Abdullah Resmi Menjadi Ubaidillah Abad ke-14 Hijriah
Judul buku: Menakar kesahihan Nasab Habib Di Indonesia
Penulis: KH Imaduddin Utsman Al Bantani, pengasuh pesantren Nahdlatul Ulum, Banten
Cetakan pertama: Oktober 2022
Penerbit: Maktabah Nahdlatul Ulum
Bidang studi: sejarah Islam
Daftar isi
- Abdullah Resmi Menjadi Ubaidillah Abad 14 H
- Kesimpulan Penelitian Ilmiyah
- Penelitian Ilmiyah Bukan Hakikat
- Kembali ke buku: Menakar kesahihan Nasab Habib di Indonesia
ABDULLAH RESMI MENJADI UBAIDILLAH PADA ABAD 14 H
Dalam kitab Syamsudz Dzahirah karya Syekh Abdurrahman al-Mashur (w. 1320 H), disebutkan dengan tegas bahwa Abdullah bergelar Ubaidillah. Kutipan lengkapnya sebagai berikut:
روش اٚلَد ا غٌ ١ذ ا شٌٙ ١ش اح ذّ ث ػ ١غٝ ث محمد ث ػ ٍٟ ا ؼٌش ٠ؼٟ ث عؼفش اظٌبدق سػٟ الله ػ ا ٌٛ ذٌ إص ب :ْ محمد ٚػجذالله ٚ ٠غ ّٝ ػج ١ذ الله ٚو ١ٕز اثٛ ػ ٍٛٞ )ش ظّ ا ظٌٙ ١شح: (ٔ٘
“ini adalah fasal menerangkan anak-anak Seorang sayyid yang mashur, yaitu Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidi bin Ja’far as-Shadiq r.a. ia (Ahmad) mempunyai dua anak yaitu Muhammad dan Abdullah, dan Abdullah ini dinamai pula Ubaidillah dan kunyahnya adalah Abu Alwi. (Syamsudz Dzahirah: 51)
Dengan tegas syekh Abdurrahman al-Masyhur menyebutkan nama Abdullah adalah
alias dari Ubaidillah. Ada perbedaan antara kitab syamsudz Dzahirah dan kitab
abad kelima yang menyebutkan anak Ahmad berjumlah tiga yaitu Muhammad, Ali dan
Husain. Kitab Syamsudzahirah menyebutkan anak Ahmad bin Isa ada dua orang
yaitu Muhammad dan Abdullah. Ia menghilangkan nama Ali dan Husain dan
memasukan nama Abdullah. Seperti telah disebutkan sebelumnya nama Abdullah ini
mulai disebut oleh Syekh al-Kadzim dalam kitab an-Nafhah akhir abad 9 Hijrah
setelah 543 tahun sejak wafatnya Ahmad bin Isa. Sebelumnya tidak ada nama
Abdullah disebutkan oleh para penulis kitab nasab, tidak disebutkan dikitab
abad kelima, keenam, ketuju, kedelapan dan kesembilan awal. Disebutkan untuk
kedua kali pada abad kesepuluh oleh kitab Tuhfatuttalib di akhir abad
kesepuluh.
Dalam an-Nafhah disebutkan Ahmad bin Isa mempunyai anak
bernama Abdullah dan Abdullah mempunyai anak bernama Abul jaded yang nanti
akan menurunkan Abu Alwi pada generasi 9 yang merupakan Bani Abi Alwi.
Sedangkan kitab Tuhfatuttalib menyebutkan Abdullah langsung mempunyai anak
Alwi yang kelak menjadi datuk Bani Alawi. Kitab Syamsudz Dzahirah berusaha
mengkompromikan keduanya dengan menyebutkan bahwa Abdullah mempunyai anak Alwi
dan bergelar Abu Alwi dan Abul Jadid dan menambahkan nama ketiga yaitu Bashri.
Jadi anaknya tiga. Dari mana tambahan itu? wallahu a’lam.
Dari sini kita menyimpulkan betapa rumitnya pensibatan Ba Alawi sebagai sebagai keturunan Ahmad bin Isa. Selain nama Abdullah atau Ubaidillah yang tidak tercatat sebagai anak Ahmad bin Isa selama 543 tahun, ketika tiba-tiba muncul nama itu pun dengan kelemahan yang menyertainya. Kelemahan itu disebabkan beberapa hal, yang pertama munculnya nama Abdullah pada akhir abad 9 tanpa menyebutkan referensi, sepertinya ia muncul dari ruang hampa. Yang kedua ketika muncul dalam kitab Tuhfatuttalib di abad kesepuluh, penulisnya mengatakan menemukannya dari sebuah ta’liq secarik kertas. Ketiga ketika kitab Syamsudz Dzahirah menyimpulkan bahwa Abdullah adalah Ubaidillah, tidak menyebutkan Abdullah yang mana, apakah Abdullah yang mempunyai anak Abdul Jadid seperti dalam an-Nafhah, atau Abdullah yang mempunyai anak Alwi seperti dalam Tuhfatuttolib. An- Nafhah tidak menyebut nama Alwi sebagai anak Abdullah, Tuhfatuttolib tidak mnyebut nama Abul Jadid sebagai anak Abdullah. Lalu disatukan dalam Syamsudz Dzahirah bahwa keduanya anak Abdullah.
Penyatuan Alwi dan Abul jadid sebagai anak Abdullah menyisakan masalah karena
an-Nafhah menyebutkan Bani Abi alawi itu dari jalur Abul jadid. Sedangkan hari
ini kita dikenal Ba Alawi dari jalur Alwi, yang nama Alwi bin Abdullah tidak
disebutkan dalam kitab an-Nafhah sebagai anak Abdullah.
KESIMPULAN PENELITIAN ILMIYAH
Berdasarkan data-data ilmiyah yang penulis sebutkan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sangat sukar sekali menurut takaran ilmiyah untuk menyebut bahwa Ba alawi adalah anak keturunan Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidi bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain Bin Fatimah bin Nabi Besar Muhammad s.a.w. Wallahu a’lamu bi haqiqatil hal.
PENELITIAN ILMIYAH BUKAN HAQIQAT
Penelitian penulis ini bukanlah hakim atas hakikat kebenaran atau kesalahan, ia berjalan dalam kajian ilmiyah berdasarkan fakta ilmiyah yang bisa diteliti kembali oleh siapapun yang berkehendak melakukannya. Allah menjadikan zaman ini zaman yang lebih mudah bagi pecinta ilmu untuk mendapatkan banyak data ilmiyah, kitab-kitab yang penulis sebutkan dapat di akses langsung via internet.
Sebagai manusia yang lemah dengan segala kekurangan tentunya penulis bersedia
mendapatkan masukan dari berbagai fihak akan penelitian penulis ini. Wallahu
a’lamu bi haqiqatil hal.