Bab 5 Episode Terakhir Rasulullah Hidup di Dunia
Nama kitab: Terjemah Sirah Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam
Judul lengkap: Al-Sirah al-Nabawiyah li Ibn Hisyam (السيرة النبوية لابن هشام)
Penulis: Ibnu Hisyam (عبد الملك بن هشام أو ابن هشام)
Nama lengkap: Abu Muhammad 'Abd al-Malik bin Hisham ibn Ayyub al-Himyari al-Mu'afiri al-Baṣri ( أبو محمد عبد الملك ابن هشام بن أيوب الحميري)
Lahir: Basrah, Iraq
Wafat: 7 Mei 833 M / 218 H, Fustat, Mesir
Penerjemah:
Era: Zaman keemasan Islam, Islamic golden age; (khilafah Abbasiyah)
Bidang studi: Sejarah Nabi Muhammad, sirah Rasulullah
Daftar Isi
- Bab 5 Saat Kematian Datanq Meniemput; Episode-Episode Terakhir Rasulullah Hidup di Dunia
- Perawatan Rasulullah di Rumah Aisyah
- Perintah Rasulullah Untuk Merealisasikan Penqiriman Pasukan Usamah bin Zaid
- Wasiat Rasulullah untuk Kaum Anshar
- Rasulullah Memerintahkan Abu Bakar Untuk Meniadi Imam Shalat
- Hari Dimana Allah Mencabut Nyawa Nabi-Nya
- Al-Abbas dan Ali Menienquk Rasulullah
- Rasulullah Wafat di Panqkuan Aisvah
- Isteri-lsteri Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wa Sallam Ibunda Oranq-oranq Beriman
- Khadijah binti Khuwailid
- Aisvah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq
- Saudah binti Qais bin Abdu Svams
- Zainab binti Jahvs
- Ummu Salamah binti Abu Umaiyah
- Hafshah binti Umar bin Khaththab
- Ummu Habibah binti Abu Sufyan
- Juwairivah binti Al-Harits
-
Shafiyah binti Huyay
- Maimunah binti Al-Harits
- Zainab binti Khuzaimah
- Kembali ke: Terjemah Sirah Ibnu Hisyam
Bab 5 Saat Kematian Datang Menjemput; Episode-Episode Terakhir Rasulullah
Hidup di Dunia
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala kaum Muslimin tengah bersiap-siap
untukberangkat bersama Usamah bin Zaid, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam jatuh sakit, karena Allah ingin memuliakannya dan merahmatinya pada
akhir Shafar atau awal Rabiul Awwal. Awal mula sakitnya Rasulullah,
sebagaimana dituturkan kepadaku, adalah bahwa beliau keluar untuk menziarahi
kuburan Baqi' Al-Gharqad pada pertengahan malam untuk memintakan am- punan
bagi para penghuninya, setelah itupun beliau pulang ke rumahnya. Dan keesokan
harinya beliau jatuh sakit.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Umar bercerita kepadaku, dari Ubaid bin
Jubair mantan budak Al- Hakam bin Abu Al-Ash, dari Abdullah bin Amr bin
Al-Ash, dari Abu Muwaihibah, mantan budak Rasulullah, ia bercerita: Menjelang
tengah malam Rasulullah bersabda padaku: "Wahai Abu Muwaihibah, aku diperintah
agar memintakan ampunan bagi para penghuni kuburan Al-Baqi'. Maka, ikutlah
engkau bersamaku." Kemudian aku pun menemani beliau Shallalahu 'alaihi wa
Sallam. Tatkala berdiri di tengah-tengah kuburan Al-Baqi', Rasulullah
bersabda: "As-Salamu 'Alaikum, wahai penghuni kuburan, berbahagialah kalian
semua dengan apa yang kalian rasakan di dalamnya, daripada apa yang kini
dirasakan manusia. Banyak cobaan kini datang bagaikan serpihan malam yang
gelap gulita dimana cobaan terakhir menyuSul cobaan pertama dan cobaan
terakhir lebih buruk daripada cobaan pertama." Kemudian Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam menghadapkan wajahnya kepadaku dan bersabda: "Wahai Abu
Muwaihibah, telah diberikan kepadaku kunci-kunci kekayaan dunia, keabadian di
dalamnya, dan surga, lalu aku perin tahkan untuk memilih di antaranya atau aku
memilih dengan pilihan bertemu Tuhanku dan surga." Aku berkata: "Wahai
Rasulullah, ambillah kunci-kunci kekayaan dunia, keabadian di dalamnya, dan
surga." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak, demi Allah,
wahai Abu Muwaihibah, aku lebih mencintai bertemu dengan Tuhanku dan surga."
