Tafsir Al-Furqan A. Hassan

Nama kitab: Tafsir Al-Furqan, al-Furqon Penulis: A. Hassan Bandung Bidang studi: Tafsir Al-Quran Wafat: 1958 (usia 71 tahun) Bangil, Jawa Timur

Tafsir Al-Furqan A. Hassan

Nama kitab: Tafsir Al-Furqan, al-Furqon
Judul lengkap:  Tafsir Al-Quran Al-Karim Al-Furqan: ِAl-Quran Terjemah dan Tafsir
Penulis: A. Hassan Bandung
Nama lengkap: Ahmad Hassan bin Ahmad  (   أحمد حسن بن أحمد )
Lahir, :  1887 di Singapura, Singapore
Wafat: 1958 (usia 71 tahun), Bangil, Jawa Timur
Bahasa pengantar asal: Bahasa Indonesia (Indonesian, اللغة الإندونيسية)
Bidang studi: Tafsir Al-Quran

Daftar isi 

  1. Biografi A. Hassan, Pengarang Tafsir al-Furqan 
  2. Profil Kitab Tafsir Al-Furqon
  3. Footnote
  4. Download Tafsir al-Furqon
  5. Kitab Tafsir Lain
    1. Terjemah Tafsir Tabari 
    2. Terjemah Tafsir al-Qurtubi
    3. Terjemah Tafsir Jalalain
    4. Terjemah Tafsir Ibnu Katsir
    5. Terjemah Tafsir al-Munir Wahbah Zuhaili 
    6. Terjemah Tafsir Fathul Qadir al-Syaukani
    7. Terjemah Tafsir Fi Zhilalil Quran Sayid Qutub 
    8. Tafsir al-Mishbah Quraish Shihab
    9. Tafsir Al-Azhar Hamka
    10. Tafsir An-Nur Hasbi Ash-Shiddieqy 
    11. Tafsir al-Ibriz Bisri Mustofa 
    12. Tafsir al-Quran Kemenag 
    13. Tafsir Quran Karim Mahmud Yunus 
    14. Tafsir Hidayatul Insan 
    15. Tafsir al-Furqan A. Hassan
    16. Terjemah Al-Quran berdasar Juz
  6. Kembali ke Terjemah kitab lain

Biografi A. Hassan, Pengarang Tafsir al-Furqan 

1. Riwayat Hidup

Ahmad Hasan memang tidak seperti ulama yang lainnya yang terkenal ketenarannya. Tetapi walaupun demikian, dengan adanya karya tafsir Al-Furqan justru mengantarkannya kepada pentas nasional, sehingga setiap akademisi atau pemerhati kajian al-Quran dan tafsir pasti mengenalnya.77

Figur Ahmad Hasan dengan ide-ide pemikiranya yang begitu mempesona telah memberikan corak tersendiri, baik dalam historisitas pemikiran Islam maupun dimensi religiusitas kehidupan kaum muslim. Ahmad Hasan tidak hanya dikenal sebagai seorang politikus tetapi juga mufassir, ahli fiqih, bahkan persoalan antar agama.78 

Nama asli Ahmad Hassan adalah Hasan bin Ahmad, karena dia hidup di lingkungan melayu yang memiliki tradisi menempatkan nama keluarga di awal sebuah nama, maka ia dipanggil dengan Ahmad Hassan. Dia dilahirkan pada tahun 1887 di Singapura dari seorang ibu bernama Muznah berkebangsaan Indonesia dan ayahnya bernama Ahmad Sinna Vappu Maricar yang berasal dari India.79

Walaupun dilahirkan di Singapura, tetapi pendidikannya tidaklah diselesaikan ditempat kelahirannya. Disebutkan bahwa pendidikanya dia tempuh di sekolah Melayu sampai kelas empat, disekolah ini dia belajar banyak pelajaran, diantaranya bahasa Arab, Melayu, Tamil dan Inggris dan bahkan pemahaman mengenai agama dia matangkan di sekolah ini. Selain belajar, Ahmad Hassan pada usia 12 tahun sudah biasa bekerja untuk mencari nafkah, seperti berpropesi menjadi guru, pedagang tekstil, agen distributor es dan menjadi juru tulis di kantor jamaah haji sebagai anggota redaksi utusan Melayu.80

