Etika Bepergian bagi Wanita Muslimah
Nama kitab: Terjemah Al-Akhlaq lil Banat Juz 3, Akhlak lil Banat Jilid 3
Judul asal dalam teks Arab: الأﺧﻼﻕ ﻟﻠﺒﻨات الجزء الثاني لطلاب المدارس الإسلامية بإندونيسيا
Makna: Pelajaran Budi Pekerti Islam / akhlak mulia untuk Anak Perempuan Bagian 3
Penulis: Umar bin Ahmad Baraja
Bidang studi: Etika budi pekerti Islam, akhlak mulia, adab perilaku sopan santun
Penerjemah:
Daftar Isi
- Adab Berkunjung Dan Minta Izin
- Adab Menjenguk Orang Sakit
- Adab Orang Sakit
- Adab Kunjungan Takziyah
- Adab Orang Yang Mengalami Musibah
- Adab Berkunjung Untuk Memberi Selamat
- Adab Dalam Bepergian
- Adab Pada Waktu Berpakaian
- Adab Pada Waktu Tidur
- Adab Pada Waktu Bangun Dari Tidur
- Adab Istikharah Dan Bermusyawarah
- Penutup Kitab Tentang Perintah Hijab
- Kembali ke kitab: Akhlaq lil Banat Juz 3
6. ADAB BERKUNJUNG DAN MINTA IZIN
Wahai putri! patutlah engkau memperhatikan
kunjunganmu kepada para kerabatmu, karena hal itu berarti menjalankan
silaturrahmi. Di samping itu perhatikan pula untuk mengunjungi teman-teman
wanitamu agar tetap terjalin hubungan saling mencinta dengan mereka.
Dalam
hadits: “Barangsiapa menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena
Allah, maka dua malaikat menyerunya: Berbahagialah engkau dan amanlah
perjalananmu serta akan engkau tempati sebuah rumah di surga nanti.”
Hendaklah engkau jalankan adab-adab dalam berkunjung sebagaimana berikut ini,
yaitu:
Hendaklah engkau minta izin terlebih
dahulu sebelum masuk, dengan berdiri di depan pintu luar rumah, supaya tidak
melihat orang yang ada di dalamnya.
Dalam hadits
dikatakan: “Sesungguhnya minta izin itu diharuskan, demi menjaga
pandangan.”
Disunnahkan bagimu untuk memberi
salam, kemudian meminta izin dengan berkata, ” Assalamu’alaikum, bolehkah saya
masuk?”
Apabila pintu telah terbuka, maka
menghadaplah ke sisi kanan atau kiri. Disebutkan dalam hadits: “Adalah
Rasulullah SAW. apabila beliau mendatangi pintu rumah seseorang tidaklah
beliau menghadap pintu dari depannya, tetapi dari sisi kanan atau kirinya.
Kemudian
beliau mengatakan: Assalamu’alaikum, Assalamu’alaikum.”
Hal
itu disebabkan rumah-rumah pada waktu itu tidak memakai tabir/tirai.
Bilamana pintunya tertutup, maka ketuklah dengan pelan. Jika ada bel, maka
bunyikanlah tanpa mengejutkan dan ‘ tanpa keras-keras. Allah telah mengajari
kita adab-adab untuk minta izin, yaitu dalam firman Allah Ta’ala: “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat. Jika kamu tidak menemui seorang pun
di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin” (An-Nuur:
27, 28).
Minta izin itu bisa
dilakukan sampai tiga kali. Dalam hadits disebutkan: “Apabila seseorang dari
kamu minta izin sampai tiga kali sedang ia tidak diberi izin, maka hendaklah
ia pulang.”
Jika dikatakan kepadamu: siapa kamu?
atau siapa yang di pintu? maka jawablah dengan menegaskan namamu. Jangan
menjawab: saya, atau temanmu, dan yang semacam itu. Kecuali apabila pemilik
rumah sudah mengenal suaramu, maka tidaklah mengapa kalau begitu.
Dalam
hadits Mi’raj disebutkan : Ketika Jibril minta dibukakan pintu langit,
dikatakan kepadanya,” Siapa ini?”
Jibril
menjawab, “Jibril.”
Sahabat Jabir r.a. berkata:
Suatu ketika aku mendatangi Nabi SAW., lalu kuketuk pintu.
Nabi
SAW. berkata, “Siapa ini?”
Aku menjawab,
“Aku.”
Maka Nabi SAW. berkata, “Aku, aku.”
Nampaknya beliau tidak menyukai jawaban itu.
Pernah
pula seorang laki-laki mengetuk pintu seorang ulama’. Orang alim itu berkata,
“Siapa?”
Orang itu menjawab, “Saya.”
Maka
orang alim itu berkata, “Aku tidak mengenal seorang pun dari saudara-saudara
kami yang bernama saya.”
Apabila dikatakan
kepadamu pemilik rumah sedang tidak ada, maka janganlah marah dan berburuk
sangka bahwa ia tidak suka menemuimu.
Allah
Ta’ala berfirman: “Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali sajalah,” maka
hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan” (An-Nuur: 28).
Setiap
keluarga yang tinggal dalam satu rumah ada kalanya masing-masing mempunyai
kamar khusus. Maka wajiblah meminta izin untuk memasukinya.
Janganlah
seseorang membuka kamar orang lain tanpa seizin pemiliknya, sekalipun orang
terdekat dengannya, sebagaimana ayah dan ibunya.
Dalam
hadits disebutkan: “Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW.: “Apakah aku
harus minta izin untuk masuk ke kamar ibuku?”
Nabi
SAW. menjawab, “Ya”.
Dia berkata, “Aku tinggal
bersamanya dalam satu rumah.”
Nabi SAW. berkata,
“Mintalah izin untuk masuk kepadanya.”
Orang itu
berkata, “Aku melayaninya.”
Rasulullah SAW.
menjawab, “Mintalah izin kepadanya. Apakah engkau suka melihat ibumu dalam
keadaan telanjang?”
Orang itu menjawab,
“Tidak.”
Nabi SAW. berkata, “Kalau begitu,
mintalah izin kepadanya.”
Termasuk tata krama dalam berkunjung adalah engkau berkunjung pada waktu yang
sesuai, bukan waktu makan atau tidur ataupun pada waktu bekerja, supaya orang
perempuan yang kau kunjungi tidak merasa berat dan tidak membenci
kunjunganmu.
Berkunjunglah yang tidak terlalu
sering. Jangan berkunjung setiap hari atau dalam hari-hari yang berdekatan
supaya ia tidak jemu dengan kedatanganmu.
Termasuk
tata kramanya pula adalah jangan engkau terlalu jarang berkunjung kepadanya
supaya tidak menimbulkan kesepian dan pemutusan hubungan.
Dalam
hadits: “Berkunjunglah kadang-kadang supaya dengannya dapat menambah
kecintaan.”
Janganlah berkunjung terlalu lama,
terutama bila orang yang dikunjungi sedang sibuk atau bersiap untuk keluar
atau juga akan makan, kecuali bila hal itu atas permintaannya, maka tidaklah
mengapa kalau begitu.
Hendaklah engkau berpakaian yang bersih, berpenampilan yang bagus lalu duduk
di tempat yang pantas. Jangan mendahului orang yang lebih tua umur atau
kedudukannya.
Jangan mempermainkan buku-buku dan
surat-surat yang terdapat di ruang tamu, alat-alat, bunga-bunga atau juga yang
lainnya. Jangan mengambil sesuatu tanpa seizin tuan rumah.
Apabila
menemukan sepucuk surat janganlah lalu membacanya karena sifat ingin tahu.
Dalam
hadits dikatakan: “Barangsiapa membaca surat saudaranya tanpa seizinnya, maka
ia seakan-akan mengintai dalam neraka.”
Jangan
meludah di atas lantai atau permadani, tetapi lakukanlah di tempat membuang
ludah atau di manapun yang pantas.
Hendaklah
engkau ikut serta merasakan suka dan dukanya orang yang dikunjungi.
Dan
mintalah izin darinya bila ingin pulang. Jika ia mengizinkannya, tapi keburu
datang tamu yang lain, maka tinggallah sebentar dan jangan langsung keluar,
supaya tamu yang lain itu tidak menyangka engkau pulang karena dia, dan engkau
tidak suka bertemu dengannya. Kecuali bila engkau tergesa-gesa, maka
beritahulah dia apa sebab engkau pulang dan kemukakan alasan kepadanya.
Apabila seorang perempuan mengunjungimu, maka Sambutlah dia dengan wajah cerah
dan penuh gairah seraya berkata, “Ahlan wa Sahlan wa Marhaban/ Selamat
datang.”
Jabatlah tangannya dengan keadaan engkau
sangat gembira atas kunjungannya. Kemudian dudukkan dia di tempat yang pantas
dengannya serta bertanyalah kepada dia tentang kesehatannya dan kesehatan
keluarganya. Lalu berbicaralah dengannya dengan suara yang lemah lembut dan
sopan serta wajah yang berseri-seri.
Berdirilah
untuk melayani tamumu sendiri. Allah Ta’ala telah memuji Sayyidina Ibrahim
a.s. dengan firman-Nya: “Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang
tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan?” (Adz-Dzaariyaat: 24).
Mereka
itu dimuliakan karena Ibrahim melayani sendri kepadanya dan menyuruh istrinya
sebagai pelayan untuk menyegerakan mengeluarkan hidangan.
Allah
Ta’ala berfirman: “Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak
sapi yang dipanggang” (Huud: 69).
“Maka ia pergi
dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi
gemuk (yang dibakar)” (Adz-Dzaariyaat: 26).
Dalam
hadits: “Pada suatu hari datang utusan Raja Najasyi (Raja Habasyah di
Ethiopia) kepada Rasulullah SAW. Kemudian Nabi SAW. berdiri melayani mereka.
Maka sahabat-sahabatnya berkata, “Wahai Rasulullah kami yang mencukupimu. Nabi
SAW. menjawab, “Jangan.”
Mereka dulu memuliakan
sahabat-sahabatku maka aku ingin membalas budi baik mereka.”