Setelah itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memohonkan ampunan bagi
penghuni kuburan Al-Baqi', setelah itu pulang, dan esokna mulai sakit-sakitan
yang membuatnya meninggal dunia.216
Ibnu Ishaq berkata: Yaqub bin
Utbah bercerita kepadaku dari Muhammad bin Muslim Az-Zuhri dari Ubaidillah bin
Abdullah bin Utbah bin Mas'ud, dari Aisyah Radhiyallahu Anha, istri
Rasulullah, ia berkata: Sepulang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dari
kuburan Al-Baqi' beliau mendapatiku sakit kepala. Aku berkata: "Aduh, kepalaku
sakit sekali." Rasulullah bersabda: "Demi Allah, wahai Aisyah, kepalaku ini
justru jauh lebih sakit."
Aisyah berkata: Kemudian Rasulullah bersabda lagi: "Bagaimana kiranya jika
engkau meninggal dunia sebelum aku lalu engkau kumandikan dan kafani, setelah
itu ku shalati dan kukuburkan?" Aku berkata:
"Demi Allah,
jika itu yang terjadi padaku engkau pasti pulang ke rumahku lalu bermesraan
dengan salah seorang istrimu." Mendengar itu Rasulullah tersenyum. Hari
berganti hari sakit Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin parah.217
Walau demikian beliau tetap menyempatkan diri mengunjungi istri-istrinya
hingga akhirnya sakit beliau semakin parah tatkala beliau berada di rumah
Maymunah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lalu memanggil istri-istri
beliau dan meminta izin kepada mereka untuk dirawat di rumahku. Mereka memberi
izin kepada beliau sehingga aku bisa merawat beliau di rumahku.218
Perawatan Rasulullah di Rumah Aisyah
Ibnu Ishaq berkata: Yaqub bin Utbah bercerita kepadaku, dari Muhammad
bin Muslim Az-Zuhri, dari Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah, dari Aisyah
Radhiyallahu Anha, istri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, ia berkata:
Dalam perjalanan pulang dari rumah salah seorang istrinya Rasulullah di papah
oleh dua orang, yaitu Al-Fadhl bin Al-Abbas dan seseorang lainnya hingga
beliau masuk ke rumahku. Ubaidillah berkata: Aku menanyakan Abdullah bin Abbas
siapa orang itu, Abdullah bin Abbas berkata: "Dia adalah Ali bin Abu Thalib."
Aisyah melanjutkan: Rasulullah tidak sadarkan diri dan sakitnya pun bertambah parah. Setelah itu, beliau bersabda: "Siramkan kepadaku tujuh gayung dari beragam sumur agar aku fit kembali dan dapat keluar menemui orang-orang dan memberi wasiat kepada mereka. Aku mendudukkan beliau di gentong air milik Hafshah binti Umar bin Khaththab dan menyiramkan air kepada beliau, hingga beliau berkata: "Sudah cukup. Sudah cukup."
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Ayyub bin Basyir bercerita kepadaku bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar rumah menuju mimbar. Sesampainya di mimbar beliau duduk kemudian mendoakan para syuhada Perang Uhud, memintakan ampunan untuk mereka, memperbanyak mengucapkan shawalat untuk mereka, lalu bersabda: "Sesungguhnya salah seorang hamba Allah diberi dua pilihan; dunia atau apa yang ada di sisi-Nya, kemudian hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi-Nya" Abu Bakar menyadari bahwa yang beliau maksud dengan hamba pada sabdanya adalah beliau sendiri. Oleh karena itu, ia spontan menangis. Abu Bakar berkata: "Biarkan kami menebus engkau dengan jiwa kami dan anak-anak kami." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tahanlah emosimu, wahai Abu Bakar." Setelah itu Rasulullah bersabda: "Lihatlah pintu- pintu menuju masjid ini, kemudian tutuplah semua kecuali rumah Abu Bakar, karena aku tidak dapatkan orang yang lebih baik persahabatannya denganku daripada Abu Bakar."
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: "Kecuali
pintu Abu Bakar."
Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Abdullah bercerita
kepadaku dari keluarga Abu Sa'id bin Al- Ma'alli bahwa tatkala itu Rasulullah
bersabda: "Seandainya aku boleh menjadikan seseorang sebagai kekasihku, tentu
aku pasti mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku, tapi yang ada hanyalah
persahabatan dan persaudaraan seiman hingga Allah menghimpun aku
dengannya."219
Perintah Rasulullah Untuk Merealisasikan Pengiriman Pasukan Usamah bin
Zaid
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair bercerita kepadaku,
dari Urwah bin Zubair dan ulama lain bahwa kaum muslimin mencoba menahan
kepergian pasukan Usamah bin Zaid sewaktu beliau sakit. Mereka mempersoalkan
pengangkatan Usamah bin Zaid sebagai komandan perang. Mereka berkata:
"Rasulullah mengangkat anak yang terlalu muda untuk menjadi komandan perang
padahal di sana ada sahabat-sahabat utama dari kaum Muhajirin dan kaum
Anshar."
Sesaat setelah itu beliau keluar lalu duduk di atas mimbar. Rasulullah memuji
Allah, menyanjung-Nya dengan sanjungan yang pantas Dia terima, kemudian
bersabda: "Wahai manusia, jangan kalian menghalang-halangi pengiriman pasukan
Usamah bin Zaid. Aku bersumpah, jika kalian mempersoalkan jabatan komandan
perang Usamah, berarti kalian juga mempersoalkan jabatan ayahnya sebelum itu,
sebagai komandan. Sungguh Usamah sangat pantas mengemban amanah tersebut
sebagaimana ayahnya pantas menerimanya." Kemudian Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam turun dari mimbar dan kaum Muslimin pun bersiap-siap untuk
berangkat. Sementara itu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin
parah. Usamah bin Zaid bersama pasukannya berangkat. Tatkala tiba di Al-Jurf,
daerah yang berjarak satu farsakh dari Madinah, ia berhenti dan memancang
tenda di sana. Di sisi lain, sakit Rasulullah semakin kritis. Usamah bin Zaid
dan pasukannya tidak meneruskan perjalanan untuk memantau apa yang ditakdirkan
Allah untuk Rasulullah.
Wasiat Rasulullah untuk Kaum Anshar
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Abdullah bin Ka'ab bin Malik
bercerita kepadaku pada saat Rasulullah mendoakan para syuhada' Uhud,
memohonkan ampunan untuk mereka, dan menyebutkan tentang mereka, beliau juga
bersabda: "Wahai seluruh kaum Muhajirin, tetaplah kalian berbuat baik terhadap
kaum Anshar, karena jumlah kalian terus terus bertambah, sedang tidaklah
bertambah kecuali sebagaimana keadaan mereka pada hari ini. Sesungguhnya kaum
Anshar adalah pembelaku dan tempat menjaga rahasiaku yang aku berlindung
kepadanya. Maka berbuat baiklah kepada siapa saja di antara mereka yang
berbuat baik dan maafkan siapa saja di antara mereka yang melakukan
kesalahan."220
Abdullah berkata: Setelah itu Rasulullah turun dari
mimbar lalu masuk ke rumahnya sementara sakitnya semakin kritis hingga beliau
tidak sadarkan diri.
Istri-istri Rasulullah seperti Ummu Salamah dan Maimunah, serta wanita-wanita
kaum Muslimin seperti Asma' binti Unais berkumpul di sekitar Rasulullah.
Al-Abbas, paman Rasulullah, juga berada di sisi beliau. Mereka sepakat untuk
memasukkan obat ke mulut beliau. Kemudian Al-Abbas memasukkan obat ke mulut
Rasulullah. Tatkala siuman, beliau bersabda: "Siapa yang melakukan ini
terhadapku?" Orang-orang menjawab: "Wahai Rasullullah, pamanmu sendiri."
Rasulullah bersabda: "Itu adalah obat yang dibawa wanita-wanita yang datang
dari Habasyah. "Rasulullah bersabda lagi: "Kenapa kalian berbuat seperti itu?"
