Terjemah Al Mu’jam Ash-Shaghir Thabrani

Nama kitab: Terjemah Al-Mu’jam Ash-Shaghir Penyusun: Imam Thabrani, Tabrani, Thabarani Bidang studi: Hadits Nabi (Al Sunnah) Wafat: Isfahan, Iran

Terjemah Al Mu’jam Ash-Shaghir Thabrani
Nama kitab: Terjemah Al-Mu’jam Ash-Shaghir (Arabic: المعجم الصغير), Al-Mukjam Al-Shaghir
Judul lengkap: Terjemah Al-Mu’jam Ash-Shaghir (Arabic: المعجم الصغير)
Penyusun: Imam Thabrani, Tabrani, Thabarani
Nama lengkap: Abū al-Qāsim Sulaymān ibn Aḥmad ibn Ayyūb ibn Muṭayyir al-Lakhmī ash-Shāmī aṭ-Ṭabarānī (أبو القاسم، سليمان بن أحمد بن أيوب بن مطير اللَّخمي الشامي الطبراني)
Lahir: 873/874 M / Safar, 260 H
Tempat lahir: Isfahan, Iran
Etnis: Persia
Wafat:  Isfahan, Iran   970/971 M / 360 H
Bidang studi: Hadits Nabi (Al Sunnah)
Penerjemah:

Daftar isi

  1. Biografi Pengarang Al-Mu’jam Ash-Shaghir
  2. Profil kitab Al-Mu’jam Ash-Shaghir
  3. Download Terjemah Al-Mu’jam Ash-Shaghir
  4. Download Al-Mu’jam Ash-Shaghir versi Arab
  5. Kitab Hadits lain:
    1. Terjemah Shahih Bukhari
    2. Terjemah Shahih Muslim
    3. Terjemah Sunan Abu Dawud
    4. Terjemah Sunan Tirmidzi
    5. Terjemah Sunan Nasa'i
    6. Terjemah Sunan Ibnu Majah 
    7. Terjemah Sunan Musnad Ad-Darimi
    8. Terjemah Muwatta Malik
    9. Terjemah Musnad Ahmad
    10. Terjemah Mustadrak al-Hakim 
    11. Terjemah al-Mu'jam al-Shaghir 
    12. Terjemah Arbain Nawawi 
    13. Terjemah Bulughul Maram
    14. Terjemah Ibanatul Ahkam (Syarah Bulughul Maram)
    15. Terjemah Riyadhus Shalihin
    16. Terjemah Fathul Bari Syarah Bukhari
    17. Terjemah Syarah Muslim oleh al-Nawawi 
    18. Terjemah Al-Adzkar Nawawi  
  6. Kitab Hadits Terbaru

Biografi Imam Thabrani Pengarang Al-Mu’jam Ash-Shaghir

Imam Thabrani lahir di ‘Akka pada tahun 260 H. Ia telah belajar pada usia 13 tahun di beberapa kota seperti syam, hijaz, baghdad, kufah, bashrah  dll. Ia meriwayatkan hadits dari 1000 masyaikh atau lebih.

Imam Thabrani awalnya belajar pada tahun 273 H pada usia 13 tahun. Ia di ajak rihlah oleh ayahnya, belajar padanya, karena ayahnya sendiri meupakan shohibul hadits. Awal rihlah (perjalanan) beliau pada tahun 275 H, dan dalam sisa perjalanannya ia bertemu dengan para rijal hadits selama 16 tahun.[2]

Berkata Abu ‘Abbas Asy-syiraazi:  saya menulis 3000 hadits dari Thabrani dan itu semuanya tsiqoh. Adz-Dzahabi dalam kitabnya Al-mizan, bahwa tabrani dalam riwayatnya tidak ada yang sendiri لم ينفرد بحديث

Setelah bertahun-tahun lamanya beliau dalam pengembaraan dan paralawatan ke beberapa negeri, maka beliaupun menyusun tiga buah kitab hadits yakni al-Mu’jam al-Shagir, al-Mu’jam al-kabir dan al-Mu’jam al-ausat.[3]