Imam
Asy-Syafi’i datang kepada Imam Malik rahimahumallahu, lalu Imam Malik
menyuguhkan makanan kepadanya. Dan beliau sendiri yang menuangkan air dengan
kedua tangannya sambil berkata, “Janganlah engkau heran terhadap apa yang
engkau lihat. Melayani tamu adalah wajib.”
Suguhkaniah kepada tamumu makanan dan minuman yang Sesuai dengannya dengan
seadanya, tanpa memaksakan diri Sehingga engkau tidak merasa berat atas
kedatangannya.
Jangan engkau katakan, “Maukah aku
hidangkan makanan kepadamu?” Akan tetapi suguhkanlah hidangan terlebih dulu.
Jika ia suka biar dimakannya. Kalau tidak, maka angkatlah makanan itu.
Sahabat
Salman Al-Farisi r.a. berkata, “Rasulullah SAW. menyuruh kami untuk tidak
memaksakan diri menyediakan makanan yang tidak ada kepada tamu kami, dan
menyuruh kami menyuguhkan makanan yang ada pada kami.”
Janganlah
engkau membatasi dalam menghormati tamumu.
Dalam
hadits disebutkan: “Rasulullah SAW. pernah singgah pada seorang laki-laki yang
memiliki unta dan sapi yang banyak, namun ia tidak menjamunya sebagaimana
seorang tamu. Kemudian beliau singgah pada Seorang perempuan yang mempunyai
beberapa ekor kambing. Perempuan itu pun menyembelih seekor kambing
untuknya.
Nabi SAW. berkata: lihatlah kedua orang
tadi. Sesungguhnya akhlak ini di tangan Allah. Barangsiapa yang dikehendaki
Allah diberi akhlak yang baik, ia pun akan melakukannya.”
Dalam
hadits lain: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
menghormati tamunya.”
Dalam riwayat lain: “Aku
dan orang-orang yang bertakwa dari umatku bebas dari sikap memaksa diri.”
Seorang Penyair berkata :
Wajah ceria manusia
lebih baik daripada hidangan
Maka bagaimana dengan orang yang
menyuguhkan makanan sambil tertawa
Disunnahkan bagimu menganjurkan tamu agar giat untuk makan. Dalam hadits yang
panjang riwayat dari Abi Hurairah r.a. disebutkan bahwa Nabi SAW. menyuruh
memanggil ahli Shuffah (Faqir miskin yang tinggal di masjid Nabi). Ketika
mereka datang, Nabi SAW. membuat mereka kenyang dengan segelas susu yang
disuguhkannya.
Abu Hurairah r.a. menceritakan
hadits itu hingga ia . berkata: Rasulullah SAW. berkata kepadaku, “Tinggal aku
dan kamu.”
Aku berkata, “Engkau benar, wahai
Rasulullah.”
Rasulullah SAW. lalu berkata, “Duduk
dan minumlah.” Aku pun duduk dan minum. Nabi SAW. berkata lagi, “Minumlah.”
Maka aku pun terus minum dan beliau selalu berkata kepadaku, “Minumlah,”
hingga aku berkata, “Tidak demi Tuhan yang mengutusmu dengan kebenaran. Aku
tidak menemukan jalan untuk memasukannya.”
Kemudian
Nabi SAW. berkata, “Berikan kepadaku.” Kemudian aku memberinya gelas. Maka
beliau memuji Allah dan menyebut nama-Nya kemudian baru meminum sisanya.
Apabila seseorang datang kepadamu untuk mengunjungimu, janganlah engkau
bersembunyi darinya dan menyuruh pelayan perempuanmu berkata kepada tamu bahwa
engkau sedang tidak ada di rumah atau engkau lagi tidur. Ini bukan akhlak yang
baik. Perbuatan ini haram karena merupakan dusta. Engkau harus menemui tamumu.
Jika engkau merasa payah, maka tahanlah kepayahan itu.
Kalau
sekiranya tamumu minta izin untuk pulang, janganlah terburu-buru
mengizinkannya, tetapi tahanlah ia lebih lama, kecuali bila ia mendesakmu
meminta izin. Maka izinkan ia pulang dan antarkan dia sampai ke pintu rumah
atau ke jalan, sambil menunjukkan penyesalan atas ketergesaannya dan berterima
kasih atas kunjungannya serta mengharap agar ia sering berkunjung.
Dalam
hadits dikatakan: “Sesungguhnya termasuk sunnah adalah apabila seseorang
keluar mengantar tamunya menuju pintu rumah.”
7. ADAB MENJENGUK ORANG SAKIT
Dianjurkan bagimu menjenguk perempuan yang
sedang Sakit, terutama bila ia masih kerabatmu, gurumu ataupun temanmu.
Apabila
engkau mendengar salah seorang dari mereka sakit, maka segeralah engkau
menjenguknya untuk mengetahui keadaannya dan menghibur hatinya sambil
mendo’akannya supaya lekas sembuh.
Dalam hadits
disebutkan: “Kewajiban seorang muslim atas orang muslim yang lain ada lima
yaitu: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, memenuhi
undangan dan mendo’akan orang yang bersin.”
Dalam
hadits lain: “Tidaklah seorang muslim menjenguk muslim lainnya pada waktu
pagi, melainkan ia dido’akan oleh 70.000 malaikat sampai sorenya, dan jika ia
menjenguknya pada waktu sore, maka ia dido’akan oleh 70.000 malaikat sampai
pagi harinya, dan di surga nanti ia akan mendapatkan buah yang siap petik.”
Sebelum
menjenguk orang sakit, engkau harus bertanya lebih dulu, apakah ia bisa
menerima tamu atau tidak? supaya tidak memberatkan baginya. Apabila ia sanggup
menemui, maka segeralah menjenguknya. Tapi apabila ia tidak kuasa atau
penyakitnya jenis penyakit menular, maka cukuplah engkau memberi salam
kepadanya dan mendo’akannya agar lekas sembuh. Tanyakanlah selalu tentang
kesehatannya kepada salah seorang dari keluarganya.
Termasuk tata krama berkunjung adalah, engkau hanya duduk sebentar saja di
hadapan si sakit, supaya ia tidak merasa payah atau kesal karena. menemuimu,
kecuali Dila ia senang atas keberadaanmu, maka hal itu tidaklah mengapa.
Dari
sahabat Ibnu Abbas r.a., ia berkata, “Termasuk sunnah Rasulullah SAW adalah
mempercepat duduk dan tidak bersuara keras pada waktu menjenguk orang
sakit.”
Dalam hadits: “Waktu untuk menjenguk
orang sakit adalah waktu antara dua perahan susu unta.”
Seorang
Ulama Sufi bernama Sariyyu As-Saqathiy Rahimahullah berkata, “Aku sakit di
kota Thursus. Kemudian sekelompok orang datang menjengukku, mereka duduk
berlama-lama hingga membosankanku. Setelah itu mereka meminta do’a dariku.
Maka kuangkat tanganku seraya berdo’a, “Ya Allah, ajarilah kami bagaimana cara
menjenguk orang sakit.”
Termasuk adab pula,
jangan menanyakan keadaannya dengan perkataan yang singkat apabila ia tidak
keberatan menjawabnya.
Kalau berat, cukuplah
engkau tanyakan siapa yang merawatnya dan ajukan pertanyaanmu dengan suara
yang sedang, karena suara yang sangat pelan bisa menimbulkan rasa takut di
hatinya, sedangkan suara yang keras mungkin saja bisa membuatnya lebih gelisah
dan memperparah penyakitnya.
Letakkan tanganmu di
atas dahi atau tangannya. Dalam hadits: “Kesempurnaan menjenguk orang sakit
apabila seseorang dari kamu meletakkan tangan di atas dahinya, atau di atas
tangannya sambil bertanya kepadanya, bagaimana oa?”
Dalam
suatu riwayat: “Bagaimana keadaanmu pada waktu pagi?”, atau “Bagaimana
keadaanmu pada waktu sore?” f
Orang yang sakit
menjawab, “Aku dalam keadaan baik, Alhamdulillah.”
Apabila
engkau melihat perubahan pada warnanya atau kelemahan badannya, maka jangan
tunjukkan kegelisahanmu atas hal itu, supaya’ia tidak takut dan tidak terkejut
yang dapat menambah sakitnya.
Akan tetapi berilah
ia semangat hidup dan do’akan dia Dari sahabat Ibnu Abbas r.a., ia berkata,
“Termasuk sunnah Rasulullah SAW adalah mempercepat duduk dan tidak bersuara
keras pada waktu menjenguk orang sakit.”
Dalam
hadits: “Waktu untuk menjenguk orang sakit adalah waktu antara dua perahan
susu unta.”
Seorang Ulama Sufi bernama Sariyyu
As-Saqathiy Rahimahullah berkata, “Aku sakit di kota Thursus. Kemudian
sekelompok orang datang menjengukku, mereka duduk berlama-lama hingga
membosankanku. Setelah itu mereka meminta do’a dariku. Maka kuangkat tanganku
seraya berdo’a, “Ya Allah, ajarilah kami bagaimana cara menjenguk orang
sakit.”
Termasuk adab pula, jangan menanyakan
keadaannya dengan perkataan yang singkat apabila ia tidak keberatan
menjawabnya.
Kalau berat, cukuplah engkau
tanyakan siapa yang merawatnya dan ajukan pertanyaanmu dengan suara yang
sedang, karena suara yang sangat pelan bisa menimbulkan rasa takut di hatinya,
sedangkan suara yang keras mungkin saja bisa membuatnya lebih gelisah dan
memperparah penyakitnya.
Letakkan tanganmu di
atas dahi atau tangannya. Dalam hadits: “Kesempurnaan menjenguk orang sakit
apabila seseorang dari kamu meletakkan tangan di atas dahinya, atau di atas
tangannya sambil bertanya kepadanya, bagaimana oa?”
Dalam
suatu riwayat: “Bagaimana keadaanmu pada waktu pagi?”, atau “Bagaimana
keadaanmu pada waktu sore?”