Al-Abbas menjawab: "Wahai Rasulullah, kami semua khawatir engkau terkena
serangan penyakit pleurisy (radang selaput dada)." Rasulullah bersabda:
"Penyakit tersebut tidak akan Allah timpakan kepadaku."221 Ibnu Ishaq berkata:
Sa'id bin Ubaid As- Sabbaq berkata padaku, dari Muhammad bin Usamah, dari
ayahnya, Usamah bin Zaid Radhiyallahu Anhu, ia berkata: "Tatkala sakit
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin kritis, aku dan anak buahku
pulang ke Madinah, kemudian aku menemui Rasulullah yang pada saat itu diam
tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. Beliau menengadahkan tangan ke langit
kemudian meletekkar tangannya kepadaku. Aku pun paham bahwj beliau sedang
mendoakanku."222
Ibnu Ishaq berkata: Ibnu Syihab Az-Zuhri berkata:
"Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bercerita kepadaku, dari Aisyah
Radhiyallahu Anha ia berkata: "Saat itu, aku seringkali mendengar Rasulullah
bersabda: "Sesungguhnya Allah hanya akan mewafatkan para nabi apabila Dia
sudah memberinya pilihan." Menjelang wafat, ucapan terakhir yang aku dengar
dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam adalah: "Bersama teman yang
paling tinggi di surga." Aku berkata: "Jika demikian, demi Allah, Rasulullah
tidak memilih kami dan tahulah aku bahwa beliaulah yang pernah bersabda kepada
kami: "Sesungguhnya Allah hanya akan mewafatkan para nabi apabila Dia sudah
memberinya pilihan."223
Rasulullah Memerintahkan Abu Bakar Untuk Menjadi Imam Shalat
Az-Zuhri berkata: Hamzah bin Abdullah bin Umar bercerita kepadaku bahwa
Aisyah Radhiyallahu Anha berkata: Tatkala sakit Rasulullah bertambah parah,
beliau bersabda: "Beritahukan orang-orang untuk segera mengangkat Abu Bakar
sebagai imam shalat bagi kaum muslimin." Aku berkata: "Wahai Nabi Allah,
sesungguhnya Abu Bakar adalah sosok melankolis, bersuara rendah, dan sering
menangis apabila sedang membaca Al-Qur'an." Rasulullah tetap bersabda:
"Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam shalat bagi kaum muslimin." Aku
memberi masukan seperti tadi kepada Rasulullah, kemudian beliau menanggapi:
"Kalian hampir sama dengan sahabat-sahabat Yusuf. Segera perintahkan Abu Bakar
menjadi imam shalat bersama kaum muslimin." Demi Allah, aku tetap berkata
seperti itu agar tugas imam tidak diserahkan kepada Abu Bakar dan karena aku
tahu bahwa orang- orang tidak menyukai seseorang yang berdiri menggantikan
tempat beliau serta bahwa mereka akan mencelanya apabila melakukan kesalahan.
Aku ingin agar tugas tersebut tidak dibebankan kepada Abu Bakar."224
Ibnu
Ishaq berkata: Ibnu Syihab berkata: Abdul Malik bin Abu Bakr bin Abdurrahman
bin Al-Harits bin Hisyam bercerita kepadaku, dari ayahnya, dari Abdullah bin
Zam'ah bin Al-Aswad bin Al-Muthalib bin Asad, ia berkata: "Tatkala sakit
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam semakin parah, aku berada di tempat
beliau bersama beberapa orang dari kaum Muslimin. Bilal bin Rabah
mengumandangkan adzan shalat, kemudian Rasulullah bersabda: "Perintahkan
seseorang mengimami orang-orang untuk shalat." Aku segera keluar, ternyata
Umar bin Khaththab sudah berada di tengah-tengah kaum Muslimin. Aku berkata:
"Wahai Umar, berdirilah dan imamilah orang-orang untuk shalat." Umar bin
Khaththab pun berdiri. Tatkala ia bertakbir, Rasulullah mendengar suaranya
yang sangat lantang, kemudian beliau bersabda: "Dimana Abu Bakar? Allah dan
kaum Muslimin tidak menginginkan ini semua. Allah dan kaum Muslimin tidak
menginginkan ini semua."225 Abu Bakar pun lalu dicari. Setelah lama dicari
akhirnya Abu Bakar datang lalu Ia mengimami shalat kaum Muslimin. Umar bin
Khaththab bercerita kepadaku: "Sial wahai anak Zam'ah, apa yang sebenarnya
terjadi? Demi Allah, tatkala engkau menyuruhku untuk menjadi imam kaum
muslimin, aku pikir Rasulullah memerintahkan itu padamu. Andaikata aku tahu
Rasulullah tidak menyuruhmu seperti itu, aku tidak akan mau menjadi imam
kaum
Muslimin." Aku berkata: "Demi Allah, Rasulullah tidak
menyuruhku seperti itu. Hanya saja tatkala aku tidak mendapatkan Abu Bakar,
maka aku memandangmu sebagai orang yang paling pantas menjadi imam bagi kaum
muslimin."
