Nasihat Satu sampai 10 | Ayyuhal Walad Ghazali
Nama kitab: Terjemah Ayyuhal Walad Imam Ghazali
Judul kitab asal: Risalatu Ayyuhal Walad lil Ghazali ( رسالة أيها الولد للإمام الغزالي)
Ejaan lain: Risalah Ayyuhal Walad li al-Imam al-Ghazali
Pengarang: Imam Ghazali (Gazali)
Nama lengkap: Ejaan Indonesia: Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i; Ejaan Inggris modern: Abū Ḥāmid Muḥammad ibn Muḥammad aṭ-Ṭūsiyy al-Ġazzālīy, Ejaan Persia: Imam Muhammad-i Ghazali; Ejaan Inggris klasik: Algazelus atau Algazel.
Nama Arab: ابو حامد محمد بن محمد الغزالي الطوسي الشافعي
Kelahiran: 1058, Tus, Iran, Kesultanan Seljuk Raya
Meninggal: 1111, Thus, Khorasan Kesultanan Seljuk Raya
Penerjemah:
Bidang studi: Tasawuf, Akhlaq
Daftar isi
- Nasihat Pertama Waktu Adalah Kehidupan
- Nasihat Kedua Bagaimana Sebaiknya Kita Menerima Nasihat
- Nasihat Ketiga Ilmu Itu Manfaat Apabila Diamalkan
- Nasihat Keempat Kadar Pahala (Balasan) Mengikuti Kadar Amalan
- Nasihat Kelima Ikhlaskan Niatmu
- Nasihat Keenam Hakikat Hidup, Cinta Dan Amal
- Nasihat Ketujuh Dahulukan Belajar Ilmu Yang Fardhu Ain
- Nasihat Kedelapan Ilmu Tanpa Amal Itu Gila
- Nasihat Kesembilan Tinggikan Cita-Citamu, Lawanlah Nafsumu Dan Jadikan Bekal Akhirat
- Nasihat Kesepuluh Bangun Beribadah Di Waktu Malam
- Kembali ke Terjemah Ayyuhal Walad
01. NASIHAT PERTAMA: WAKTU ADALAH KEHIDUPAN
إِعْلَمْ، أَيُّهَا الْوَلَدُ وَالْمُحِبُّ الْعَزِيْزُ أَطَالَ اللّٰهُ
بَقَاكَ بِطَاعَتِهِ وَسَلَكَ بِكَ سَبِيْلَ أَحِبَّائِهِ، أَنَّ مَنْشُوْرَ
النَّصِيْحَةِ يُكْتَبُ مِنْ مَعْدَنِ الرِّسَالَةِ، إِنْ كَانَ قَدْ بَلَغَكَ
مِنْهُ نَصِيْحَةٌ فَأَيُّ حَاجَةٍ لَكَ فِيْ نَصِيْحَتِيْ ؟ وَإِنْ لَمْ
يَبْلُغْكَ فَقُلْ لِيْ مَاذَا حَصَلْتَ فِيْ هٰذِهِ السِّنِيْنِ الْمَاضِيَةِ
؟
Wahai anakku, semoga Allah SWT mengaruniakan kepadamu umur yang panjang
untuk engkau gunakan melakukan ketaatan kepada-Nya dan semoga mengilhami
kepadamu tentang jalan para kekasih-Nya. Sesungguhnya nasehat itu ditulis dari
sumbernya, Muhammad SAW. Jika telah sampai kepadamu suatu nasehat yang
bersumber dari Rasulullah, apa perlu engkau minta nasehat kepadaku? Jika belum
menerima nasehat-nasehat dari Rasul maka katakan kepadaku. Apa yang engkau
peroleh dari pada waktu-waktu yang silam.
