Bab 2: Cara Taubat Nasuha
Nama kitab: Terjemah Kitab Minhajul ‘Abidin
Judul kitab asal:
Minhaj Al-Abidin ila Jannati Rabbil Alamin (منهاج العابدين إلى جنة رب
العالمين)
Pengarang: Al-Ghazali
Nama lengkap: Abu Hamid Muhammad ibn
Muhammad al-Ghazali (Abū Ḥāmid Muḥammad ibn Muḥammad aṭ-Ṭūsiyy al-Ġazzālīy)
Nama
yang dikenal di Arab: أَبْو حَامِدْ مُحَمّد الغَزّالِي الطُوسِيْ
النَيْسَابُوْرِيْ الصُوْفِيْ الشَافْعِي الأشْعَرِيْ
Kelahiran: 1058 M/450
H, Tous, Iran
Meninggal: December 19, 1111 M/ 505 H, Tous, Iran
Penerjemah:
K.H.R. Abdullah bin Nuh
Bidang studi: Ilmu Tasawuf, Sufisme, Akhlaq
Daftar isi
Tahapan Kedua TOBAT
Tobat menjadi suatu keharusan bagi Anda yang hendak beribadah
karena dua alasan:
Pertama, mempermudah ketaatan Anda. Sebab
perbuatan dosa yang buruk akan menghalangi datangnya perbuatan taat dan selalu
diikuti kehinaan (tidak dapat mendekatkan diri kepada Allah). Jerat-jerat dosa
akan menghalangi perjalanan ibadah dan bersegera melayani Allah, karena dosa
yang berat akan memperberat hati malakukan kebaikan dan menghilangkan gairah
untuk berbakti.
Melakukan dosa secara terus menerus membuat hati
menjadi kelam. Anda akan menemukannya dalam keadaan gelap dan keras. Tidak ada
lagi rasa bersih, bening, lezat, dan manis dalam beribadah. Dan jika Allah
tidak melimpahkan karunia-Nuya, niscaya ia akan menyeret pemiliknya ke dalam
jurang kekafiran dan kesengsaraan.
Mengherankan sekali. Bagaimana
mungkin seseorang yang berhati kotor dan keras akan berbuat taat? Mungkinkah
orang yang senantiasa berbuat maksiat dan sombong dapat berkhidmat (melayani)
Allah? Adakah orang yang bermulut kotor dan najis dapat mendekat dan
bermunajat kepada Allah? Jawabnya tentu saja “tidak”. — Diriwayatkan dari
Ash-Shaadiq wal Mashduuq, Rasulullah Saw. beliau bersabda:
Artinya:
“Ketika seorang hamba berdusta, maka kedua malaikat pencatat amal akan
menjauhinya karena bau bacin yang keluar dari mulutnya.”
Jika
demikian halnya, bagaimana mungkin mulut yang berdusta ini berdzikir kepada
Allah?
Oleh karena itu, tidak mengherankan bila orang yang
senantiasa melakukan maksiat tidak mendapatkan taufik dari Allah dan anggota
badannya terasa berat diajak beribadah. Kalupun ia menjalankannya tentu merasa
sangat payah, bukan dengan perasaan senang dan tulus. Hal itu terjadi karena
imbas dari dosa yang ia lakukan dan tobat yang ditinggalkannya.
Sangat
benar jika ada yang mengatakan “Ketika kamu tidak mampu manjalankan salat
malam dan puasa sunat di siang hari berarti kamu telah terbelenggu oleh dosamu
sendiri.”
Kedua, agar ibadah yang kita kerjakan diterima di sisi
Allah.
Seorang rentenir tentu tidak mau menerima bunga jika pokok
pinjaman tidak dikembalikan. Begitu juga dengan tobat dan mencari keridaan
musuh merupakan suatu kewajiban. Sedangkan ibadah Anda kerjakan kebanyakan
berupa ibadah sunat. Bagaimana mungkin hadiahmu akan diterima jika hutangmu
yang sudah jatuh tempo belum Anda bayar. Bagaimana bisa meninggalkan halal dan
mubah karena Allah, jika Anda selalu menerjang larangan dan berbuat haram?
