Harapan dan Sabar
Nama kitab: Terjemah Idhotun Nasyi'in, Izotun Nasyi'in, Izhah al-Nasyi'in, Izhatun Nashi'in
Judul kitab asal: Izhatun Nasyi'in kitab Akhlaq wa Adab wa Ijtimak ( عظة الناشئين كتاب أخلاق وآداب واجتماع)
Ejaan lain: Izhotun Nasyi'in
Pengarang: Mustafa al-Ghulayini ( الشيخ مصطفى الغلاييني)
Nama yang dikenal di Arab: al-Ghulayini
Kelahiran: Beirut, 1885 M
Meninggal: Beirut, 1944 M
Penerjemah:
Bidang studi: Ilmu tasawuf, akhlak, etika, budi pekerti, pengembangan kepribadian, sufisme
Daftar isi
- Berani Maju Ke Depan
- Sabar
- Kemunafikan
- Ikhlas
- Putus Asa
- Harapan
- Kelicikan
- Bertindak Tanpa Perhitungan
- Keberanian
- Kemaslahatan Umat
- Kembali ke: Terjemah Izhatun Nasyi'in
BERANI MAJU KE DEPAN
Allah swt. menciptakan manusia ini, agar mereka mau bekerja untuk
mendapatkan sesuatu yang menunjang kehidupannya, agar berusaha di seluruh
pelosok bumi, mencari ‘hasil-hasil (kekayaan) -bumi yang manfaatnya kembali
pada diri mereka sendiri dan kepada seluruh umat. Semua itu tidak akan
tercapai, kecuali dengan keberanian dan pengorbanan.
Sesungguhnya
orang-orang baik terdahulu, tidaklah dapat mencapai kejayaan yang luar biasa,
tidak dapat menaklukkan rintangan-rintangan sulit dan tidak pula dapat
mencapai tingkat yang membuat setiap orang menganguminya, kecuali dengan
keberanian dan kobaran cita-cita yang mulia.
Sementara orang-orang yang hidup sekarang ini tampak tertinggal, tidak dapat
mencapai derajat seperti orang-orang terdahulu dari tidak mampu meraih
cita-cita itu disebabkan mereka tidak berani maju dan tidak berani melakukan
usaha yang baik dan berguna serta enggan menghadapi tantangan demi tercapai
keinginan.
Sesungguhnya semua bangsa telah bangkit dan berhasil
mencapai puncak segala cita-cita. Padahal itu sebelumnya merupakan bangsa yang
hina dan nista, berserakan bagaikan debu yang berhamburan, bagaikan gombal
yang tiada berarti. Sementara kita, umat Islam, masih dalam keadaan tidur
nyenyak dan berada dalam posisi yang terlampau jauh di belakang mereka.
Padahal dulunya kita adalah bangsa yang maju dan menjadi pelopor kemajuan.
Oleh
sebab itu, hidupkanlah kembali keagungan yang telah hancur dan tegakkan
kembali kemuliaan yang telah roboh serta bangkitkan kembali kejayaan yang
telah terkubur itu. Jangan engkau jadikan kejayaan yang telah lenyap itu,
sebagai sesuatu yang harus ditinggalkan begitu saja. Apabila kalian semua
tidak bangkit (untuk bekerja keras memperoleh kejayaan itu kembali), maka
sesungguhnya saya telah melihat kain kafan sudah terbentang dan kuburan yang
telah tergali. Jika hal itu terjadi, maka di situlah kita menantikan kematian,
lalu kita tidak lagi menjumpai penolong dan tidak pula menemukan orang yang
ingin menyelamatkan kita.
Maka, bangkitlah kalian semua dengan
semangat yang dapat mengguncang gunung-gunung yang kukuh dan menghentikan
keberingkasan kuda-kuda liar, sebelum datang suatu malapetaka dahsyat menimpa
kepada kita dan sebelum terdengar oleh kita jeritan bangsa yang memekakkan
telinga. Sedangkan kita di saat itu pula sedang menanti kematian diri sendiri
dan tidak mendapati sesuatu, kecuali .berbagai macam bencana dan krisis di
berbagai bidang.
Sebenarnya, di tanganmulah urusan umat ini.
Kehidupan mereka terletak pada keberanianmu. Oleh karena itu, majulah dengan
penuh ‘semangat dan keberanian, seperti haraimau yang garang. Bangkitlah
(dengan segala semangat dan kekuatan) bagai unta yang memikul muatan dalam
iringan suara genta yang membangkitkan semangat, pasti umat ini akan hidup.
Allah
adalah penolong kalian semua. Dia-lah yang memberi balasan kepada orang-orang
yang berani maju.[]
SABAR
Sesungguhnya orang yang berakal sempurna ialah orang yang sabar
terhadap segala macam kesulitan, juga sanggup menghadapinya dengan hati yang
tabah dan teguh. Orang yang berakal sempurna, bukanlah orang yang mudah
bingung ketika menghadapi kesulitan dan selalu gelisah.
Jiwa orang
yang cerdik itu di dalamnya mesti ada sifat atau ‘atak tenang dan sabar, Ia
berusaha dengan tenang dalam menyikirkan bencana yang menimpa dirinya dan
tidak bingung dalam mencegah bencana itu.
Adapun jiwa
orang-arang yang bodoh itu selalu bingung setiap kali menghadapi kesulitan,
meskipun itu sangat kecil. Sebab, dia telah berkeyakinan, bahwa dirinya tidak
sanggup menghadapinya dan tidak mampu menolaknya. Dia merasa. tidak bisa
membebaskan diri dari persoalan yang dihadapinya. Itulah perbedaan antara dua
jiwa manusia.