Ahmad Hassan, A. Hassan
Selama hidupnya, Ahmad Hasan hanya memiliki satu istri yang Bernama Maryam, dinikahi pada tahun 1911 di Singapura. Istrinya tersebut merupakan keturunan Tamil-Melayu dan dari keluarga yang taat beragama. Dari pernikahannya ini, ia memiliki tujuh anak, diantaranya bernama Abdul Qadir Hasan, yang pada kemudian hari menjadi penerus ayahnya.81 Pada tahun 1921 dari Melayu Ahmad Hassan pindah ke Surabaya dan berniat untuk mengelola salah satu toko tekstil milik pamannya. Namun karena usahanya mengalami kemunduran, ia kemudian pindah ke Bandung untuk belajar menenun agar dapat mendirikan perusahaan tenun di Surabaya bersama teman-temannya.82

Pada tahun 1940, Ahmad Hassan pindah lagi ke Bangil, Pasuruan jawa Timur dan mendirikan pesantren Persis hingga wafatnya pada tahun 1958 diusia 71 tahun. Selama hidupnya, usia yang dimilikinya didedikasikan untuk agama dan pendidikan, sehingga bisa menggoreskan sejarah yang baru dalam sebuah gerakan upaya pemurnian ajaran agama Islam dengan keberanian, ketegasan dan kegigihannya di Negeri Indonesia.83

2.    Pendidikan dan karir 

Seorang ulama kharismatik seperti Ahmad Hassan dan tafsirnya sebagai buah dari pemikirannya, tentunya tidak akan terlepas dari pengaruh kondisi sosial dan pendidikan yang dijalani selama hidupnya, demikian juga karya-karya tulisnya yang lainnya. Jika di lihat dari perjenalanan intelektualnya, sekolah yang pertama kali dimasukinya adalah sekolah dasar yang ada di Singapura, tetapi tidak sampai selesai.
Pada Usia enam tahun ia belajar di sebuah sekolah Melayu di jalan Arab, hingga tinggkat empat. Pada usia yang sama,Ahmad Hassan juga mengikuti sekolah Bahasa Inggris di Victoria Bridge School di Geylang, sampai tingkat empat. Hassan tidak pernah menamatkan sekolah dasarnya di Singapura.84
Selama usia sekolah dasar ini, Pendidikan dari keluarganya cukup mendominasi, terutama pendidikan agama yang diajarkan oleh ayahnya. Selain itu, pendidikan dari sekolah yang lainnya juga ikut andil dan pendidikan ini dia geluti pada usia tujuh tahun, beberapa pelajaran yang dipelajarinya adalah bahasa Arab, bahasa Inggris, Bahasa Melayu dan bahasa Tamil.85

Ahmad Hassan Bandung selain belajar tentang agama dan bahasa, ia ternyata juga suka memperhatikan pertukangan. Waktu senggangnya digunakan untuk memperhatikan orang yang sedang membuat barang atau tukang kayu selama berjam-jam. Kalau tidak belajar di sekolah, Ahmad Hassan selalu membantu ayahnya di percetakan. Rupanya kesenangannya memperhatikan pertukangan itulah menyebabkan ia senang belajar tenun sampai mendapat ijazah. Kebiasaan membantu ayahnya dalam percetakan itu pulalah membuat ia senang pekerjaan cetak-mencetak, mengarang dan menulis.86

Ketika berumur 12 tahun, ia bekerja pada sebuah toko kepunyaan iparnya yaitu Sulaiman, sambil belajar mengaji pada Haji Ahmad di Bukit tiung dan pada Muhamad Thaib, yang merupakan guru terkenal di Minto Road. Pelajaran yang diterima Ahmad Hassan sama dengan yang diberikan kepada anak-anak lainnya, seperti cara salat, wudhu, puasa, ilmu nahwu dan sharaf dan lain-lain. Kemudian berlanjut belajar bahasa Arab pada Said Abdullah al- Musawi selama tiga tahun.87

Selain itu, Ahmad Hassan juga belajar agama pada Abdul Lathif seorang yang terkenal di Malaka dan Singapura. Ia belajar juga pada Syekh Hassan, seorang asal Malabar dan Syekh Ibrahim, seorang asal India. Semua itu ditempuh Ahmad Hassan Bandung hingga tahun 1910, ketika ia berumur 23 tahun.88 Sejalan dengan waktu, keilmuan Ahmad Hassan Bandung semakin berkembang. Keahlian Hassan tentang agama terutama dalam ilmu Hadis, Tafsir, Fiqih, Ushul Fiqih, Kalam dan Manthiq, Faraidh dan Ahmad Hassan juga menguasai bahasa Arab, Inggris, Tamil, Melayu dan Indonesia.89

Setelah banyak ilmu yang dia pelajari, maka dia pun mulai menjadi guru di beberapa sekolah dengan status guru honorer, contohnya di Baghdad Street, madrasah Arab Street dan Geylang Singapura dan pada tahun 1913 Ahmad Hassan menjadi guru tetap di madrasah Assegaf, jalan Sultan menggantikan Fadhlullah Suhaimi. Ia juga menjadi guru Bahasa Inggris di Pontian Kecil dan bahasa Melayu, Benut, Sanglang dan Johor.