Pantaskan Anda mengadu, memohon dan memuji-Nya, sementara Dia sedang murka
kepada Anda? Semoga Allah melindungi kita semua dari kemurkaaan-Nya.
Inilah
keadaan lahir orang-orang yang terus menerus melakukan maksiat. Semoga Allah
melindungi kita semua.
Makna Taubat Nasuha dan Batasannya
Jika Anda bertanya: “Apa arti tobat ynag murni, sampai di mana
batasan-batasannya dan apa yang harus dilakukan seorang hamba hingga ia bisa
terbebas dari segala dosa?”
Jawabanku begini: “Tobat adalah salah
satu pekerjaan hati. Cara menghasilkannya menurut para ulama adalah
membersihkan hati dari dosa.
Guruku syekh Abu Bakr Al-Warraq
berbicara tentang batasanbatasan tobat: “Batasan tobat adalah tidak mengulang
dosa yang telah lalu dengan tidak melakukan dosa sederajatnya yang pernah
dilakukannya karena mengagungkan Allah dan takut dari siksaNya.
Untuk
memenuhi kriteria ini dibutuhkan empat syarat:
Meninggalkan dosa dengan sepenuh hati dan sama sekali tidak berniat
mengulanginya. Jika ia sudah meninggalkan dosa tapi dalam hatinya tidak ada
keinginan untuk tidak mengulanginya di lain waktu, atau masih ada kemungkinan
mengulanginya, maka yang demikian ini belum dinamakan tobat tapi menahan diri
dari dosa.
Meninggalkan dosa yang pernah ia kerjakan. Karena jika belum pernah melakukan
dosa seperti itu sebelumnya, maka ia dinamakan orang yang memelihara diri dari
dosa.
Karena itu, sangat benar jika ada orang yang mengatakan bahwa
Nabi Saw. memelihara diri dari kekufuran. Dan satu kesalahan bila ada yang
mengatakan bahwa Nabi Saw. bertobat dari kekufuran, karena Nabi Saw. belum
pernah kufur. Suatu kebenaran jika ada yang mengatakan bahwa sahabat Umar
bertobat dari kekufuran karena beliau memang pernah kufur sebelum masuk
Islam.
Hendaklah ia tidak memilih mengerjakan dosa yang sederajat dengan dosa yang
pernah ia kerjakan. Ia tidak hanya memingpalhkan dosa tersebut tapi juga
meninggalkan dosa yang sederajat dengannya
Cobalah Anda renungkan!
Orang tua renta dan rapuh yang pernah berzina dan merampok, jika hendak
bertobat tentu dia mampu, sebab pintu tohat masih terbuka baginya Dra tidak
mampu meninggalkan keinginan berzina dan merampok, padahal saat itu ra sudah
tak mampu lagi melakukannya. Orang sepert itu tidak dinamakan sebagai orang
yang merunggalkan dosa dan terhindar darinya. Dia tak mampu malakukannya tapi
masih mampu malakukan dosa yang sederajat dengan zina dan merampok seperti
berbohong, menuduh isterinya berzina, membrcarakan keburukan orang lain dan
mengadu domba. Semua yang disebut di atas berbeda satu sama lain sesuai
ukurannya. Namun semua maksiat yang bercabang-cabang ini menempati satu
kedudukan sedikit di bawah bid ah, sedangkan bid’ah berada sedikit di bawah
kufur. Oleh karena itu, orang tua tersebut saat ini masih belum bertobat dari
zina, merampok dan dosa lain yang tak mampu lagi dikerjakannya.