Hari Dimana Allah Mencabut Nyawa Nabi-Nya
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu
bercerita kepadaku bahwa pada hari Senin, hari dimana Rasulullah wafat, beliau
keluar melihat kaum Muslimin yang sedang menunaikan shalat Shubuh. Beliau
mengangkat kain penutup kamarnya lalu keluar berdiri di pintu Aisyah. Kaum
Muslimin hampir saja membatalkan shalat mereka tatkala mereka melihat beliau
karena demikian riang gembira. Mereka merenggangkan shaf agar beliau dapat
berjalan ke tempat imam, namun beliau memberi isyarat kepada mereka agar tetap
berada dalam shalat. Rasulullah tersenyum bahagia melihat shalat kaum Muslimin
dan aku belum pernah melihat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
berpenampilan indah mempesona seindah Shubuh hari itu. Setelah itu, Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam pulang begitu juga dengan kaum Muslimin lainnya
yang kali ini sangat yakin bahwa beliau telah sembuh dari sakitnya.
Ibnu Ishaq berkata: Abu Bakar bin Abdullah bin Abu Mulaikah bercerita kepadaku bahwa pada h&ri Senin, Rasulullah keluar dari kamarnya menuju masjid untuk menunaikan shalat Shubuh. Tatkala Rasulullah berada di masjid, kaum Muslimin merasa lega dan Abu Bakar pun tahu bahwa kaum Muslimin berbuat seperti itu demi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Oleh sebab itulah, Abu Bakar melangkah mundur dari tempat imam, namun Rasulullah mendorongnya dari belakang sambil bersabda: "Tetaplah engkau menjadi imam shalat untuk kaum muslimin." Rasulullah duduk di samping Abu Bakar dan bertakbir melaksanakan shalat sambil duduk di sebelah kanan Abu Bakar. Seusai shalat, Ra-sulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berbicara kepada kaum Muslimin dengan nada yang tinggi hingga suaranya keluar dari pintu masjid. Rasulullah bersabda: "Wahai manusia, neraka telah dinyalakan dan terus berkobar-kobar dan beragam ujian telah datang bagaikan serpihan malam yang malam gelap gulita. Demi Allah, kalian tidak bisa meletakkan tugas kewajibanku. Sungguh aku tidak menghalalkan apapun kecuali yang dihalalkan Al-Qur'an dan tidak mengharamkan apapun kecuali yang diharamkan Al-Qur'an."
Seusai Rasulullah bersabda seperti itu, Abu Bakar berkata: "Wahai Nabi Allah,
pada pagi ini engkau sungguh terlihat berada dalam nikmat Allah dan
keutamaan-Nya sebagaimana yang kami harapkan. Hari ini adalah hari Bintu
Kharijah, bolehkah aku datang menemuinya? Rasulullah bersabda: "Ya." Abu Bakar
pun pulang ke rumahnya di kebun Sunh.
AI-Abbas dan Ali Menjenguk Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Abdullah bin Ka'ab bin Malik
bercerita kepadaku, dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu An- Ziuma, ia
berkata: "Pada hari Senin tersebut kaum muslimin menanti-nanti kabar
Rasulullah dari Ali bin Abu Thalib yang kala itu telah keluar dari kediaman
Rasulullah. Mereka berkata: "Wahai Abu Hasan, bagaimana kondisi Rasulullah
pada pagi ini?" Ali bin Abu Thalib menjawab: "Alhamdulillah, pagi ini beliau
sehat bugar." Al-Abbas bin Abdul Muthalib memegang tangan Ali bin Abu Thalib,
kemudian berkata: "Wahai Ali, setelah tiga hari engkau akan menjadi seorang
budak." Al-Abbas bin Abdul Muthalib berkata lagi: "Aku bersumpah dengan nama
Allah, sungguh aku melihat rona kematian di wajah Rasulullah sebagaimana pemah
aku lihat pada wajah-wajah Bani Al-Muthalib. Mari kita masuk ke tempat
Rasulullah. Jika perkara siapa penerus beliau berada di tangan kita maka kita
akan mengetahuinya, namun apabila perkara ini diberikan kepada orang selain
kita maka kita minta beliau berwasiat untuk kita kepada manusia. Ali bin Abu
Thalib berkata kepada Al-Abbas bin Abdul Muthalib: "Demi Allah, aku tidak mau
melakukannya. Demi Allah, jika perkara ini tidak diserahkan kepada kita, maka
ia tidak akan diberikan kepada siapa pun sepening- gal beliau. Kemudian
Rasulullah wafat tatkala matahari telah naik memasuki waktu dhuha pada hari
itu."
