Bab 7 Penyiapan dan Pemakaman Rasulullah
Nama kitab: Terjemah Sirah Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam
Judul
lengkap: Al-Sirah al-Nabawiyah li Ibn Hisyam (السيرة النبوية لابن هشام)
Penulis:
Ibnu Hisyam (عبد الملك بن هشام أو ابن هشام)
Nama lengkap: Abu Muhammad
'Abd al-Malik bin Hisham ibn Ayyub al-Himyari al-Mu'afiri al-Baṣri ( أبو محمد
عبد الملك ابن هشام بن أيوب الحميري)
Lahir: Basrah, Iraq
Wafat: 7 Mei
833 M / 218 H, Fustat, Mesir
Penerjemah:
Era: Zaman keemasan
Islam, Islamic golden age; (khilafah Abbasiyah)
Bidang studi: Sejarah
Nabi Muhammad, sirah Rasulullah
Daftar Isi
- Bab 7 Penyiapan dan Pemakaman Rasulullah
- Baqaimana Rasulullah Dimandikan
- Penqkafanan Rasulullah
- Penqqqalian Lianq Kubur
- Penquburan Rasulullah dan Penvalatannva
- Para Sahabat vanq Ikut Memakamkan Rasulullah
- Manusia Terakhir vanq Menventuh Rasulullah
- Kembali ke: Terjemah Sirah Ibnu Hisyam
Bab 7 Penyiapan dan Pemakaman Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Usai Abu Bakar dilantik menjadi khalifah,
kaum Muslimin menyiapkan prosesi pemakaman Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam pada hari Selasa.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr, Husain bin Abdullah, dan
ulama-ulama kami lainnya, semuanya bercerita kepadaku bahwa Ali bin Abu
Thalib, Al-Abbas bin Abdul Muthalib, Al-Fadhl bin Al- Abbas bin Abdul
Muthalib, Qutsam bin Al-Abbas, Usamah bin Zaid bin Haritsah, dan Syuqran
mantan budak Rasulullah, adalah orang-orang yang memandikan Rasulullah. Aus
bin Khauli salah seorang warga Bani Auf bin Al-Khazraj berkata kepada Ali bin
Abu Thalib: "Demi Allah kami juga berhak terhadap Rasulullah." Aus bin Khauli
adalah salah satu sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan ikut
serta pada Perang Badar. Ali bin Abu Thalib berkata kepada Aus bin Khauli:
"Silahkan masuk." Aus bin Khauli lalu masuk kemudian ia duduk dan mengikuti
prosesi pemandian Rasulullah. Ali bin Abu Thalib membaringkan jenazah
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ke dadanya, sementara Al-Abbas bin
Abdul Muthalib dan Al-Fadhl bin Al-Abbas membolak-balik jenazah Rasulullah.
Usamah bin Zaid dan Syuqran, keduanya mantan budak Rasulullah, menyediakan
gayung berisi air, lalu Ali bin Abu Thalib memandikan jenazah Rasulullah yang
telah ia sandarkan di dadanya. Ali bin Abu Thalib memandikan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat itu tangannya tidak menyentuh langsung jasad
Rasulullah karena ia menggunakan semacam sarung tangan. Ali bin Abu Thalib
berkata: "Wahai Rasulullah, betapa harum mewanginya engkau semasa hidup dan
setelah wafatmu."
Bagaimana Rasulullah Dimandikan
Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdulah bin Zubair bercerita
kepadaku, dari ayahnya, Abbad, dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata:
Tatkala para sahabat hendak memandikan Rasulullah, mereka berbeda pendapat
paham tentang tata cara memandikan jenazah beliau. Mereka berkata: "Demi
Allah, bagaimana kalau kita lepas pakaian Rasulullah sebagaimana kita biasa
melepas pakaian jenazah-jenazah kita atau kita biarkan saja jenazah beliau
tetap dengan pakaiannya." Tatkala mereka berbeda pendapat tentang tata cara
memandikan jenazah Rasulullah, tiba-tiba Allah membuat mereka tertidur hingga
dagu mereka semua berada di dada mereka. Setelah itu, seseorang dari pojok
rumah, yang tidak mereka ketahui siapa orang tersebut, berkata kepada mereka:
"Hendaklah kalian memandikan jenazah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
tanpa melepas pakaian beliau."
Aisyah melanjutkan: Mereka lalu memandikan jenazah Rasulullah yang lengkap
dengan pakaiannya tanpa melepasnya, menyiramkan air ke atas pakaian beliau,
dan menggosok beliau dengan menggosok pakaian beliau.
Pengkafanan Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: "Usai jenazah Rasulullah selesai dimandikan, jasad
beliau dikafani dengan tiga kain; dua kain produk Shuhari (asal Yaman) dan
satunya burdah yang dihiasi dengan katun yang dilipat. Demikianlah yang
dikatakan kepadaku oleh Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Al-Husain, dari
ayahnya, dari kakeknya, Ali bin Al-Husain. Hal yang sama dikatakan kepadaku
oleh Az-Zuhri dari Ali bin Al- Husain.
Pengggalian Liang Kubur
Ibnu Ishaq berkata: Husain bin Abdullah bercerita kepadaku, dari
Ikrimah, dari Ibnu Abbas, yang berkata: Tatkala kaum Muslimin ingin menggali
liang lahad untuk Rasulullah -Abu Ubaidah bin Al- Jarrah terbiasa menggali
dengan galian penduduk Makkah yaitu galian dengan lubang di tengah- tengahnya
dan Abu Thalhah bin Zaid bin Sahl biasa menggali seperti galian orang-orang
Madinah yaitu lahad. Maka Al-Abbas memanggil kedua saha- bat tersebut.