Pilihan meninggalkan dosa karena ada motiv mengagungkan Allah, takut dari
murka-Nya dan kepedihan siksa-Nya, bukan karena kesenangan duniawi, kebanggan
di mata manusia, mengharap pujian agar terkenal, mendapatkan kedudukan karena
lemah dan miskin di tengah masyarakat atau harapanharapan lain.
Inilah
syarat dan rukun bertobat.
Jika Anda berhasil menyempurnakan syarat
rukun tersebut berarti itulah tobat yang sebenarnya.
Tiga Prasyarat Taubat
Adapun hal-hal yang dilakukan sebelum bertobat ada tiga:
Mengingat keburukan dosa.
2 Mengingat sakit dan pedihnya siksa
serta kemurkaan Allah yang tidak mampu Anda tanggung.Mengingat kelemahan dan
sedikitnya kemampuan pada diri Anda dalam menghadapi siksaan Allah tersebut,
karena orang yang tidak mampu menahan panasnya sinar matahari, tamparan polisi
dan gigitan semut, bagaimana mungkin bisa menahan panas api neraka jahannam,
pukulan palu malaikat Zabaniyah serta patukan ular sebesar leher unta atau
sengatan kalajengking sebesar khimar yang diciptakan dari api, berada di dalam
tempat penyiksaan dan kerusakan.
Kita memohon perlindungan dari
murka dan siksa Allah.
Jika Anda selalu ingat dan membiasakan diri
mengingat hal ini siang malam, maka yang demikian ini akan memotivasi Anda
untuk benar-benar bertobat dari dosa-dosa. Mudah-mudahan Allah memberikan
taufik dengan anugerah-Nya kepada kita.
Jika dikatakan: “Bukankah
Nabi Saw. pernah bersabda:
Artinya: “Menyesal dari dosa berarti
tobat.”
Beliau sama sekali tidak menyebutkan adanya syarat-syarat
dan hal-hal berat seperti yang Anda sebutkan.”
Makajawabnya adalah:
Pertama kali yang harus Anda ketahui adalah penyesalan merupakan hal yang
tidak mampu dilakukan seorang hamba dengan sendirinya.
Apakah Anda
tidak melihat bahwa terkadang seseorang menyesal dalam hati dari berbagai hal.
Akan tetapi ia tidak berkeinginan menyesalinya. Sebaliknya, tobat merupakan
hal yang diperintahkan. kemudian kita tentu tahu jika seseorang menyesal dari
dosa hanya karena hal itu dapat menghilkangkan kedudukannya di mata masyarakat
atau takut kehilangan mata pencahariannya, maka tidak diragukan lagi bahwa
penyesalan tersebut bukanlah tobat. Dengan demikian, Anda menjadi tahu bahwa
di dalam hadis tersebut ada makna yang tak bisa Anda ketahui dari lahirnya
saja, yaitu penyesalkan karena mangagungkan Allah dan takut dari siksa-Nya
termasuk hal yang membangkitkan tobat yang sebenarnya, karena hal tersebut
merupakan sifat dan keadaan orang-orang yang bertobat. Jika seseorang
mengingat tiga hal yang merupakan pendahuluan tersebut maka dia akan menyesal.
Penyesalan itu dapat mendorongnya untuk meninggalkan dosa-dosa. Pada akhirnya
tinggal penyesalan yang ada dalam hati dan hal itu akan mendorongnya untuk
merendahkan diri di hadapan Allah, karena penyesalan termasuk penyebab orang
mau bertobat dan sebagai sifat orang yang bertobat. Maka Rasulullah Saw.
menamakannya dengan sebutan tobat hingga beliau bersabda: “Penyesalan adalah
tobat.”
Dengan memahami semua itu, insya Allah Anda akan mendapat
taufik dari Allah Swt.
Jika Anda bertanya: “Bagaimana mungkin
seorang manusia sama sekali tidak melakukan dosa baik kecil maupun besar,
sedangkan para nabi saja yang merupakan makhluk Allah paling mulia masih
diperdebatkan oleh para ulama apakah mereka mencapai kedudukan ini (tidak
berdosa sama sekali) ataukah tidak.”
