Ijmak dan Qiyas sebagai Sumber Hukum
Nama buku: Terjemah kitab Lathaiful Isyarat, Lathaief Isyarat, Lathaif Al-Isyarah, Latoiful Isyarat
Nama kitab asal: Lathaaif al-Isyaaraat ala Tashil al-Turuqat li Nazhm al-Waraqat ( لطائف الإشارات على تسهيل الطرقات لنظم الورقات)
Pengarang: Abdul Hamid bin Muhammad bin Ali Kudus ( عبد الحميد بن محمد بن علي قدس)
Penerjemah:
Bidang studi: Kaidah fiqih dan Ushul Fikih madzhab Syafi'i
Daftar isi
- Bab XI Kontradiksi Dalil
- Bab XII Ijmak
- Bab XIII Ikhbar (Berita)
- Bab XIV Qiyas
- Pasal Persyaratan Rukun Qiyas
- Pasal Haram Dan Ibahah (Larangan Dan Kebolehan)
- Kembali ke Terjemah Lataiful Isyarat
BAB XI KONTRADIKSI DALIL
(باب) فى بيان مايفعل ( فى التعارض )
ياتى على اربعة اقسام تعارض النطقين فى
الاحكام
Warna kontra dua mantuq dalam hukum Itu terdapat empat bagian maklum
اوكل نطق فيه وصف منها اما عموم وخصوص فيها
Dua mantuq yang sama umum pertama Dua mantuq yang sama khusus kedua
Mantuq
pertama itu umum yang ketiga Diikuti mantuq khusus yang kedua
كل من الوصفين فى وجه ظهر او فيه كل منهما ويعتبر
Empat mantuq pertama umum dan khusus Mantuq selanjutnya juga umum khusus
فى الاولين واجب ان امكنا فالجمع بين ما تعارضا هنا
Gabungkanlah dua lafadz bertentangan Yang semuanya memiliki keumuman
Hal
itu pun jika mungkin dikumpulkan Jika tidak sya’ir berikut lanjutkan
مالم يكن تاريخ كل يعرف وحيث لا امكان فالتواقف
Namun jika tidak mungkin dikumpulkan Maka solusinya itu ditangguhkan
Sehingga
ada yang mampu mengunggulkan Terhadap salah satu yang bertentangan
فالثان ناسخ لما تقدما فان علمنا وقت كل منهما
Jika terdapat dua lafadz bertentangan Yang pertama menunjukan kehalalan
Yang
kedua menunjukan keharaman Maka yang kedualah yang digunakan
بذى الخصوص لفظ ذى العموم وخصصوا فى الثالث المعلوم
Jika terdapat dua lafadz bertentangan Yang pertama menunjukan keumuman
Dan
kedua menunjukan kekhususan Maka yang kedua yang diutamakan
من كل شق حكم ذاك النطق وفى الاخير شطر كل نطق
بالضد من قسميه واعرفنهما
فاخصص عموم كل نطق منهما
Jika dalil pertama umum dan khusus Dalil yang kedua juga umum khusus
Maka
keumuman dalil yang pertama Ditakhsis kehususan dalil kedua
Serta
keumuman dalil yang dua Ditakhsis kekhususan dalil pertama
BAB XII IJMA’
( باب الاجماع )
اى علماء الفقه دون نكر هو اتفاق كل اهل العصر
شرعا
كحرمة الصلاة بالحدث على اعتبار حكم امر قد حدث
Ijma’ yaitu suatu kesepakatan Para ulama fiqih yang menetapkan
Pada hukum
syara’ menetapkan Shalat bagi yang berhadats diharamkan
لا غيرها اذ خصصت بالعصمة واحتج بالاجماع من ذى الامة
Dan ijma’ itu dapat dijadikan Bagi umat nabi dijadikan alasan
Tetapi
bukan umat yang lainnya Ijma’nya tak dapat dijadikan alasan
من بعده فى كل عصر اقبلا وكل اجماع فحجة على
Dapat di pakaialasan setiap ijma’nya Bagi generasi umat selanjntnya
Seperti
ijma’ para sahabat Nabi Di pakaioleh pengikut sahabat Nabi
اى فى انعقاده وقيل مشترط ثم انقراض عصره لم يشترط
Dan tak disyaratkan bagi sahnya ijma’ Dengan wafat para ahli zaman ijma’
Jadi
meski ahli ijma’ masih ada Maka ijma’ tersebut masih berguna
Itulah
pendapat kaul yang pertama Dan sebaliknya menurut kaul kedua