Al-Thabrani juga mengunjungi Asfahan pada tahun 290 H. Setelah menyelesaikan studinya ke berbagai wilayah, beliau kembagi lagi ke Asfahan, dan menetap di sana sampai akhir hanyatnya selama lebih dari setengah abad. Al-Thabrani meninggal di Asfahan pada 28 Zulqa’idah tahun 360 H dalam usia seratus tahun sepuluh bulan. Beliau dimakamkan di samping kubur Hamamah al-dausi, seorang sahabat Rasulullah Saw. [4]

Guru-guru beliau cukup banyak, bahkan menurut catatan al-Zahabi mencapai lebih sari seribu orang. Diantaranya adalah Hasyim bin Murtsid al-Thabrani, Ahmad bin Mas’ud al-Khayyat, ’Amr bin Abi Salmah al-Tunisi, Ahmad bin ’Abdillah al-Lihyani, ’Amr bin Tsaur, Ibrahim bin Abi Sufyan, Abi Zur’ah al-Dimasyqi, Ishaq bin Ibrahim al-Dabiri, Idris bin Ja’far al-’Athar, Basyar bin Musa, Hafsh bin Umar, ’Ali bin ’Abdil ’Aziz al-Bagawi, Miqdam bin Dawud al-Ru’Yani, Yahya bin Abi Ayyub al-’Allaq, ‘Abdullah bin Muhammad bin Sa’id bin Abi Maryarn, Ahmad bin ‘Abdul Wahhab al-Hauthi, Ahmad bin Ibrahim bin Fil al-Balisi, Ahmad bin Ibrahim al-Busri, Ahmad bin Ishaq bin Ibrahim bin Nabith al-Asja’i dan lain-lain.

Sedangkan rnurid-muridnya antara lain; Ahmad binMuhammad bin Ibrahm al-Sahhaf, Ibn Mandah, Abu Bakar bin Mardawih, Abu ‘Umar Muhammad bin al-Husain al-Basthami, Abu Nu’aim al-Ashbahani, Abu al-Fadhl Muhammad bin Ahmad al-Jarudi, Abu Sa’id al-Naqqas, Abu Bakr bin Abi ‘Ali al-Dzakwani, Ahmad bin ‘Abdirrahman al-Azdi, Abu Bakar Muhammad bin Zaid dan lain sebagainya Al-Thabrani juga mempunyai beberapa guru yang pada kesempatan lain rneniadi muridnya, di antaranya Abu Khalifah al-Jumahi dan al-Hafidh ibn ‘Uqdah.

Beberapa ulama telah mernberi komentar terhadap pribadi al-Thabrani. Al-Hafidh Abu al-‘Abbas ibn Mansur al-Syirazi mengemukakan bahwa dirinya telah menulis 300.000 hadis dari al-Thabrani dan ia tsiqah. Sedangkan menurut Abu Bakar bin Abi ‘Ali bahwa al-Thabrani orang yang terkenal ilmunya, pengetahuannya luas dan banyak karya-karyanya, dan konon di akhir hayatnya ia buta. Sedangkan menurut Sulaiman bin Ibrahim, al-Thabarani adalah seorang penghafal hadis sekitar 20.000 sampai 40.000 hadis.

Adapun menurut Abu ‘Abdillah ibn Mandah bahwa al-Thabrani adalah salah satu penghafal yang sangat terkenal. Sedangkan menurut Abu al-Husain Ahmad bin Faris al-Lugawi yang dinisbatkan kepada Ibn al-Amid, al-Thabrani dalam hal hafalan lebih unggul dibanding al-Ji’abi, sedangkan Abu Bakar sendiri lebih unggul dari pada al-Thabrani dalam hal kepintaran dan kecerdasannya.

Dari penilaian para ulama di atas menunjukkan bahwa mayoritas ulama mengakui keadilan dan kapasitas intelektual yang tinggi terhadap al-Thabarani. Sehingga sebagai karir puncaknya dalam bidang hadis al-Thabrani meraih gelar al-Hafid, suatu gelar ahli hadis dalam level yang cukup tinggi.[5]

Imam Thabrani wafat pada tahun pada bulan Dzulqa’dah 360 H dalam usia 100 tahun 4 bulan.[6]

Karya-karya Imam Thabrani

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa at-Thabrani adalah ularna yang mempunyai atensi cukup besar dalam pengembangan ilmu, yang mengantarkannya menjadi ulama yang sangat produktif. Di antara karya-karya tersebut adalah :