Rasulullah Wafat di Pangkuan Aisyah
Ibnu Ishaq berkata: Yaqub bin Utbah bercerita kepadaku dari Az-Zuhri,
dari Urwah, hari itu, Rasulullah pulang dari Masjid beliau kemudian berbaring
di atas pangkuanku. Tiba-tiba masuklah Ali bin Abu Thalib dan seseorang dari
keluarga Abu Ba- kar dengan membawa siwak berwarna hijau. Rasulullah Shalllahu
'Alaihi wa Sallam melihat siwak yang ada di tangan sahabat tersebut dan dari
isyarat itu aku memahami bahwa beliau menginginkan siwak tersebut. Aku
berkata: "Wahai Rasulullah, apakah engkau mau aku beri siwak ini?" Rasulullah
menjawab: "Ya." Aku ambil siwak lalu mengunyahnya hingga lembek, dan
memberikannya kepada Rasulullah. Lalu beliau menggosok giginya dengan siwak
tersebut dan sejujurnya aku belum per- nah melihat beliau menggosok giginya
seperti itu sebelumnya, kemudian beliau meletakkan siwak tersebut. Aku rasa
tubuh Rasulullah terasa berat di pangkuanku. Aku lihat wajah beliau, ternyata
pandangan beliau terbuka tajam. Beliau bersabda: "Bersama temanyang paling
tinggi di surga." Aku berkata kepada Rasulullah: "Engkau diperintah untuk
memilih, lalu engkau engkau telah memilih. Demi Dzat yang mengutusmu dengan
kebenaran." Kemudian Rasulullah wafat.226
Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair bercerita
kepadaku, dari ayahnya, Abbad, ia berkata: Aku mendengar Aisyah Radhiyallahu
Anha berkata: "Rasulullah wafat di pangkuanku dan pada hari giliranku. Aku
tidak pernah menzalimi siapa pun. Oleh karena kebodohanku karena masih dan
memukul wajahku bersama wanita-wanita yang-lain."227
Isteri-Isteri Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wa Sallam Ibunda Orang-orang
Beriman
Ibnu Hisyam berkata: Istri-istri yang dinikahi Rasulullah adalah
sebagai berikut:
1. Khadijah binti Khuwailid
Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu Anha merupakan istri pertama
Rasulullah. Beliau dinikahkan dengan Rasulullah oleh ayah Khadijah sendiri,
Khuwailid bin Asad. Ada yang menuturkan oleh saudaranya, Amr bin Khuwailid.
Rasulullah menikahi Khadijah binti Khuwailid dengan mahar dua puluh ekor anak
unta. Khadijah binti Khuwailid melahirkan seluruh putera-puteri Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam, kecuali puteranya Ibrahim. Sebelum pernikahannya
dengan Rasulullah Khadijah binti Khuwailid pernah menikah dengan Abu Halah bin
Malik salah seorang warga Bani Usaid bin Amr bin Tamim, sekutu Bani Abduddar
dan melahirkan Hindun bin Abu Halah dan Zainab binti Abu Halah. Sebelum
pernikahannya dengan Abu Halah, Khadijah binti Khuwailid bersuamikan Atiq bin
Abid bin Abdullah bin Umar bin Makhzum dan melahirkan Abdullah dan Jariyah.
Ibnu
Hisyam berkata: Jariyah menikah dengan Shayfi bin Abi Rifa'ah.
2. Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq
Rasulullah menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq di Makkah
pada saat Aisyah berusia tujuh tahun dan menggaulinya di Madinah tatkala
usianya sudah baligh. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak menikahi
seorang gadis manapun selain Aisyah binti Abu Bakar. Abu Bakar menikahkan
beliau dengan Aisyah dengan mahar empat ratus dirham.
3. Saudah binti Qais bin Abdu Syams
Rasulullah menikah dengan Saudah binti Qais bin Abdu Syams bin Abdu
Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir bin Luay. Adapun yang menikahkan
beliau dengannya adalah Salith bin Amr dengan mahar empat ratus dirham. Ada
pula yang mengatakan bahwa yang menikahkan adalah Abu Hathib bin Amr bin Abdu
Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl, dengan mahar empat ratus
dirham.
Ibnu Hisyam berkata: Ibnu Ishaq menukil riwayat berseberangan
dengan kisah ini, di mana ia pernah menyebutkan bahwa Salith bin Amr dan Abu
Hathib bin Amr berada di daerah Habasyah tatkala pernikahan tersebut terjadi.
Sebelum diperistri Rasulullah, Saudah binti Zam'ah bersuamikan As- Sakran bin
Amr bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl.
4. Zainab binti Jahys
Rasulullah menikah dengan Zainab bintitsah, mantan budak Rasulullah.
Tentang Zainab binti Jahsy, Allah menurunkan firman-Nya berikut:
Dan (ingatlah), tatkala kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi. (QS. al-Ahzab: 37).