Selain mengajar, dia juga menjadi redaktur pada surat kabar Utusan Melayu yang diterbitkan di Singapura Press di bawah pimpinan Inche Hamid dan Sa’dullah Khan. Di surat kabar tersebut ia banyak menulis artikel tentang Islam yang bersifat nasihat, anjuran berbuat kebaikan dan melarang kejahatan.90 Pada tahun 1921 M, karena Ahmad Hassan ingin mengembangkan toko milik pamannya, Abdul Lathif, ia pindah ke Surabaya. Di tempat ini selain bekerja, ia juga menyaksikan pertarungan pemikiran antara kaum muda yang direpresentasikan oleh Muhammadiyah dan kalangan tua dari Nahdhatul Ulama.

Pertarungan pemikiran tersebut berkaitan dengan masalah khilafiyah dalam agama. Karena A Hassan sangat penasaran dengan hal ini, ia pun menelusuri dalil-dalil dari kedua belah pihak hingga akhirnya ia lebih condong kepada pendapatya kalangan muda. Dikarenakan usaha tokonya mengalami kemunduran, maka setelah itu Ahmad Hasaan pindah ke Bandung dengan tujuan untuk belajar bertenun yang ada disana.91

Tempat tersebutlah dinamitas pemikirannya mulai tumbuh, terutama ketika Ahmad Hassan banyak bergaul dengan para Ulama Persatuan Islam (Persis) yang khas dengan cara berpikir yang modernnya dan dikarenakan dia tinggal Bersama keluarga Muhammad Yunus salah satu pendiri Persis. Intensitas interaksi dengan para ulama Persis inilah yang pada akhirnya Ahmad Hassan tumbuh menjadi pemikir muda yang terkenal dengan gagasan-gagasannya yang segar dan merepresentasikan kemoderenan dalam berifkir. Walaupun sebetulnya, bukan hanya karena proses interaksinya dengan Ulama Persis tetapi sumber bacaan dan pergumulan pemikiran yang pada saat itu sedang mengemuka sedikit banyak mempengaruhi pola pemikirannya terhadap isu-isu keagamaan.92

Diantara beberapa sumber bacaan yang mempengaruhi pemikirannya adalah sebagai berikut:
a.    Majalah Al-Manar, yang didapatkannya dari Abdul Ghani pada tahun 1906- 1907, majalah ini terbit di Mesir.
b.    Pada tahun 1900-an A. Hassan membaca Majalah Al-Imam. Dalam majalah tersebut menyajikan paham-paham modern yang berasal dari para ulama Minangkabau seperti ulama yang bernama Abdul Karim, Abdullah Ahmad, Jamil Jambek dan yang lainnya.
c.    Buku kafaah karya Ahmad Surkati yang diterimanya sekitar pada tahun 1914- 1915 . di dalamnya dibahas seputar dibolehkannya nikah antara sesama muslim walaupun derajat dan golongannya berbeda.
d.    Kitab bidayatul mujtahid karya Ibn Rusyd, yang dibacanya saat sudah di Surabaya.
e.    Kitab zadul ma’ad karya Ibn Al-Qayyim, nailul authar karya As-Saukani, dan beberapa fatwa yang terdapat dalam majalah Al-Manar. Ketika buku bacaan tersebut dibacanya pada saat Ahmad Hassan sudah berada di Bandung.93

Tentunya beberapa literatur bacaan yang mempengaruhi pola pemikirannya tidaklah terbatas hanya pada buku-buku yang disebutkan diatas. Selain itu dimungkinkan masih banyak sumber bacaan lainnya yang tidak terdokumentasikan oleh para peneliti.