1. Musnad al-Asy’ari

2. Musnad al-Syamiyyin

3. Al-Nawadir

4. Fawa’id

5. Musnad Abu Hurairah

6. Musnad ‘Aisyah

7. al-Tafsir

8. Du’a

9. Dala’il al-Nubuwwah

10. Ahadits al-Tiwal

11. Musnad Syu’bah

12. Hadis A’masy

13. Hadis Auza’i

14. Hadis Syaiban

15. Hadis Ayyub

16. ‘Asyrah al-Nisa’

17. Musnad Abu Zar

18. Al-Ru’yah

19. Al-Jud

20. Fadl Ramadan

21. Al-Fara’id

22. Al-Radd ‘ala al-Mu’tazilah

23. Al-Salih ‘ala al-Rasul

24. Ahadis Zuhri min Anas

25. Ahadis Ibn al-Munkadir ‘ala al-rasul

26. Hadis man Kadzab

27. Akhbar ‘Uma ‘il

28. Kitab al-Sunnah

29. Al-Ramy

30. Al-Manasiik

31. Ma’rifah al-Sabahab

32. Al-‘Ilm

33. Fad al-‘Arab

34. Manaqib Ahmad

35. Kitab al-Asyribah

36. Kitab al-Uluwiyah fi Khilafah Abi Bakr wa ‘Umar

Dari sekian banyak karya al-Thabrani yang paling popular atauterkenal adalah ketiga Mu’jam-nya, yaitu al-Mu’jam al-Kabir, al-Mu’jam al-Ausat, dan al-Mu’jam al-Sagir.


Profil kitab Al-Mu’jam Ash-Shaghir

Penggunaan kata mu’jam dalam arti kamus, hingga kini belum diketahui secara pasti sejak kapan istilah mu’jam dipahami untuk menyebut kamus. Juga tidak diketahui siapa orang pertama yang berhasil mempopulerkan istilah mu’jam. Ketidakjelasan informasi ini diakibatkan hilangnya beberapa karya tulis dari khazanah peradaban Arab kuno akibat rusak, hilang, atau peperangan sehingga sulit untuk dilacak.

Informasi yang kini bisa dipahami adalah bahwa pada awalnya, istilah mu’jam dipopulerkan oleh para ulama hadits, bukan para ulama bahasa. Pendapat ini dapat dibuktikan dengan adanya akarya-karya ulama hadits yang mencantumkan kata mu’jam atau member judul buku mereka dengan menggunakan kata mu’jam. Misalnya, Imam Bukhari (810-870 H) yang dalam kitabnya shahih Bukhari, mencantumkan sebuah bab yang ia beri judul “Bab tentang nama-nama sahabat perang Badar sebagaimana termuat di dalam kitab Al-Jami’ yang ditulis oleh Abu Abdillah dengan menggunakan huruf mu’jam”.

Menurut Dr. Husain Nashshar, istilah mu’jam diperkenalkan pertama kalinya oleh seorang ahli hadis bernama Abdul Qasim Abdullah bin Muhammad Al-Baghawi melalui kedua kitabnya yang berjudul “almu’jam al-Kabir” dan “al-Mu’jam al-Shaghir”. Kedua kitabnya ini juga memuat nama-nama para sahabat yang menjadi perawi hadits.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa sebuah buku yang memuat nama-nama secara berurutan sesuai alfabetis dan disertai informasi terkait dengan nama itu, menurut ulama hadits telah layak disebut “Mu’jam” yang kini lebih akrab dinamakan buku direktori (al-Kitab al-Mursyid). Bahkan bukan hanya buku yang terbatas pada penyebutan nama orang saja yang disebut mu’jam. Lebih dari itu, sebuah buku yang memuat nama-nama tempat atau informasi lain yang disusun secara alfabetis juga sering disebut mu’jam atau Ensiklopedia (mausu’ah/mu’jam). Di bidang telekomuikasi misalnya, juga muncul istilah Telephone Directory (Buku Petunjuk Telepon) yang dalam bahasa arab bisa juga disebut dengan mu’jam, “al-Mursyid” dan “Dalil”. Dengan kata lain, buku di bidang apapun, apabila memuat kumpulan kosakata yang disusun secara sistematis berdasarkan urutan huruf hijaiyah, maka ia bisa juga disebut mu’jam.