Wahai, generasi muda, jadilah engkau orang-orang yang
berjiwa cerdik dan sabar. Hal itu bisa dicapai dengan membiasakan diri
ngerjakan hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang Jelek, menghias diri
dengan sifat-sifat manusia yang sempurna dan bersikap jantan. Hal yang
demikian itu, mudah bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah senang
pada kemuliaan, sehingga dia menanggalkan semua baju dan atribut kehinaan,
tidak menuruti keinginan-keinginan jiwa bodohnya dan akan menarik cita-cita
jiwanya yang mulia.
Dengan demikian, dia akan dapat keluar dari
lingkaran pola hidup seperti binatang, menuju lingkungan kehidupan moral
normal.
Allah swt. akan memberi balasan kepada
orang yang sabar dalam mendidik jiwanya dan akan mengangkat derajat mereka,
sama dengan derajat orang-orang yang mendapat idayah dan menyelematkan mereka
dari kedudukannya yang tidak jelas.
Saya
menyerukan kepada kalian semua, hendaklah bersabar dalam mendidik jiwa kalian
semua. Sebab, sesungguhnya hal itu menyebabkan kebahagiaan dunia dan
akhirat.[]
KEMUNAFIKAN
Saya tidak melihat suatu sifat yang telah buruk dan keji di
antara sekian banyak sifat buruk dan membahayakan, yang menjalar dalam tubuh
umat, seperti aliran listrik yang menjalar pada tubuh daripada sifat nifak
atau kemunafikan.
Penyakit yang parah dan sangat
mengancam jiwa tersebut (nifak), lebih berbahaya terhadap umat daripada musuh
bebuyutan yang selalu mencari peluang untuk menghancurkan umat dan
menggerogoti negara mereka.
Sesungguhnya musuh
yang menyerang, apabila diketahui oleh umat, maka umat itu pasti siap siaga
untuk menangkis gangguan mereka, mencegah serangan-serangan mereka dengan
peralatan pertahanan maupun senjata, untuk menyerang yang mereka miliki.
Andaikata umat itu tidak mampu memberantas kejahatan musuh seluruhnya, maka
pasti mereka berjuang sekurat tenaga menghalau serangan-serangan musuh
tersebut.
Adapun orang yang munafik (plin-plan)
adalah musuh umat ya menyelinap di tengah-tengah mereka. Mereka tidak dapat
mengetahwi, bagaimana cara memeranginya, bahkan mereka tidak mengetahui, siapa
orang yang harus diberantas. Orang munafik itu melemahkan Kekuatan umat yang
sebenarnya dan dapat menghambat kebangkitan umat yang membawa harapan baik dan
berkah. Umat itu sebenarnya menjadi bingung karena penyakit yang menimpanya,
yang tidak mereka ketahui hakikat dan sumbernya.
Apabila
umat itu tetap dalam keadaan seperti itu, tanpa menganalisa secara cermat dan
tidak melakukan penelitian yang saksama, guna mengetahui virus yang berbahaya
itu, lalu berusaha membasminya dan mengetahui hakikat penyakit yang
dideritanya, lalu mengobatinya dengan obat yang manjur, maka akan mengalami
perpecahan dan kebejatan moral. Di situlah kehancuran luar biasa yang
menghapus keberadaan umat dari dunia: Lalu umat tersebut terkubur bersama
bangsa-bangsa yang telah binasa.
Wahai, generasi
muda, saya memohonkan perlindungan kepada Allah untuk kalian semua, agar tidak
termasuk golongan orang-orang munafik.
Waspadalah,
jangan sampai usaha-usaha orang-orang munafik itu mempengaruhi hati dan
pikiran kalian, sehingga kalian terjerumus ke dalam api kejahatan, yaitu api
yang menghanguskan segala tanaman yang segar maupun kering, yang akhirnya
menghanguskan tanah air, tempat tinggal mereka.
Berusahalah
kalian semua -semoga Allah melindungi kalian semuauntuk memperkenalkan kepada
umat, tentang orang-orang munafik dan waspadakanlah mereka terhadap tipu
muslihatnya. Maka, kalian semua akan menjadi bagian dari kaum yang
baik-baik.
Allah swt. selalu berusaha bersama
orang-orang yang berusaha menangkis tipu muslihat orang-orang yang munafik,
agar umat ini dapat mencapai puncak kejayaan.[[
IKHLAS
Amal perbuatan itu ibarat jasad. Sedangkan rohnya berupa
ikhlas.
Jasad manakala ditinggal rohnya -yang menjadi sebab jasad
itu bisa tegak dan hidup-, maka jasad tersebut menjadi mati, tidak dapat
bergerak dan tidak ada manfaat yang dapat diharapkan daripadanya. Demikian
pula halnya amal perbuatan, yang telah ditinggalkan oleh rohnya berupa
ikhlas.
Betapa sering kita melihat kaum yang
berjuang. Tetapi kita belum melihat kesan baik (manfaat) dari usaha perjungan
mereka, bahkan sebagian besar mereka gagal, tidak dapat mencapai apa yang
mereka cita-citakan. Ibarat orang masuk ke laut, dia hanya sampai di tepinya.
Kalaupun sudap dapat masuk ke airnya, hal itu hanyalah sampai di tempat
terdangkal. Dia belum sampai berhasil memasuki dasar lautan itu, lalu mundur,
kembali dengan hampa, rugi tenaga dan harta.
