Gerhana bulan dan matahari
Judul buku: Ilmu Falak Praktik
Penulis dan Penerbit:
Sub Direktorat Pembinaan Syariah Dan Hisab Rukyat
Dibrektorat Urusan Agama Islam & Pembinaan Syariah
Direktokrat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia
Bidang studi: Ilmu falak,
Nama lain dari ilmu falak: ilmu hisab, ilmu rashd, ilmu miqat, ilmu haiah.
Daftar isi
- Bab V: Gerhana bulan dan matahari
- A. Fiqih dan hisab praktis gerhana
-
Referensi dan catatan
- Kembali ke buku: Ilmu Falak dan Hisab Praktis
BAB V GERHANA BULAN DAN MATAHARI
A. Figih dan Hisab Praktis Gerhana
1. Pengertian Gerhana
Gerhana dalam bahasa Arab disebut dengan Kusuf atau Khusuf.
Kedua kata tersebut dipergunakan baik untuk gerhana Matahari
maupun gerhana Bulan. Hanya saja, kata kusuf lebih dikenal untuk
penyebutan gerhana Matahari (kusuf al-syams) dan kata khusuf lebih
dikenal untuk penyebutan gerhana Bulan (khusuf al-qamr).[151]
Dalam padanan kata bahasa Inggris disebut "eclipse” dan dalam
bahasa latin disebut “ekleipsis”. Istilah ini dipergunakan secara umum,
baik gerhana Matahari maupun gerhana Bulan. Namun dalam
penyebutannya, didapat dua istilah Eclipse of The Sun untuk gerhana
Matahari, dan Eclipse of The Moon untuk gerhana Bulan.[152] Dan juga
digunakan istilah solar eclipse untuk Matahari, dan lunar eclipse untuk
gerhana Bulan.'? Sedangkan dalam bahasa sehari-hari kita, kata gerhana
dipergunakan untuk mendeskripsikan keadaan yang berkaitan dengan
kemerosotan atau kehilangan (secara total atau sebagian) kepopuleran,
kekuasaan atau kesuksesan seseorang, kelompok atau negara. Gerhana
juga dapat dikonotasikan sebagai kesuraman sesaat (terprediksi,
berulang atau tidak) dan masih diharapkan bisa berakhir, Dari berbagai
istilah tersebut, istilah berbahasa Arablah yang paling mendekati pada
pengertian sebenarnya, di mana “kusuf" berarti menutupi',[153] sedangkan
“khusuf” berarti memasuki. Sehingga Kusuf al-Syamsi menggambarkan
Bulan menutupi Matahari baik sebagian maupun seluruhnya.
Maka terjadilah konjungsi atau ijtima' Matahari dan Bulan serta
kerucut bayangan Bulan mengarah ke permukaan Bumi, yang disebut
dengan gerhana Matahari. Sedangkan Kltusuf al-Damar menggambarkan
Bulan memasuki bayangan Bumi. Sehingga Bumi berada di antara Bulan
dan Matahari atau yang dikenal dengan oposisi atau istigbal, pada waktu
itulah terjadinya gerhana Bulan. Oleh karena itu dalam ilmu astronomi,
fenomena gerhana diartikan tertutupnya arah pandangan pengamat ke
benda langit oleh benda langit lainnya yang lebih dekat dengan
pengamat, merupakan simpel fenomena fisik gerhana yang diketahui
oleh masyarakat luas.
Kemudian jika dilihat dari kaca mata
figh hisab rukyah, kiranya dalam
persoalan gerhana ini baik gerhana
Matahari maupun Bulan, tidak nampak
adanya sekat atau persoalan yang
terjadi antara madhab Hisab dan madhab
Rukyah, walaupun pada dasarnya
dua madhab tersebut juga ada dalam
persoalan gerhana Matahari maupun
gerhana Bulan. Madhab hisab yang
disimbolkan mereka yang memakai cara
mengitung (kapan) terjadinya
gerhana dengan “madhab” Rukyah yang
disimbolkan oleh mereka yang
menyatakan terjadi gerhana dengan langsung
melihatnya.[154] Karena kalau kita
melacak sejarah, ternyata perhitungan
tentang adanya gerhana sudah ada sejak
(kurang lebih) 721 Sebelum
Masehi, di mana orang Babilonia telah berhasil
mampu membuat suatu
perhitungan tentang siklus terjadinya gerhana yang
disebut dengan
istilah tahun Saros.[155] Dari Sini nampak bahwa dalam hal hisab
rukyah
mengenai gerhana baik Matahari maupun Bulan, tidak mengalami
suatu
permasalahan antara madhab hisab dengan madhab rukyah, bahkan
sekat
kedua madhab tersebut terkesan tidak ada. Karena keduanya nampak
adanya
simboisis mutualistik.