Orang yang sakit
menjawab, “Aku dalam keadaan baik, Alhamdulillah.”
Apabila
engkau melihat perubahan pada warnanya atau kelemahan badannya, maka jangan
tunjukkan kegelisahanmu atas hal itu, supaya’ia tidak takut dan tidak terkejut
yang dapat menambah sakitnya.
Akan tetapi berilah
ia semangat hidup dan do’akan dia 4. Disunnahkan bagimu untuk membangkitkan
selera makannya.
Dalam hadits disebutkan bahwa
Rasulullah SAW. menjenguk seorang laki-laki Anshar. Kemudian Nabi SAW.
berkata, “Makanan apa yang engkau sukai?” Orang itu menjawab, “Aku suka roti
gandum.” Kemudian seorang lakilaki berdiri, lalu pergi dan datang membawa
sepotong roti. Maka Nabi SAW. memberinya makanan itu. Kemudian Nabi SAW.
berkata, “Apabila orang yang sakit di antara kamu menyukai sesuatu, hendaklah
ia memberinya makanan itu.” Disunnahkan pula mendo’akannya dengan do’a yang
diriwayatkan dari Nabi SAW. yaitu: “Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung.
Tuhan Pemilik “Arsy Yang Agung, agar menyembuhkanmu.”
Dalam
hadits lain disebutkan: “Barangsiapa menjenguk orang sakit yang belum datang
masa ajalnya, lalu mengucapkan do’a tadi dihadapannya sebanyak 7 kali, maka
Allah akan menyembuhkannya dari penyakit itu.”
Disunnahkan
pula bagimu untuk meminta do’a darinya. Disebutkan dalam hadits: “Jenguklah
orang-orang sakit dan suruhlah mereka mendo’akan kamu, karena do’a orang sakit
itu mustajab dan dosanya diampuni.”
8. ADAB ORANG SAKIT
Termasuk adab orang sakit adalah bersabar atas
penyakit yang dideritanya. Maka ia tidak boleh menggerutu (gelisah/cemas) dan
tidak boleh banyak mengeluh, tetapi ridha dengan penyakit yang telah
ditakdirkan Allah kepadanya supaya ia mendapat pahala yang banyak.
Telah
disebutkan dalam hadits: “Tidaklah orang mukmin yang menderita kepayahan
maupun penyakit, kesusahan dan kesedihan, gangguan dan keresahan, bahkan duri
yang mengenai kakinya, melainkan Allah menghapus dosa-dosanya dengan semua
itu,”
Hendaklah ia berdo’a kepada Allah supaya
dirinya lekas sembuh. Sebagaimana dalam hadits: “Seorang laki-laki mengeluh
kepada Nabi SAW. atas rasa sakit yang dialami badannya. Maka Rasulullah SAW.
berkata kepadanya letakkan tanganmu pada bagian tubuhmu yang sakit dan
ucapkan: Bismillah (tiga kali). Dan katakan (tujuh kali): aku berlindung
dengan Keperkasaan dan Kekuasaan Allah dari kejahatan apa yang aku rasakan dan
aku takuti.”
Hendaklah ia
menggunakan obat yang berfaedah untuk kesehatannya. Dalam hadits: “Berobatlah
kamu sekalian, karena tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan
Allah menurunkan obat baginya.”
Hendaklah ia
berkeyakinan bahwa kesembuhan itu berasal dari Allah, bukan dari obat.
Sebagaimana
dikatakan Allah Ta’ala ketika menceritakan tentang Nabi-Nya Ibrahim a.s.: “Dan
apabila aku sakit, maka Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku”
(AsySyu’ara:80).
Janganlah sampai ia meninggalkan
shalat selama menderita sakit atau menunda pada waktu sesudahnya.
Hendaklah
ia shalat menurut kemampuannya. Nabi SAW. berkata kepada sayyidina Imran bin
Hushain r.a. yang menderita penyakit bawasir (penyakit di dubur): “Shalatlah
sambil berdiri. Jika tidak sanggup, maka sambil duduk. Jika tidak sanggup maka
shalatlah di atas sisi tubuhmu. Jika tidak sanggup lagi maka shalatiah sambil
berbaring. Allah tidak memaksa seseorang, melainkan sesuai dengan
kemampuannya.”
Perempuan yang sakit boleh
menjama’ (menggabung) antara shalat Zhuhur dan Ashar, baik taqdim (dimajukan)
maupun ta’khir (diakhirkan).
Demikian pula antara
Maghrib dan Isya”, bila ia merasakan penyakit itu dalam Takbirotul Ihram pada
kedua waktu itu dan ketika mengucap salam dari yang pertama dan di antara
keduanya.
Jika ia tidak sanggup berwudhu, maka
hendaklah meminta orang lain untuk membantunya berwudhu.
Jika
tidak ada yang membantunya, ia boleh bertayammum. Hendaklah ia berhati-hati
sekali terhadap najis karena najis adalah masalah yang berat. Janganlah
menggampangkannya/menganggap ringan sebagaimana yang biasa dilakukan sebagian
orang sakit.
Janganlah ia meninggalkan puasa
ramadhan bila ia mampu atau kalau tidak kuasa, boleh mengqodhonya
(menggantinya) segera setelah ia sembuh.
Bila ia sudah sembuh, hendaklah ia banyak bersyukur kepada Allah atas
kesembuhannya dan mohon kepada Allah agar diberi panjang umur dalam ketaatan
kepada-Nya disertai perlindungan dan keafiatan.
Dalam
hadits disebutkan: “Mohonlah pengampunan dan kesehatan kepada Allah, karena
tiada seorang pun yang diberi sesuatu sesudah keyakinan, yang lebih baik
selain daripada sehat walafiat.”
Dalam hadits
lain disebutkan: “Sebaik-baik kamu sekalian adalah yang terpanjang umurnya dan
terbaik amalannya.”
Hendaklah ia mengingat
kebaikan orang-orang yang melayani dan menjenguknya pada waktu ia masih
sakit.
Sebab ia pun patut berterima kasih kepada
mereka dan berkunjung ke rumah-rumah mereka sesuai dengan kemampuannya.
Dalam
hadits disebutkan: “Barangsiapa tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak
bersyukur kepada Allah.”
Hendaklah ia menepati
apa-apa yang dijanjikannya kepada Allah pada waktu masih sat-itnya, yang
berupa taubat dan melakukan amal-amal shalih.
Telah
disebutkan dalam hadits, bahwa Nabi SAW. menjenguk Khawwaat bin Jubair r.a.
pada waktu sakitnya, lalu berkata kepadanya, “Wahai khawwaat, apakah sehat
badanmu.?
Aku menjawab, Dan badanmu, wahai
Rasulullah.”
Nabi SAW. berkata, “Tepatilah apa
yang telah engkau janjikan kepada Allah.”
Aku
berkata, “Aku tidak menjanjikan apa-apa kepada Allah ‘azza wa jalla.” Nabi
SAW. berkata, “Benar, sesungguhnya tidaklah seseorang hamba sakit, melainkan
ia telah berjanji melakukan kebaikan kepada Allah ‘azza wajalla. Maka
tepatilah apa yang engkau janjikan kepada Allah.”
9. ADAB KUNJUNGAN TAKZIYAH
Apabila engkau mendengar berita tentang kematian seseorang,
disunnahkan bagimu mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi Roji’uun, wa
innaa ilaa Robbina Iamunqalibuun. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan
kepada-Nya kita kembali, dan sesungguhnya kepada Tuhan kita, kita akan
kembali.
Ya Allah, tulislah dia di sisi-Mu
termasuk golongan Orang yang berbuat baik dan sampaikan buku catatan amalannya
di ‘Illiyyin. Dan gantilah Ia untuk keluarganya di antara orang-orang yang
masih hidup. Jangan Engkau haramkan kami pahalanya dan jangan timbulkan fitnah
pada kami setelah ia tiada.”
Kemudian pergilah
kepada keluarganya guna melakukan takziyah untuk meringankan kesedihan mereka
dan menghiburnya atas musibah yang menimpa mereka serta engkau sebutkan kepada
mereka tentang banyaknya pahala kesabaran.
Engkau
larang mereka menyesal, dengan menunjukkan akibat penyesalan yang dapat
menghilangkan pahala dan menyebabkan dosa.
Engkau
katakan, semoga Allah memberi kalian pahala yang besar dan memberi hiburan
yang lebih baik kepada kalian serta mengampuni dosa orang yang meninggalkanmu.
Kepunyaan Allah apa yang diambil-Nya dan :milik-Nya pula apa yang telah
diberikan-Nya, sedangkan segala sesuatu di sisi-Nya mempunyai masa
tertentu.
Demikianlah kehidupan ini dan inilah
akhir dari setiap makhluk hidup. “Setiap yang bernyawa pasti merasakan
kematian” (Ali Imran: 185).
Dalam hadits
disebutkan: “Tidaklah seorang mukmin melakukan takziyah kepada saudaranya yang
tertimpa musibah, melainkan Allah ‘azza wa jalla memakaikan padanya pakaian
kemuliaan di hari kiamat.”
Hendaklah engkau ikut berduka cita dengan keluarga si mayit dalam merasakan
kesedihan mereka. Maka janganlah engkau menampakkan kegembiraan di hadapan
mereka dengan memakai pakaian yang mewah atau tertawa atau tersenyum atau
bahkan bergurau dengan orang lain.
Janganlah
banyak bicara atau berbicara tentang keadaan yang meninggal dunia selama belum
dimulai oleh keluarga dan kerabatnya. Saat itu pujilah semua kebaikannya dan
sebutkan amal-amalnya yang baik. Janganlah engkau sebutkan
keburukan-keburukannya. Nabi SAW. telah bersabda: “Sebutlah kebaikan-kebaikan
orang yang mati di antara kamu dan jangan menyebutkan keburukan-keburukan
mereka.”
Dianjurkan bagimu untuk melakukan
takziyah sebelum dan sesudah penguburannya serta makruh hukumnya sesudah tiga
hari, karena memperbarui kesedihan.
Kecuali
apabila pelaku takziyah atau orang yang menerima takziyah tidak ada di rumah,
sehingga masa takziyah berlangsung hingga ia datang.