Persoalan
kegagalan kamu di atas, disebabkan keikhlasan tidak .mereka jadikan landasan
dalam perjuangan. Mereka berjuang hanya untuk mencari keuntungan sementara,
yang tidak terpuji dan kehormatan pals.
Sebenarnya,
ada satu rahasia yang perlu diingat dalam perjuangan, yaitu keikhlasan.
Sesungguhnya orang yang berjuang dengan Hati ikhlas, murni untuk kepentingan
bangsa dan negaranya, pasti orang-orang akan cenderung dan bersimpati
kepadanya. Mereka memberi dorongan semangat, pujian dan bantuan. Sehingga,
dengan dukungan tersebut dia menjadi semakin bersemangat dan giat dalam
perjuangannya serta semakin meningkat keseriusan dan kesabaran dalam
perjuangannya.
Adapun orang yang berjuang tidak
ikhlas, meskipun dia menyembunyikannya, pasti aib atau celanya akan
terbongkar. Sehingga orang-orang yang semula membantu, akan meninggalkannya.
Orang-orang yang semula mendukung akan membiarkannya begitu saja, bahkan
mereka mencela perjuangannya. Dengan sebab itu, semangatnya menjadi lemah dan
niatnya menjadi kendur, lalu dengan terpaksa meninggalkan perjuangannya secara
terpaksa. Akibatnya, dia mengalami kerugian materiil dan moral hidup dengan
penuh ketidaktenangan.
Conto-contoh seperti itu
sangat banyak.
Betapa banyak kita menyaksikan organisasi-organisasi
berdiri, akan tetapi tidak lama kemudian berhenti, tidak tampak kegiatannya
lagi,
Menghitung kejadian-kejadian seperti itu,
tentulah memerlukan beberapa halaman, yang tidak mungkin dapat dimuat semuanya
dalam buku ini.
Wahai, generasi muda, jadilah
engkau orang yang ikhlas dalam perjuangan, engkau pasti dapat sampai pada
puncak cita-citamu. Waspadalah engkau, jangan sampai menjual atau menukar
perjuanganmu dengan emas. Sebab, hal yang demikian itu merupakan tabiat
orang-orang munafik, yang biasa menukar agama dengan harta kemewahan dunia dan
menukar kebenaran dengan kebatilan.
Saya mohonkan perlindungan
kepada Allah,. agar engkau tidak menjadi orang yang tidak ikhlas. []
PUTUS ASA
Tidaklah keputusasaan melanda suatu umat, melainkan
melumpuhkannya dan tidak pula sifat putus asa itu menghinggapi hati suatu
kaum, kecuali akan melemahkannya.
Betapa sangat
melumpuhkan kelemahan hati itu. Sesungguhnya, kelemahan hati itu merupakan
penyakit yang lebih menyakitkan daripada penyakit jasmani dan lebih jelek
bekasnya daripada hantaman pedang yang tajam.
Adapun
kelemahan yang merupakan akibat pengaruh dari sekian banyak pengaruh sifat
putus asa itu dapat membuat seseorang hidup seperti binatang. Dia tidak
memahami arti kehidupan ini, kecuali seperti apa yang dipahami oleh binatang
dengan instingnya, berupa makan makanan dan minum minuman yang enak serta
menikmati kesenangan-kesenangan lainnya.
Allah
swt. telah menggandengkan sifat putus asa dan kefakiran, dalam firman-Nya:
“Janganlah
kamu semua berputus asa dari rahmat Allah. Sebab, sesungguhnya tidak ada yang
suka berputus asa dari rahmat. Allah itu, melainkan golongan orang-orang
kafir.”
Perhatikan, betapa besar dosa orang yang
berputus asa itu.
Dosa tersebut bukan hanya
menyengsarakan pelakunya di akhirat nanti. Tetapi dosa tersebut menghambatnya
juga dalam kehidupan di dunia ini. Sebab, apabila dia, orang yang telah kena
penyakit putus asa, diberi beberapa urusan yang harus dia kerjakan dengan
berat, dan hasilnya tidak segera tampak, maka engkau pasti melihatnya
berpaling atau mundur, seperti mundur orang yang penakut menghadapi orangorang
pemberani, Padahal kalau dia mau tekun melakukannya, rajin mengusir perasaan
yang menghalanginya dalam menyelesaikan pekerjaan itu dan mau teguh dalam
menghadapi berbagai kesulitan yang ada serta berusaha menundukkan rintangan
tersebut dengan keseriusan yang sungguh, dengan semangat yang menyala dan
pikiran yang tajam, tentu persoalan tersebut dapat diselesaikannya dengan
sempurna, dan dia akan memperoleh hasil yang dia inginkan.
Tetapi,
dia putus asa. Putus asa adalah sifat yang menghancurkan Cita-cita dan
merobohkan sendi-sendi perjuangan.
Kalau engkau
mencoba menghadap pada sebagian besar orangorang di lingkungan kita, yang
menurut pandangan kita, bahwa mereka itu mampu melaksanakan pekerjaan besar,
yang manfaatnya kembali kepada bangsa dan negara untuk mengurus suatu
persoalan yang bermanfaat, maka dia menolaknya dengan alasan yang tidak jelas
dan tidak masuk akal.
Apa alasan orang yang
hujahnya putus asa terhadap keberhasilan pekerjaan dan sulitnya mencapai
keberhasilan? Semua itu sungguh bukan alasan. Sama sekali tidak benar alasan
yang mereka ucapkan itu.