الا على الثانى فليس يمنع ولم يجز لاهله ان يرجعوا
Bagi mujmi’in tidak diperbolehkan Hal yang telah disepakati dibatalkan
وصار مثلهم فقيها مجتهد وليعتبر عليه قول من ولد
Kaul ke dua juga memperhitungkan Ucapan orang yang dilahirkan
Pada saat
hidupnya ahli Ijma’ Dan dia tumbuh menjadi ahli Ijma’
Atau menjadi ahli
Fiqih yang hebat Atau menjadi ahli Ijtihad kuat
من كل اهله وبالافعال ويحصل الاجماع بالاقوال
Dan Ijma’ dihasilkan dengan ucapan Tiap ahli serta dengan pekerjaan
وبانتشار مع سكوتهم حصل وقول بعض حيث باقيهم فعل
Empat bagian ijma’ itu terbagi Ijma’ qauli dua ijma’ af’ali
Ijma’
mukhtaliqat itu yang ketiga Empat ijma’ sukuti semua berharga
على الجديد فهو لا يحتج به ثم صحابى قوله عن مذهبه
فى حقهم وضعفوه فليرد وفى
القديم حجة لما ورد
Menurut kaul jadid Imam Syafi’i Bisa dipake hujjah kaul shahabi
Oleh
sahabat-sahabat yang lainnya Tapi kaul Qadim itu sebaliknya
Jika hal itu
terjadi kontradiksi Utama kaul jadid Imam Syafi’i
BAB XIII IKHBAR ( BERITA )
(باب) بيان ( الاخبار )
صدقا وكذبا منه نوع قد نقل والخبر اللفظ
المفيد المحتمل
Khobar yaitu lafadz yang dipantaskan Pada kebenaran serta kebohongan
Namun
ada khobariyah dipantaskan Maqtu’un bil Sidqi pada kebenaran
Serta ada
khobariyah dipantaskan Maqtu’un bil Kidzbi pada kebohongan
Kalamullah
contoh Maqtu’un bil Sidqi Musailamah contoh Maqtu’un bil Kidzbi
وماعدا هذا اعتبر احادا تواترا للعلم قد افادا
Khobariyah terbagi dua bagian Khobar mutawatir, ahad kemudian
Khobar
mutawatir itu menyakinkan Sedang khobar ahad itu diragukan
جمع لنا عن مثله عزاه فاول النوعين ما رواه
Khobar mutawatir itu hasil panca indra Yang diriwayatkan lebih dari dua
Yang
mustahil dari kelompok pembohong Karna itu janganlah engkau berbohong
لا باجتهاد بل سماع او نظر وهكذا الى الذى عنه الخبر
والكذب منهم بالتواطى
يمنع وكل جمع شرطه ان يسمعوا
Syarat mutawatir itu ada tiga Beritanya harus hasil panca indera
Hasil
penglihatan serta pendengaran Diri sendiribuksn hasil yang lain
Jumlah
rowi harus sampai ketetapan Serta kelompok pembohong itu bukan
Adad
mutawatir dari Abu Thoyib Empat orang diqiyaskan pada syahid
Sedangkan
menurut Ashab As-Syafi’i Lima orang qiyas pada ulul azmi
Pendapat yang
lain dua puluh orang Ayat mushabarah al-Qur’an dipegang
Syarat ketiga ada
keseimbangan Adad mutawatir ditiap lapisan
Pembagian mutawatir itu dua
Mutawatir lafdzi, ma’nawi kedua
لا العلم لكن عنده الظن حصل ثانيهما الاحاد يوجب العمل
Khobar ahad itu wajib diamalkan Meski khobar ahad itu diragukan
Karena
hukum khobar dzon diutamakan Yang utama itu wajib diamalkan
وسوف ياتى ذكر كل منهما لمرسل ومسند قد قسما
Pembagian khobar ahad ada dua Pertama musnad serta mursal kedua
فمرسل وما عداه مسند فحيثما بعض الرواة يفقد
Hadits mursal yaitu yang sebagian Dari para rowi itu digugurkan
Khobar
ahad mursal itu ada tiga Satu jali, khafi, shohabi ketiga
لكن مراسيل الصحابى تقبل للاحتجاج صالح لا المرسل
Hadits musnad itu sah dipakai hujjah Hadits mursal tidak sah dipakai hujjah
Hadits
mutawatir sah dipakai hujjah Hanya mutawatir shohabi ayo melangkah
فى الاحتجاج ما رواه مرسلا كذا سعيد بن المسيب اقبلا