Hendaklah
engkau membantu keluarga si mayit sesuai dengan kemampuanmu. Berusahalah
sebisanya untuk mengikuti shalat jenazah, karena hal itu termasuk kewajiban
sebagian orang muslim atas muslim lainnya, baik laki-laki maupun perempuan dan
hal itu mempunyai keutamaan yang besar.
Dalam
hadits: “Barangsiapa menghadiri jenazah hingga ia dapat menshalatinya, maka ia
telah mendapat pahala satu qirath.
Barangsiapa
menghadirinya hingga ia dikubur, maka ia pun telah mendapat dua qirath.” Ada
yang mengatakan, “Apakah dua qirath itu?”
Nabi
SAW. menjawab, “Seperti dua gunung besar.” Adapun mengantarkan jenazah, maka
ini dilakukan khusus oleh orang-orang laki-laki dan berhukum makruh atau haram
atas para wanita, bila hal itu menimbulkan kerusakan/fitnah.
10. ADAB ORANG YANG MENGALAMI MUSIBAH
Apabila seorang perempuan mengalami kematian
Salah seorang kerabatnya ataupun temannya, maka ia harus bersabar dan
tabah.
Hendaklah ia mengucapkan: “Innaa lillahi
wa innaa . Ilaihi roji’uun. Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan
kepada-Nya kami kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibahku dan
berilah aku ganti yang lebih baik darinya.”
Ummu
Salamah r.a. berkata, “Ketika Abu Salamah wafat, aku mengatakan sebagaimana
yang diperintahkan Rasulullah SAW. kepadaku.
Maka
Allah mengganti yang lebih baik darinya, yaitu Rasulullah SAW.”
Dalam
hadits lain disebutkan: “Apabila anak hamba Allah meninggal dunia, Allah
Ta’ala berfirman kepada para malaikat-Nya,” Kalian mencabut nyawa anak
hambaKu?”
Mereka menjawab, “Ya.”
Allah
berfirman, “Kalian mencabut buah hatinya?”
Mereka
menjawab, “Ya.”
Allah berfirman, “Apa yang
dikatakan oleh hambaKu?”
Mereka menjawab, la
memuji-Mu dan mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi roji’uun.”
Maka
Allah Ta’ala berfirman, “Bangunkanlah bagi hamba-Ku sebuah rumah di surga dan
namakanlah dia Baitul Hamdi (Rumah Pujian).”
Hindarilah dengan sangat dari meratapi mayit dengan menyebut
kebaikan-kebaikannya disertai tangis dan suara yang keras, karena hal ini
menunjukkan tidak adanya keridhaan atas keputusan dan takdir Allah dan
perbuatan itu termasuk haram.
Begitu pula haram
menampar pipi, mencakar muka, merobek pakaian dan memukul dada.
Dalam
hadits disebutkan: “Rasulullah SAW. berlepas diri dari perempuan yang
meratap-ratap dengan suara keras dan yang mencukuri rambutnya serta yang
merobek-robek bajunya pada waktu tertimpa musibah.”
Adapun
tangisan tanpa meratap-ratap dan tiada berSuara keras, maka itu tidak
haram.
Dalam hadits disebutkan: “Ketika
Rasulullah SAW. diberitahu bahwa anak laki-laki dari putrinya Zainab r.a.
meninggal dunia, maka air mata Rasulullah SAW. basah berlinang.
Kemudian
Sa’ad bin “Ubadah r.a. berkata kepadanya, “Wahai Rasulullah apakah ini?”
Nabi
SAW. menjawab, “Ini adalah rahmat yang diletakkan Allah dalam hati
hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya yang
penyayang.”
11. ADAB BERKUNJUNG UNTUK MEMBERI SELAMAT
Apabila temanmu lulus dalam ujian atau datang
dari bepergian, atau sembuh dari penyakit ataupun bergembira karena sesuatu
sebab, maka bagimu dianjurkan untuk mengunjungi dan memberi ucapan selamat
kepadanya atas kebahagiaan yang dimilikinya, supaya ia bertambah gembira dan
semakin mencintaimu karena engkau ikut bergembira dengannya.
Allah
Ta’ala telah memberi kabar gembira kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dengan
firman-Nya: “Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dan
keridhaan dari-Nya serta surga yang didalamnya mereka memperoleh kenikmatan
yang kekal” (At-Taubah: 21).
Ketika diturunkan
kepada Nabi SAW. ayat: “SeSungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan
yang nyata. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah
lalu dan yang akan datang” (Al-Fath:1-2).
Sepulang
beliau dari Hudaibiyah, Nabi SAW. berkata, “Telah diturunkan kepadaku sebuah
ayat yang lebih aku sukai dari segala yang ada di muka bumi.”
Kemudian
beliau membacakannya dihadapan para sahabat. Maka mereka sama berkata, “Wahai
Rasulullah selamat bagimu” (Al-hadits).
Nabi SAW.
memberi kabar gembira kepada Sayyidah Khadijah r.a. tentang sebuah rumah
untuknya di surga nanti, yang terbikin dari mutiara, tiada suara ribut di situ
dan tiada kepayahan.
Nabi SAW. bertanya kepada
Ubay bin Ka’ab r.a., “Ayat mana dalam Kitabullah yang paling agung?”
Ubay
menjawab, “Ayat Kursi.”
Nabi SAW. berkata, “Wahai
Abal Mundzir selamat atas pengetahuanmu.”
Pada
saat Rasulullah SAW. berkhutbah di hari terakhir dari bulan Sya’ban, beliau
berkata, “Wahai sekalian manusia, kalian akan dinaungi oleh suatu bulan yang
agung, bulan yang penuh berkah, di mana terdapat suatu malam yang lebih baik
dari seribu bulan” (Al-Hadits).
Ini adalah dalil
bahwa dianjurkan mengucapkan selamat atas datangnya bulan Ramadhan dan hari
Raya.
Ketika engkau memberi
kabar gembira kepada teman-temanmu, engkau harus menghadapinya dengan wajah
yang penuh senyum dan jiwa yang diliputi kegembiraan.
Saat
ia datang dari bepergian engkau ucapkan kepadanya segala puji bagi Allah yang
telah menyelamatkanmu, atau segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan
aku denganmu. Atau selamat datang, ataupun kalimat lain yang semacam itu.
Ketika
ia pulang dari haji, engkau katakan: semoga Allah menerima hajimu dan
mengampuni dosa-dosamu serta mengganti ongkos pergimu, atau semoga hajimu
termasuk haji mabrur dan amalmu diterima-Nya, semoga pula perdaganganmu tidak
akan rugi.
Ketika mengucapkan selamat atas
perkawinan: semoga Allah memberi berkah atasmu dan mengumpulkan kalian berdua
dalam kebaikan.
Ketika bayi lahir engkau ucapkan:
semoga Allah memberkatimu dengan bayi itu dan hendaklah engkau syukuri Tuhan
yang telah memberikannya. Semoga ia lekas besar dan berbakti kepadamu.
Sebagai
jawaban temanmu kepadamu, ia hendaklah berkata: semoga Allah memberi berkah
bagimu dan membalasmu dengan kebaikan pula, semoga Allah mengaruniaimu
sepertinya.
Pada waktu memberi selamat atas
kedatangan bulan Ramadhan, engkau katakan: bulan yang diberkati.
Dan
pada waktu hari Raya engkau katakan: Minal A’idin wal Faaizin, semoga kita
termasuk orang-orang yang kembali suci dan beruntung, dengan ridha Tuhan
sekalian alam, setiap tahun kalian selalu dalam kebaikan.
12. ADAB DALAM BEPERGIAN
Ketahuilah, bahwa bepergian itu ada kalanya
wajib, Seperti pergi haji ke Baitullah yang suci dan menuntut ilmu yang wajib.
Ada kalanya bepergian itu sunnah seperti berziarah ke makam Nabi SAW. para
wali dan orang-orang yang shalih, atau berziarah kepada ayah bunda, para
famili ataupun kepada teman-teman. Dan ada kalanya bepergian itu mubah seperti
bepergian untuk berdagang atau melihat pemandangan alam.
Apabila engkau hendak bepergian, maka shalatlah istikharah (minta petunjuk
dari Allah) terlebih dahulu dan mintalah izin kepada ayah dan ibu serta
gurumu. Apabila lapang dadamu untuk bepergian dan mereka memberi izin
kepadamu, maka mulailah mengembalikan barang-barang milik orang lain kepada
pemiliknya. Mungkin saja engkau mengambil sesuatu barang tanpa seizin
pemiliknya, maka engkau mengembalikan kepada pemiliknya. Kemudian engkau
kembalikan barang-barang titipan dan barang pinjaman itu serta melunasi
hutang-hutang yang masih engkau tanggung.
Hendaklah
engkau siapkan nafkah/belanja orang-orang yang wajib engkau beri nafkah dan
engkau siapkan pesan yang sekiranya engkau sampaikan.
Engkau
siapkan bekal yang halal lagi baik. Mohonlah ampun kepada Tuhanmu dari segala
maksiat dan dosa, dan mintalah pertolongan dari-Nya dalam perjalananmu.
Kemudian pilihlah seorang teman yang baik yang dapat membantumu dalam berbuat
kebaikan dan bisa meringankan kepayahan dalam perjalanan.
“Pilihlah
teman sebelum bepergian.” Sebagaimana disebutkan dalam hadits. :
Nabi
SAW. melarang seseorang bepergian seorang diri, dan bersabda: “Satu pengendara
adalah syaitan dan dua pengendara adalah dua syaitan, sedangkan tiga orang
berarti sudah rombongan.”
Rasulullah SAW.
bersabda: “Tidak halal/diharamkan bagi seorang perempuan yang beriman kepada
Allah dan hari akhir bepergian sehari semalam kecuali disertai mahramnya.”
Kemudian
berpamitlah kepada ayah ibumu dan guru-gurumu,, teman-temanmu dan
tetangga-tetanggamu. Mintalah maaf dari mereka dan juga setiap orang yang
pernah mengadakan hubungan denganmu dalam suatu urusan.