Tetapi, ya, hanyalah
karena putus asa. Semoga Allah menghapus sifat putus asa dari dada kita semua.
Semoga pula Allah memaafkan orang yang biasa putus asa dan mengangkat mereka
dengan cita-cita yang luhur serta menuntun mereka pada perbuatan yang baik.
Sesungguhnya
putus asa, telah menjangkiti seluruh hati manusia, kecuali sebagian kecil saja
dan telah melingkar pada jiwa semua manusia, kecuali jiwa orang yang telah
dijaga oleh Allah dengan cahaya harapan, sehingga dapat memahami akibat, lalu
berusaha memperbaiki keadaan, agar dapat memetik hasil perjuangan di masa
mendatang.
Wahai, generasi muda, janganlah kalian
semua menjadi orangprang yang berputus asa, pemalas dan keterbelakangan.
Putus
asa hanyalah suatu kematian (ketidakberdayaan) dalam hidup Putus asa adalah
suatu bencana yang menyengsarakan setelah mati. Singkirkanlah keputusasaan dan
tegakkan kegairahan dan kesemangatan, engkau pasti menjadi orang yang jaya dan
bahagia.[]
HARAPAN
Andaikata dalam kehidupan ini tidak ada harapan, tentu tidaklah
ada orang yang berusaha mencapai cita-citanya. Tiada pula orang yang mengajak
pada semangat nasionalisme, yaitu semangat memperjuangkan tanah air, dan tentu
kehidupan ini terasa lebih sempit daripada lubang kadal serta terasa berat
daripada memikul rantai besi yang dikalungkan di leher.
Saya
tidak pernah melihat seseorang yang bekerja, kecuali orang yang telah yakin,
bahwa usaha atau pekerjaan yang dia kerjakan itu memiliki kesan (hasil) yang
baik dan bisa diharapkan manfaatnya, baik untuk diri pelakunya secara khusus
atau untuk kalangan umum, yang akibat baiknya dapat dirasakan oleh umat yang
sebangsa dan setanah air.
Hanya saja, di sana
masih ada suatu persoalan yang amat penting.
Persoalan
itu adalah adanya sekelompok orang yang sungguhsungguh tidak mau mengerjakan
sesuatu, kecuali jika mereka telah meyakini dengan pasti, bahwa usaha mereka
pasti membuahkan hasil. Sekelompok orang seperti itu apabila sedikit mengalami
keraguan tentang keberhasilan usahanya, meskipun sangat tipis, setipis sarang
laba-laba, maka mereka mundur dan tidak mau memupus keraguan tersebut. Sikap
yang demikian itu bukanlah sikap orang-orang yang berhati teguh dan bukan
perangai atau akhlak pejuang sejati.
Faktor yang
menyebabkan mereka mundur itu tidak ada lain, kecuali lemahnya harapan atau
rasa optimisme dalam jiwa mereka. Kelemahan sifat harapan (roja’), merupakan
salah satu penyakit jiwa yang harus segera diobati dengan cara mengusir
perasaan putus asa. Sebab, tipis harapan merupakan penyakit jiwa yang
menjangkiti masyarakat luas dan merupakan virus yang membahayakan
keberlangsungan pembangunan.
Kehilangan sifat
Roja’ atau harapan adalah suatu penyakit tersendiri, yang berjangkit secara
meluas pada tubuh setiap anggota masyarakat kita. Oleh karena itu, kita telah
melihat jumlah orang-orang yang bekerja hanya sedikit dan orang-orang yang
sukses dalam kehidupannya juga jarang. Bahkan mereka itu diliputi berbagai
kerugian dan bencana kesengsaraan hidup, Andaikata mereka paham dan sadar,
pasti mereka segera mencampakkan sifatyang tercela itu, lalu berpegang erat
dengan sifat roja” atau perasaan optimisme, kemudian maju bekerja dengan
keras, sebagaimana kerja orang-orang yang berkeyakinan, bahwa di dalam rasa
putus asa itu terdapat penyakit. Sedangkan dalam roja atau Optimisme terdapat
penawar atau tobatnya.
Kemudian di sana ada
sekelompok orang yang tidak mempedulikan, betapa jauh cita-cita yang hendak
mereka capai. Mereka itu merasa seolah-olah tidak ada penghalang yang
menghadang di antara mereka dan apa yang mereka cita-citakan. Mereka itu
berjuang mempertahankan prinsip dan keyakinannya, sebagaimana seorang hakim
mempertahankan putusan yang dia jatuhkan. Mereka terus maju, bagaikan air bah
yang terus mengalir deras. Mereka tetap konsisten, tidak bergeser dari
citaCitanya sedikitpun. Mereka itulah kelompok manusia yang sejati dan karena
merekalah umat atau bangsa ini akan hidup.
Golongan
orang yang bekerja dengan semangat tersebut benar-benar mengerti, bahwa
harapan keberhasilan pekerjaan (optimisme) merupakan pendorong utama
untuk-maju dan merupakan sebab tercapai keberhasilan. Mereka itu sebenarnya
tidak pernah dapat dibuat menganggur oleh kelemahan angan-angan dan keredupan
cahaya cita-cita.
Golongan orang di atas
berkeyakinan mantap tanpa diselubungi rasa keraguan maupun kebigungan sedikit
pun, bahwa hidup disertai rasa putus asa adalah sebuah kematian. Mereka selalu
berkata: Betapa sempit kehidupan ini, andaikata tidak ada angan-angan atau
harapan yang luas.