3.    Karya-karya

Selain dari banyaknya sumber bacaan yang dibaca oleh Ahmad Hassan, dia juga banyak menciptakan karya tulisnya sebagai hasil dialektika antara apa yang dibaca dan apa yang dialami dalam kehidupan realitas. Ada dua pendapat mengenai karya tulisnya, ada yang menyebutkan bahwa ada 81 tulisan dan ada yang menyebutkan kurang dari 80 karya yang ditulis oleh Ahmad Hassan. Diantara karya tulis tersebut adalah sebagai berikut.

Dalam masalah keyakinan:

a.    Kitab Tauhid (pertama terbit tahun 1937)
b.    Aqaid, Adakah Tuhan? (1962, cetak ulang di Malaysia pada tahun 1971)
c. Benarkah Muhammad itu Rasul? (1931)
d. Kitab Al-Nubuwwah (1941)

Dalam bidang teologi, tetapi Ahmad Hassan tidak membahas masalah teologi secara khusus:

a.    Pengajaran Shalat (1930, cetak ulang pada tahun 1991

b.    Sual Djawab (1931, cetak ulang pada tahun 1957-1958)

c.    Islam Kebangsaan (1941)

Dalam bidang tafsir dan hadits:

a.    Tafsir Al-Furqan (1956)
b.    Tafsir Surat Yasin (1951)
c.    Tafsir Al-Hidayah (1949)
d.    Al- Jawahir (1949)

Dalam bidang fiqih:

a.    Fiqih Al-Faraidh (1949)
b.    Wajibkah Zakat Sebelum Setahun (1955)
c.    Kitab Zakat (1949)
d.    Risalah Kudung (1941)
e.    Al-Burhan (1941)
f.    Debat Riba (1931)
g.    Soal Jawab (1931)
h.    Wajibkah Perempuan Berjumah (1955)
i.    Tarjamah Bulugh Al-Maram (1959)

Beberapa karya diatas bukan hanya dipengaruhi oleh buku-buku atau kitab yang dibacanya, melainkan Guru-gurunya juga ikut berperan dalam mengtransfer paham-paham yang kemudian hari menjadi pedoman hidupnya.

Profil Kitab Tafsir Al-Furqan

1.    Latar belakang dan sejarah perkembangan penulisan Tafsir al-Furqan adalah termasuk tafsir yang dikategorikan pada tafsir generasi kedua yaitu membentang dari awal abad ke-20 sampai awal tahun 1960 an, dan tafsir pada periode ini termasuk dalam jajaran tafsir sebagai penyempurnaan atas generasi pertama, pada periode ini panafsirannya mempunyai karakteristik tersendiri berdasarkan kondisi yang berkembang dan seperti yang telah dipakai oleh pengkaji Tafsir di Indonesia, ini dikategorikan sebagai tafsir periode kedua.103

Dalam menulis Tafsir al-Furqan Ahmad Hassan tidak menjelaskan secarakhusus alasannya mengapa ia menulis kitab Tafsir al-Furqan, namun, jika menilik mukaddimahnya, kita bisa menangkap beberapa poin yang melatar belakanginya untuk menyusun kitab tafsir tersebut. Ahmad Hassan sangat menekankan pentingnya posisi Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber agama Islam. Menurutnya, hubungan manusia dengan tuhansangat tergantung pada interpretasi dan implementasi yang benar terhadapagama. Hukum agama hanya bersumber dari Al-Qur’an dan sunah Nabi. Kedua sumber tersebut menyajikan Islam murni yang dapat dipraktikkan sesuaidengan situasi dan kondisi dengan kata lain, segala permasalahan dapat dipecahkan dengan merujuk pada kedua sumber agama tersebut. karena itulah tafsir Al-Qur’an sangat dibutuhkan.104

Perlu diingat bahwa Ahmad Hassan mempunyai tiga karya tafsir diantaranya yaitu Tafsir Al-Hidayah, Tafsir Surat Yasin, dan Tafsir al-Furqan. Tetapi yang masih eksis sampai sekrang adalah Tafsir al-Furqan.

Penulisan tafsir al-Furqan dimulai sejak tahun 1928 atau lebih tepatnya cetakan pertama dicetak pada bulan Muharram 1347 H/ Juli 1928 dengan menggunakan bahasa Melayu bertuliskan latin. Kemudian disusul cetakan kedua terbit pada bulan Robi‟ul Awwal 1347 H/ September 1928 di Bandung  Jawa  Barat.  Cetakan  selanjutnnya  sempat  terhenti  sementara dikarenakan diselingi dengan beberapa kitab yang dianggap perlu oleh anggota PERSIS. Kemudian pada tahun 1941 baru dapat diteruskan kembali sampai surat Al-Maryam.105