Dalam
hadits disebutkan: “Apabila seseorang dari kamu akan bepergian, maka hendaklah
ia berpamitan kepada saudara-saudaranya, karena Allah Ta’ala memberi berkah
pada do’a mereka baginya.”
Ucapkanlah do’a yang
telah diriwayatkan: “Aku titipkan kamu kepada Allah yang tiada hilang
titipan-Nya.”
Disunnahkan bagi yang mukim/menetap
untuk mengantarkan orang yang hendak bepergian dan mendo’akannya dengan do’a
yang diriwayatkan, yaitu: “Aku titipkan agama, amanat dan amalmu yang
penghabisan kepada Allah.
Semoga engkau selalu
dalam lindungan dan penjagaan-Nya. Semoga Allah membekalimu dengan takwa dan
mengampuni dosamu dan juga semoga Allah mengarahkanmu kepada kebaikan di
manapun engkau berada.”
Shalatiah dua rakaat
ketika engkau hendak keluar dari rumahmu. Engkau baca dalam raka’at pertama:
Qul yaa ayyuhal kaafiruun, dan rakaat kedua: Qul huwallahu Ahad.
Apabila
selesai mengucapkan salam, bacalah: Ayat Kursi.
Telah
disebutkan dalam hadits: “Barangsiapa membaca Ayat Kursi sebelum keluar dari
rumahnya, ia tidak akan mengalami gangguan sampai ia pulang.” Patutlah ia
membaca pula surat: Li iilafi Quraisyin. Sebagian ulama mengatakan: surat
tersebut dapat menjaga keamanan dari setiap gangguan.
Apabila engkau berdiri di pintu rumahmu, maka bacalah do’a keluar rumah
sebagaimana yang telah dijelaskan yang telah lalu mengenai adab-adab dalam
perjalanan, yaitu:
“Dengan nama Allah, aku
bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan
Allah. Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu, agar tidak tersesat atau disesatkan
orang, atau tergelincir atau digelincirkan orang, atau berbuat zhalim atau
dizhalimi orang, atau bersikap bodoh atau dibodohi orang, atau menganiaya
orang lain dan dianiaya mereka.”
Dahulukan kaki
kirimu pada saat engkau keluar rumah. Apabila engkau sudah tegak di atas
kendaraan bertakbirlah tiga kali, kemudian ucapkanlah: “Maha Suci Allah yang
telah menundukkan kendaraan ini bagi kami, padahal sebelumnya kami tidak mampu
menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami”
(Az-Zukhrut: 13, 14).
“Ya Allah, kami mohon
kepada-Mu kebajikan, ketakwaan dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan
kami ini.
Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami
ini dan dekatkanlah untuk kami jarak yang jauh.
Ya
Allah, Engkaulah teman dalam perjalanan dan pengganti keluarga. Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari kepayahan dalam perjalanan, dari pemandangan yang
menyedihkan serta dari keadaan buruk yang menimpa harta, keluarga dan
anak-anak kami.”
Apabila engkau kembali pulang,
bacalah do’a terdahulu dan tambahkanlah di dalamnya: “Kami pulang, kami
bertaubat, kami beribadah dan memuji syukur kepada Tuhan kami.” Demikian yang
tersebut dalam hadits.
Apabila engkau takut
kepada manusia atau lainnya, maka ucapkanlah: “Ya Allah, kami jadikan Engkau
sebagai lawan mereka dan kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka.”
Apabila
engkau merasa takut kepada syaitan, maka ucapkanlah adzan, karena bila ia
mendengarnya, maka syaitan akan lari dan mundur.
Jadilah
engkau contoh dari akhlak yang baik dalam perjalananmu. Engkau hormati orang
yang lebih tua dan engkau sayangi anak kecil. Engkau utamakan orang lain
melebihi dirimu dengan menempatkannya pada tempat yang sesuai baginya,
terutama bila ia seorang yang lemah, sakit atau orang yang telah lanjut usia.
Engkau perlakukan semua temanmu dengan perlakuan yang baik. Maka engkau
berbicara kepada mereka dengan lemah lembut dan engkau penuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka.
Janganlah engkau
kikir dengan makanan atau yang lainnya terhadap mereka. Jangan bertengkar
dengan mereka atau melakukan perbuatan yang mengganggu mereka. Jangan pula
engkau mengganggu pengemudi kendaraan dengan banyak berbicara, berbantahan
ataupun bertengkar.
Dianjurkan
bepergian pada hari Kamis.
Dalam hadits
dikatakan: “Jarang Rasulullah SAW. keluar untuk bepergian, kecuali pada hari
Kamis.”
Dan hendaklah perjalanan itu dilakukan
pada waktu menginjak siang.
Dalam hadits: “Ya
Allah, berkahilah umatku di pagipagi benar.”
Apabila
engkau telah menyelesaikan pekerjaanmu, segeralah pulang. –
Telah
disebutkan dalam hadits: “Bepergian itu adalah sebagian dari siksa.
la
mencegah seseorang diantara kamu dari makan, minum dan tidur.
Maka
apabila seseorang dari kamu telah menyelesaikan keperluannya, hendaklah ia
segera pulang kepada keluarganya.”
Apabila engkau
melihat kotamu, maka ucapkanlah: “Ya Allah, jadikanlah ketenangan bagi kami di
kota ini dengan rezeki yang baik.”
Dan
ucapkaniah: “Kami pulang, kami bertaubat, kami beribadah dan kami bersyukur
kepada Tuhan kami,” sampai engkau memasuki kota.
Apabila
engkau masuk rumahmu, maka ucapkanlah: “Kami kembali, kami kembali dan kami
bertaubat kepada Tuhan kami, tanpa meninggalkan dosa pada kami.”
Hendaklah
engkau pulang pada waktu siang. Dalam hadits: “Adalah Rasulullah SAW. sehabis
bepergian tidak mendatangi keluarganya pada waktu malam. Beliau mendatangi
mereka pada waktu pagi atau sorenya.”
Sebelum
engkau memasuki rumahmu, shalatiah dua raka’at di masjid terdekat bila ada
waktu. Ini pun tersebut dalam sunnah. Juga di sunnahkan bagimu membawa hadiah
untuk keluargamu, karena mata orang-orang memperhatikan orang yang baru datang
dari bepergian. Maka dianjurkan kepadamu untuk menggembirakan mereka. Bahkan
tersebut dalam hadits: “Bahwa jika tidak membawa apa-apa, hendaklah ia
letakkan sebuah batu di dalam keranjangnya.”
13. ADAB PADA WAKTU BERPAKAIAN
Saat engkau memakai baju dianjurkan bagimu
untuk berniat menutup aurat yang Allah telah memerintahkan kepadamu untuk
menutupinya, supaya engkau mendapat pahala atas niatmu itu. Dan berniatlah
pula mensyukuri nikmatnya berpakaian. Sebab Allah Ta’ala telah mengaruniakan
kenikmatan itu seperti yang tersebut dalam firman-Nya: “Hai anak Adam,
sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan
pakaian indah untuk perhiasan” (Al-A’raaf: 26).
Dan
dalam ayat lain: “Dan Dia (Allah) jadikan bagimu pakaian untuk melindungimu
dari panas” (An-Nahl: 81).
Hendaklah engkau memulai berpakaian dengan tangan yang sebelah kanan. Dalam
hadits: “Apabila kamu hendak memakai baju atau berwudhu, maka mulailah dengan
yang sebelah kanan.”
Setelah mengucapkan basmalah
katakanlah: “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu segala kebaikannya dan kebaikan
badan yang memakainya.
Dan aku berlindung
dengan-Mu dari keburukannya dan keburukan badan yang memakainya. Segala puji
bagi Allah yang telah memberiku pakalan Ini dan memberikannya sebagai rezeki
untukku tanpa daya dan kekuatan dariku.”
Janganlah
engkau membuka auratmu tanpa keperluan. Bilamana perlu melakukannya bacalah
do’a yang telah diriwayatkan dan ia merupakan do’a penutup pandangan jin
terhadap aurat manusia, yaitu: “Dengan nama Allah yang tiada Tuhan selain
Dia.”
Dan apabila hendak melepaskan pakaian,
mulailah dengan lengan bajumu yang sebelah kiri.
Engkau memakai bajumu yang baru, maka sedekahkanlah bajumu yang lama.
Nabi
SAW. bersabda: “Barangsiapa memakai baju baru, lalu mengucapkan, “Segala puji
bagi Allah yang telah memberiku pakaian untuk menutupi auratku dan berhias
dengannya dalam hidupku,” lalu kemudian ia mengambil bajunya yang lama, dan
menyedekahkannya, maka ia dalam pemeliharaan dan lindungan Allah ‘azza wa
jalla, dan berada di jalan Allah sewaktu hidup dan sesudah matinya.”
Sesuaikanlah dirimu dengan memakai pakaian yang kuat dan layak, sebagaimana
kedudukan wanita-wanita terhormat dengan segala kehormatan dan kemuliaan
mereka.
Janganlah suka mengumpulkan berbagai
macam pakaian dan selalu mengikuti model terbaru, mengenakan berbagai variasi
dalam potongan dan susunannya, serta memilihnya dari warna-warna yang
mencolok, menarik dan dapat menimbulkan fitnah, apalagi sampai meniru gaya
wanita-wanita Barat yang kafir dan fasik. Semoga Allah melindungi kita.
Dalam
hadits disebutkan: “Barangsiapa memakai baju untuk ketenaran di dunia, maka
Allah akan memakaikan kepadanya baju kehinaan di hari kiamat, lalu men yalakan
api padanya.”
Dalam hadits lain dikatakan:
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia pun termasuk golongan mereka.”
Seorang penyair berkata :
Keindahan itu bukanlah
pada baju yang menghiasinya sesungguhnya keindahan itu letaknya pada ilmu dan
kesopanan
Hendaklah engkau
berpenampilan bagus dan berbaju bersih, karena manusia yang bagus
penampilannya dan bersih bajunya, akan mempunyai kejiwaan yang baik, menyukai
ketertiban dan kerapian.