Wahai, generasi muda,
jadikanlah roja’ (optimisme) sebagai syiarmu dan angan-angan sebagai bajumu.
Tinggalkanlah sikap menunda-nunda dan abaikanlah segala godaan yang
membelokkan kalian semua dari apa yang telah menjadi cita-cita kalian semua.
Jadilah kalian semua golongan orang-orang yang memiliki harapan besar, yang
bercita-cita luhur, gemar berusaha dan giat bekerja. Allah adalah penolong
kalian semua.[]
KELICIKAN
Saya telah meneliti tabiat-tabiat manusia, dan ternyata tidak
saya temukan suatu perangai dari sekian banyak perangai yang lebih mendekati
pada kehinaan, cela dan lebih dekat pada kematian dalam kehidupan, daripada
sifa licik.
Sifat licik itu tidaklah bercokol
pada jiwa suatu umat, kecuali membuat mereka hina dina. Menjadikan mereka
tercela, mundur, dan hancur, lala mati.
Di saat
umat diserang mendadak oleh lawan, jalu mereka merasa ketakutan untuk
menangkal serangan-serangan lawan, tidak berani melawannya akibat perasaan
takut telah berjangkit pada semua personel umat, maka musuh-musuh itu akan
mudah menyusup ke lapisan umat, masuk ke rumah-rumah mereka dengan membuat
berbagai kerusakan, menguasai negara dan memperbudak seluruh umat, tanpa ada
seorangpun yang berani mempertahankan dan menentang kejahatan musuh
tersebut.
Jika keadaan terus berlangsung seperti
ini akan dikuasai oleh sekelompok orang jahat. Mereka dengan leluasa melakukan
pengerusakan sawah, ladang dan melakukan pembunuhan terhadap anak bangsa.
Mereka memperlakukan umat sebagai binatang yang tidak dapat berbicara.
Andaikata umat ini tidak terkena penyakit licik, tentu mereka akan menghalau
musuh-musuh tersebut sejauhjauhnya, sehingga mereka menderita kerugian.
Andaikata saja tidak ada penyakit licik pada diri umat ini, pasti mereka dapat
dipukul mundur, hingga mereka (para musuh itu) tidak berani kembali lagi.
Sikap
diam, membiarkan perbuatan orang-orang yang bermaksud jahat terhadap umat
adalah perilaku para pengecut. Sedangkan menentang dan memberantas kaum yang
zalim, adalah bagian dari tandatanda keberadaan kehidupan yang menyenangkan
bagi umat.
Sesungguhnya kehidupan umat yang maju
dan terhormat itu, tergantung pada orang-orang yang berani.
Sungguh
jelek, demi Tuhan yang menguasai Ka’bah, tampilnya di . tengah-tengah kita
orang-orang yang bodoh berlagak seperti ulama, orang-orang curang
berpenampilan seperti orang yang bersih, orang yang beku berlagak seperti
orang maju dan cerdik, orang yang lemah, tidak mampu berjuang berpenampilan
seperti orang yang cakap dan orang-orang yang mestinya sudah mati jadi
bangkai, tetapi pakaiannya seakan-akan masih hidup tegar.
Ada
yang lebih buruk daripada hal di atas, yaitu sikap kita sendiri yang
menyerahkan segala macami persoalan kepada sekelompok orang seperti yang
tersebut di atas dengan cara munafik, semata-mata ingin mendapatkan keuntungan
pribadi atau memang karena kelemahan jiwa kita dan kemerosotan akhlak kita
sendiri.
Yang paling jelek .lagi adalah sikap
kita yang membela dan mempertahankan kedudukan orang-orang zalim, yang suka
merampas hak-hak rakyat kecil dan suka menggunakan kekuasaan untuk mengeruk
keuntungan pribadi serta orang yang bermaksud jahat terhadap umat. Lebih parah
lagi, bila kita menganggap si zalim tersebut sebagai orang-orang yang baik,
mempunyai niat atau maksud baik dan jujur atau profesional kerjanya.
Sesungguhnya
sikap atau perangai seperti itu, yang sumbernya adalah licik, pengecut dan
penakut, merupakan tindakan penipuan dan penghancuran terhadap umat. Sebab,
perbuatan yang demikian itu berarti menyerahkan ‘umat kepada orang yang
merusak kehidupan mereka, menghancurkan sendi-sendi kehidupan sosial mereka
dan merusak sendi-sendi norma atau akhlaknya.
Wahai,
generasi muda, saya memohonkan perlindngan kepada Allah untuk kalian semua,
dari menjadi orang-orang yang pengecut, bodoh dan hina. Sesungguhnya kelicikan
atau sikap pengecut merupakan induk dari segala penyakit umat.
Biasakanlah
diri kalian semua dengan berani, pasti kalian semua menjadi orang yang bisa
menjaga atau mempertahankan harga diri, jujur dalam berbicara dan berhasil
dalam berjuang.
Sesungguhnya licik atau sikap
pengecut, benar-benar membahayakan umat, bahkan dapat menjadikannya hina dina.
Sebab, mereka hidup dibawah kekuasaan orang-orang zalim, diperlakukan
sewenang-wenang oleh orang-orang bodoh dan diperdayakan oleh orang-orang yang
lacur. Apabila keadaan umat tetap seperti itu, maka hancurlah masa depan
Mereka.