Sejarah membuktikan bahwa perkembangan setiap kebudayaan yang besar selalu berawal dari keterpengaruhan dan pergeseran dengan kebudayaan lain yang lebih maju, seiring dinamika kehidupan manusia yang makin mengglobal, kegiatan penafsiran atau penerjemahan mempunyai manfaat yang sangat besar. Oleh karena itu, Al-Furqan pertama kali ditulis oleh Ahmad Hassan adalah dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada umat yang tidak memahami bahasa Arab sekaligus memberikan tuntunan agar umat Islam tidak hanya bertaqlid dengan dalih tidak mengerti bahasa Arab, terutama Alquran sebagi sumber rujukan utama selain Hadis.106 Pada awal abad 20 Ahmad Hasan melakukan penafsiran dengan memberikan nama tafsirnya Al-Furqan Tafsir Alquran dengan bahasa Indonesia yang umum digunakan pada awal abad 20, dan dia mengemukakan bahwa pada tahun 1928 telah menerbitkan juz pertama dan menjelang tahun 1940 telah menyelesaikanya sampai Surat Maryam. Pada masa revolusi Ahmad Hasan menerbitkan kembali tafsir yang utuh.107

Tafsir Al- Furqan selaku satu buah ciptaan yang muncul ditengah- tengah ruang yang tidak hampa. Lingkungan sekitar (Kondisi sosial- intelektual) ikut pengaruhi lahirnya tafsir, menimbang kondisi sosial- intelektual warga Indonesia di mula era 20 yang tengah konstan dengan satu rujukan kitab tafsir,
ialah tafsir Jalalayn serta tindakan kejumudan warga dikala itu. Tafsir Al- Furqan jadi suatu refleksi dari aksi inovasi yang diusung oleh Ahmad Hassan. Tidak hanya factor sosial- intelektual, terdapat aspek ekonomi yang menimbulkan tafsir ini.

Ahmad Hassan selaku seseorang wirausahawan yang mempunyai lumayan banyak kemampuan, mulai dari membordir, sumbat ban, vulkanisir ban serta kemampuan dalam menulis. Seluruh aspek upaya telah dia coba seluruhnya, tetapi upaya yang dikerjakannya senantiasa alami kekecewaan, sampai akhirnya dia mengakhiri buat menulis suatu ciptaan tafsir serta sekian banyak novel yang lain di kota Bandung. Nyatanya ciptaan tafsir ini laris dipasaran dengan bagus, serta dari hasil penjulan tafsir inilah dia menghidupi keluarganya. Tidak heran jika ciptaan tafsir ini laris dipasaran dengan bagus, alasannya tafsir ini membagikan penafsiran yang melegakan.108

Dalam pendahuluannya, Ahmad Hassan membagikan rambu- rambu mengenai ayat- ayat buram serta membagikan wawasan yang bertepatan dengan cara- cara yang dia terapkan dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an. Semacam makna ayat, makna susunan, keterengan, ijmal, asumsi ataupun mengerti yang diiringi oleh Ahmad Hassan. maksudnya adalah kosakata dari suatu ayat menggunakan arti dari ayat itu (tekstaul) dan sering pula menggunakan makna kontekstualnya.

Maksud untaian artinya yakni terjemah pada ayat yang diartikan. Arti penjelasan ialah penafsiran yang dicoba oleh Ahmad Hassan pada ayat yang memerlukan pemahaman. Jadi, sistematiaka penyusunan dalam tafsir edisi tahun 1928 ini yakni diawali dengan kosakata perkataan, setelah itu menunjukkan ayat serupa dengan mushaf ustmani, arti ayat (tekstual ataupun kontekstual), penjelasan ataupun pengertian yang serupa dengan nomer kecil di atas perkataan makna.109

Pengambilan arti kalimat dari tiap-tiap ayat yang diterjemahkan menurut arti yang terpakai di ayat itu dan sering pula diiringi dengan makna asalnya, kecuali apabila ada keterangan lain yang menunjukkan adanya kalimat yang harus diberi makna isti’arah (sindiran).110

Kemudian dari setiap kalimat ayat yang kurang jelas maksudnya, diberi penafsiran yang terang jelas dengan menggunakan angka kecil yang ada dipinggir kalimat yang kurang jelas tersebut. Setelah itu diberikan ringkasan supaya mudah dipahami oleh khayalak umum, maka di akhir-akhir ayat diberi ringkasan, dan ringkasan ini terkadang dirangkap dijadikan satu, kemudian ditaruh sesudah atau sebelum penjelasan ayat.

