Terjemah Akhlak lil Banat Jilid 3
Judul asal dalam teks Arab: الأﺧﻼﻕ ﻟﻠﺒﻨات الجزء الثاني لطلاب المدارس الإسلامية بإندونيسيا
Makna: Pelajaran Budi Pekerti Islam / akhlak mulia untuk Anak Perempuan Bagian 3
Penulis: Umar bin Ahmad Baraja
Bidang studi: Etika budi pekerti Islam, akhlak mulia, adab perilaku sopan santun
Penerjemah:
Daftar Isi
- Mukaddimah
- Pendahuluan Kitab
- Adab Pada Waktu Berjalan
- Adab Pada Waktu Duduk
- Adab Pada Waktu Berbicara
- Adab Makan Sendirian
- Adab Makan Bersama Sekelompok Orang
- Adab Berkunjung Dan Minta Izin
- Adab Menjenguk Orang Sakit
- Adab Orang Sakit
- Adab Kunjungan Takziyah
- Adab Orang Yang Mengalami Musibah
- Adab Berkunjung Untuk Memberi Selamat
- Adab Dalam Bepergian
- Adab Pada Waktu Berpakaian
- Adab Pada Waktu Tidur
- Adab Pada Waktu Bangun Dari Tidur
- Adab Istikharah Dan Bermusyawarah
- Penutup Kitab Tentang Perintah Hijab
- Seri kitab Akhlak lil Banat lain:
- Seri kitab Akhlak lil Banin (untuk murid laki-laki)
- Seri kitab Tasawuf dan Akhlak lain:
- Baca artikel kategori Akhlak dan Tasawuf
MUKADDIMAH
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pemberi, yang memerintahkan
kepada kita untuk menghiasi diri kita dengan budi pekerti yang baik.
Shalawat
dan salam semoga tercurahkan kepada pemberi suri-tauladan, yang menganjurkan
kita mengikuti perintah-perintah Al-Qur’an. Junjungan kita sayyidina Muhammad
dan keluarga serta para sahabatnya yang mempunyai kecerdasan otak, mereka
beruntung dan selamat karena usaha pendekatan mereka terhadap Allah.
Kemudian:
inilah jilid ke tiga dari kitab Al-akhlaq Lil Banaat (Bimbingan Akhlak Bagi
Putri-Putri Anda), dimana banyak yang sangat butuh kepadanya, dengan banyaknya
permintaan-permintaan yang telah masuk.
Maka saya mohon kepada
Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung, semoga manfaat kitab ini dapat meluas
merata, dan dapat memberikan penawar rasa haus bagi pembacanya.
Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala seSuatunya, dan Maha menerima do’a.
Pengarang:
Al-Ustadz Umar bin Achmad Baradja
Surabaya, 1 Dzul Qi’dah 1400
H.
PENDAHULUAN KITAB
Wahai putri tercinta!
(1) Sesungguhnya Allah menciptakan manusia di dunia ini lebih mengutamakannya dari hewan ialah dengan memberinya ia akal dan agama, lisan dan akhlak.
Islam telah menjadikan akhlak yang baik pada bidang perhatian yang tertinggi dan mengharuskannya atas perseorangan dan masyarakat, demi lurusnya kehidupan individu juga masyarakat.
Diri manusia akan merugi bila ia berakhlak buruk. Manusia rusak sebagian besar amalnya bila ia menjadi pendusta dan pendengki, jahat, suka riya’ (menonjolkan diri) dan sebagainya.
Begitu pula masyarakat mereka akan terkena dampak tersebarnya akhlak yang rusak ini, sehingga hidup mereka selalu saling bermusuhan dan bertengkar, saling berkelahi dan berperang.
(2) Islam sangat memperserukan untuk berakhlak baik yang dapat menimbulkan kenikmatan dan kebahagiaan, dan memperingatkan terhadap akhlak yang buruk yang menyebabkan kebinasaan dan kesengsaraan.
Islam menganjurkan dua cara untuk melindungi diri dari kerusakan akhlak.
Pertama : Mengharamkan tiga sumber kejahatan, yaitu khamar (minuman keras), judi dan zina.
Kedua : Mewajibkan amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh berbuat kebajikan dan melarang berbuat kemunkaran).
(3) Manusia sangat membutuhkan akhlak dalam kondisi yang bagaimanapun. Jika ia tidak berakhlak, maka mati lebih patut baginya daripada hidup, sebagaimana dikatakan oleh Imam Asy-Syafi’i r.a.:
Tidaklah Allah memberikan manusia suatu karunia yang lebih utama daripada akal dan tata krama. Keduanya membuat seorang pemuda menjadi hidup bila ia tak memilikinya, maka lebih baik mati baginya.
(4) Nabi SAW. telah menyatakan bahwa tujuan diutusnya beliau kepada umat manusia adalah untuk menyebarkan akhlak mulia. Maka beliau bersabda: “Sebenarnya aku diutus ini hanyalah untuk menyempurnakan akhlak mulia.”
Tuhan memujinya karena beliau berakhlak baik. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya engkau benar-benar memiliki budi pekerti yang agung” (Al-Qalam:4).
Nabi SAW. mengibaratkan hubungan akhlak yang baik dengan agama sebagaimana hubungan antara wadah dengan isinya. Nabi SAW. bersabda: “Sesungguhnya akhlak itu wadah agama.”
(5) Banyak hadits yang menerangkan anjuran berakhlak mulia antara lain:
“Sesungguhnya Allah menghiasi Islam dengan tata krama mulia dan amal-amal yang baik.”
“Berbahagialah orang yang ikhlas hatinya untuk iman lagi bersih, lisannya suka berkata benar, jiwanya tenang dan akhlaknya lurus.”