5. Ummu Salamah binti Abu Umaiyah
Rasulullah menikah dengan Ummu Salamah binti Abu Umaiyah bin
Al-Mughirah Al-Makhzumiyah – Ummu Salamah bernama Hindun- beliau dinikahkan
oleh anak Ummu Salamah sendiri, yakni Salamah bin Abu Salamah dengan mahar
kasur yang dibungkus pelepah pohon kurma, gelas, mangkuk, dan alat
penggilingan. Sebelumnya Ummu Salamah telah menikah dengan Abu Salamah bin
Abdul Asad. Nama Abu Salamah adalah Abdullah. Dari pernikannya dengan Abu
Salamah Ummu Salamah punya anak Salamah, Umar, Zainab, dan Ruqaiyah.
6. Hafshah binti Umar bin Khaththab
Rasulullah menikah dengan Hafshah binti Umar bin Khaththab yang
dinikahkan langsung oleh ayahnya sendiri, Umar bin Khaththab dengan mahar
empat ratus dirham. Sebelumnya, Hafhshah telah bersuamikan Khunais bin
Hudzafah As-Sahmi.
7. Ummu Habibah binti Abu Sufyan
Rasulullah menikah dengan Ummu Habibah -nama aslinya Ramlah- binti Abu
Sufyan bin Harb. Adapun yang menikahkannya adalah Khalid bin Sa'id bin Al-Ash,
tatkala keduanya berada di Habasyah, dengan mahar empat ratus dinar yang
diberikan Najasyi mewakili Rasulullah. Najasyi pula lah yang melamar Ummu
Habibah untuk Rasulullah. Sebelum itu, Ummu Habibah bersuamikan Ubaidillah bin
Jahsy Al- Asadi
8. Juwairiyah binti Al-Harits
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menikah dengan Juwairiyah binti
Al-Harits bin Abu Dhirar Al- Khuzaiyah. Sebelumnya, Juwairiyah binti Al-Harits
masuk dalam tawanan perang Bani Al-Musthaliq dari Khuzaah. Dalam pembagian
tawanan wanita, ia diambil Tsabit bin Asy-Syammas Al-Anshari dan dijadikan
pemiliknya, kemudian
Juwairiyah menebus dirinya dari Tsabit bin Asy-Syammas Al-Anshari dengan cara
mencicil. Untuk itu, Juwairiyah meminta bantuan Rasulullah untuk pembebasan
dirinya. Rasulullah bersabda: "Maukah engkau pada sesuatu yang lebih baik?"
Juwairiyah binti Al-Harits berkata: "Apa itu, wahai Nabi Allah?" Rasulullah
bersabda: "Aku akan melunasi uang pembebasan dirimu, lalu menikahimu."
Juwairiyah binti Al-Harits menjawab: "Saya mau." Kemudian Rasulullah
menikahinya.228
Ibnu Hisyam berkata: Kisah di atas disampaikan
kepadaku oleh Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai, dari Muhammad bin Ishaq, dari
Muhammad bin Ja'far bin Zubair, dari Urwah, dari Aisyah Radhiyallahu Anhurm"
9. Shafiyah binti Huyay
Rasulullah menikah dengan Shafiyah binti Huyay bin Akhthab, tawanan
yang didapatkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dari Khaybar, kemudian
beliau memilihnya untuk dinikahinya. Rasulullah mengadakan resepsi
pernikahannya dengan Shafiyah binti Huyay bin Akhthab dengan hidangan ala
kadarnya, hanya berupa tepung dan kurma. Sebelum itu, Shafiyah binti Huyay bin
Akhthab bersuamikan Kinanah bin Ar-Rabi' bin Abu Al-Huqaiq.
10. Maimunah binti Al-Harits
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menikah dengan Maimunah binti
Al-Harits bin Hazn bin Bajir bin Huzam bin Ruaibah bin Abdullah bin Hilal bin
Amir bin Sha'sha'ah. Beliau dinikahkan oleh Al-Abbas bin Abdul Muthalib dengan
mahar empat ratus dirham yang dibayar Al-Abbas bin Abdul Muthalib atas nama
beliau. Sebelum itu, Maymunah binti Al-Harits bersuamikan Abu Ruhm bin Abdul
Uzza bin Abu Qais bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir bin
Luay. Ada yang menceritakan bahwa Maimunah binti Al-Harits sendirilah yang
menyerahkan dirinya kepada Rasulullah. Kala lamaran beliau kepadanya ia terima
saat sedang mengendarai untanya, kemudian ia berkata: "Unta ini dan apa saja
yang ada di atasnya (termasuk dirinya) adalah milik Allah dan Rasul-Nya."
