Akidah Aswaja Asy'ariyah Maturidiyah
Nama kitab: Terjemah Kifayatul Awam, Kifayah al-Awam, Kifayat-ul-‘Awam
Nama kitab asal: Kifayat al-awam fi ma Yazib alaihim min ilm al-kalam ( كفاية العوام فيما يجب عليهم من علم الكلام )
Penulis: Muhammad Al-Fudhali (محمد الفضالي)
Penerjemah:
Bidang studi: Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) Asy’ariyah, ilmu kalam, tauhid, ushuluddin.
Daftar Isi
- Pembukaan
- BAB I: PENDAHULUAN
- Kembali ke kitab: Terjemah Kifayatul Awam
Pembukaan
- ألمقدمة
بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
الحمد لله المنفرد بالإيجاد
Segala puji bagi Allah Yang Esa dalam mewujudkan
والصلاة والسلام على سيدنا محمد أفضل العباد
Shalawat serta salam semoga untuk junjungan kita Muhamad hamba yang
paling mulia
وعلى آله وأصحابه أولي البهجة والرشاد
Dan bagi keluarganya dan sahabat-sahabatnya yang memiliki kehormatan dan
dan petunjuk
وبعد فيقول العبد الفقير إلى رحمة ربه المتعالى: محمد بن الشافعي الفضالي
الشافعي:
Dan setelah itu, berkata seorang hamba yang butuh pada rahmat Tuhan Yang
Maha Luhur yaitu Muhammad Syafi’i
قد سألني بعض الإخوان أن أؤلف رسالة في التوحيد
sebagian teman memintaku agar aku mengarang sebuah kitab tentang Tauhid
فأجبته إلى ذلك ناحياً نحو العلاّمة الشيخ السنوسي في “تقرير البراهين”
Lalu aku penuhi hal tersebut Seraya Menyamai alamat Syekh Sanusi dalam
kitab taqrirot barohin
غير أني أتيت بالدليل بجانب المدلول
Hanya saja saya mendatangkan dalil di samping madlul (yang di dalili)
وزدته توضيحاً لعلمي بقصور هذا الطالب
Dan aku tambah penjelasan karena pengetahuanku tentang kurangnya anak
yang minta ini
فجاءت بحمد الله تعالى رسالة مفيدة
Maka datanglah dengan memuji kepada Allah sebuah kitab yang berkaitan
ولتقرير ما فيها مجيدة
dan menetapkan apa yang ada di situ yang Bagus
وسميتُها: “كفايةُ العوامِ فيما يجبُ عليهمْ من علمِ الكلامِ”
Dan aku beri nama kifayatul awam tentang perkara yang wajib bagi mereka
dari ilmu kalam
واللهَ تعالى أسألُ أنْ ينفعَ بها
hanya kepada agar kepada kita
وهو حسبي ونعم الوكيل
dialah yang mencukupiku dan sebaik-baik Yang dijadikan wakil
BAB I: PENDAHULUAN
Pembukaan umum tentang ilmu aqidah mazhab Ahlussunnah - Asy'ariyah dan maturidiyah
- مقدمة عامة في علم العقيدة على مذهب أهل السنة الأشاعرة والماتريدية
بيان عدد العقائد، وأنَّ كلَّ عقيدة عليها دليلان: إجمالي وتفصيلي
Penjelasan hitungan akidah-akidah, dan bahwasannya setiap aqidah itu
memiliki dua dalil, yaitu global dan perincian
وبيان حكم “المقلد” في العقيدة
Penjelasan hukum orang yang ikut dalam akidah
A. Ma'rifat
اعلم أنه يجب على كل مسلم أن يعرف ” خمسين عقيدة “
Ketahuilah bahwasanya wajib bagi setiap muslim agar mengetahui 50
aqidah
وكل عقيدة يجب عليه أن يعرف لها دليلاً إجمالياً أو تفصيلياً
dan setiap aqidah wajib baginya mengetahui dalil secara global dan
perincian
قال بعضهم: يُشترط أن يعرف الدليل التفصيلي
Sebagian ulama berkata: disyaratkan agar ia mengetahui dalil secara
rinci
لكن الجمهور على أنه يكفي الدليل الإجمالي لكل عقيدة من هذه الخمسين
Tetapi mayoritas ulama pendapat bahwa cukup dalil secara global bagi
setiap aqidah dari 50 aqidah ini
و” الدليل التفصيلي “: مثاله إذا قيل: ما الدليل على وجوده تعالى؟
Dalil secara perinci contohnya jika diucapkan Apa dalil tentang wujudnya
Allah ta’ala
أنْ يُقالَ: هذه المخلوقات
hendaknya dikatakan makhluk makhluk ini
فيقول له السائلُ: المخلوقات دالةٌ على وجود الله تعالى من جهة إمكانها أو من جهة
وجودها بعد عدم، فيجيبَه.