Ketahuilah! Hal seperti ini
(tidak melakukan dosa sama sekali) adalah sesuatu yang tidak mustahil. Hal
tersebut teramat mudah bagi Allah Swt. Dan Allah menentukan rahmat-Nya bagi
orang yang Dia kehendaki.
Tidak sengaja melakukan dosa termasuk di
antara syaratsyarat tobat. Kalaupun ia tergelincir ke dalam dosa karena
kelalaian atau sebuah kekeliruan, maka ia terampuni dengan anugerah Allah dan
hal itu mudah sekali dilakukan orang yang diberi petunjuk oleh Allah.
Jika
Anda berkata: “Yang membuatku tidak segera bertobat adalah karena aku tahu
bahwa diriku pasti melakukan dosa itu lagi dan tiada gunanya aku bertobat.”
Bila
demikian, maka ketahuilah bahwa hal itu adalah tipu daya setan. Dari mana Anda
tahu kalau akan melakukan dosa itu lagi. Bisa saja Anda mati setelah bertobat
dan belum mengulang kembali dosa tersebut. Adapun kekhawatiran akan mengulangi
dosa harus Anda hindari dengan keinginan kuat, dan Allah sendiri yang akan
menyempurnakannya.
Jika Allah menyempurnakan keinginan tersebut,
itulah yang kita harapkan dari anugerah-Nya. Namun jika Allah tidak
menyempurnakanya, maka semua dosa Anda yang lampau telah terampuni. Anda pun
terbebas dan bersih dari dosa-dosa tersebut. Anda hanya berdosa karena
perbuatan yang Anda lakukan saat ini.
Ini merupakan suatu
keuntungan besar dan faedah yang agung. Jangan sampai Anda menunda tobat
karena kekhawatiran akan kembali melakukan dosa yang sama. Dengan bertobat
Anda berada diantara dua kebaikan.
Semoga Allah memberikan taufik
dan hidayah-Nya (kepada kita).
Menjauhkan Diri dari Dosa
Untuk dapat keluar dan terbebas dari dosa, maka Anda harus tahu
bahwa pada umumnya dosa tersebut terbagi menjadi tiga:
Meninggalkan hal yang diwajibkan Allah pada kita, seperti salat, puasa, zakat,
membeyar kafarat atau kewajiban yang lain.
Jalan keluarnya adalah
sedapat mungkin Anda menggadanya.Dosa antara Anda dengan Allah, seperti minum
khamer, meniup seruling, makan harta riba dan yang sejenisnya.
Jalan
keluarnya adalah penyesalan dan berniat tidak kembali mengulangi untuk
selamanya.Dosa antara sesama hamba. Ini adalah dosa yang paling berat dan
sulit dihindari. Dosa antara sesama hamba Allah kadang berhubungan dengan
harta, jiwa, harga diri, kehormatan dan beragama.
Untuk terbebas
dari dosa yang berhubungan dengan harta, cara yang terbaik adalah
mengembalikan harta tersebut ke pemiliknya jika mampu. Bila tidak mampu
mengembalikan karena harta tersebut sudah hilang atau karena miskin, maka Anda
harus meminta kerelaannya. Jika hal itu tidak mungkin dilakukan karena
pemiliknya pergi atau sudah mati, dan Anda mampu bersedekah, maka yang terbaik
bagi Anda adalah memperbanyak kebaikan dan merendahkan diri di hadapan Allah
sambil memohon agar Allah membuatnya rida kepadamu pada hari kiamat.
Untuk
terbebas dari dosa yang berhubungan dengan jiwa, Anda harus menyerahkan diri
agar dibalas dengan hukuman yang setimpal atau meminta kerelaannya. Jika Anda
tidak mampu melakukannya, maka kembalilah kepada Allah serta merendahkan diri
di hadapan-Nya. Memohon agar Allah menjadikannya rela kepada Anda pada hari
kiamat.