Dalam tafsir al-Furqan tahun 1928, Ahmad Hassan juga memberi tambahan keterangan yang diambil dari ayat-ayat Taurat (Perjanjian Lama), Injil (Perjanjian Baru), dan Injil Barnaba. Alasan Ahmad Hassan mengutip ayat dari kitab-kitab tersebut adalah hanya sebagai penambah keterangan atau penambah kesaksian saja dari kitab-kitab tersebut dan yang ia ambil dari kitab-kitab tersebut yang sepaham dengan ayat Al-Qur’an saja.111

Tafsir al-Furqan mendapat sambutan antusias dikalangan masyarakat muslim Indonesia. Terbukti tafsir ini mengalami beberapa kali cetak ulang. Pada tahun 1962 M saja sudah naik cetak 10 kali. Ada juga cetakan dalam edisi luks.Abdurrahim dalam artikel bertajuk “Studi perbandingan antara tafsir Tradisional dan Tafsir Modern” menyebut karya ini embrio lahirnya tafsir Modern khususnya di Indonesia. 

2.    Sistematika penulisan

Ahmad Hasan dalam merangkai ciptaannya mengenakan penataan bacaan Arab ditulis di sisi kanan halaman, terjemah bahasa Indonesianya di sisi kiri, tulisanya dalam kedua bahasa sungguh nyata, oleh sebab itu pelafalan bisa dicoba dengan kedua bahasa itu, serta meningkatkan pesan pada bacaan bahasa Indonesianya yang menggambarkan bagian dari tafsir.
Isi karya Ahmad Hassan ini diawali dengan pendahuluan yang berisikan beberapa pasal diantar dari 35 pasal.112 Dari setiap pasal memiliki pembahasan khusus guna memberikan penjelasan atas penafsiran yang akan dilakukan. Kemudian dalam karyanya ini, setelah pendahuluan Abdul Qadir Hasan menyertakan istilah-istilah Al-Qur’an, daftar nama dan tempat surat surat dan juz serta halaman, selain itu disitu juga disertakan judul atau kandungan dari isi surat yang ada.
Guna memberikan pengertian yang lebih sempurna terhadap pembaca, Ahmad Hasan menjadikan garis-garis besar kandungan Al-Qur’an selaku petunjuk terhadap pembaca, kemudian dia membuat untaian yang terdiri dari 10 halaman.113

Sitematika kepenulisannya diawali dengan variable seperti berikut:

a.    Pendahuluan yang didalamnya dibahas tentang latar belakang penyusunan dan tahun penyusunannya. Selanjutnya dikemukakan istilah-istilah tertentu yang terkait dengan Al-Qur’an dibagi dalam fasal-fasal. Setidaknya ada 35 fasal yang terdapat dalam tafsir ini disertai dengan penjelasannya. Fasal-fasal itu meliputi tentang teknik terjemahan dan tafsirnya, Ulumul Quran,Tajwid, kandungan pokok Al-Qur’an, Hadis, Ushul Fiqh, dan tata bahasa Arab. Jika dikaitkan dengan syarat-syarat yang harus dimiliki seorang mufassir, nampaknya apa yang dikemukakan oleh Ahmad Hassan dalam fasal-fasal ini sebagian besar syarat itu tercakup di dalamnya, yaitu penguasaan atas aspek- aspek di atas. Setidaknya ia juga ingin menegaskan bahwa penguasaan hal ini harus menjadi pedoman dasar bagi seseorang yang ingin menafsirkan Alquran.

b.    Tentang topik-topik, yang menjadi indeks dalam tafsir ini menurut penulisnya diambil dari kitab Tafshīl Ayāt Alquran al-Karīm karya Muhammad Fūad Abd al-Bāqiy. Indeks yang tertera dalam tafsir itu disusun sebagai berikut :