Selain menggunakan kata mu’jam, dalam bahasa arab sebuah kamus juga dikenal dengan sebutan Qomus. Menurut bahasa, Qomus berasal dari kata قمس yang berarti “menyelam”, “mencelupkan sesuatu ke dalam air”, “tenggelam”. Dahulu, kata Qomus diartikan “laut, samudera luas atau tempat tenggelamnya sesuatu”. Latar belakang pemakaian istilah Qomus untuk menyebut ‘kamus’, karena sebuah kamus memuat sejumlah kosakata, makna dan berbagai informasi lain yang jumlahnya tidak sedikit bahaikan lautan yang mengandung berbagai kekayaan bahari.

Para ulama tempo dulu, mereka berupaya mengkodifikasi semua kosakata bahasa arab kedalam karya karya mereka yang biasanya berukuran tebal dan berbentuk besar agar semua kosakata dan maknanya dapat tertampung disana. Motivasi ini yang mendorong mereka menyebut mu’jam (kamus) dengan istilah baru, yaitu Qomus.[9]

Metode penyusunan kitab mu’jam al-shaghir

kitab Al-Mu’jam al-Shagir karya al-Thabarani ini dicetak menjadi dua juz oleh Penerbit Dar a1-Fikr Beirut, cetakan keduapada tahun 1981 M atau 1401 H. Kitab ini terdiri dari 279 halaman untuk juz I, dan bagian akhir yang merupakan juz II terdiri dari 222 halaman termasuk lima tema tambahan, yaitu: Risalah Ganiyyah al-Alma’i oleh ‘Allamah al-Hafid Abi al-Tayyib Syams al-Haq al-‘Adim Abadi; al-Tuhfah al-Mardliyyah fi Hill Ba’dh d-Musykilat al-Hadisiyyaholeh ‘Allamah al-Muhaddis al-Qadhi al-Syaikh Husain bin Muhsin al-Anshari al-Yamani; Sunniyyah Raf’ al-Yadain fi al-Du’a ba’d al-Shalawat al-Maktubah liman Sya’a; Risalah al-Kasyf lil Imam al-Suyuti fi Bayan al-Khuruj al-Mahdi; dan Taqrid al-Adib oleh al-‘Allamah Yusuf Husain ibn Muhammad al-Khanifari. Kitab ini di-tashhih oleh ‘Abdurrahman Muhammad ‘Utsman dengan judul al-Mu’jam al-Shagir lil Tabarani lil Hafid Abi al-Qasim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub al-Lakhmi al-Thabarani.

Menurut informasi dalam muqaddimah kitab ini, kitab ini disusun berdasarkan periwayatan muridnya yaitu al-Syaikh Abu Bakar Muhammad bin Abdillah bin Zaid, sehingga menjadi sebuah kitab yang sampai kepada kita.

Berdasar informasi yang dikemukakan Abu Zahw jumlah jalur hadis dalam kitab al-Mu’jam al-Shagir ini sebanyak 1500 hadis, sebagian ulama mengatakan kitab ini ternyata hanya memuat 1159 jalur periwayatan, dengan rincian juz 1 memuat 745 jalur periwayatan, dimulai dengan huruf alif sampai huruf kaf. Sedangkan juz II memuat 410 jalur periwayatan dimulai dari huruf lam sampai huruf ya’, ditambah perawi dengan nama kunyah dan perawi perempuan.[10]

Disamping itu juga salah satu karakteristik atau kelebihan dari kitab ini ialah setiap sanad diberi komentar antara hubungan guru-muridnya atau antara rowi yang satu dengan rowi berikutnya.[]

Download Terjemah Al-Mu’jam Ash-Shaghir

  1. Terjemah Al-Mu’jam Ash-Shaghir 1
  2. Terjemah Al-Mu’jam Ash-Shaghir 2 

Download Al-Mu’jam Ash-Shaghir versi Arab

  1. Al-Mu’jam Ash-Shaghir 0
  2. Al-Mu’jam Ash-Shaghir 1
  3. Al-Mu’jam Ash-Shaghir 2
LihatTutupKomentar