Dosa yang berhubungan dengan harga diri seperti
menggunjing, menipu, atau mamaki, hendaknya Anda menghapusnya dengan cara
memberi pengertian kepada lawan bicara bahwa Anda sebenarnya berbohong lalu
meminta kerelaan kepada orang yang bersangkutan (orang yang digunjing, ditipu
atau dimaki) —dengan catatanjika Anda mampu malakukannya dan tidak khawatir
menamnbah kemarahannya, menimbulkan masalah baru dengan pernyataan Anda atau
bahkan menciptakan kemarahan baru baginya.
Bila demikian yang
terjadi dan Anda merasa khawatir, maka yang terbaik adalah kembali memohon
kepada Allah agar Dia menjadikannya rida terhadap Anda, memberinya kebaikan
yang sebanding dengan perbuatan Anda dan perbanyaklah istighfar untuknya.
Dosa
yang menyangkut kehormatan seperti berkhianat kepada seseorang tentang isteri,
anak, atau yang sejenisnya tidak bisa ditebus dengan meminta kerelaan orang
tersebut, karena hal itu bisa menimbulkan kemarahannya. Dalam hal ini lebih
tepat bila Anda merendahkan diri sambil memohon kepada Allah agar Dia
menjadikannya rela kepadamu dan memberikan kebaikan yang banyak sebagai
imbalannya. Namun jika tidak khawatir timbul fitnah, meski itu jarang terjadi,
maka meminta kerelaan (maaf) adalah lebih baik.
Dosa yang
berhubungan dengan masalah agama seperti mengkafirkan, menuduh berbuat bid ah
dan sesat kepada orang lain adalah hal yang sulit dihapus. Yang Anda butuhkan
adalah menyatakan bahwa Anda berbohong dalam pembicaraan Anda di depan lawan
bicara, meminta maaf kepada yang bersangkutan (yang dikafirkan, dituduh
berbuat bid’ah dan sesat) — dengan catatan jika hal itu memungkinkan untuk
Anda lakukan. Jika tidak, maka Anda harus benar benar merendahkan diri kepada
Allah serta memohon agar Dia menjadikannya rela kepadamu.
Jadi,
secara umum, apa yang mungkin (mampu) Anda lakukan seperti meminta maaf kepada
musuh, maka lakukanlah. Jika tidak mungkin, maka kembalikanlah semuanya kepada
Allah dengan merendahkan diri serta memohon kepada-Nya dan bersedekah, agar
Dia menjadikannya rela kepadamu. Semua terserah kehendak Allah kelak di hari
kiamat. Hanya saja kita harus berharap Dia memberikan anugerah dengan
karunia-Nya yang agung. Bila Dia mengetahui ketulusan hati seorang hamba, maka
Dia-pun akan menjadikan musuhnya rela kepada hamba tersebut dengan limpahan
karunia-Nya dan tidak ada lagi hukuman (baginya).
Pelajarilah hal
ini dengan seksama.
Bila Anda telah mengetahui apa yang kami
sebutkan di atas, kemudian hati Anda telah bersih dari keinginan melakukan
dosa yang sejenis di masa mendatang, berarti Anda telah keluar dari lingkaran
dosa.
Bila Anda berhasil membersihkan hati tapi belum bisa memenuhi
(menggada) fardu yang tertinggal dan meminta maaf kepada musuh, berarti
tuntutan hak adami masih melekat pada diri Anda, tapi dosa yang lain sudah
terampuni.
Pembicaraan tentang tobat ini terlalu panjang dan tidak
mungkin termuat semuanya dalam buku yang ringkas ini. Jika ingin mengetahui
lebih dalam tentang tobat ini, bacalah kitab tobat yang terdapat dalam
kitab:
Ihya Ulumiddin.