Hadits Sa’id bin Musayab Diterima serta dijadikan hujjah juga bisa
فى حكمه الذى له تبيان والحقوا بالمسند المعنعنا
Dan para Ulama mengikutsertakan Pada hadits musnad yaitu mu’an’an
Sama
halnya dapat dipakai alasan Serta sanad ittishal pada utusan
Syarat
hadits mu’an’an yang disamakan Dengan hadits musnad itu disyaratkan
Pertama
mu’an’innya jangan keliru Dua pernah bertemudengan sang guru
Inilah
pendapat Imam Al-Bukhori Lain halnya dengan Imam Muslim sendiri
Antara
mu’an’in dengan gurunya Haruslah satu zaman dalam hidupnya
حدثنى كما يقول اخبرا وقال من عليه شيخه قرا
Apabila murid langsung mendengarkan Tentang hadits dari guru dibacakan
Maka
bagi murid bisa mengatakan Akhbarani, hadatsani dikatakan
Ini penyampaian
hadits yang pertama Merupakan cara yang paling utama
لكن يقول راويا اخبرنى ولم يقل فى عكسه حدثنى
Lafadz hadatsani jangan di ucapkan Jika cara penyampaian dibacakan
Pada
tulisan dan guru mendengarkan Yang ini merupakan cara bandungan
يقول قد اخبرنى اجازه وحيث لم يقرء وقد اجازه
Yang ke tiga sang guru mengijazahkan Kepada murid untuk meriwayatkan
Maka
bagi rawi harus menyatakan Ajazanie, akhbaranie ijazatan
BAB XIV QIYAS
( باب القياس )
للاصل فى حكم صحيح شرعى اما القياس فهو رد الفرع
Qiyas itu menyamakan sesuatu Dari maqies pada maqies ‘alaih itu
Qiyas
inilah dalil syara’ ke empat Al-Qur’an, al-Hadits, Ijma’ tepat
واليعتبر ثلاثة فى الرسم لعلة جامعة فى الحكم
Rukun qiyas semua empat bagian Maqies, yang ke dua maqies ‘alaih dan
Tiga
‘ielat ada titik persamaan Antara yang disamakan, menyamakan
Akan
kepastian pada satu hukum Wajib atau haram itu jadi maklum
او شبه ثم اعتبر احواله لعلة اضفه او دلالة
Pembagian qiyas itu ada tiga Qiyas ‘ielat, serta dlilalah ke dua
Serta
qiyas syibhu itu yang ke tiga Mari perhatikan dengan penuh seksama
موجبة للحكم مستقلة اولها ما كان فيه العلة
كقول اف وهو للايذا منع فضربه
للوالدين ممتنع
Qiyas ‘ielat merupakan sesuatu ‘ielat pada qiyas wajib yang dituju
Pada
satu hukum seperti contohnya Pukulan kepada orang tuanya
Dengan memakinya
itu sama saja Dengan menyakiti, maka haram hukumnya
حكما به لكنه دليل والثانى مالم يوجب التعليل
شرعا على نظيره فيعتبر فيستدل
بالنظير المعتبر
زكاته كبالغ اى للنمو كقولنا مال الصبى تلزم
Serta yangn ke dua qiyas dlilalah Qiyas yang terdapat suatu ‘ielath
Pada
satu hukum ‘ielat menunjukan Tapi pada hukum tidak diwajibkan
Bak harta
anak pada orang dewasa Maka wajib zakat itu titik sama
ما بين اصلين اعتبارا وجدا والثالث الفرع الذى ترددا
Dan ke tiga maqies yang berbolak-balik Antara dua asal mana yang baik
Seperti
abid di rusak orang lain Bolak-balik antara manusia hewan
Dari putra adam
pandangan merdeka Di pandang hewan abid adalah harta
من غيره فى وصفه الذى يرى فليلتحق باى ذين اكثرا
بالمال لا بالحرفى الاوصاف
فليلحق الرقيق فى الاتلاف
Abid yang di persamakan pada harta Itu lebih banyak dari pada satwa
Karena
abid suka di jual belikan Diwakafkan ataupun diwasiatkan
PASAL PERSYARATAN RUKUN QIYAS
( فصل فى شروط اركان القياس )
مناسبا لاصله فى الجمع والشرط فى القياس كون
الفرع
Ada empat syarat pada rukun qiyas Munasabah maqies ‘alaih serta maqies