Janganlah kalian semua takut dicela dalam
usaha kalian menegakkan kebenaran dan janganlah kalian jerah oleh kekuasaan
orang-orang yang zalim. Sebab sesungguhnya dalam ketakutan itu terdapat
kehancuran. Sedangkan dalam keberanianlah terletak kehidupan yang
menjanjikan.
Kalian semua kelak bakal menjadi
bapak. Oleh karena itu, jadilah kalian semua sebagai teladan yang baik untuk
anak-anak kalian semua. Jika kalian bisa seperti itu, maka umat ini akan hidup
seperti layaknya kehidupan orang-orang yang bahagia.[]
BERTINDAK TANPA PERHITUNGAN
Jika sifat licik atau pengecut merupakan perangai yang hina dan
cacat yang luar biasa bagi orang yang terjangkit olch sifat tersebut, maka
tindakan tanpa berpikir tidak kalah hina dengan sifat licik, karena dalam dua
tingkah laku itu terdapat unsur yang membahayakan secara langsung terhadap
umat manusia.
Kelicikan dalam semua pekerjaan
menyebabkan kegagalan, sedangkan kecerobohan melakukan pekerjaan sebelum
diperhitungkan secara mendalam, merupakan sebab ketidakberhasilan pula.
Kita
telah menyaksikan sekelompok orang yang bersemangat bekerja keras mengurus
berbagai persoalan, tetapi tidak lama kemudian mereka kembali tanpa membawa
hasil (rugi). Mereka gagal dalam pekerjaan yang telah mereka kerjakan tanpa
pikir panjang itu. Tidak lama kemudian, cita-cita mereka membeku.
Apa
rahasia di balik semua yang terjadi itu?
Sesungguhnya
rahasia dari semua kejadian tersebut jelas dan tampak bagi setiap orang yang
berpikir. Sebenarnya, setiap pekerjaan dari berbagai pekerjaan itu, di
antaranya ada yang kemungkinan bisa mencapai keberhasilannya dan ada yang
tidak. Orang yang berakal adalah orang yang mempertimbangkan pekerjaan yang
akan dikerjakan, sebelum menanganinya. Apabila dia melihat, bahwa pekerjaan
itu dapat diupayakan berhasil, maka dia memusatkan perhatiannya pada pekerjaan
Itu, lalu memulai mengerjakannya dengan semangat. Tetapi, apabila dia
memperhitungkan, bahwa pekerjaan yang akan ditanganinya tidak membawa hasil,
maka dia tidak mau menyia-nyiakan waktu terbuang sia-sia dalam
mengerjakannya.
Kecerobohan adalah membahayakan.
Ia seperti sifat licik. Keduanya sama-sama tidak menghasilkan keuntungan
(kedua sifat tersebut merupakan penyebab kegagalan).
Apabila
engkau melihat orang yang menyimpang dari tujuan yang benar, dan mengikuti
jalan yang tidak benar dan engkau terlambat memberi petunjuk atau takut
memulai memberi nasihat kepadanya, maka orang tersebut pasti terus berada
dalam kesesatan. Begitu pula, apabila engkau ingin menasihati orang itu dengan
keras atau mencegahnya secara kasar, maka dia tidak akan mendengarkan
peringatanmu. Bahkan mungkin dia malah membandel dan semakin melampaui batas.
(Apabila ini terjadi), maka lenyaplah kebaikan yang engkau idam-idamkan dan
pupuslah hasil yang engkau cari.
Kecerobohan
(bekerja tanpa perhitungan) adalah suatu rahasia besar dari berbagai rahasia
kegagalan dalam semua pekerjaan. Pada sifat kecerobohan inilah berpusat
sebab-sebab utama hilang hasil jerih payah kita dan lepasnya keberhasilan dari
tangan kita.
Wahai, generasi muda, hindarilah
sikap ceroboh, sebab ia penyeyab kegagalan. Jauhkanlah dirimu daripada cara
bekerja yang tidak disertai perhitungan yang cermat, sebab hal itu berakibat
jatuh dan gagal.
Jadilah, engkau termasuk
orang-orang yang berjiwa sedang, tentu engaku menjadi bagian dari orang-orang
yang bahagia dunia dan akhirat.[]
KEBERANIAN
Dasar utama keberhasilan berbagai pekerjan itu terletak pada diri
pelaksana itu sendiri, yaitu rendahnya dalam jiwa pelaksana terdapat
keberanian yang mendorongnya terus bekerja. Dia tidak akan mundur setelah
berhasil mendapatkan sesuatu yang dicita-citakan.
Para
pekerja (pejuang) tidak mungkin berhasil tanpa sifat atau perangai yang mulia
ini. Keberanian dapat membuat orang yang memiliki sifat ini menguasai berbagai
persoalan penting dan segala kesulitan dapat teratasi.
Keberanian
adalah garis yang menengahi antara dua sifat: yang tidak terpuji, yaitu antara
sifat pengecut dan sikap kecerobohan. Di dalam sifat pengecut terdapat
keteledoran dan di dalam sikap ceroboh terdapat pengawuran, sedangkan dalam
sifat berani ada keselamatan.
Keberanian, yaitu
bertindak maju ke depan dengan penuh kemantapan dan mundur dengan tetap
teguh.
Keberanian itu ada dua bagian, yaitu
keberanian moril dan materiil. Keduanya merupakan bagian dari hidup.