أَيُّهَا الْوَلَدُ، مِنْ جُمْلَةِ مَا نَصَحَ بِهِ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى
اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ قَوْلُهُ عَلَيْهِ السَّلَامُ : عَلَامَةُ
إِعْرَاضِ اللّٰهِ تَعَالٰى عَنِ الْعَبْدِ اشْتِغَالُهُ بِمَا لَا يُعْنِيْهِ
وَإِنَّ امْرَأً ذَهَبَتْ سَاعَةٌ مِنْ عُمْرِهِ فِيْ غَيْرِ مَا خُلِقَ لَهُ
مِنَ الْعِبَادَةِ لَجَدِيْرٌ أَنْ تَطُوْلَ عَلَيْهِ حَسْرَتَهُ وَمَنْ جَاوَزَ
الْأَرْبَعِيْنَ وَلَمْ يَغْلِبْ خَيْرُهُ عَلٰى شَرِّهِ فَلْيَتَجَهَّزْ إِلَى
النَّارِ، وَفِيْ هٰذِهِ النَّصِيْحَةِ كِفَايَةٌ لِأَهْلِ الْعِلْمِ
Wahai anakku, salah satu pokok dari apa yang telah Rasulullah SAW
nasehatkan pada umat Beliau adalah sabdanya, "Tanda berpalingnya Allah Yang
Maha Luhur dari seorang hamba adalah ia tersibukkan dengan sesuatu yang tidak
berguna. Sesungguhnya seseorang yang telah kehilangan waktu dari umurnya
selain untuk melakukan ibadah, niscaya layaklah penyesalan (kesedihan)
yang panjang baginya. Dan barang siapa melewati 40 tahun dan kebaikannya tidak
melebihi keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke dalam neraka". Di
dalam nasehat ini ada kecukupan bagi ahlul ilmi.
02. NASIHAT KEDUA: BAGAIMANA SEPATUTNYA KITA MENERIMA NASIHAT
أَيُّهَا الْوَلَدُ، النَّصِيْحَةُ سَهْلَةٌ وَالْمُشْكِلُ قُبُوْلُهَا
لِأَنَّهَا فِيْ مَذَاقِ مُتَّبِعِى الْهَوَى مُرَّةٌ، إِذِ الْمَنَاهِى
مَحْبُوْبَةٌ فِيْ قُلُوْبِهِمْ وَعَلَى الْخُصُوْصِ لِمَنْ كَانَ طَالَبَ
الْعِلْمِ الرَّسْمِى وَمُشْتَغِلًا فِيْ فَضْلِ النَّفْسِ وَمَنَاقِبِ
الدُّنْيَا فَإِنَّهُ يَحْسَبُ أَنَّ الْعِلْمَ الْمُجَرَّدَ لَهُ سَيَكُوْنُ
نَجَاتُهُ وَخَلَاصُهُ فِيْهِ وَأَنَّهُ مُسْتَغْنٍ عَنِ الْعَمَلِ، وَهٰذَا
إِعْتِقَادُ الْفَلَاسِفَةِ سُبْحَانَ اللّٰهِ الْعَظِيْمِ، لَا يَعْلَمُ
هٰذَا هٰذَا الْمَغْرُوْرُ أَنَّهُ حِيْنَ حَصَلَ الْعِلْمَ إِذَا لَمْ يَعْمَلْ
بِهِ تَكُوْنُ الْحُجَّةُ عَلَيْهِ آكَدَ، كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى
اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
عَالِمٌ لَا يَنْفَعُهُ اللّٰهُ بِعِلْمِهِ
Wahai anakku, nasehat itu mudah tetapi berat untuk menerimanya karena
sesungguhnya nasehat dalam rasa orang-orang yang menuruti hawa nafsu terasa
pahit, sebab larang-larangan lebih dicintai di dalam hati mereka, terkhusus
bagi orang yang menuntut ilmu formal, orang yang tersibukkan dengan keutamaan
diri dan prestasi dunia. Dia mengira bahwa ilmu saja akan dapat menjadi
penyelamat dan penolongnya dan ia tidak perlu untuk mengamalkannya. Ini adalah
keyakinan orang-orang filsafat, Maha Suci Allah Yang Maha Agung. Orang yang
tertipu ini tidak mengetahui bahwa ketika dia menghasilkan ilmu, ketika ia
tidak mengamalkan ilmunya, maka ada ladasan (dalil) yang menguatkan
terhadapnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Siksa paling berat manusia
di hari kiamat adalah orang alim yang mana Allah tidak menjadikannya
bermanfaat dalam ilmunya".