Al-Qurbah ilallah.
Al-Qhaayatul Quswa.
Di
dalam kitab-kitab tersebut Anda akan memperoleh banyak faedah dan penjelasan
yang lebih luas. Sedang yang kami kemukakan di sini hanya pokok-pokoknya saja
yang harus selalu diketahui oleh kaum muslimin.
Yakinlah bahwa
tahapan tobat adalah tahapan yuang amat Sulit, permasalahannya sangat penting
dan bahayanya pun besar sekali,
Tobat dan Mengulang Dosa
Kami pernah mendengar bahwa Ustadz Abu Ishag AlIsfirayini rahimahullah, yang
termasuk orang berilmu tinggi serta beramal dengan ilmunya berkata: “Aku
berdoa kepada Allah agar dikaruniai tobat yang murni selama tiga puluh tahun.
Aku merasa heran dan berkata pada diri sendiri: “Maha Suci Allah. Kebutuhan
yang kupinta selama tiga puluh tahun hingga sekarang belum juga terpenuhi.
Kemudian aku bermimpi seolah-olah ada penyeru yang berkata padaku: ‘ Apakah
dalam hal ini kamu merasa heran? Apakah yang menjadi permintaanmu itu? Kamu
meminta agar Allah mencintaimu. Bukankah Allah telah berfirman:
Artinya:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan (berakhlak)
bersih.” (Q.S. al-Baqarah: 222)
Apakah kamu mengira bahwa
permintaanmu untuk dicintai merupakan hal mudah? Lihatlah para imam yang
berusaha dengan sungguh-sungguh agar hatinya bersih serta benar-benar mencari
bekal untuk kehidupan akhirat.”
Bahaya yang mengkhawatirkan adalah
menunda tobat. karena mula-mula suatu dosa akan membuat hati menjadi keras dan
pada akhirnya membuat celaka.
Kita tidak boleh melupakan kisah
Iblis dan Bal am bin Ba’ura. Pada mulanya mereka hanya berdosa dan pada
akhirnya menjadi kafir. Keduanya binasa berasama orang-orang yang celaka untuk
. selama-lamanya.
Kemudian sadar dan bersungguh-sungguhlah. Semoga
Anda bisa mencabut akar dosa yang menancap dan tumbuh di hati, serta
menyelamatkan diri dari dosa-dosa tersebut. Jangan merasa bebas dari kekerasan
hati yang timbul karena dosa.
Lihatlah diri Anda.
Sebagian
orang saleh mengatakan bahwa hati menjadi kelam (hitam) karena dosa.
Tanda-tanda hati yang kelam adalah tidak merasa takut ataupun terkejut saat
melakukan dosa, ketaatan yang ja kerjakan tidak mempengaruhi (pola hidup)nya,
dan tidak mau menerima nasehat.
Jangan meremehkan dosa walau
sekecil apapun, karena hal itu akan membuat Anda merasa telah bertobat,
padahal Anda masih terus menerus melakukan dosa-dosa besar.
Aku
pernah mendengar berita bahwa Kahmas bin Al-Hasan berkata: “Aku pernah
melakukan suatu dosa. Lalu aku menangisinya selama empat puluh tahun.” Beliau
kemudian ditanya: “Dosa apa itu wahai hamba Allah?” Beliau menjawab: “Suatu
hari aku dikunjungi seorang teman yang beragama Islam. Lalu aku membeli ikan
untuk menjamunya. Kemudian aku beranjak mengambil segumpal tanah di balik
pagar tetangga tanpa izin untuk mencuci tangannya.”
Peristiwa yang
membuat gundah Kahmas di atas bisa dijadikan renungan bagi Anda untuk
mengoreksi diri sendiri dan sesegera mungkin untuk bertobat. Sebab ajal (batas
hidup) masih tersimpan rapi dan tidak dapat kita ukur. Dunia ini hanya menipu,
sedangkan nafsu dan setan selalu memusuhi. Rendahkanlah diri Anda di hadapan
Allah dan memohonlah kepada-Nya.