Orang yang bertanya mengatakan kepadanya: makhluk makhluk itu
menunjukkan terhadap wujudnya Allah dari segi mungkinnya atau dari segi
wujudnya setelah ketiadaan, maka ia menjawab
وأما إذا لم يجبْه، بل قال له: هذه المخلوقات فقط، ولم يعرف من جهة “إمكانها” أو
“وجودها” بعد عدم، فيقال له: ” دليل إجمالي “, وهو كافٍ عند الجمهور.
Adapun Jika ia tidak menjawabnya, akan tetapi ia mengatakan kepadanya
ini makhluk saja dan tidak tahu segi kemungkinannya atau wujudnya setelah
tidak ada, maka di katakan padanya dalil secara global, dan itu cukup menurut
Mayoritas ulama
B. Taqlid
وأما ” التقليدُ ” وهو أنْ يعرفَ العقائدَ الخمسين, ولم يعرفْ لها دليلاً
إجمالياً أو تفصيلياً
Adapun taklid yaitu mengetahui 50 aqoid dan tidak tahu dalil secara
global dan perinci
فاختلف العلماء فيه فقال بعضهم: لا يكفي التقليد والمقلد كافر
Maka ulama berbeda pendapat dalam hal tersebut Sebagian ulama mengatakan
tidak cukup taqlid dan muqallid adalah kafir
وذهب إليه ابن العربي والسنوسي وأطال في ” شرح الكبرى ” في الرد على من
يقول بكفاية التقليد
mengikuti pendapat tersebut adalah Ibnu Arabi Sanusi, dan beliau melebar
panjangkan dalam kitab syarah kubra untuk menolak orang yang mengatakan
kecukupan taqlid
لكن نُقل أن السنوسي رجع عن ذلك وقال بكفاية التقليد
Tetapi di nuqil bahwa Sanusi itu mencabut pendapatnya dan mengatakan
kecukupan taqlid
لكن لم نر في كتبه إلا القول بعدم كفايته
tetapi kita tidak melihat di kitab-kitab nya kecuali pendapat tentang
tidak cukupnya taqlid
C. Hukum Akal
بيانُ المقدماتِ العقليةِ والمنطقيةِ التي يحتاج إليها مَنْ يُريدُ دراسةَ علمِ
العقيدةِ
Keterangan pendahuluan akal dan logika yang dibutuhkan oleh seorang yang
ingin mempelajari ilmu aqidah
اعلم أنَّ فهمَ ” العقائد الخمسين ” الآتية يتوقف على أمور ثلاثة: الواجب
والمستحيل والجائز
Hukum Akal ini ada 3 :
Ketahuilah bahwa memahami aqidah 50 yang akan datang itu terpaku pada tiga perkara, wajib mustahil dan jaiz
1. Wajib, yaitu :
فالواجبُ: هو الذي لا يُتصور في العقل عدمُه، أي: لا يصدِّق العقلُ بعدمه
Wajib yaitu sesuatu yang tidak tergambarkan dalam akal ketiadaannya,
maksudnya akal tidak membenarkan ketiadaannya
كالتحيز للجرم، أي: أخذه قدراً من الفراغ، والجرم كالشجر والحجر
seperti bertempatnya benda, maksudnya mengambilnya benda terhadap kadar
kekosongan, dan benda itu seperti pohon dan batu
فإذا قال لك شخص: إن الشجرة لم تأخذ محلاً من الأرض مثلاً, لا يصدق عقلك
بذلك، لأن أخذه محلاً واجب لا يصدق العقل بعدمه
Jika ada seorang yang mengucapkan kepada kamu bahwasannya pohon itu
tidak mengambil tempat dari tanah, maka akal mu tidak akan membenarkan hal
tersebut, karena pengambilan pohon terhadap tanah itu wajib, akal tidak
membenarkan ketiadaannya
2. Mustahil, yaitu :
