banyak, jika tidak terkena
air. Namun, apabila
rambut tersebut sengaja digelung, kemudian
bagian dalamnya tidak terkena
air, maka dihukumi ma’fu jika
memang sedikit dan tidak ma’fu jika memang
banyak menurut ‘urf.
Bagian-bagian rambut yang ditempati liso (semacam
telur kutu) yang
sulit dihilangkan atau bagian-bagian rambut yang
tertutup oleh
kotoran-kotoran rambut yang sulit dihilangkan dihukumi
ma’fu dan
bagian-bagian rambut tersebut tidak perlu ditayamumi.
Adapun
rambut yang digelung atau dikucir, maka jika air
tidak bisa sampai pada
bagian dalamnya kecuali hanya dengan
melepas gelungan maka wajib
melepaskannya.
تتمة) وسننه سبعة عشر التسمية وغسل الأذى سواء كان طاهرا كمني ومخاط أو نجسا كودي
ومذي وذلك إذا كانت النجاسة غير مغلظة وكانت حكمية أو عينية لكن تزول بغسلة
واحدة، أما العينية التي لا تزول بذلك فإزالتها قبل الغسل شرط فلا يصح مع بقائها
لحيلولتها بين العضو والماء وأما المغلظة فغسلها بغير تتريب أو معه قبل استيفاء
السبع لا يرفع الحدث والوضوء والتثليث والتخليل للشعر والأصابع بالماء قبل إفاضته
والبداءة بالشق الأيمن وبأعلى بدنه والدلك وتوجه للقبلة وكونه بمحل لا يناله رشاش
والستر في الخلوة وجعل الإناء الواسع عن يمينه والضيق عن يساره وترك الاستعانة
إلا لعذر والشهادتان آخره والمضمضة والاستنشاق وهما سنتان مستقلتان غير اللتين في
وضوئه وواجبتان عند أبي حنيفة وكون ماء الغسل صاعا إن كفاه وتعهد الصماخين وغضون
الجلد
[Tatimmah]
Sunah-sunah mandi ada 17 (tujuh belas), yaitu;
1)
Membaca Basmalah atau menyebut Nama Allah.
2) Membasuh kotoran terlebih
dahulu, baik kotoran tersebut
suci, seperti; sperma dan ingus, atau
najis, seperti; wadi,
madzi. Membasuh kotoran najis yang dianggap
sebagai
kesunahan mandi adalah ketika najis tersebut bukan najis
mugholadzoh,
hukmiah, atau ainiah yang dapat hilang
dengan sekali basuhan. Adapun
najis ainiah yang tidak dapat
hilang dengan sekali basuhan, maka
menghilangkannya
sebelum mandi merupakan syarat (bukan kesunahan)
sehingga
mandi menjadi tidak sah jika najis ainiah masih
ada, karena dapat
menghalang-halangi antara anggota tubuh
yang dikenainya dan air. Terkait
najis mugholadzoh yang
mengenai anggota tubuh, maka membasuhkan air
pada
tempat yang dikenainya saat mandi belum dapat
menghilangkan
hadas jika membasuhnya tanpa disertai tatrib
(menyampurkan debu di
basuhan tertentu) atau sudah
disertai tatrib tetapi belum selesai dari 7
(tujuh) kali
basuhan
3) Berwudhu sebelum mandi.
4) Mentaslis (membasuhkan air sebanyak
tiga kali-tiga kali).
5) Menyela-nyelai rambut dengan air dan
menyela-nyelai jarijari
dengan air sebelum menuangkan air untuk mandi.
6)
Mengawali basuhan pada separuh tubuh yang kanan.
7) Mengawali basuhan
pada bagian atas tubuh.
8) Menggosok-gosok tubuh (Jawa: ngosoki).
9)
Menghadap kiblat.
10) Mandi di tempat yang sekiranya orang yang mandi
tidak
terkena percikan air basuhan.
11) Menggunakan penutup di
tempat yang sepi.
12) Menjadikan wadah air yang luas di sebelah kanan dan
wadah
air yang sempit di sebelah kiri.
13) Tidak melakukan istianah
(meminta tolong orang lain untuk
membasuhkan, misalnya) kecuali karena
udzur.
14) Membaca dua syahadat setelah mandi.
15) Berkumur dan
Istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung).
Mengenai berkumur dan
istinsyaq, mereka adalah kesunahan
mandi sendiri, bukan kesunahan wudhu
sebelum mandi.
Menurut Abu Hanifah, mereka hukumnya wajib.
16)
Air yang digunakan mandi sebanyak 1 shok jika memang
mencukupi.
17) Memberikan perhatian lebih pada bagian lipatan-lipatan
kedua
telinga dan lipatan-lipatan tubuh (spt; leher, ketiak,
dan lain-lain).
D. Kemakruhan-kemakruhan Mandi dan Wudhu
تذنيب) ومكروهات الغسل والوضوء أربعة الإسراف في الماء وهو أخذ الماء زيادة عما
يكفي العضو وإن لم يزد على الثلاث ولو بشط ر، والزيادة على الثلاث إذا كانت
متيقنة وكان الماء مملوكا له أو مباحا فإن كان موقوفا حرم ولا يكره في الوضوء غسل
الرأس وإن كان الأصل مسحه لأنه الكثير في أفعال الوضوء إذ تحصل به النظافة والنقص
عنها ولو احتمالا إلا لحاجة كبرد وفعل ذلك للجنب في ماء راكد، ولو كثيرا بلا عذر
بأن يتوضأ أو يغتسل وهو واقف فيه إذا كان في غير المسجد وإلا حرم من حيث المكث
فيه
Kemakruhan-kemakruhan mandi dan wudhu ada 4 (empat);
1. Menggunakan
air secara berlebihan, yaitu mengambil air
melebihi air yang mencukupi
membasuh anggota tubuh
tertentu meskipun tidak melebihi tiga kali basuhan
sekalipun
di tepi sungai.
2. Melakukan lebih dari tiga kali-tiga kali jika hitungan tiga
kali
tersebut telah diyakini dan status air sendiri adalah milik
orang yang
mandi, atau bukan miliknya tetapi dimubahkan
menggunakannya. Apabila air
mandi adalah mauquf (harta
wakaf) maka melakukan lebih dari tiga kali
hukumnya
haram. Tidak dimakruhkan membasuh kepala saat berwudhu
meskipun
perintah asalnya hanya mengusap sebagian kepala.
Hal ini dikarenakan
sebagian besar perbuatan-perbuatan
dalam berwudhu dilakukan dengan cara
membasuh sebab
dengan membasuh itu dapat menghasilkan nadzofah atau
bersih.
3. Kurang dari tiga kali-tiga kali meskipun hitungan tiga kali
tersebut
tidak diyakini, kecuali ada hajat, semisal dingin.
4. Melakukan mandi atau wudhu di dalam air yang diam
sekalipun air
itu banyak bagi orang junub ketika tidak ada
udzur, sekiranya ia berdiri
dengan menyelam di dalam kolam
air sambil berwudhu atau mandi, dengan
catatan jika kolam
air tersebut tidak berada di masjid, jika berada di
masjid
maka dihukumi haram dari segi keharaman muktsu (berdiam
diri)
di dalam masjid bagi orang junub.[alkhoirot.org]