Keberanian
material, yaitu pembelaan seseorang terhadap negara dan dirinya sendiri dari
bahaya yang ditimbulkan sendiri, dan memenangkan musuh-musuh dalam rangka
memuliakan umat. Usaha itu dia lakukan terus hingga Allah melakukan suatu
urusan yang mesti dilakukan (kemenangan untuk dirinya dan kehancuran
musuhmusuhnya). Apabila dia menang, maka berarti dia telah berhasil.
Apabila
dia belum dapat berhasil menggapai apa yang dia cita-citakan, maka dia tetap
mendapatkan pahala orang yang bekerja dengan ikhlas.
Adapun
keberanian yang bersifat moril, adalah keberanian menegur atau mencegah
kezaliman penguasa yang zalim dan mencegah kesesatan orang yang scsat, memberi
petunjuk kepada umat dengan nasihat yang baik, menuju jalan yang lurus dan
terang.
Apabila keberanian seperti ini hilang,
maka orang (penguasa) yang zalim itu tidak henti-hentinya melakukan kezaliman,
kesesatan orang yang sesat itu semakin meningkat dan umat ini berjalan di atas
jalan yang tidak benar. Akibatnya, dari semua ini adalah kehancuran total bagi
umat.
Apabila keberanian seperti itu telah
hilang, maka negara ini tidak ubahnya seperti harta jarahan yang terbagi-bagi.
Negara ini kehilangan sesuatu yang kecil, hingga yang paling berharga. Umat
berteriak-teriak, tetapi tidak ada yang memperhatikan. Golongan perusak dan
penjarah itu terus melakukan kejahatan, tetapi tidak ada seorang pun yang
mencegahnya. Kalau sudah demikian yang terjadi, maka negara benarbenar dalam
ancaman bahaya besar, yang membuat setiap warganya sebagai hamba sahaya yang
tidak berdaya dan harus menurut pada tongkat komandan sang penguasa. Kemudian,
muncul bencana hebat yang menghapus karakteristik umat dan menghancurkan
kemerdekaan dan kebebasannya, dan membuat umat ini lenyap atau musnah.
Begitulah
keadaan umat, apabila mereka terjangkiti sifat takut, dan tidak memiliki
keberanian moril maupun materiil.
Apabila umat
tersebut bertindak secara gegabah dan berjuang mengatasi keadaan tersebut,
maka besar sekali kemungkinannya tertimpa bencana, seperti yang mereka rasakan
ketika dalam keadaan takut, sebab umat apabila mereka bertindak secara
dadakan, sebelum membuat rencana dan persiapan, maka akibatnya buruk juga.
Apabila
dipertanyakan jika seseorang itu harus memilih satu di antara dua perkara,
yaitu: Bertindak secara nekat sebelum membuat perhitungan atau bersikap apatis
dan takut. Mana di antara kedua sikap itu yang lebih baik bagi umat?
Jawabannya
adalah, sesungguhnya di dalam sikap apatis, takut dan pengecut, sama sekali
tidak ada kebaikan. Sedangkan tindakan tanpa perhitungan (tahawwur) itu bila
dilakukan kadang-kadang atau mungkin membawa kesukseskan.
Tetapi
yang paling dapat menyelamatkan umat dari bahaya di atas adalah penanaman jiwa
berani pada diri setiap umat. Keberanian adalah benteng yang kukuh dan tempat
berlindung yang aman.
Wahai, generasi muda,
berjiwalah berani. Peganglah dengan teguh, jangan membiarkan penyakit takut
dan rayuan untuk bertindak gegabah bersarang di hati kalian. Sesungguhnya
licik merupakan suatu kebodohan dan tindakan gegabah merupakan kepongahan,
sedangkan berani adalah perangai orang-orang yang beriman[]
KEMASLAHATAN UMAT
Ada seorang rakyat pedalaman menghadap kepada Khalifah Hisyam bin
Abdul Malik seraya berkata:
“Hai, Amirul
Mukminin, kami telah berada dalam masa paceklik selama tiga tahun
berturut-turut. Tahun pertama telah mencairkan lemak, tahun kedua telah
menahan daging dan tahun ketiga menyedot sumsum tulang belulang, (maksudnya
selama tiga tahun berturut-turut rakyat dalam keadaan menderita atau terkena
krisis ekonomi). Sedangkan engkau memiliki kelebihan banyak harta. Apabila
kelebihan harta itu untuk Allah, maka bagi-bagikan kepada hamba-hamba-Nya.
Apabila untuk orang banyak, mengapa tidak diberikan kepada mereka daa apabila
kelebihan harta tersebut untukmu, maka sedekahkanlah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bersedekah.”
Khalifah
Hisyam bin Abdul Malik berkata: “Hai, Arab: (orang pedalaman), apakah ada
keperluan lainnya?” Si Arabi menjawab: ”Saya datang kepadamu dari tempat yang
jauh, diterpa terik matahari yang amat panas dan kedinginan malam yang amat
gelap, sama sekali bukan karena kepentingan pribadi, tetapi demi kepentingan
orang banyak.”
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik
memerintahkan agar diambilkan harta untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang,
dan beliau memerintahkan agar si Arabi itu diberi harta yang bisa
dibagi-bagikan kepada kabilahnya.
Wahai, generasi
muda, sesunguhnya si Arabi, orang pedalaman ini, memiliki jiwa yang besar,
perasaan yang sehat dan kecemburuan yang luar biasa terhadap bangsanya sendiri
dan yang lainnya. Hal itulah yang menyebabkan dia tidak memiliki keinginan
monopoli keuntungan, selain untuk umum. Dia benar-benar tahu pasti, bahwa
kehidupan diri pribadi yang mewah, sedangkan bangsanya hidup dalam keadaan
sengsara, merupakan kehidupan yang hina, tidak terpuji dan merupakan kehidupan
yang celaka.