Kita bisa mengetahui wahwa fenomena itu
dengan penjelasan secara
logis, yang pertama semua benda langit yang
berada di antara Matahari, yang
diterangi olehnya maka masing-masing
benda tersebut akan mempunyai
bayangan yang akan menuju ke dalam ruang
angkasa jauh dari Matahari.
Kedua fenomena gerhana secara umum adalah
suatu peristiwa jatuhnya
bayangan benda langit ke benda langit lainnya,
yang pada kalanya bayangan
benda tersebut menutupi keseluruhan piringan
Matahari, sehingga benda
langit itu kejatuhan bayangan benda langit
lainya, maka tidak bisa menerima
sinar Matahari sama sekali.
2. Proses Gerhana Bulan
Prinsip dasar terjadinya gerhana Bulan yaitu ketika Matahari,
Bumi dan
Bulan berada pada satu garis yaitu saat Bulan beroposisi atau
saat Bulan
purnama, sehingga pada saat tersebut akan melewati bayangan
Bumi seperti
gambar berikut ini :
Gambar 22.
Posisi
Astronomis Saat Gerhana Bulan
: 2 kat
3 t——— !
| Bumi
Cahaya Matahari
Bayangan Bumi
Bayangan yang dibentuk oleh Bumi mempunyai dua bagian
yaitu, pertama bagian yang paling luar yang disebut dengan bayangan
penumbra [157] atau bayangan semu (bayangan ini tidak perlu gelap) dan
bagian dalam yang disebut dengan bayangan umbra [157] atau bayangan
inti. Oleh karena itu, bentuk lingkaran Matahari lebih besar dari pada
lingkaran Bumi sehingga bayangan umbra Bumi membentuk kerucut
sedangkan bentuk dari bayangan penumbra Bumi berbentuk kerucut
terpancung dengan puncaknya di Bumi yang semakin jauh bayangan
ini, semakin membesar sampai menghilang di ruang angkasa.
Perhatikan pada:
Gambar 23.
Bayangan umbra
dan penumbra
Penumbra Umbra
Bayangan
Pada bayangan
penumbra hanya sebagian piringan Matahari
yang ditutupi oleh Bumi,
sedangkan pada bayangan umbra seluruh
piringan Matahari tertutup oleh
Bumi, sehingga ketika Bulan melewati
umbra, Bulan akan terlihat gelap
karena cahaya Matahari yang masuk
ke Bulan dihalangi oleh Bumi. Fenomena
ini dikenal dengan gerhana
Bulan total. Perlu diketahui pada saat
gerhana bulan total ini, meski
Bulan berada pada umbra Bumi bulan tidak
sepenuhnya gelap total,
karena sebagian cahaya masih bisa sampai ke
permukaan bumi oleh
refraksi atmosfir bumi.[158]
Gerhana
bulan ada dua macam. Gerhana penumbra (semu) dan
umbra, Adapun gerhana
penumbra bulan hanya melewati bayangan
penumbra bumi dan hal ini hanya
bisa dilihat apabila lebih dari
setengah (0.5) piringan bulan masuk pada
bayangan penumbra bumi.
Bahkan ada astronom yang mengatakan hanya
gerhana penumbra
akan bisa dilihat apabila magnitudenya minimal 0,7.
Sedangkan untuk
gerhana umbra terjadi apabila bulan melewati umbra bumi,
di mana
jika seluruh piringan bulan melewati seluruh bayangan umbra bumi
disebut gerhana bulan total dan jika bulan melewati sebagian umbra
bumi disebut gerhana bulan sebagian.