Al-Abbas berkata kepada Abu Thalhah bin Zaid bin Sahl: "Temuilah Abu Ubaidah
bin Al-Jarrah." Al-Abbas berkata kepada Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. "Temuilah
Thalhah bin Zaid bin Sahl. Ya Allah, pilihkanlah yang terbaik untuk
Rasulullah." Abu Thalhah bin Zaid bin Sahl bertemu Abu Ubaidah bin Al-Jarrah,
datang bersamanya, kemudian menggali liang lahad untuk Rasulullah.
Penguburan Rasulullah dan Penyalatannya
Ibnu Ishaq berkata: Pada hari Selasa, jenazah Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam sudah siap dikuburkan; saat itu jenazah beliau diletakkan di
atas ranjang di rumah beliau. Saat itu, kaum Muslimin berbeda pendapat tentang
lokasi dimana beliau akan dimakamkan. Salah seorang sahabat berkata: "Kita
makamkan di masjid beliau." Sahabat lain berkata: "Tidak, kita makamkan beliau
bersama para sahabatnya yang telah meninggal dunia." Saat itulah Abu Bakar
berkata: "Aku mendengar Rasulullah bersabda: 'Jika seorang nabi meninggal
dunia maka hendaknya ia dimakamkan di tempat ia meninggal dunia.'" Lalu
ranjang tempat jenazah Rasulullah berbaring diangkat dan dimulailah penggalian
di tempat ranjang tersebut. Setelah itu, kaum Muslimin masuk menyalatkan
Rasulullah secara bertahap. Pertama-tama, dimulai dari kaum laki-laki masuk
untuk menyalatkan beliau. Apabila mereka selesai, masuklah kaum wanita untuk
menyalatkan beliau. Apabila selesai, masuklah anak-anak untuk menyalatkan
beliau. Saat itu kaum Muslimin menyalati Rasulullah sendiri-sendiri. Kemudian
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dimakamkan di pertengahan malam, malam
Rabu.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr bercerita kepadaku, dari istrinya,
Fathi man binti Imarah, dari Amrah binti Abdurrahman bin Sa'ad bin Zurarah,
dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata: "Kami tidak mengetahui pemakaman
Rasulullah hingga kami mendengar suara alat galian tanah di pertengahan malam,
malam Rabu."
Para Sahabat yang Ikut Memakamkan Rasulullah
Muhammad bin Ishaq berkata: Sahabat-sahabat yang berada dalam liang
lahad yang menerima penurunan jenazah Rasulullah untuk dikuburkan ialah Ali
bin Abu Thalib, Al-Fadhl bin Al-Abbas bin Abdul Muthalib, Qutsam bm Al-Abbas,
dan Syuqran, mantan budak Rasulullah. Aus bin Khauli berkata kepada Ali bin
Abu Thalib: "Demi Allah, berilah kami hak terhadap Rasulullah." Ali bin Abu
Thalib berkata: "Turunlah." Kemudian Aus bin Khauli turun ke liang lahad
Rasulullah bersama sahabat- sahabat tersebut. Tatkala Rasulullah telah
diletakkan di lahadnya, Syuqran, mantan budak Rasulullah,
mengambil kain
yang sering dipakai dan digelar beliau, kemudian Syuqran mengalasi jenazah
Rasulullah dengan kain tersebut. Syuqran berkata: "Demi Allah, kain ini tidak
ada yang memakainya setelah engkau untuk selamanya."
Dia berkata: Maka iapun dikubur bersama Rasulullah.
Manusia Terakhir yang Menyentuh Rasulullah
Al-Mughirah bin Syu'bah mengaku bahwa dialah orang yang terakhir kali
menyentuh Rasulullah. Al- Mughirah bin Syu'bah berkata: "Aku menjatuhkan
cincinku ke dalam liang lahat Rasulullah." Aku berkata: "Cincinku terjatuh,"
aku sengaja menjatuhkannya agar aku bisa menyentuh jasad beliau sehingga aku
menjadi orang terakhir yang menyentuh Rasulullah.
Ibnu Ishaq berkata: Abu Ishaq bin Yasar bercerita kepadaku, dari Miqsam Abu Al- Qasim, mantan budak Abdullah bin Al-Harits bin Naufal, dari mantan tuannya, Abdullah bin Al-Harits, ia berkata: Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu didatangi beberapa orang dari Irak. Merekabertanya: "Wahai Abu Hasan, kami ingin bertanya sesuatu hal yang penting." Ali bin Abu Thalib berkata: "Firasatku menya- takan bahwa Al-Mughirah bin Syu'bah telah berbicara dengan kalian bahwa dialah orang terakhir kali yang menyentuh Rasulullah ?" Mereka menjawab: "Benar! Dan untuk tujuan inilah kami datang menemuimu." Ali bin Abu Thalib berkata: "Itu tidak benar. Orang yang terakhir kali menyentuh Rasulullah ialah Qutsam bin Al-Abbas."
Ibnu Ishaq berkata: Shalih bin Kisan bercerita kepadaku, dari Az-Zuhri, dari
Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bahwa Aisyah Radhiyallahu Anha berkata
kepadanya: Di tengah-tengah kondisi kritisnya Rasulullah bersabda: "Semoga
Allah menghancurkan kaum yang menjadikan kuburan-kuburan nabi mereka sebagai
masjid." Rasulullah memberi peringatan keras umatnya dari tindakan seperti
itu.229
Ibnu Ishaq berkata: Shalih bin Kisan bercerita kepadaku, dari
Az-Zuhri, dari Ubaidillah bin Abdullah bin Uthab, dari Aisyah Radhsyallahu
Anha, ia berkata: Wasiat terakhir kali yang diucapkan Rasulullah ialah:
"Jangan biarkan ada dua agama di di jazirah Arab."230