1)    adil, 2) amanat, 3) arak, 4) bakhil, 5) bahagia,6) bersih, 7) bintang-bintang, 8) boros, 9) buat baik, 10) bumi, 11) bunuh diri, 12) khianat, 13) dagang, 14) jaga diri, 15) jiwa, 16) judi, 17) fakir, 18)falak, 19) faraidh, 20) gharizah, 21) Hajj, 22) hawa nafsu, 23) hidup, 24) ikhtiar, 25), ilmu, 26) injil, 27), yatim, 28) kaya, 29) kapal, 30) kawin, 31)keluarga, 32) kesehatan, 33) ketua kafir, 34) langit, 35) ma‟af, 36)makanan yang haram, 37) manusia, 38) marah, 39) masukrumah orang,40) merusak, 41) miskin, 42) mungkir janji, 43) perang, 44) perhiasan, 45) persatuan, 46) puasa, 47) qishash, 48) ria, 49) riba, 50) salam, 51) sembahyang, 52) sabar, 53) shadaqah, 54), sombong, 55) tabligh, 56) takut, 57) tanggung jawab, 58) thalaq, 59) tipu, 60) cela, 61) tolong menolong, 62) undian, 63) warisan, 64) wudhu‟, dan 65) zhalim.114 Ditengah maraknya buku-buku yang memuat tentang klasifikasi ayat- ayat Al-Qur’an yang didasarkan kepada topik-topik yang ada dan terkenalnya penerapan tafsir maudhū’i dalam penelitian tafsir, indeks ini bisa menjadi sebuah pedoman dalam memudahkan mencari ayat-ayat terkait dengan sebuah topik tertentu.

Halaman Surah Al-Qur’an secara sistematis dan daftar surah Al-Qur’an secara alfabet isya itu dengan menghilangkan awalan al pada surah yang dimulai dengan awalan al. Halaman juz-juz dari keseluruhannya, sesudah keterangan- keterangan di atas barulah Ahmad Hassan masuk kepenafsiran yang dimulainya dari surah al Fātihah sampai kepada surah Al-Nās. Format yang dipakainya adalah ayat-ayatnya ditulis di sebelah kanan halaman.

3.    Kelebihan dan kekurangan kitab

Berikut kelebihan dan kekurangan dari Tafsir al-Furqan:

a.    Kelebihan

1)    Pada proses bentuk penyampaiannya yang ringkas dan umum, Sehingga tafsir al-Furqan mudah untuk dipahami. Karena dalam memberikan komentar terhadap ayat-ayat yang ditafsirkan Ahmad Hassan menyampaikan secara ringkas dengan tidak bertele-tele atau langsung membicarakan pokok permasalahan yang dibahas dengan bahasa yang singkat dan jelas.

2)    Sistem penyusunan penafsirannya pada pemberlakuan catatan kaki pada kata-kata sulit, sehingga mudah diketahui kata frase yang ditafsirkan oleh Ahmad Hassan. Hal ini dapat memudahkan dan menghibur mata para pembaca tafsir tersebut.

3)    Perhatiannya terhadap bahasa dan kaedah-kaedahnya yang merupakan kelebihan utama dalam kitab tafsir ini. Sehingga tafsirnya dikatatakan bercorak lughawi.

4)    Dapat dipahami semua kalangan baik kalangan intelektual maupun orang awam. Karena bahasanya yang singkat, padat dan jelas. 

b.    Kekurangan

1)    Dalam kitab tafsir al-Furqan tersebut masih ada juga surah yang tidak ditafsirkan atau Ahmad Hassan tidak menafsirkan ayat-ayat dan surah- surah secara keseluruhan, hanya menafsirkan yang dianggap perlu sehingga pambaca tidak bisa mengetahui tafsir dari ayat-ayat atau surah- surah yang tidak di komentari Ahmad Hassan.

2)    Karena ringkasnya penafsiran ini kurang memberikan kepuasan bagi para pembaca yang ingin penjelasan yang lebih detail atau lebih mendalam.

3)    Ahmad Hassan dalam kitab tafsirnya tidak memberikan rujukan atau sumber dari mana dia mengambil perkataan- perkataan yang termuat dalam tafsirnya.115

Perlu kita ketahui tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang disebutkan, kitab Tafsir al-Furqan yang tergolong kitab lama masih digunakan sebagai rujukan. Contohnya ada pada jamaah pengajian Surabaya, dimana kajian jamaah tersebut dilaksanakan setiap Ahad malam tempatnya di daerah Lawang, Malang. Kajian tersebut fokus pada pembahasan pendidikan atau ayat-ayat pendidikan yang merujuk ke pemikiran Ahmad Hassan atau lebih khususnya pada kitab Tafsir al-Furqan.

Footnote 

77Abdul Rohman dkk, “Orientasi Tafsir Al-Furqan Tafsir Al-Qur’an Karya Ahmad Hassan”,
Manarul Quran: Jurnal Studi Islam, Vol. 21, No. 2, 131.