وَرُوِيَ أَنَّ الْجُنَيْدَ قَدَّسَ اللّٰهُ سِرَّهُ رُؤِيَ فِى الْمَنَامِ
بَعْدَ مَوْتِهِ فَقِيْلَ لَهُ : مَا الْخَبَرُ يَا أَبَا الْقَاسِمِ ؟ قَالَ :
طَاحَتْ تِلْكَ الْعِبَارَاتُ وَفَنِيَتْ تِلْكَ الْإِشَارَاتُ وَمَا نَفَعَنَا
إِلَّا رَكَيْعَاتٌ رَكَعْنَاهَا فِيْ جَوْفِ اللَّيْلِ
Dan diriwayatkan, sesungguhnya Imam Junaid, semoga Allah menyucikan
sirr-nya, dimimpikan setelah beliau wafat. Lalu beliau ditanya, "Bagaimana
kabarmu, wahai Abu Qasim ?". Beliau menjawab, "Telah rusak ibarat-ibarat itu,
telah binasa isyarat-isyarat itu, dan tidaklah bermanfaat bagi kami kecuali
rakaat-rakaat kecil yang mana kami melakukannya di pertengahan malam".
03. NASIHAT KETIGA: ILMU ITU MANFAAT APABILA DIAMALKAN
أَيُّهَا الْوَلَدُ، لَا تَكُنْ مِنَ الْأَعْمَالِ مُفْلِسًا وَلَا مِنَ
الْأَحْوَالِ خَالِيًا وَتَيَقَّنْ أَنَّ الْعِلْمَ الْمُجَرَّدَ لَا يَأْخُذُ
بِالْيَدِ، مِثَالُهُ لَوْ كَانَ عَلٰى رَجُلٍ فِيْ بَرِيَّةٍ عَشَرَةُ أَسْيَافٍ
هِنْدِيَّةٍ مَعَ أَسْلِحَةٍ أُخْرٰى وَكَانَ الرَّجُلُ شُجَاعًا وَأَهْلُ حَرْبٍ
فَحَمَلَ عَلَيْهِ أَسَدٌ عَظِيْمٌ مُهِيْبٌ، فَمَا ظَنُّكَ ؟ هَلْ تَدْفَعُ
الْأَسْلِحَةُ شَرَّهُ عَنْهُ بِلَا اسْتِعْمَالِهَا أَوْ ضَرَبَهَا ؟ وَمِنْ
الْمَعْلُوْمِ أَنَّهَا لَا تَدْفَعُ إِلَّا بِالتَّحْرِيْكِ وَالضَّرْبِ،
فَكَذَا لَوْ قَرَأَ رَجُلٌ مِائَةَ أَلْفِ مَسْأَلَةٍ عِلْمِيَّةٍ
وَتَعَلَّمَهَا وَلَمْ يَعْمَلْ بِهَا لَا تُفِيْدُ إِلَّا بِالْعَمَلِ،
وَمِثْلُهُ أيْضًا لَوْ كَانَ لِرَجُلٍ حَرَارَةٌ وَمَرَضٌ صَفْرَاوِيٌّ يَكُوْنُ
عِلَاجُهُ بِالسَّكَنْجَبِيْنَ وَالْكَشْكَابِ فَلَا يَحْصُلُ الْبُرَءُ إِلَّا
بِاسْتِعْمَالِهِمَا
كرمى دو هزار رطل همى بيمائى # تامى نخورى نباشدت شيدائى (١)
Wahai anakku, janganlah kamu menjadi orang yang bangkrut dari amal-amal
perbuatanmu, jangan menjadi orang yang sepi (kosong) dalam ahwalmu (hatimu),
dan yakinlah bahwa ilmu tanpa amal tidak akan berguna. Contohnya jika
seseorang di dalam gurun pasir membawa 10 pedang india dan senjata-senjata
lainnya, orang itu adalah seorang yang pemberani dan ahli berperang. Lalu
seekor harimau besar dan menakutkan menyergapnya, bagaimana menurutmu ? apakah
sejata-sejata itu dapat menolaknya dari keburukan (sergapan) harimau tanpa
menggunakannya atau memukulkannya ?. Tentu sudah diketahui bahwa
senjata-senjata itu tidak dapat menolak tanpa digerakkan dan dipukulkan. Maka
demikian pula seseorang yang sudah membaca 100.000 permasalahan ilmiah dan
mempelajarinya, tetapi ia tidak mengamalkannya, 100.000 permasalahan ilmiah
itu tidak akan memberikan faidah kecuali dengan diamalkan. Contoh juga, jika