Adapun orang yang
mengabaikan pakaiannya, maka ia pun akan mengabaikan semua urusannya dan tidak
mempunyai perasaan.
Dalam hadits disebutkan:
“Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan.” Yakni mempunyai
perbuatan-perbuatan yang baik dan sempurna sifat-sifat-Nya.
Nabi
SAW. berpesan kepada sekelompok orang, maka beliau berkata, “Sesungguhnya
kalian akan pergi kepada saudara-saudara kalian, maka rapikanlah kendaraan dan
pakaianmu. Sehingga kamu tampak berkepribadian baik diantara mereka semua.”
Dari
Aisyah r.a. bahwa Rasulullah SAW. hendak keluar dari rumah menuju para
sahabat. Maka beliau merapikan dulu surban dan rambutnya. Aisyah bertanya:
“Wahai Rasulullah mengapa engkau lakukan hal itu?
Beliau
menjawab, “Benar, sesungguhnya Allah Ta’ala menyukai hamba-Nya yang berhias
untuk saudara-saudaranya bila ia hendak keluar menjumpai mereka.”
Perhatikanlah
kebersihan pakaianmu dan jagalah supaya tidak lekas kotor, terutama kalau
terkena tanda-tanda yang sulit dihilangkan seperti tinta atau minyak.
Peliharalah jangan sampai pakaianmu itu robek atau cepat usang/ruSak. Bila
basah oleh keringat biarkan ia terkena udara. Jika sudah kering, maka lipatlah
dengan halus dan letakkan di tempat yang khusus sambil menyebut nama Allah
Ta’ala.
Dalam hadits dikatakan: “Apabila engkau
melipat bajumu, sebutlah nama Allah Ta’ala agar tidak dipakai jin pada waktu
malam harinya, sedangkan engkau memakainya pada siangnya, sehingga ia
menjadikan cepat usang.”
Janganlah engkau meniru gaya orang laki-laki dalam berpakaian, sebagaimana
yang biasa dilakukan para perempuan yang tidak tahu malu, ia memakai celana
milik orang laki-laki sehingga banyak orang menyangkanya sebagai seorang
laki-laki pula, padahal :ia perempuan. Lebih-lebih apabila ia meniru gerak
langkah laki-laki pada setiap berjalannya dengan rambut yang dipendekkan.
Dalam
hadits disebutkan: “Rasulullah SAW. melaknat orang laki-laki yang memakai
pakaian perempuan, dan orang perempuan yang memakai pakaian laki-laki.”
Janganlah
pula engkau beriebih-lebihan memakai kain dari sutera dan emas, karena
perbuatan itu haram.
Disunnahkan bagimu untuk memakai baju putih. Telah disebutkan dalam hadits:
“Pakailah bajumu yang putih, karena ia sebaik-baik bajumu.”
Janganlah
memakai baju yang basah, kemudian engkau keluar dan terkena angin, karena hal
itu membahayakan kesehatan.
Dan jangan pula
memakai baju yang terbalik atau kotor atau robek atau yang terlepas
kancingnya, karena hal itu tidaklah pantas bagimu, dan dikhawatirkan badanmu
akan terbuka keluar.
Pilihlah pakaian yang sedang
ukurannya, karena bila terlalu besar ia akan menunjukkan pemandangan yang
membosankan, sedang baju yang sempit dapat membahayakan tubuh, karena ia
menekan anggota badan dan menghambat sirkulasi darah, di samping itu ia dapat
menampakkan bentuk tubuh yang tiada pantas bagimu.
Pakailah
baju yang baik pada waktu shalatmu dengan mukena (rukuh shalat) yang putih
bersih sesuai dengan firman Allah Ta’ala: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu
yang Indah di setiap (memasuki) masjid” (Al-A’raat: 31) yaitu pada waktu
shalat dan thawaf.
Apabila mukenamu kotor,
gantilah dia dengan yang lain dan jangan memakainya untuk shalat, terutama
bila timbul bau busuk darinya.
14. ADAB PADA WAKTU TIDUR
Tidur adalah kebutuhan bagi manusia, karena ia
berfungsi mengembalikan kekuatan yang hilang pada saat dipakai bekerja.
Waktu
terbaik untuk tidur adalah malam hari, karena waktu itu penuh ketenangan.
Semalam saja tidak tidur dapat membahayakan kesehatan, karena bisa mencegah
seseorang dari tidur yang cukup bagi istirahatnya dan menyebabkan sulitnya
pencernaan, akibatnya: kelemahan tubuh, sakit kepala dan terserang
penyakit-penyakit otak. Tidur disiang hari tidaklah bisa menggantikan
pentingnya tidur malam. Maka tidurlah di awal malam supaya engkau bisa bangun
pagi-pagi benar. Janganlah engkau tidur terlalu lama, karena hal itu
menyebabkan kelemahan dan kemalasan, serta mencegah gairah kerja dan
menghilangkan waktu sia-sia.
Bagi anak muda cukup
baik tidur delapan jam sehari semalam, dan jangan langsung tidur setelah
selesai makan malam, karena hal itu bisa menimbulkan mimpi-mimpi yang
mengejutkan. Bahkan la bisa menjadikan orang sukar tidur, disamping bisa
menyebabkan kerasnya hati.
Dalam hadits
disebutkan: “Cairkanlah makananmu dengan menyebut nama Allah dan melekukan
shalat.
Jangan tidur dalam keadaan kenyang
sehingga. menjadikan kerasnya hatimu.”
Seusai
makan, paling sedikit tiduriah dua jam dan janganlah tidur, kecuali engkau
telah menjalankan kewajiban-kewajiban yang berupa shalat dan membaca wirid.
Apabila ada tertinggal sebagian darinya, maka kerjakanlah pada waktu engkau
ingat. Dalam hadits dikatakan: “Barangsiapa tidur dengan meninggalkan shalat
witir karena lupa, maka hendaklah ia kerjakan shalat itu waktu ia
teringat.”
Pakailah baju yang
khusus untuk tidur, dan sebaiknya ia baju yang tidak sempit supaya bisa
beristirahat dengan baik. Lepaskanlah baju sehari-harimu dan letakkan pada
tempatnya, agar mudah bagimu untuk mengambilnya waktu pagi.
Kemudian
kibaslah/kebutlah tempat tidurmu. Dalam hadits: “Apabila seseorang dari kamu
pergi ke tempat tidurnya, maka hendaklah ia mengibaskan/membersihkan kain
penutup kasurnya (sprei atau selimut), karena ia tidak tahu apa-apa yang ada
di dalamnya.” Yakni mungkin saja ada serangga yang mengganggu dan merayap di
tempat itu.
Berbaringlah di atas sisi tubuhmu
yang kanan sambil menghadap kiblat dan bersyukurlah kepada Tuhanmu yang telah
menyelamatkanmu sepanjang hari dan memberimu taufik dalam menjalankan
kewajibanmu. Mintalah kepada Allah Ta’ala agar melindungi tidurmu dan
menyelamatkan dirimu dari segala bentuk gangguan.
Hendaklah
engkau berhati tenang, kosong dari bayangan pikiran yang macam-macam supaya
tidurmu nyaman. Bersihkan hatimu dari dendam dan dengki terhadap sesama
muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Berniatlah untuk melakukan kebaikan
bila engkau bangun nanti dan mohonlah ampun atas dosa-dosamu seraya
mengucapkan: “Aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung yang tiada Tuhan
selain Dia, yang Hidup kekal dan berdiri sendiri dan aku bertaubat kepada-Nya
(tiga kali).
Dalam hadits disebutkan:
“Barangsiapa mengucapkannya ketika hendak tidur, maka Allah Ta’ala mengampuni
dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih lautan.”
Kemudian
bacalah: “Dengan nama-Mu ya Tuhanku, kuletakkan tubuhku dan dengan nama-Mu jua
aku mengangkatnya. Jika Engkau ambil nyawaku, maka rahmatilah dia. Dan jika
Engkau melepaskannya, maka lindungilah dia, sebagaimana Engkau melindungi
hamba-hambamu yang shalih.
Ya Allah, lindungilah
aku dari siksa-Mu pada hari di mana Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu (tiga
kali).”
Kemudian tiuplah kedua telapak tanganmu
(hembusan lembut tanpa mengeluarkan ludah) dan bacalah: “Qul huwallahu Ahad,
Qul A’udzu birobbil falaq dan Qul A’udzu birobbin Naas. Kemudian usapkanlah
kedua telapak tanganmu itu pada bagian tubuhmu yang dapat kamu capai, dimulai
dengan kepala dan wajah serta bagian depan dari tubuh. Demikianlah yang
disebutkan dalam hadits.
Kemudian ucapkanlah:
Subhanallah (33 kali), Alhamdulillah (33 kali), Allahu Akbar (33 kali). Lalu
ayat Kursi dan “Aamanar Rasuulu” sampai akhir surat Al-Baqarah. Telah
disebutkan dalam hadits akan besarnya pahala bagi siapa yang mau membaca
itu.
Hendaklah engkau tidur
dengan terus berdzikir dan dalam keadaan berwudhu supaya ruhmu naik ke “Arsy
dan ditulis dalam keadaan shalat, sampai engkau bangun.
Hendaklah
juga engkau akhiri saat jagamu dengan kebaikan. Dalam hadits disebutkan:
“Apabila manusia hendak tidur, malaikat dan syaitan memperebutkannya. Malaikat
berkata: Ya Allah akhirilah dia dengan kebaikan. Syaitan berkata: Akhirilah
dia dengan keburukan. Maka Jika ia menyebut nama Allah Ta’ala, kemudian ia
tidur, malaikatlah yang menjaganya sepanjang malam.”
Akhirilah
do’a-do’amu dengan do’a ini: “Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu dan aku
hadapkan wajahku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu dan aku mohon
perlindungan punggungku kepada-Mu, dengan harap dan rasa takutku kepada-Mu.
Tiada
tempat berlindung dan tiada tempat menyelamatkan diri dari-Mu, kecuali kembali
kepada-Mu. Aku beriman dengan Kitab-Mu yang sudah Engkau turunkan dan Nabi-Mu
yang telah Engkau utus.”