Setelah itu Allah Ta'ala menurunkan ayat,
Dan perempuan mukmin yang
menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau menikahinya,
sebagaipengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. (QS. al-Ahzab:
50).
Ada yang menyebutkan bahwa wanita Mukminah yang menyerahkan dirinya
kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pada ayat di atas ialah Zainab
binti Jahsy.
Ada pula yang menyebutkan bahwa wanita Mukminah yang dimaksud ayat di atas
ialah Ummu Syuraik
- yang bernama asli Ghaziyah- binti Jabir bin Wahb
dari Bani Munqidz bin Amr bin Ma'ish bin Amir bin Luay atau wanita dari Bani
Salamah bin Luay, kemudian Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
menangguhkan masalahnya.
11. Zainab binti Khuzaimah
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menikah dengan Zainab binti
Khuzaimah bin Al-Harits bin Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin Amir
bin Sha'sha'ah. Zainab binti Khuzaimah digelari Ummu Al-Masakin (ibunda
orang-orang miskin), karena rasa cinta dan empatinya yang tinggi kepada
mereka. Qabishah bin Amr Al-Hilali adalah orang yang menikahkan beliau dengan
Zainab binti Khuzaimah dengan mahar empat ratus dirham. Sebelum itu, Zainab
binti Khuzaimah bersuamikan Ubaidah bin Al-Harits bin Al- Muthalib bin Abdu
Manaf. Sebelum diperistri Ubaidah bin Al-Harits, ia bersuamikan Jahm bin Amr
bin Al-Harits, anak pamannya.
Kesebelas istri itulah yang digauli Rasulullah. Istri Rasulullah yang meninggal dunia sebelum beliau meninggal ada dua orang: Khadijah binti Khuwailid dan Zainab binti Khuzaimah. Dengan demikian Rasulullah wafat dengan meninggalkan sembilan istri.
Ada dua istri yang tidak digauli Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, yaitu:
1. Asma' binti An-Nu'man Al-Kindiyah, karena ia memiliki penyakit keputihan, kemudian beliau mengembalikannya kepada keluarganya.
2. Amrah binti Yazid Al-Kilabiyah, ia tidak digauli karena tatkala ia tiba di tempat Rasulullah, ia malah berlindung diri dari beliau, kemudian beliau bersabda: Orang yang seperti ini tidak bisa dipertahankan." Setelah itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengembalikan Amrah binti Yazid kepada keluarganya.
Ada yang menuturkan bahwa wanita yang berlindung diri dari Rasulullah ialah
Kindiyah anak perempuan paman Asma' binti An- Nu'man. Ada juga yang
menceritakan bahwa Rasulullah memanggil Kindiyah kemudian ia berkata: "Aku
adalah orang yang didatangi dan bukan yang disuruh datang." Kemudian
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengembalikan Kindiyah kepada
keluarganya.
Istri-istri Rasulullah yang berasal dari Quraisy ada enam orang. Mereka adalah sebagai berikut:
1. Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay.
2. Aisyah binti Abu Bakar bin Abu Quhafah bin Amir bin Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Luay
3. Hafshah binti Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Abdullah bin Qursth bin Riyah bin Rizah bin Adi bin Ka'ab bin Luay
4. Ummu Habibah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umaiyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay
5. Ummu Salamah binti Abu Umaiyah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqadzah bin Murrah bin Ka'ab bin Luay
6. Saudah binti Zam'ah bin Qais bin Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir bin Luay.
Sedangkan istri-istri Rasulullah yang berasal dari wanita-wanita Arab selain Quraisy dan selain orang Arab ada tujuh. Mereka adalah sebagai berikut:
1. Zainab binti Jahsy bin Riab bin Ya'mar bin Shabrah bin Murrah bin Kabir bin Ghanm bin Daudan bin Asad bin Khuzaimah.
2. Maimunah binti Al-Harits bin Hazn bin Bahir bin Huzam bin Ruaibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Shasha'ah bin Muawiyah bin Bakr bin Hawazin bin Manshur bin Ikrimah bin Khashafah bin Qais bin Ailan.
3. Zainab binti Khuzaimah bin Al-Harits bin Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha'sha'ah bin Muawiyah.
4. Juwairiyah binti Al-Harits bin Abu Dhirar Al- Khuzaiyah kemudian AI Mushthalaqiyah.
5. Asma binti An-Nu'man Al-Kindiyah.
6. Amrah binti Yazid Al-Kilabiyah.
7. Dan seorang isterinya yang berasal dari selain Arab ada satu, yaitu
Shafiyah bin Huyay bin Akhthab dari Bani An-Nadhir.[]