seseorang sedang sakit panas (demam) dan saking kuning, obatnya adalah dengan
tumbuhan "sakanjabin" dan "kaskab", maka tidak akan menghasilkan kesembuhan
kecuali dengan mengamakan (mengkonsumi) keduanya.
(1). Syekh
Muhammad Amin Al-Kurdi menerjemah bait ini dari bahasa Persia, beliau
mengatakan :
لَوْ كِلْتَ أَلْفَيْ رِطْلِ خَمْرٍ لَمْ تَكُنْ - لِتَصِيْرَ نَشْوَانًا إِذَا
لَمْ تَشْرَبْ
"Jika kamu menakar 200 liter khamr, maka itu tidak akan - Menjadikanmu
mabuk ketika kamu tidak meminumnya".
Meskipun kamu membaca ilmu selama 100 tahun dan mengumpulkan 1.000 kitab, maka kamu tidaklah menjadi orang yang bersiap-siap memperoleh rahmat Allah Yang Maha Luhur kecuali dengan mengamalkan (ilmu itu). "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (An-Najm : 39)", "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih (Al-Kahfi : 110)". "Sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan (At-Taubah : 82 dan 95)", "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal. Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya (Al-Kahfi : 107-108)", "Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan (Maryam : 59-60)".
Apa pendapatmu mengenai hadits ini : "Agama islam dibangun atas 5 perkara, yaitu bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa di Bulan Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah (Ka'bah) bagi orang yang mampu jalannya".
Iman adalah mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati, dan melakukan dengan anggota badan. Dan dalil mengenai mengamalkan ilmu lebih baik daripada yang terhitung. Dan meskipun seorang hamba dapat mencapai surga karena sifat fadl (anugerah) dan sifat karam-Nya (kemurahan-Nya), tetapi setelah ia mempersiapkan diri dengan melakukan ketaatan dan ibadah kepada-Nya, karena sesungguhnya rahmat Allah dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.
Jika dikatakan juga, "Seorang hamba bisa mencapai (surga) hanya karena iman". Maka aku menjawab, "Benar, tetapi kapan ia bisa sampai dan berapa banyak rintangan yang sulit yang bisa dia putus (ia tempuh) untuk bisa sampai ? Maka rintangan pertama adalah rintangan iman dan apakah ia bisa selamat dari tercabutnya iman atau tidak ? Jika dia sampai apakah ia merugi lagi bangkrut ?" Syekh Hasan Al-Bashri berkata, "Allah Yang Maha Luhur berkata kepada hamba-hamba-Nya di hari kimat, "Masuklah kalian ke dalam surga karena rahmat-Ku dan bagilah surga itu sesuai dengan amal perbuatan kalian"".