“Kemulian iman diperoleh bila orang-orang sudah merasa aman darimu, sedangkan kemuliaan Islam diperoleh bila orang-orang selamat dari lisan dan tanganmu.”
“Tidaklah masuk surga orang yang berakhlak buruk.”
“Akhlak yang baik mampu mencairkan dosa-dosa, seperti halnya air mencairkan salju. Akhlak yang buruk merusak amal sebagaimana cuka merusak madu.”
“Akhlak yang baik menimbulkan keberuntungan sedangkan akhlak yang buruk menimbulkan kesialan.”
(6) Seorang bijak berbicara tentang akhlak terpuji, bahwa, “la adalah perbendaharaan rezeki.” Seorang yang lain berkata, “Barang siapa buruk akhlaknya, sempitlah rezekinya ia pun menyiksa dirinya. Maka ia pun selalu hidup bersama orang-orang dalam lumuran fitnah dan permusuhan, pertengkaran dan perselisihan.”
Bumi yang lapang terasa sempit baginya, sebagaimana kata seorang penyair:
Demi hidupmu, tidaklah negeri menjadi sempit lantaran banyak penghuninya tetapi akhlak masyarakatlah yang membuatnya sempit
Yang lain berkata:
Bila akhlak manusia tidak menjadi lapang maka negeri yang luas menjadi sempit
Syaugi seorang penyair kesohor berkata:
Bangsa-bangsa tetap hidup selama mereka berakhlak Bila akhlak mereka lenyap, maka mereka pun binasa
la berkata pula:
Tidaklah makmur bangunan suatu kaum apabila jiwa mereka roboh.
(7) Maka bersungguh-sungguhlah untuk menghasilkan akhlak yang baik supaya engkau bahagia di dunia dan ‘ akhirat. Dalam hadits dikatakan: “Sesungguhnya akhlak ini berasal dari Allah. Maka siapa yang Allah menghendaki kebaikan baginya, niscaya Allah mengaruniainya akhlak yang baik. Dan siapa yang Allah menghendaki keburukan baginya, maka Allah berikan kepadanya akhlak yang buruk.”
Penyair Mesir Hafizh Ibrahim berkata:
Bila engkau dikaruniai akhlak terpuji maka
Pembagi rezeki telah memilihmu
Manusia ini ada yang berharta dan ada yang berilmu, serta ada pula yang berakhlak mulia.
(8) Perhatikanlah pendidikan akhlakmu lebih banyak daripada perhatianmu untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Dalam hadits dikatakan: “Sesungguhnya manusia yang paling keras siksanya di hari kiamat nanti adalah orang alim yang tidak diberi manfaat oleh Allah dengan ilmunya.”
Presiden Mesir yang dulu Sa’ad Zaghlul Pasya berkata, “Kami tidak memerlukan banyak ilmu, tetapi membutuhkan banyak akhlak mulia.”
(9) Apa gunanya kamu memiliki ilmu dan kekayaan, baju: dan rupa yang bagus bila akhlak dan adabmu buruk? Al-Mutanabbi berkata:
Bukanlah rupa pemuda yang bagus merupakan kemuliaan baginya bila perbuatan dan akhlaknya tidak baik
Di’bil berkata:
Wajah-wajah mereka yang tampan bukanlah kebagusan apabila akhlak mereka buruk
(10) Dengan apa kiranya hati ayah dan ibu bangga terhadap putra dan putrinya?
Apakah karena luasnya pengetahuan dan bahasa yang beragam? atau terampilnya berbagai macam sulaman serta kepandaian menjahit, walau akhlak dan adat kebiasaannya rusak serta suka menyia-nyiakan shalat dan kewajiban?
Sekali-kali tidak! sesungguhnya yang pertama kali menyenangkan mereka dan menyejukkan hati mereka adalah bila mereka melihat putri-putri mereka berpegang pada agama, taat dan tunduk kepada Tuhan dan Nabi mereka, mengenal hak-hak ayah dan ibu serta kemanusiaan. Mereka jalankan kewajibannya terhadap setiap orang dan dapat memberi manfaat kepada diri mereka sebelum keluarga dan bangsa mereka. Kemudian orang tua pun merasa gembira ketika melihat darah daging mereka terpelajar dan berpendidikan, mengerti urusan-urusan dunia dan agama.
(11) Biasakanlah dirimu dengan akhlak yang baik sejak kecil supaya menjadi watak dan tabiat di masa tuamu nanti. Seorang bijak berkata, “Barangsiapa terbiasa dengan sifat tertentu dimasa muda, ia pun akan membawa sifat itu di masa tua.”
Apabila engkau abaikan dirimu dan kau ikuti hawa nafsumu hingga terbiasa dengan akhlak yang buruk, maka akan sulit sekali bagimu menerima pendidikan di masa tua. Adalah suatu yang sangat melelahkan melatih orang yang tua renta dan merupakan penyiksaan apabila mendidik seekor srigala.
Imam Al-Bushiri rahimahullah berkata:
Nafsu itu seperti anak bayi, yang bila kau biarkan akan terbiasa suka menyusu, dan jika kau sapih, maka ia pun berhenti menyusu.
(12) Di sini saya persembahkan kepadamu serial ketiga dari kitab “Bimbingan Akhlak” dengan harapan semoga mendapat sambutan baik, dengan suka membacanya dan memiliki niat yang tulus untuk mengamalkan isinya, sebagaimana yang telah engkau laksanakan pada bagian pertama dan kedua.
Dengan demikian, Insya Allah akhiakmu akan terdidik, hidupmu akan bahagia dan engkau pun selamat dari fitnahan zaman, bala tentara syaitan serta mendapat ridha Tuhan Yang Maha Pengasih. Kepada Allah kita mohon pertolongan.
Pengarang: Al-Ustadz Umar bin Achmad Baradja