Bagaimana mungkin, orang yang
berakal sehat bisa merasa senang dalam kehidupan yang mewah, sedangkan
orang-orang di sekelilingnya dalam keadaan hidup sengsara?
Bagaimana
dia tidak gelisah melihat kesengsaraan telah melanda semua lapisan umat.
Sementara dia tidak mempedulikan penderitaanpenderitaan yang dirasakan umat,
dan dia tidak ikut merasakan sakit terhadap penderitaan yang mereka
rasakan?
Sesungguhnya sikap seperti itu (dia
hidup senang tanpa peduli terhadap umat yang hidup sengsara) bagian dari
kelemahan perasaan dan merupakan kematian perasaan serta kebobrokan moral.
Sesungguhnya orang yang merasa senang dengan kehidupan yang lemah, sementara
umat sengsara dan dia tidak mau merasakan apa yang menimpa kepada umat,
berarti dia itu termasuk binatang, yang tidak mengerti arti hidup, kecuali
bersenang-senang, makan dan minum belaka.
Masih
ada lagi yang lebih besar sifat kebinatangannya dari yang telah disebutkan dan
lebih merusak terhadap kehidupan sosial, yaitu orang yang berusaha mencari
keuntungan pribadi dengan mengatasnamakan kepentingan umat, adalah dia sadar,
bahwa yang demikian itu membahayakan dan merugikan kepentingan orang banyak
(ibarat anak panah menembus jantung) dan merupakan pukulan telak terhadap
kehidupan umat.
Sesungguhnya orang-orang (yang
mempunyai kepentingan) seperti itu merupakan beban berat bagi masyarakat dan
merupakan penyakit yang sangat berbahya, yang bersarang di tubuh
masyarakat.
Bukankah orang-orang seperti sadar,
bahwa perbuatannya itu akan mendatangkan kerugian yang menimpa dirinya?
Bukankah
dia sadar, bahwa dirinya salah seorang dari anggota masyarakat yang berusaha
menyengsarakan mereka?
Tidakkah dia mengerti,
bahwa bencana yang melanda masyarakat ini akibatnya kembali kepada tiap-tiap
individu? Ataukah dia menduga, bahwa dia akan selamat dari perbuatan jahatnya
dan bebas dari akibat buruk yang ditimbulkannya?
Apabila
orang yang berbuat sedemikian itu menyangka, bahwa dirinya akan selamat, maka
sangkaannya sangat keliru, sebab kita belum pernah melihat seseorang yang
membahayakan (mengorbankan) umat untuk mencari keuntungan (kepentingan) diri
pribadinya sendiri, melainkan bahaya perbuatannya itu pasti kembali (mengenai)
dirinya sendiri. Contoh-contoh yang demikian itu banyak sekali, tiada
terhitung jumlahnya.
Ingat, di sana ada
sekelompok orang yang di antara mereka dan kebenaran telah dipasang pagar
pembatas oleh Allah, dari luar tampak terdapat rahmat di dalamnya, tetapi di
dalamnya hanyalah siksaan (penderitaan). Sebab, mereka itu sebenarnya berusaha
mematahkan umat, melemahkan kekuatannya, . menghilangkan haknya dan membiarkan
umat dalam keadaan lemah dan hina. Sama sekali perbuatan dan sikap jahat
mereka lakukan tidak berfaedah bagi diri mereka dan tidak membawa keuntungan,
kecuali sekadar mendapat pujian penguasa. Muka manis dan simpatik penguasa itu
hanya sesaat di hadapan mereka. Kalau toh mereka mendapat keuntungan materi.
maka keuntungan itu tidak dapat menggemukkan dan tidak dapat menghilangkan
kelaparan (sangat tidak berani). Perbuatan mereka tersebut hanyalah
kemunafikan dan pamer.
Kemunafikan dan pamer
(riya) itulah yang mendorong orang-orang seperti kelompok kaum di atas memuji
perbuatan-perbuatan orangorang yang egois, bahkan mereka menganggap
orang-orang egois (kalangan penguasa) itu telah bekerja dan berbuat dengan
sebaikbaiknya. Padahal mereka benar-benar sadar, bahwa mereka saling melakukan
perbuatan yang mengakibatkan keruntuhan umat, mengupayakan sesuatu yang
melemahkan umat dan melakukan tindakan yang menghancurkan umat. Mereka itu
sesat dan menyesatkan, mereka itu adalah makhluk yang paling buruk dan
jahat.
Wahai, generasi muda,-menjauhlah kalian
semua dari amal perbuatan yang mereka lekukan. Selamatkan dirimu dari
kejelekan perbuatan mereka. Janganlah engkau seperti pengikut-pengikut Abu
Firas AlHamdani yang berkata:
Jadilah engkau
seperti para pengikut Abu Al-‘A’la Al-Ma’arry yang menyerukan:
”Mudah-mudahan
tidak turun padaku dan tidak membasahi bumiku hujan deras, jika hujan itu
tidak dapat memakmurkan tanah tumpah darahku.”
Tentu
kalian semua akan medapatkan petunjuk ke jalan yang lurus.
”Mengapa
aku harus menghubungkan perbuatanku, bukankah kematian itu pasti datang
kepadaku: Tatkala aku mati karena kehausan, naka apakah ada nanti tetesan
hujan yang turun?”[]