78Siti Fahimah, “Al-Furqan Tafsir Al-Qur’an Karya Ahmad Hassan: Sebuah Karya Masa Pra- Kemerdekaan”, El-Furqania, Vol. 4, No. 1, 87.

79Saiful Amin Ghofur, Mozaik Mufasir Al-Quran, ed. Muhammad Fatih Masrur, Cet.1 (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013), 151.

80Saiful Amin Ghofur, Mozaik Mufasir Al-Quran, ed. Muhammad Fatih Masrur, Cet.1 (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013), 152.

81Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20 (Depok: Gema Insani, 2006), 19.

82Saiful Amin Ghofur, Mozaik Mufasir Al-Quran, ed. Muhammad Fatih Masrur, Cet.1 (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013), 153.

83Dadan Wildan, Yang Dai Yang Politikus: Hayat Dan Perjuangan Lima Tokoh Persis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), 32.

84Akh Minhaji, A. Hassan Sang Ideologi Reformasi Fikih di Indonesia 1887-1958 (Garut: Pembela Islam Media, 2015), 82.

85Abdul Rohman dkk, “Orientasi Tafsir Al-Furqan Tafsir Al-Qur’an Karya Ahmad Hassan”,
Manarul Quran: Jurnal Studi Islam, Vol. 21, No. 2, 132.

86Siti Aminah, “Metodologi Penafsiran Ahmad Hassan Terhadap Tafsir Al-Furqan”, Skripsi Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sumatera Utara, Tahun 2018, 11.

87Deliar Noor, “A. Hassan”, dalam Tamar Djaja (ed.), Riwayat Hidup A. Hassan (Jakarta: Mutiara Jakarta, 1980), 101-102.

88Syafiq A. Mughni, Hassan Bandung Pemikiran Islam Radikal, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1994), 12.

89Siti Aminah, “Metodologi Penafsiran Ahmad Hassan Terhadap Tafsir Al-Furqan”, Skripsi Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sumatera Utara, Tahun 2018, 12.

90Abdul Rohman dkk, “Orientasi Tafsir Al-Furqan Tafsir Al-Qur’an Karya Ahmad Hassan”,
Manarul Quran: Jurnal Studi Islam, Vol. 21, No. 2, 133.

91Siregar, Motodologi Penafsiran Ahmad Hassan Terhadap Tafsir Al-Furqân, 16.

92Ibid, 18.

93Syafiq A. Mughni, Hassan Bandung Pemikiran Islam Radikal, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1994), 11.

102Abdul Sani, Lintasan Sejarah Perkembangan Modern dalam Islam (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1998), 259.

103Siti Fahimah, “Al-Furqan Tafsir Al-Qur’an Karya Ahmad Hassan: Sebuah Karya Masa Pra- Kemerdekaan”, El-Furqania, Vol. 4, No. 1, 95.

104Ibid, 25.

105Ahmad Hassan, Tafsir Al-Furqan, (Bandung: Persatuan Islam, 1928), XI.

106Tamar Djaja, Riwayat Hidup A. Hassan (Jakarta: Mutiara Jakarta, 1980), 17.

107Yunan Yusuf, Beberapa Tafsir al-Qur‟an di Indonesia abad XX, Mimbar Agama dan Budaya no.8 tahun 1985, 6.

108Tamar Djaja, Riwayat Hidup A. Hassan (Jakarta: Mutiara Jakarta, 1980), 23. 

109Siti Aminah, “Metodologi Penafsiran Ahmad Hassan Terhadap Tafsir Al-Furqan”, Skripsi Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sumatera Utara, Tahun 2018, 27.

110Ahmad Hassan, Tafsir Al-Furqan, (Bandung: Persatuan Islam, 1928), II.

111Ahmad Hassan, Tafsir Al-Furqan, (Bandung: Persatuan Islam, 1928), IV.

112Hasan, Al - Furqan Tafsir al–Qur’an , (Jakarta: Tintamas, 1956), XLIII

113Hasan, Al - Furqan Tafsir al–Qur’an , (Jakarta: Tintamas, 1956), xxi.

115Siti Aminah, “Metodologi Penafsiran Ahmad Hassan Terhadap Tafsir Al-Furqan”, Skripsi Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Sumatera Utara, Tahun 2018, 62.

Sumber biografi dan profil kitab ditulis dari skripsi mahasiswa UINSA a.n.  M. IBNU HUSNIL KHITAM

DOWNLOAD TAFSIR AL-FURQAN A. HASSAN

  1. Tafsir Al-Furqan
LihatTutupKomentar