Jika engkau baca do’a
itu dan kebetulan engkau mati di malam itu, maka engkau telah mati dalam
keadaan fitrah (suci dan bersih dari dosa-dosa kecil). Jika engkau hidup
sampai pagi, maka engkau berada dalam kebaikan. Demikianlah yang tersebut
dalam hadits. Setelah itu bacalah surat Al-Kaafiruun, lalu tidurlah seusai
membacanya, karena ia membebaskan dari syirik sebagaimana yang disebutkan
dalam hadits.
Janganlah tidur
di atas perutmu, karena itu tidak sesuai dengan adab dan bisa menyesakkan
pernafasan serta menyebabkan mimpi-mimpi yang mengejutkan.
Dalam
hadits disebutkan: “Sesungguhnya ini adalah bentuk tidur yang dibenci
Allah.”
Janganlah pula engkau tidur di atas
punggungmu, supaya engkau tidak hanyut dalam tidurmu atau mengkhayalkan
kejadian-kejadian yang menakutkanmu atau nanti akan terasa olehmu seakan-akan
ada sesuatu yang berat menindih dadamu.
Janganlah
menutupi wajahmu pada waktu tidur, hal itu bisa menyebabkan sakit paru-paru,
karena hanya menghirup udara yang pengap lagi buruk.
Hindarilah
hawa dingin dengan menutup jendela jendela dan mengenakan selimut yang sanggup
menghangatkan badan, supaya selamat dari pilek, gangguan perut dan penyakit
influenza yang menular serta sakit pada persendian.
Hal
itu disebabkan panas badan berkurang selama dalam tidur karena kurangnya
gerak, sedangkan kedinginan dapat mempengaruhi dan mengganggu kesehatan.
Janganlah membiarkan api dalam keadaan menyala waktu engkau hendak tidur.
Dalam hadits disebutkan: “Jangan kamu biarkan ada api di rumah-rumah kamu
ketika kamu tidur.”
Pada suatu malam sebuah rumah
di Madinah terbakar dan reruntuhannya menimpa penghuninya. Ketika Rasulullah
SAW. diberitahu tentang keadaan mereka, beliau yersabda: “Sesungguhnya api ini
adalah musuh bagi kalian. Apabila kalian tidur, maka padamkanlah api.”
Janganlah
engkau tidur pada waktu-waktu yang terlarang bagi kita untuk tidur.
Disebutkan
dalam hadits: “Barangsiapa tidur sebelum waktu akhir shalat Isya’, maka semoga
Allah tidak menidurkan kedua matanya. Barangsiapa tidur selesai shalat Ashar,
lalu hilang akalnya, maka janganlah ia menyalahkan siapa-siapa selain dirinya
sendiri. Tidur pada waktu pagi sesudah shalat shubuh dapat menjauhkan rezeki,
sedangkan tidur pada waktu Dhuha bisa menyebabkan kebodohan,
kebebalan/kedunguan.”
15. ADAB PADA WAKTU BANGUN DARI TIDUR
Apabila engkau bangun dari tidur, hendaklah
yang pertama kali terlintas di hati dan lisanmu adalah dzikir/ingat kepada
Allah Ta’ala, supaya masa jagamu engkau mulai dengan kebaikan, sebagaimana
engkau mengakhirinya.
Dalam hadits disebutkan:
“Saat tidur syaitan membuat tiga ikatan di belakang kepala seseorang darimu .
la memukul di atas setiap ikatan seraya berkata, tetaplah di tempatmu, malam
masih panjang, dan tidurlah lagi!
Jika ia bangun
dan menyebut nama Allah Ta’ala, terlepaslah satu ikatan itu. Apabila ia
berwudhu, terlepaslah satu ikatan kedua dan ketika Ia melakukan shalat,
terlepaslah seluruh ikatan itu. Maka ia pun berubah bergairah dan berjiwa
baik. Kalau tidak, ia akan menjadi bernaluri jahat lagi malas.”
Berusahalah
engkau untuk bangun sebelum terbitnya fajar, agar bisa shalat Shubuh di awal
waktu.
Dalam hadits disebutkan: Rasulullah SAW.
ditanya: “Amal manakah paling utama?” Beliau menjawab: “Shalat pada awal
waktunya.”
Waspadalah sedapat mungkin agar engkau
jangan sampai bangun terlambat. Menunda shalat dari waktunya dengan tanpa
alasan yang nyata termasuk dosa besar. Allah Ta’ala berfirman: “Maka celakalah
bagi orang-orang yang shalat. Yaitu mereka yang lalai dari shalatnya”
(AlMaa’uun: 4,5).
Nabi SAW. bersabda: “Mereka
adalah orang-orang yang menunda shalat dari waktunya.”
Disebutkan
pula hadits bahwa seorang laki-laki di kabarkan kepada Nabi SAW. dan
dikatakan, “Ia tidur hingga pagi sampai tidak mengerjakan shalat.” Maka Nabi
SAW. bersabda, “Syaitan telah mengencingi telinganya.”
Barangsiapa
yang demikian sifatnya, maka ia tidak akan bisa menerima kebaikan dan nasihat
serta tidak akan terpengaruh olehnya.
Di sunnahkan bagimu ketika bangun dari tidur untuk bersiwak/memakai sikat
gigi, kemudian membaca do’a-do’a ini: “Segala puji bagi Allah yang
menghidupkan kami setelah mematikannya, kepada-Nya kami dibangkitkan. Segala
puji bagi Allah yang mengembalikan rohku kepada jasadku dan memberikan
kesehatan pada tubuhku serta mengizinkan aku menyebut nama-Nya. Segala puji
bagi Allah yang menCiptakan tidur dan terjaga. Segala puji bagi Allah yang
membangkitkan aku dalam keadaan selamat dan sempurna.
Aku
bersaksi bahwa Allah menghidupkan orang mati dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Tiada Tuhan selain Allah sendiri, tiada sekutu bagi-Nya. Dia memiliki
segala kekuasaan dan bagi-Nya segala puji-pujian dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain
Allah dan Allah Maha Besar.
Tiada daya dan
kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, ya Allah, segala puji bagi-Mu,
aku mohon ampun kepada-Mu atas dosa-dosaku dan aku mohon rahmat-Mu.
Ya
Tuhanku, tambahlah ilmuku. Jangan sesatkan hatiku setelah Engkau memberiku
petunjuk. Berilah rahmat kepadaku dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Pemberi.” –
Lalu engkau pandangi langit
seraya membaca akhir surat Ali Imran: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
berakal.” dibaca hingga akhir surat.
Apabila
engkau tidak hafal do’a-do’a dan ayat-ayat tersebut, maka tidaklah mengapa
engkau ucapkan sambil membaca, sampai engkau dapat menghafalnya karena
seringnya membaca dan mengulanginya.
Kemudian pakailah bajumu dan bacalah do’a yang telah disebutkan pada bab adab
berpakaian: “Bismillahir Rahmanir Rahiim. Ya Allah, aku mohon kepada-Mu
kebaikannya dan kebaikan tubuh yang memakainya. Dan aku berlindung dengan-Mu
dari keburukannya dan keburukan tubuh yang memakainya.
Segala
puji bagi Allah yang telah memberiku pakaian ini dan memberikannya sebagai
rezeki untukku tanpa daya dan kekuatan dariku.”
Kemudian
pergilah ke kamar kecil dengan mengenakan sandal dan kepala tertutup.
Dahulukan kaki sebelah kiri ketika masuk dan kaki yang kanan ketika keluar.
Jangan lupakan do’a-do’a yang bersumber dari Nabi SAW. pada saat itu dan
ketika selesai berwudhu.
Kemudian kerjakan shalat
sunnah Qobliyah Shubuh dua rakaat dan sertakan pula niat shalat sunnah karena
Wudhu. Setelah itu bacalah do’a Fajar sebagaimana yang tersebut dalam hadits,
dan awalnya: “Ya Allah, aku mohon kepada-Mu rahmat dari sisi-Mu.”
Dan
kerjakan shalat Shubuh secara berjama’ah lalu bacalah “Wirdul Lathif” yang
tersohor, hasil susunan: Al-Imam Al-Habib Abdullah Al-Haddad r.a.
Beliau
telah berhasil mengumpulkannya dari hadits-hadits yang sahih (benar). Maka
bacalah selalu wirid itu, karena besar manfaatnya di dunia dan akhirat.
16. ADAB ISTIKHARAH DAN BERMUSYAWARAH
Apabila engkau ingin melakukan sesuatu yang
engkau tidak tahu akibatnya dan tidak mengerti apakah lebih baik ditinggalkan
atau dilakukan, maka termasuk adab adalah engkau meminta pilihan dari Tuhanmu
Allah SWT.
Nabi SAW. bersabda: “Termasuk
kebahagiaan anak Adam Adalah meminta pilihan kepada Allah, dan termasuk
kesengsaraannya adalah meninggalkan istikharah (minta pilihan) kepada Allah
Ta’ala.”
Di sunnahkan bagimu melakukan shalat
istikharah. Engkau baca pada raka’at pertama: Qul yaa ayyuhal kaafiruun, dan
pada raka’at kedua: Qul huwallahu Ahad.
Telah
disebutkan dalam hadits: Adalah Rasulullah SAW. mengajari kami melakukan
istikharah dalam semua urusan, seperti mengajarkan bacaan surat dari
Al-Gur’an.
Beliau bersabda: “Apabila seseorang
dari kamu hendak menjalankan sesuatu urusan, maka seyogyanya ja shalat dua
raka’at selain shalat fardhu. Lalu hendaklah ia mengatakan:
“Ya
Allah, aku mohon pilihan kepada-Mu dengan pengetahuan ilmu-Mu dan mohon
keputusan dengan kekuasaan-Mu. Aku mohon kepada-Mu dari karunia-Mu yang besar.
Sesungguhnya Engkau berkuasa sedang aku tidak berkuasa. Engkau maha mengetahui
sedang aku tidak mengetahui dan Engkau jua yang mengetahui hal-hal yang
gaib.
Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa
urusan ini (sebutkan keperluanmu) membawa kebaikan dalam agamaku, penghidupan
dan akibat urusanku, maka takdirkanlah ia untukku dan mudahkanlah ia bagiku,
lalu berkatilah aku di dalamnya.
Dan jika Engkau
tahu bahwa urusan ini membawa keburukan bagi agamaku, penghidupan dan akibat
urusanku, maka jauhkanlah ia dariku dan hindarkanlah aku dari padanya,
takdirkan kebaikan bagiku di mana pun aku berada, dan jadikan aku ridha
dengannya.” Hadits riwayat Bukhari.
Termasuk tata krama pula: engkau harus bermusyawarah dengan ayah dan ibumu
serta gurumu tentang hal itu, dan juga bersama orang-orang yang bisa
memberikan pendapat dan nasihatnya kepadamu.
Allah
telah menyuruh Nabi-Nya SAW. untuk melakukan musyawarah. Allah berfirman: “Dan
bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu” (Ali mran:159), padahal beliau
itu berakal sempurna, dan Allah Ta’ala telah menjamin petunjuk baginya.
Allah
Ta’ala berfirman ketika memuji para sahabat radhiyallahu ‘anhum: “Dan urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka” (Assyuura: 38).
Dalam
hadits disebutkan: “Tidaklah sia-sia siapa yang melakukan istikharah, dan
tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah”
Dalam
hadits lain dikatakan pula: “Musyawarah itu pelindung dari penyesalan dan
pengaman terhadap celaan.”
Seorang penyair
berkata:
Bermusyawarahlah dengan orang selainmu
bila engkau mengalami kesulitan pada suatu hari, walaupun engkau orang yang
suka memberi nasihat
Mata itu melihat yang dekat
dan yang jauh dan tidak akan mampu melihat dirinya, melainkan dengan cermin
Apabila engkau diberi nasihat, hendaklah engkau mengamalkannya. Dalam hadits
disebutkan: “Mintalah nasihat dari orang yang berakal dan jangan engkau
menentangnya supaya nantinya engkau tidak menyesal.”
Apabila
seseorang meminta petunjuk kepadamu, maka termasuk amanat, adalah engkau
berikan petunjuk kepadanya untuk menjalankan yang terbaik baginya.
Dalam
hadits: “Penasihat itu memikul amanat.” Dalam hadits lain: “Sesungguhnya
termasuk kewajiban Seorang muslim kepada muslim lainnya, adalah menasihatinya
bila ia diminta nasihat.”
PENUTUP KITAB TENTANG PERINTAH HIJAB
Wahai putri yang terbina :
Sesungguhnya hijab adalah nikmat dan karunia dari Allah. Oleh sebab itu Allah
Ta’ala mewajibkannya atas kaum wanita, karena ia menyimpan banyak maslahat
(kepentingan) dan hikmah, di antaranya hijab bisa menjaga akhlak dan agama.
Wanita
yang memelihara hijabnya akan berpegang pada agamanya. la hidup tetap
mengamalkan akhlak yang baik dan tidak berubah. Ia hidup dalam keadaan selalu
tercinta dan terhormat di mata masyarakat.
Sebaliknya
bila ia melepas hijabnya, maka ia pun leluasa melakukan perbuatan-perbuatan
yang di haramkan Allah, dan tidak lagi peduli dengan apa yang dilakukannya
sendiri, tidak takut kepada Allah, dan tidak malu kepada orang banyak.
Sebagaimana
tersebut dalam hadits: “Apabila engkau tidak lagi merasa malu, maka lakukanlah
apa saja yang engkau inginkan.”
Akhlaknya menjadi
buruk. Ia menyukai kesombongan dan perkataan keji serta senang menghina orang
lain, tidak bersikap rendah hati, tidak mau menyampaikan amanat, hidup hina
dan dibenci di tengah masyarakat.
Ketahuilah bahwa aurat wanita ketika melakukan shalat adalah seluruh badannya,
kecuali wajah dan kedua telapak tangannya. Sedangkan di luar shalat, dan di
hadapan taki-laki yang bukan mahramnya, maka ia wajib pula menutupi Wajah dan
kedua telapak tangannya. Adapun aurat wanita di antara mahramnya sendiri lalah
antara pusat dan lutut.
Wanita
yang terpelihara selalu memakai hijab dan tidak mudah meninggalkannya di
hadapan siapa pun, walau di depan para kerabatnya sekalipun. Dia tidak peduli
dengan pergaulan wanita-wanita yang tidak tahu malu, karena keteguhannya dalam
melaksanakan perintah agama dan penjagaan dirinya dari cela dan aib.
la
pun puas dan rela dengan yang sedikit dan dengan hanya apa saja yang ada,
serta tidak memaksakan diri mencari yang tidak ada.
Adapun
wanita yang bertabarruj, maka ia memandang kepada berbagai macam barang,
karena ia suka pergi ke pasar-pasar dan toko-toko. la mengamati. berbagai
macam pakaian dan makanan, lalu memaksa suaminya untuk membelinya, atau kalau
perlu dengan jalan haram sekalipun.
la tidak
perduli dengan nasihat apa pun, dan suaminya bisa binasa melalui tangannya,
sebagaimana yang banyak tersebut dalam hadits.
HADITS-HADITS
TENTANG HIJAB
Dari Ummi
Salamah r.a., dia berkata, “Saat aku berada di tempat Rasulullah SAW. dan di
tempat itu juga ada Maimunah. Kemudian datanglah Ibnu Ummi Maktum, yaitu
setelah kami disuruh memakai hijab.”
Maka Nabi
SAW. berkata, “Bersembunyilah darinya.”
Kami
berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah ia seorang uta yang tidak melihat dan
mengetahui kami?” Nabi SAW. berkata, “Apakah kalian berdua buta? Bukankah
kalian melihatnya?” H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi, ria berkata, hadits ini hasan
sahih.
Dari “Uqbah bin Amir
r.a.: bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Janganlah kalian masuk ke tempat
orangorang perempuan.” Seorang laki-laki Anshar berkata, “Bagaimana pendapat
anda dengan kerabat suami?”
Nabi SAW. menjawab,
“Kerabat suami itu bisa membinasakan.” H.R. Bukhari dan Muslim. Yang dimaksud
kerabat suami adalah, seperti saudara suami laki-laki (ipar), sutra saudaranya
dan putra pamannya.
Dari Abi
Hurairah r.a.: Rasulullah SAW. bersabda: “Dua macam orang ahli neraka yang
tidak pernah aku lihat yaitu 1. Kaum yang membawa cambuk-cambuk seperti ekor
sapi dan menggunakannya untuk memukul orang-orang. 2. Dan wanita-wanita yang
berpakaian tetapi bagaikan telanjang (tidak berjilbab), jalannya berlenggang
dan menarik perhatian, rambut kepala mereka (sanggulnya) seperti punuk unta
yang miring letaknya. ,
Mereka tidak akan masuk
surga dan tidak mendapatkan baunya, padahal bau surga bisa tercium dari jarak
yang sekian jauh.” yakni sejauh 40 tahun perjalanan sebagaimana tersebut dalam
satu riwayat. (H.R. Muslim).
Dari Ibnu Mus’ud r.a hahwa Nabi SAW barsatida , “Allah melaknat (mengutuk)
wanita-wanita yang merajah badan dan yang minta dirajah badannya, wanita yang
menyuruh orang lain untuk menipiskan alisnya dan wanita yang memangur giginya
(meratakan gigi) demi kecantikan serta wanita-wanita yang mengubah ciptaan
Allah.”
Seorang perempuan berkata kepada Ibnu
Mas’ud mengenai hal ini. Maka Ibnu Mas’ud menjawab,” Kenapa aku tidak melaknat
orang yang telah dilaknat Rasulullah SAW. sedangkan hal itu sudah tercantum
dalam Kitabullah.
Allah Ta’ala berfirman: “Apa
yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah” (Al-Hasyr: 7). (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari ibnu Umar r.a.: “bahwa Rasulullah SAW. melaknat wanita yang menyambung
rambutnya dan wanita yang minta disambungkan rambutnya, serta wanita yang
merajah badan dan wanita yang dirajah badannya.” ana
Sayyidah Fatimah r.a. adalah seorang wanita yang sangat pemalu. Pada suatu
hari, ayahnya yaitu Rasulullah SAW. berkata kepadanya, “Apakah yang paling
baik bagi wanita?”
Fatimah menjawab, “Bila Ia
tidak melihat seorang lakilaki dan seorang laki-laki tidak menatapnya.”
Maka
sang ayah memeluknya karena gembira atas jawabannya yang baik, seraya
berkata,” Keturunan yang sebagian berasal dari sebagian yang lainnya.”
Disebutkan
pula hadits: “Shalat seorang wanita dalam kamarnya itu lebih utama daripada
shalat dia di dalam rumah, dan shalat wanita di tempat pingitan itu lebih
utama daripada shalat dia di dalam rumahnya. Maka shalat wanita di setiap
tempat yang lebih tersembunyi itu bisa bernilai lebih utama, karena bisa
terhindar dari fitnah.”
Telah
bernilai sahih sebuah riwayat dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata, “Seandainya
Rasulullah SAW. melihat apa yang telah dilakukan oleh para wanita saat ini,
niscaya beliau melarang mereka masuk ke masjid-masjid, sebagaimana telah
dilarangnya wanita-wanita bani Israil.” Riwayat ini disebutkan tidak lama
sesudah Rasululiah wafat.
Nabi bersabda: “Apabila
seorang wanita telah melakukan shalat lima waktu dan berpuasa di bulan
Ramadhan serta mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga.”
Sampai
di sini selesailah buku ini.
Wallahu a’alam bish
shawaab. Hanya Dialah yang emberi hidayah dan taufik menuju jalan yang paling
lurus.
Semoga Allah SWT. melimpahkan shalawat dan
salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW. juga keluarga serta para
sahabatnya.
Walhamdu lillahi Robbil Alamien.