Wahai anakku, selama kamu tidak beramal maka kamu tidak akan mendapati pahala. Dikisahkan bahwa ada seseorang dari Bani Israil yang sudah menyembah Allah Yang Maha Luhur selama 70 tahun, lalu Allah Yang Maha Luhur ingin menunjukkannya kepada para malaikat. Allah pun mengutus seorang malaikat padany untuk memberitahunya bahwa ia bersama ibadah-ibadahnya itu tidak pantas memasuki surga. Ketika khabar itu sampai padanya, hamba itu menjawab, "Kami diciptakan untuk beribadah maka selayaknya kami untuk beribadah pada-Nya". Ketika malaikat itu kembali, ia berkata, "Wahai Tuhanku, Engkau lebih mengetahui tentang apa yang telah ia katakan". Lalu Allah Yang Maha Luhur berkata, "Ketika dia tidak berpaling dari ibadahnya kepada-Ku, maka Aku bersama dengan sifat kemurahan-Ku pun tidak akan berpaling darinya. Saksikanlah wahai para malaikat-Ku, sesungguhnya Aku telah mengampuninya".
Rasulullah SAW bersabda, "Hitung-hitunglah (koreksilah) diri kalian sebelum kalian diperhitungkan amal perbuatannya dan timbanglah amal perbuatan kalian sebelum kalian ditimbang amal perbuatannya".
Sahabat Ali bin Abi Thalib berkata, "Barang siapa menyangka bahwa ia akan sampai tanpa berusaha, maka ia adalah orang yang berangan-angan. Dan barang siapa yang menyangka bahwa ia akan sampai dengan mencurahkan usahanya, maka ia adalah orang yang tidak membutuhkan Allah".
Syekh Hasa Al-Bashri ra berkata, "Mencari surga tanpa mengamalkan adalah sebuah dosa dari dosa-dosa". Dan beliau berkata, "Tanda-tanda hakikat adalah tidak memandang amal perbuatannya, bukan meninggalkan amalnya".
Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang cerdas adalah orang yang menghutangi dirinya dan beramal untuk sesuatu setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan atas Allah Yang Maha Luhur agar memperoleh keinginannya".
Wahai anakku, banyak sekali malam-malam yang mana kamu menghidupkannya dengan mengulang-ulang ilmu, mengkaji kitab-kitab, dan kamu mengharamkan dirimu untuk tidur, aku tak mengerti apa yang mendorongnya. Jika demikian itu untuk memperoleh harta benda dunia, menarik remukannya, menghasilkan kedudukannya dan kesombongan pada teman-teman sepadan dan sesama, maka celaka kamu kemudian celaka kamu. Dan jika tujuanmu di dalamnya adalah untuk menghidupkan syariat Nabi SAW, membersihkan akhlaqmu, dan memecah hawa nafsu yang sangat memerintah pada keburukan, maka sangatlah beruntung kamu kemudian sangatlah beruntung kamu. Telah benar orang yang berkata dalam syair :
Mata yang tetap terjaga karena selain dirimu adalah sesuatu yang sia-sia # Dan mata yang menangis karena selain kehilanganmu adalah sesuatu yang bathil.
Wahai anakku, hiduplah semaumu karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah semaumu karena sesungguhnya kamu akan berpisah darinya, dan kerjakan semaumu karena sesungguhnya kamu akan dibalas atas itu.