والمستحيلُ: هو الذي لا يُتصور في العقلِ وجوده أي: لا يُصدِّقُ العقلُ بوجوده
Mustahil yaitu sesuatu yang tidak tergambar dalam akal adanya, maksudnya
akal tidak membenarkan adanya
فإذا قال قائل: إنَّ الجِرْمَ الفلانيَّ خالٍ عن الحركة والسكون معاً, لا
يصدق عقلُك بذلك لأن خلوه عن الحركة والسكون مستحيلٌ لا يُصدقُ العقلُ بوقوعه
ووجوده
Jika ada seorang yang mengatakan bahwa benda milik fulan itu terbebas
dari gerakan dan diam secara bersamaan, maka akalmu tidak akan membenarkan hal
tersebut, karena terbebasnya benda dari gerakan dan diam itu mustahil, akal
tidak akan membenarkan terjadinya dan adanya
3. Jaiz, yaitu :
والجائزُ: هو الذي يصدق العقلُ بوجوده تارةً وبعدمه أخرى, كوجود ولدٍ لزيدٍ
Jaiz yaitu akal membenarkan adanya suatu ketika dan tidak adanya di
suatu ketika yang lain seperti adanya anak bagi saya
فإذا قال قائلٌ: إن زيداً له ولد, جوَّز عقلُك صدقَ ذلك، وإذا قال إن زيداً
لا ولد له, جوّز عقلك صدق ذلك
Jika ada yang mengucapkan bahwa Zaid memiliki anak, maka akalmu boleh
membenarkan hal tersebut dan jika ada yang mengatakan saya tidak memiliki anak
maka akan mu kan Benar kan hal tersebut
فوجودُ ولد لزيدٍ وعدمُه جائزٌ يصدق العقلُ بوجودِه وعدمِه.
Maka adanya anak bagi saya dan dia tanya itu boleh, akal membenarkan
tentang adanya dan tidak adanya
فهذه الأقسام الثلاثة يتوقف عليها فهم العقائد, فتكون هذه الثلاثة واجبة على كل
مكلف من ذكر وأنثى، لأن ما يتوقف عليه الواجب يكون واجباً
Maka 3 dasar ini adalah landasan pemahaman aqidah, maka tidak wajib bagi
setiap mukallaf baik itu laki-laki atau perempuan, karena sesuatu yang dibuat
untuk melaksanakan wajib maka perkara itu wajib
بل قال إمام الحرمين: إن فهم هذه الثلاثة هي نفس العقل، فمن لم يعرفها، أي:
لم يعرف “معنى الواجب” و “معنى المستحيل” و “معنى الجائز” فليس بعاقل
Bahkan imam haromain mengatakan bahwa memahami tiga ini adalah inti dari
akal, barang siapa tidak mengetahuinya -maksudnya tidak mengetahui makna wajib
mustahil Jaiz- maka dia tidak orang yang berakal
فإذا قيل هنا: القدرة واجبة لله، كان المعنى قدرة لله لا يصدق العقل بعدمها، لأن
الواجب هو الذي لا يصدق العقل بعدمه كما تقدم
jika di sini dikatakan, sifat qudrat itu wajib bagi Allah, maka maknanya
qudroh itu milik Allah, akal tidak membenarkan ketiadaannya, karena perkara
yang wajib yaitu perkara yang akal tidak membenarkan ketiadaanya, seperti yang
dahulu
وأما “الواجب” بمعنى ما يثاب على فعله ويعاقب على تركه، فهو معنى آخر ليس مراداً
في علم التوحيد، فلا يشتبه عليك الأمر.
Adapun wajib dengan makna sesuatu yang diberi pahala karena melakukannya
dan disiksa karena meninggalkannya, maka itu adalah makna lain , tidak
dimaksudkan pembahasan ilmu tauhid, Maka jangan bingung
نعم، لو قيل: يجب على المكلف اعتقاد قدرة لله تعالى، كان المعنى يثاب على ذلك
ويعاقب على ترك ذلك.
