Daftar Nama Malaikat yang Wajib Diketahui | Aqidah Aswaja
Daftar Nama Malaikat yang Wajib Diketahui 10 malaikat adalah Jibril, ** Mikail, Isrofil, Izroil, Munkar, Nakir, Roqib, ** Atid, Malik, Ridwan
Nama kitab: Terjemah Nuruzh Zhalam Syarah Aqidatul Awam, Nurudz Dholam, Nur al-Zholam
Nama kitab asal: Nur adz-Dzolam Syarah Aqidatul Awam
Nama lain kitab kuning: Hasyiyah al-Dasuqi
Ejaan lain: Noor -ul-Zalaam, Nuuruzh Zhalaam, Nur adz-Dzolam, Nuruzh Zholam, Nuruzh Zhalam, Nurud Dhalam
Pengarang: Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi
Nama yang dikenal di Arab: محمد بن عمر بن عربي بن علي نووي الجاوي أبو عبد المعطي
Kelahiran: 1813 M, Kecamatan Tanara, Banten
Meninggal: 1897 M, Mekkah, Arab Saudi
Penerjemah:
Bidang studi:Tauhid, Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) Asy'ariyah, ilmu kalam, ushuluddin.
Daftar Isi
- Nadzom Ke-21: Malaikat adalah
- Nadzom Ke-22 dan Ke-23: Nama dan Tugas Malaikat
- Kembali ke Terjemah Nurudz Dholam
وَالْمَـلَكُ الَّـذِيْ بِلاَ أَبٍ وَأُمْ * لاَ أَكْلَ لاَ شُـرْبَ وَلاَ نَوْمَ
لَـهُمْ
[21] Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan tanpa bapak, ibu, ** tidak makan, tidak minum, dan tidak tidur.
a. Meyakini Adanya Malaikat
Maksud nadzom di atas adalah bahwa diwajibkan bagi setiap mukallaf untuk meyakini bahwa para malaikat telah diciptakan oleh Allah tanpa perantara bapak, ibu, dan mereka tidak berjenis laki-laki, atau perempuan, atau khuntsa.
Orang yang meyakini kalau mereka adalah laki-laki maka ia termasuk orang yang mubtadi’ (pembuat bid’ah) dan yang fasik. Mengenai hukum kekufuran orang tersebut, terdapat dua pendapat, ada yang mengatakan ia tidak dihukumi kufur dan ia dihukumi kufur.
Sedangkan orang yang meyakini kalau mereka adalah perempuan maka dihukumi kafir secara ijmak karena sifat kelaki-lakian adalah lebih utama daripada sifat keperempuanan. Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kekufuran orang yang meyakini sifat keperempuanan pada malaikat dengan Firman-Nya, “Orang-orang kafir meyakini para malaikat yang mereka adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih sebagai para perempuan.” (QS. Az-Zukhruf: 19) Adapun orang yang meyakini kalau mereka adalah khuntsa maka lebih utama dihukumi kufur karena sifat khuntsa adalah lebih rendah daripada sifat keperempuanan.
Para malaikat bukanlah golongan jin, laki-laki, dan perempuan. Mereka tidak makan, minum, tidur, menikah, dan melahirkan keturunan.
Amal-amal mereka tidaklah dicatat karena mereka sendiri adalah yang mencatat. Amal-amal mereka juga tidak dihisab karena mereka adalah yang menghisab. Amal-amal mereka juga tidak ditimbang karena mereka adalah yang menimbang. Mereka tidak memiliki amal-amal buruk atau dosa.
Para malaikat akan digiring dan dikumpulkan bersama golongan jin dan manusia. Mereka akan memberikan syafaat kepada para anak cucu Adam yang berbuat durhaka ketika di dunia. Orang-orang mukmin dapat melihat mereka kelak di surga. Kelak para malaikat akan masuk ke dalam surga dan merasakan kenikmatan disana sesuai dengan kenikmatan yang dikehendaki oleh Allah. Demikian ini adalah yang dikatakan oleh Syeh Suhaimi dan Bajuri. Sebagian ulama berkata dengan mengikuti pendapat dari Syeh Mujahid, “Para malaikat tidak akan makan, minum, dan menikah di dalam surga. Mereka akan berada di surga seperti keadaan mereka di dunia.” Perkataan ini dibantah oleh Syeh Suhaimi dengan tanggapannya, “Kalau para malaikat tidak makan, minum, dan menikah di surga maka para bidadari dan anak-anak surga juga begitu (padahal yang diketahui adalah bahwa para bidadari dan anak-anak akan makan, minum, dan menikah di surga).”