Perlu diketahui bahwa
orbit bulat dalam mengelilingi bumi
berbentuk elips, sehingga jarak
Bulan-Bumi dan diameter Bulan yang
terlihat akan bervariasi. Pada saat
Bulan berada di titik terdekat
dengan Bumi, Bulan memiliki jarak sebesar
356.400 km dan semi
diameter 16' 46”. Dan pada saat bulan berada pada
titik terjauh dari
bumi bulan memiliki jarak 406.700 km dan semi
diameter 14' 42”
variasi jarak dan ukuran Bulan ini mencapai 124.
Selanjutnya
geometri gerhana bulan lebih sulit lagi karena dalam
kenyataannya
orbit bumi dalam mengelilingi Matahari berbentuk elips,
sehingga
semi diameter Matahari yang terlihat bervariasi juga mulai dari
15 44”
yaitu pada saat bumi berada di jarak terjauh dengan Matahari
sampai
ukuran 16/16” yaitu saat bumi pada jarak terdekat dengan
Matahari,
Jadi ukuran Matahari berkisar antara 38. Walapun ukuran semi
diamer Matahari berpengaruh dalam semi diameter bayangan bumi,
Dari data perhitungan yang diteliti, variasi semi diameter Bumi
sebagai berikut, pada saat bulan berada di perigee, besarnya mulai dari
46' 12” sampai 45' 45" sedangkan pada saat bulan berada di apogee,
besarnya dari 38' 27” sampai 39 00”.
Referensi dan Catatan
151 Lihat Louwis Ma'luf, Opo, hlm 178 dan 685,
152 Baca
Mudji Kaharto,” Fenomena Gerhana,” dalam kumpulan tulisan Mudji Raharto,
Lembang: Pendidikan Pelatihan Hisab Kukyah Negara-negara MABIMS 2000, 10
Juli — 7 Agustus ANN,
153 Soegipto, dkk., op.cit, hlm.
1
154 Ini kaitannya dengan bimbingan syari'at Islam, bahwa bila terjadi gerhana
baik Matahari maupun Bulan. dianjurkan oleh Rasulullah saw agar kita
melaksanakan shalat gerhana, memperbanyak do'a, memperbanyak takbir dan
memperbanyak shadagah, sebagaimana sabda nabi (artinya ) : “Maka apabila
kamu melihat keduanya (gerhana Matahari dan gerhana Bulan) hendaklah kanti
bertakbir, berdo'a kepada Allah, melaksanakan shalat dan bersedekah”, hadith
dwayat Bukhari Muslim dari Aisyah.
Sedangkan mengenai perhitungan
gerhana Matahari, para ahli falak (klasik) menggunakan data-data
Matahari dan Bulan yang tercantum dalam kitab-kitab hisab seperti
Sullamun nayyirain, Fath Raufil Mannan, Khulashah al-Waftyah dengan
metode hisab muthalathah atau metode rubu' mujayyab.. Sedangkan para
pakar astronomi, menggunakan data-data kontemporal yang dikeluarkan oleh
Almanak Nautika dan Ephemeris dengan spherical trigonometri,
155 Tahun Saros dalam bahasa Babilonia “sharu” lamanya tahun Saros
kurang lebih 18 tahan 11 hari 08 jam. Kalau diakar dengan tahun
Hijriyyah (Oomariyyah) lamanya sekitar 18 tahun 7 Bulan 6 hari 12 jam,
Baca Soejipto, dkk, op. at, hlm. 22,
156 Bayang-bayangan semu di sekeliling umbra.
157 Umbra kerucut bayangan gelap bulan atau bumi di belakang benda langit itu terhadap Matahari. Dari dalam umbra kita sama sekali tidak dapat melihat Matahari
158 Selubung udara di sebelah luar litosfer serta bagian-bagiannya pada rongga, pori dan cela pada litosfer. Litosfer adalah lapisan bumi yang paling luar, terletak di atas astenosfer, meliputi kerak dasar samudra dan kerak benua yang berbentuk lempeng