Cobalah Anda mengingat kisah Nabi
Adam a.s. yang diciptakan dengan kekuasaan Allah, ditiupkan ruh padanya dan
menempatkannya di surga. Ia tidak berbuat salah kecuali hanya sekali. Lalu
turunlah perintah untuk turun dari surga karena satu kesalahan tersebut.
Bahkan diceritakan bahwa Allah berfirman kepadanya: “Hai Adam! Kamu
memnganggap-Ku sebagai teman yang bagaimana?” Adam menjawab: “Tetangga terbaik
wahai Tuhanku.” Allah berfirman: “Enyahlah dari samping-Ku, dan tanggalkan
mahkota keagungan-Ku dari kepalamu. Sesungguhnya orang yang durhaka kepada-Ku
tidak pantas bertetangga dengan-Ku.” Sehingga diceritakan bahwa Adam menangisi
dosa tersebut selama dua ratus tahun sampai kemudian Allah mengampuni dosanya
yang hanya dilakukan satu kali.
Beginilah sikap Allah terhadap nabi
dan orang pilihan-Nya yang melakukan sekali dosa. Kemudian bagaimana dengan
orang lain yang banyak melakukan dosa dan bukan nabi?
Tangis Nabi
Adam merupakan perendahan diri dan permohonan orang yang bertobat. Lalu
bagaimana sikap Allah terhadap orang yang selalu berbuat dosa tanpa memikirkan
akibatnya? Alangkah indah syair seorang pujangga:
Orang yang
bertobat merasa khawatir terhadap dirinya sendiri.
Lalu apa
pendapatmu tentang orang yang tidak mau bertobat?
Jika Anda
bertobat dan malakukan dosa untuk kedua kalinya, maka segeralah bertobat.
Katakan pada diri Anda: “Mudahmudahan aku mati sebelum kembali melakukan dosa
seperti ini.” Begitu pula jika Anda melakukan dosa untuk ketiga dan keempat
kalinya.
Bila Anda melakukan suatu dosa dan mengulanginya sebagai
suatu rutinitas, maka Anda pun harus menjadikan tobat sebagai rutinitas.
Jangan sampai tobat Anda dikalahkan oleh dosa dan jangan pula berputus asa.
Tak perlu menghiraukan godaan setan yang menghalangi tobat Anda, karena
bertobat setiap kali melakukan dosa adalah pertanda baik.
Tidakkah
Anda pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya: “Yang
terbaik di antara kamu adalah orang yang sering tergoda namun selalu
bertobat.”
Maksudnya orang tersebut sering tergoda melakukan dosa
tapi banyak bertobat dan kembali kepada Allah dengan penuh penyesalan dan
permintaan maaf (istighfar).
Ingatlah firman Allah Swt.:
Arinya:
“Dan barangsiapa berbuat jahat atau menganiaya dirinya sendiri kemudian
memohon ampunan kepada Allah, niscaya 1a akan mendapati Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nisaa: 110)
Kesimpulan dari
keterangan di atas adalah jika Anda mulai bertobat maka bersihkanlah hati dari
dosa-dosa. Artinya Anda menguatkan niat dalam hati untuk selamanya tidak akan
kembali melakukan dosa itu kecuali apa yang telah digariskan oleh Allah dalam
ilmu-Nya bahwa Anda akan melakukannya. Allah mengetahui bahwa tekad Anda
benar-benar keluar dari hati yang tulus. Kemudian maafkan musuh Anda sesuai
kemampuan yang Anda miliki.
Ganti (qadha)lah kewajiban-kewajiban
yang telah lalu sekuat tenaga, sesuai kemampuan yang Anda miliki. Dan yang
tidak mampu sebaiknya diserahkan kepada Allah dengan penuh harap dan
merendahkan diri agar Dia mencukupkannya untuk Anda.