Wahai anakku, apapun sesuatu yang telah kamu hasilkan, baik menghasilkan ilmu kalam, ilmu pertentangan, ilmu kedokteran, ilmu dawawin (departemen atau dewan kepemerintahan), ilmu syair-syair, ilmu nujum (perbintangan), ilmu arudh (sastra), ilmu nahwu, dan ilmu sharaf, tidaklah menyia-nyiakan umur, berbeda dengan Dzat yang memiliki keagungan. Sesungguhnya aku melihat di dalam Kitab Injil Nabi Isa as, "Sejak mayat diletakkan pada keranda jenazah sampai diletakkan di pinggir kuburan, Allah dengan sifat-sifat keagungan-Nya bertanya padanya sebanyak 40 pertanyaan. Yang pertama, Allah berkata, "Wahai hamba-Ku, kamu mensucikan diri dari padandangan makhluk selama bertahun-tahun sedangkan kamu tidak mensucikan diri dari pandangan-Ku sesaat". Setiap hari Allah memandang harimu sembari berkata, "Apa yang telah kamu perbuat pada selain Aku sedangkan kamu dikepung oleh kebaikan dari-Ku". Adapun kamu tuli dan kamu tidak dapat mendengar".
Wahai anakku, ilmu tanpa amal adalah gila dan amal tanpa ilmu tidak akan penah ada. Ketahuilah bahwa ilmu yang tidak bisa menjauhkanmu pada hari ini dari maksiat dan tidak membawamu pada ketaatan, maka ia tidak akan bisa menjauhkanmu besok dari neraka Jahannam. Lalu, tatkala kamu tidak mengamalkan ilmumu pada hari ini dan kamu tidak mendapati (kebaikan) di hari-hari yang telah terlewati, maka kamu akan berkata besok di hari kiamat, "Maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan melakukan kebaikan". Lalu dijawab, "Wahai orang bodoh, dari sana (dunia) kamu datang".
Wahai anakku, jadikanlah himmah (keinginan) di dalam ruh (jiwa), kekalahan di dalam nafsu, dan kematian di dalam badanmu, karena sesungguhnya tempatmu adalah kubur dan para penghuni kuburan sedang menantimu di setiap saat kapan kamu akan sampai (menyusul) pada mereka. Takutlah kamu takutlah kamu, jika kamu sampai pada mereka tanpa bekal.
Sahabat Abu Bakar As-Shiddqi ra berkata, "Tubuh ini ibarat sangkar burung atau kandang hewan melata, maka berpikirlah di dalam dirimu, yang manakah kamu ?. Jika kamu termasuk burung-burung yang berada di tempat tinggi, lalu ketika kamu mendengar suara genderang yang berdendang, "Kembalilah pada Tuhanmu (Al-Fajr : 28)", maka kamu akan terbang naik ke atas sampai kamu dapat duduk di menara-menara surga yang tinggi, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Arsy Yang Maha Penyayang berguncang karena wafatnya Sahabat Sa'ad bin Mu'adz". Dan aku memohon perlindungan kepada Allah, jika kamu termasuk hewan melata, sebagaimana Allah Yang Maha Luhur berfirman, "Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi (Al-A'raf : 179)", maka jangan merasa aman karena perpindahanmu dari sudut rumah ke jurang neraka".
Dan diriwayatkan sesungguhnya Syekh Hasan Al-Bashri ra, diberi seteguk air dingin, lalu ia mengambil wadah, ia pingsan dan jatuhlah wadah itu dari tangannya. Ketika ia telah tersadar, maka ia ditanya,"Apa yang terjadi padamu Wahai Abu Said ?". Ia menjawab, "Aku mengingat harapan para penghuni neraka ketika mereka berkata pada para penghuni surga, "Tuangkanlah air kepada kami atau apapun yang telah Allah berikan kepada kalian"".
Wahai anakku, jika hanya ilmu saja yang bisa mencukupimu dan kamu tidak perlu untuk mengamalkan selain ilmu, niscaya seruan, "Adakah yang meminta (pada-Ku) ? adakah yang memohon ampun (pada-Ku) ? adakah yang bertaubat (pada-Ku) ?" adalah sia-sia tanpa adanya faidah. Dan diriwayatkan sesungguhnya ada jamaah dari para sahabat, semoga ridlo-ridlo Allah terlimpahkan kepada mereka semua, menyebut-nyebut tentang Sahabat Abdullah bin Umar ra di sisi Rasulullah SAW, lalu Beliau bersabda, "Sebaik-baik seseorang adalah dia, jika dia melakukan sholat di malam hari". Dan Beliau bersabda, "Wahai Fulan, jangan memperbanyak tidur di malam hari, karena sesungguhnya banyak tidur dapat meninggalkan pemiliknya dalam keadaan fakir di hari kiamat".