Ya, jika dikatakan wajib bagi mukallaf mengitakadkan qudrat bagi Allah
ta’ala maka maknanya Iya diberi pahala karena hal tersebut, dan disiksa karena
meninggalkan hal tersebut
ففرق بين أن يقال: اعتقاد كذا واجب، وبين أن يقال: العلم مثلاً واجب
Maka bedakan antara ucapan mengitikadkan begini adalah wajib, dan antara
ucapan sifat ilmu itu wajib
لأنه إذا قيل: العلم واجب لله تعالى، كان المعنى أن علم الله تعالى لا يصدق
العقل بعدمه
karena Jika diucapkan sifat ilmu wajib bagi Allah, maka maknanya
bahwasanya ilmu Allah ta’ala itu tidak dibenarkan akal ketiadaannya
وأما إذا قيل: اعتقاد العلم واجب، كان المعنى يثاب إن اعتقد ذلك، ويعاقب إن
لم يعتقد
Jika diucapkan mengikuti sifat ilmu itu wajib, maka maknanya diberi
pahala jika mrengitadkan hal tersebut dan di iyaSiksa jika tidak mengikuti hal
tersebut
فاحرص على الفرق بينهما، ولا تكن ممن قلَّد في عقائد الدين فيكون إيمانك
مختلَفاً فيه، فتخلد في النار عند من يقول: لا يكفي التقليد.
maka carilah terhadap perbedaan keduanya, dan jangan menjadi orang yang
Bertaqlid dalam masalah aqidah agama maka imanmu di perdebatkan, maka kamu
kekal di neraka menurut seorang yang mengatakan tidak cukup tablet
قال السنوسي: وليس يكون الشخص مؤمناً إذا قال: أنا جازم بالعقائد، ولو قطعت قطعاً
قطعاً لا أرجع عن جزمي هذا، بل لا يكون مؤمناً حتى يعلم كل عقيدة من هذه الخمسين
بدليلها.
Imam Sanusi berkata:seorang tidak beriman jika mengatakan saya mantap
dengan akidah, walaupun aku dipotong potong aku tidak akan mencabut
kemantapanku ini, tetapi ia tidak dikatakan Mukmin sampai ia mengetahui setiap
aqidah ini dengan dalil dalilnya
Penjelasan tentang pentingnya ilmu ini
- بيانُ أهميةِ هذا العلمِ
وتقديمُ هذا العلم فرضٌ، كما يؤخذ من “شرح العقائد”, لأنه جعله أساساً ينبنى عليه
غيرُه
Mendahulukan ilmu ini adalah fardu, Seperti yang diambil dari kitab
Syariah Aqoid, Karena beliau menjadikan ilmu ini adalah pondasi yang untuk
membangun yang lain
فلا يصح الحكم بوضوء الشخص أو صلاته إلا إذا كان عالماً بهذه العقائد أو
جازماً بها على الخلاف في ذلك
maka tidak boleh menhukumi wudlunya Seseorang atau solatnya kecuali jika
ia mengetahui aqidah-aqidah ini atau mantap tergantung perbedaan ulama dalam
hal tersebut
وإذا قيل: العجز مستحيل عليه تعالى، كان المعنى أن العجز لا يصدق العقل بوقوعه
لله تعالى ووجوده، وكذا يقال في باقي المستحيلات
jika Dikatakan lemah itu mustahil bagi Allah, maka maknanya lemah itu
akal tidak membenarkan terjadinya bagi Allah dan adanya, begitu juga dikatakan
di seluruh sifat mustahil
وإذا قيل: رَزَقَ اللهُ زيداً بدينار, يقال: جائزٌ, كان المعنى أن ذلك يصدق
العقل بوجوده تارة وبعدمه أخرى.
Jika dikatakan Allah memberi zaid Dinar, dikatakan boleh, maka
maknanya bahwa akal membenarkan adanya hal tersebut di suatu ketika, dan
ketiadaannya di suatu ketika yang lain
ولنذكر لك العقائد الخمسين مجملة قبل ذكرها مفصلة:
Maka aku sebut 50 aqidah secara global sebelum penyebutanya secara
terperinci
فاعلم أنه يجب له سبحانه وتعالى عشرون صفة, ويستحيل عليه عشرون, ويجوز في حقه أمر
واحد، فهذه إحدى وأربعون.
maka ketahuilah bahwasanya wajib bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala 20
sifat, muhal baginya 20, dan boleh baginya 1, maka ini adalah 41
ويجب للرسل أربعة, ويستحيل عليهم أربعة، ويجوز في حقهم عليهم الصلاة والسلام أمر
واحد.
dan Wajib bagi utusan 4, dan muhal baginya 4, dan boleh baginya satu
فهذه الخمسون، وسيأتي تحرير الكلام عند ذكرها مفصلةً إن شاء الله تعالى.
maka inilah 50 dan akan datang penjelaanya secara terperinci Insya
Allah