Selanjutnya
bersihkanlah badan dan pakaian Anda. Lalu salat empat rakaat sebagaimana
mestinya. Letakkan wajah Anda di tanah sepi yang tidak terlihat oleh orang
lain kecuali hanya Allah Swt.
Taburkan debu di kepala dan benamkan
wajah, anggota tubuh yang paling terhormat, dengan cucuran air mata penuh
kesedihan disertai suara yang lantang, sebutkan dosa Anda satu persatu sesuai
kemampuan. Makilah diri Anda yang berlumur dosa. Katakan padanya: “Hai diriku!
Tidakkah kamu merasa malu? Belum datangkah waktu tobat bagimu? Ataukah kamu
punya kekuatan untuk menghadapi siksa Allah?” Lalu ucapkanlah umpatan untuknya
sebanyak mungkin sambil menangis. Kemudian tengadahkan dua tangan kepada Tuhan
yang Maha Pengasih seraya berdoa:
Artinya: “Wahai Tuhanku! Hamba-Mu
yang lama menghilang telah kembali ke pintu (rahmat)-Mu. Hamba-Mu yang berbuat
durhaka telah telah kembali menuju kebaikan. Hamba-Mu yang berdosa telah
kembali dengan membawa alasan. Ampuni aku dengan kemurahan-Mu. Pandanglah aku
dengan kasih-Mu. Ampunilah dosaku yang telah lalu dan lindungilah diriku dari
dosa-dosa dalam sisa hidup (ini). Sesungguhnya, segala kebaikan hanya ada
padaMu dan Engkau Maha Penyayang dan Pengasih kepada kami..
Lalu
berdoa dengan doa penghapus susah sebagai berikut:
Artinya:” Wahai
Dzat yang menampakkan berbagai permasalahan besar! Wahai Dzat yang menjadi
tujuan akhir orang-orang susah! Wahai Dzat yang jika berkehendak terhadap
sesuatu cukup berfirman “jadilah” lalu seketika itu wujudlah ia. Dosa-dosaku
membuat aku terkungkung, dan hanya Engkau yang kuharapkan sebagai pembalas.
Wahai Dzat yang membebaskan setiap kesulitan. Saat ini hanya Engkaulah
andalanku, maka terimalah tobatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat
lagi Maha Pengasih.”
Kemudian perbanyaklah menangis, merasa hina
dan merendah seraya berdoa sebagai berikut:
Artinya:” Wahai Dzat
yang tidak merasa sibuk menan gani persoalan, dan mendengar pengaduan demi
pengaduan. Wahai Dzat yang tidak mungkin keliru dalam memutuskan berbagai
persoalan. Wahai Dzat yang tiada bosan memenuhi permintaan yang dilakukan
terus menerus! Curahkanlah sejuknya embun maaf dan manisnya ampunan-Mu. Dengan
kasih-Mu wahai Dzat yang lebih Pengasih dari para pengasih. Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu..
Lalu bacalah selawat untuk
Nabi Saw. dan keluarga beliau. Mohon ampunlah bagi seluruh orang mukmin baik
laki-laki maupun perempuan. Dan kembalilah taat kepada Allah. Maka Anda
benar-benar telah bertobat dengan baik. Anda juga telah keluar dari lumpur
dosa, bersih seperti saat lahir dari rahim ibu Anda, dicintai oleh Allah dan
berhak mendapat pahala serta menerima limpahan berkah dan rahmat-Nya yang tak
terlukiskan dengan kata-kata.
Kemudian Anda akan memperoleh
ketenteraman, keselamatan dan terbebas dari murka Allah, pahitnya maksiat dan
bencana di dunia dan ahkirat. Anda pun benar-benar telah melewati tahapan ini
dengan izin Allah Swt. Hanya Allah yang menguasai petunjuk dengan anugerah dan
karunia-Nya.[alkhoirot.org]