Wahai anakku, ayat "Dan pada sebagian malam hari sholat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu (Al-Isra' : 79)" adalah perintah, ayat "Dan di waktu sahur (sebelum fajar), mereka memohon ampun (Adz-Dzariyat : 18)" adalah syukur, dan ayat "Dan orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur (Ali Imran : 17)" adalah dzikir. Nabi SAW bersabda, "Ada 3 suara yang dicintai oleh Allah Yang Maha Luhur, yaitu suara kokok ayam jago, suara orang yang membaca Al-Qur'an, dan suara orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur".
Imam Sufyan As-Tsauri ra berkata : Sesungguhnya Allah Yang Maha Berkah lagi Maha Luhur menciptakan angin yang berhembus di waktu sahur, ia membawa dzikir-dzikir dan istighfar ke Tuhan Yang Maha Perkasa. Beliau juga berkata : Ketika tiba awal malam, menyerulah malaikat yang menyeru dari bawah Arsy, "Ingatlah, hendaklah berdiri (bangunlah) orang-orang yang ahli ibadah", mereka pun bangun dan melaksanakan sholat apapun yang dikehendaki Allah. Kemudian menyerulah malaikat yang menyeru di pertengahan malam, "Ingatlah, hendaklah berdiri (bangunlah) orang-orang yang tunduk (khusyu')", mereka pun bangun dan melaksanakan sholat sampai waktu sahur. Ketika waktu sahur telah tiba, menyerulah malaikat yang menyeru, "Ingatlah, hendaklah berdiri (bangunlah) orang-orang yang memohon ampun kepada Allah", mereka pun bangun dan memohon ampun. Lalu ketika telah muncul fajar, menyerulah malaikat yang menyeru, "Ingatlah, hendaklah berdiri (bangunlah) orang-orang yang lupa", mereka pun bangun dari tempat-tempat tidur mereka seperti orang-orang mati yang dibangkitkan dari kubur mereka.
لَقَدْ هَتَفَتْ فِيْ جُنْحِ لَيْلٍ حَمَامَةٌ # عَلٰى فَنَنٍ وَهْنًا وَإِنِّيْ لَنَائِمٌ
كَذَبْتُ وَبَيْتِ اللّٰهِ لَوْ كُنْتُ عَاشِقًا # لَمَا سَبَقَتْنِيْ بِالْبُكَاءِ الْحَمَائِمُ
وَأَزْعُمُ أَنِّيْ هَائِمٌ ذُوْ صَبَابَةٍ # لِرَبِّيْ فَلَا أَبْكِى وَتَبْكِى الْبَهَائِمُ
Wahai anakku, diriwayatkan di dalam wasiat-wasiat Lukman Al-Hakim pada putranya, sesungguhnya ia berkata : Wahai anak kecilku, sungguh jangan sampai seekor ayam jago lebih pintar daripada kamu, ia menyeru di waktu sahur sedangkan kamu sedang tidur. Telah benar-benar baik seseorang yang berkata dalam syair :
Burung merpati telah berkicau di tepi malam # Pada ranting pohon (berkicau) dengan lemah sedangkan aku sedang tidur
Aku telah berdusta, demi Baitullah, jika aku rindu pada Allah # Maka tidaklah burung merpati mendahuluiku dengan tangisan
Aku mengira bahwa aku gelisah karena rindu # Pada Tuhanku, tetapi aku tidak menangis padahal hewan ternak pun menangis.[]