مناسبا للحكم دون مين بان يكون جامع الامرين
Seperti adanya’ ielat mengumpulkan Maqies, maqies ‘alaih itu disatukan
Haruslah
disamakan terhadap hukum Yang terdapat pada maqies harap mafhum
يوافق الخصمين فى رايهما وكون ذاك الاصل ثابتا بما
Maqies ‘alaih mestinya tlah ditentukan Oleh hadits ataupun dalil al-Qur’an
Pendapat
mudda’i serta mustadilnya Haruslah sama ini yang ke duanya
فى كل معلولاتها التى ترد وشرط كل علة ان تطرد
Yang ketiga mutharid pada ‘ielatnya Serta pada hukum seperti ‘ielatnya
Yang
terdapat pada sebuah surahnya Hukum telah ada bersama ‘ielatnya
Maka
tidaklah boleh bagi ‘ielatnya Berpisah dari hukum tuk selamanya
قياس فى ذات انتقاض مسجلا لم ينتقض لفظا ولا معنى فلا
‘ielat tidaklah batal pada lafadznya Dan maknanya, jika ada batal qiyasnya
Contoh
’ielat yang batal pada lafadznya Lafadz ‘ielat pada surah tanpa hukumnya
Contoh
’ielat yang batal pada maknanya Makna yang dipakai‘ielat tanpa hukumnya
علته نفيا واثباتا معا والحكم من شروطه ان يتبعا
Syarat yang ke empat adalah hukumnya Harus mengikuti terhadap ‘ielatnya
Di
dalam segi nafi serta itsbatnya Hukum serta ‘ielat harus bersamanya
Ada
‘ielat, ada pula hukumnya Begitupun jika ‘ielat sebaliknya
وهو الذى لها كذاك يجلب فهى التى له حقيقا تجلب
‘ilat itu penyebab hukum adanya Serta hukum ditarik ‘ielat sebabnya
PASAL HARAM dan IBAHAH (LARANGAN dan KEBOLEHAN)
بل بعدها بمقتضى الدليل لا حكم قبل بعثة الرسول
Tak ada hukum sebelum ada Rasul Adanya hukum setelah ada Rasul
تحريمها لا بعد حكم شرعى و الاصل فى الاشياء قبل الشرع
Sebelum syara’ sesuatu itu haram Tapi setelahnya itu selain haram
Jika
hukum itu tidak ditemukan Haram atau halal itu kembalikan
Pada hukum
haram engkau kembalikan Karena asal sesuatu di haramkan
وما نهانا عنه حرمناه بل ما احل الشرع حللناه
Jika sesuatu di halalkan syara’ Maka sesuatu halal bagi kita
Jika sesuatu
di haramkan syara’ Maka sesuatu haram bagi kita
شرعا تمسكنابحكم الا صل وحيث لم نجد دليل حل
Tapi jika kita tidak menemukan Dalil syara’ akan hukum kehalalan
Mak
hukum asal itu kita pegang Yaitu haram janganlah engkau tegang
وقال قوم ضد ما قلناه مستصحبين الاصل لا سواه
Hukum asal semua mengabadikan Ketika dalil syara’ tak ditemukan
Seperti
mujtahid tidak mendapatkan Pada hukum puasa rajab di wajibkan
Kemudian
mujtahidin mengatakan Puasa rajab itu tidak di wajibkan
Berdasarkan pada
istishabul halnya Hal ini tentu bisa jadi hujjahnya
Karna istishab ada
dua macamnya Satu istishabul hal dua masyhurnya
Menurut pendapat kaum
sebaliknya Hukum asal sesuatu halalnya
تحريمها فى شرعنا فلا يرد اى اصلها التحليل الا ما ورد
Kecuali dalil syara’ mengharamkan Maka bagi kita juga mengharamkan
جوازه وما يضر يمنع وقيل ان الاصل فيما ينفع
Dan menurut pendapat qiil yang lainnya Asal sesuatu ada manfaatnya
Maka
itu diperbolehkan hukumnya Lain halnya jika timbul madlaratnya
Maka itu
di haramkan baginya Semua ini berbagai pendapatnya
بالاصل عن دليل حكم قد فقد وحد الاستصحاب اخذ المجتهد
Istishabul masyhur itu ketetapan Sesuatu yang ke dua pada zaman
Dengan
sebab ketetapan sesuatu Yang terjadi pada waktu yang ke satu.[]