Para malaikat adalah jisim-jisim cahaya yang lembut dengan memiliki ruh, yang
mampu menjelma dengan bentuk jelmaan-jelmaan yang berbeda- beda dan yang
indah, yang asal keadaan mereka adalah melakukan ketaatan. Tempat meraka pada
umumnya adalah di langit-langit. Sebagian dari mereka ada yang tinggal di
bumi. Mereka adalah makhluk Allah yang jujur dalam menyampaikan wahyu dari
Allah. Mereka selalu bertasbih di siang dan malam. Mereka tidak akan berhenti
bertasbih dan tidak akan mendurhakai Allah dalam segala apa yang Allah
perintahkan kepada mereka dan melakukan segala perintah yang Allah perintahkan
kepada mereka. Mereka akan mati ketika ditiupkan terompet Kiamat yang pertama,
kecuali para malaikat Hamalat ‘Arsy dan 4 (empat) pemimpin besar
malaikat, karena mereka ini akan mati setelah tiupan terompet yang pertama
selesai. Adapun sebelum ditiupkan terompet maka tidak ada satupun dari para
malaikat yang akan mati. maksudnya mengetahui dari jenis apa mereka
diciptakan. Kita hanya diwajibkan meyakini secara ijmal kalau mereka berjumlah
banyak dan hanya Allah yang mengetahui jumlah mereka, kecuali para malaikat
yang telah disebutkan secara tertentu maka wajib meyakini mereka secara
tafsil. Pertama adalah Jibril, dan seterusnya, seperti yang akan disebutkan
dalam nadzom Syeh Ahmad Marzuki. Kedua adalah para malaikat Hamalat Arsy,
Khafadzoh, dan Katabah.
b. I’rob Nadzom
(CABANG) Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘واﻟﻤﻠﻚ’ adalah dengan dua fathah pada huruf mim dan lam. Lafadz tersebut merupakan bentuk mufrod dari jamak ‘اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ’. Demikian ini disebutkan oleh Syeh al-Fuyumi dalam kitab al-Misbah. Oleh karena ini Syeh Ahmad Marzuki mensifati lafadz tersebut dengan lafadz ‘اﻟﺬى’ yang menunjukkan pada mufrod karena melihat dari segi lafadz. Adapun menjamakkan isim dhomir dalam lafadz ‘ﻟﮭﻢ’ yang kembali pada ‘اﻟﻤﻠﻚ’ adalah karena melihat dari segi makna, seperti Firman Allah dalam Surat Ali Imrah: 113; yang mufrod karena melihat dari sisi lafadznya. Sedangkan lafadz ‘ﯾﺘﻠﻮن’ yang dhomirnya kembali pada lafadz ‘أﻣﺔ’ adalah karena melihat pada sisi maknanya. Begitu juga diperbolehkan membuat shilah dari isim maushul ‘اﻟﺬى’ dengan shilah mufrod karena melihat dari sisi lafadz, seperti; ‘ﻛﺎن اﻟﺬى واﻟﻤﻠﻚ’ dan dengan shilah jamak karena melihat dari sisi makna, seperti
‘ﻛﺎﻧﻮا اﻟﺬى واﻟﻤﻠﻚ’, seperti Firman Allah dalam Surat at-Taubah: 69; yang berarti; kalian telah masuk dalam kebatilan seperti para golongan yang telah memasukinya. Lafadz ‘اﻟﺬى’ dimufrodkan karena menjadi sifat dari lafadz ‘اﻟﻔﺮﯾﻖ’ yang dikira-kirakan, yaitu mufrod secara lafadz, tetapi jamak secara makna.
Huruf ‘ال’ dari lafadz ‘اﻟﻤﻠﻚ’ dalam perkataan Syeh Ahmad Marzuki adalah ‘ال’ jinsiah yang mencakup seluruh unit atau individu. ‘ال’ jinsiah adalah ‘ال’ yang sah ditempati secara kira-kira oleh lafadz ‘ﻛﻞ’. Oleh karena itu dihukumi sah dikatakan, ‘ﻣﻠﻚ وﻛﻞ’.
Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘ﺷﺮب وﻻ أﻛﻞ ﻻ’ adalah dengan fathah pada huruf hamzah dan syiin karena yang dimaksud disini adalah arti perbuatan, bukan sesuatu yang dimakan atau diminum.
c. Meyakini Adanya Wildan dan Bidadari
[CABANG] Diwajibkan bagi setiap mukallaf mengetahui wildan (anak-anak surga). Mereka adalah para
makhluk yang indah dan menyenangkan untuk dilihat karena mereka adalah seperti intan yang bertebaran. Mereka adalah para amrod atau makhluk yang tidak memiliki rambut di atas wajah. Mereka berbentuk anak-anak dunia dan tidak akan pernah menua. Oleh karena itu mereka disebut dengan wildan atau anak-anak. Mereka tidak pernah melakukan perbuatan buruk. Mereka tidak memiliki bapak dan ibu.
Diwajibkan juga bagi setiap mukallaf mengetahui bidadari (al-Huur al-Ain). Mereka adalah perempuan- perempuan yang telah diciptakan oleh Allah dengan Kuasa-Nya dari cahaya.
Mereka tidak memiliki bapak dan ibu. Ada yang mengatakan bahwa mereka diciptakan oleh Allah dari cahaya dan akan menikah dengan para mukmin. Mereka belum pernah dijimak oleh golongan manusia dan jin. Ketika para mukmin menjimak mereka maka para mukmin mendapati mereka masih perawan. Kecantikan mereka sangat luar biasa, seolah-olah kebeningan mereka adalah seperti mutiara, putih kulit mereka adalah seperti intan. Sumsum betis mereka dapat terlihat dari luar daging, tulang, dan kulit, seperti minuman merah dapat terlihat dari kaca hijau, dan seperti pakaian mereka dapat terlihat dari kaca putih. Andaikan sehelai rambut mereka keluar ke bumi maka sehelai rambut itu dapat menerangi seluruh penduduk bumi. Mereka mengenakan 70 perhiasan di kepala mereka dimana perhiasan itu dihiasi dengan intan dan dicampuri dengan intan yaqut merah. Mereka disebut dengan al-Huur al-‘Ain karena kelopak mata mereka sangat putih dan bagian hitamnya sangat hitam.
16. NADZOM KEDUA PULUH DUA DAN KEDUA PULUH TIGA
b. I’rob Nadzom
(CABANG) Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘واﻟﻤﻠﻚ’ adalah dengan dua fathah pada huruf mim dan lam. Lafadz tersebut merupakan bentuk mufrod dari jamak ‘اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ’. Demikian ini disebutkan oleh Syeh al-Fuyumi dalam kitab al-Misbah. Oleh karena ini Syeh Ahmad Marzuki mensifati lafadz tersebut dengan lafadz ‘اﻟﺬى’ yang menunjukkan pada mufrod karena melihat dari segi lafadz. Adapun menjamakkan isim dhomir dalam lafadz ‘ﻟﮭﻢ’ yang kembali pada ‘اﻟﻤﻠﻚ’ adalah karena melihat dari segi makna, seperti Firman Allah dalam Surat Ali Imrah: 113; yang mufrod karena melihat dari sisi lafadznya. Sedangkan lafadz ‘ﯾﺘﻠﻮن’ yang dhomirnya kembali pada lafadz ‘أﻣﺔ’ adalah karena melihat pada sisi maknanya. Begitu juga diperbolehkan membuat shilah dari isim maushul ‘اﻟﺬى’ dengan shilah mufrod karena melihat dari sisi lafadz, seperti; ‘ﻛﺎن اﻟﺬى واﻟﻤﻠﻚ’ dan dengan shilah jamak karena melihat dari sisi makna, seperti
‘ﻛﺎﻧﻮا اﻟﺬى واﻟﻤﻠﻚ’, seperti Firman Allah dalam Surat at-Taubah: 69; yang berarti; kalian telah masuk dalam kebatilan seperti para golongan yang telah memasukinya. Lafadz ‘اﻟﺬى’ dimufrodkan karena menjadi sifat dari lafadz ‘اﻟﻔﺮﯾﻖ’ yang dikira-kirakan, yaitu mufrod secara lafadz, tetapi jamak secara makna.
Huruf ‘ال’ dari lafadz ‘اﻟﻤﻠﻚ’ dalam perkataan Syeh Ahmad Marzuki adalah ‘ال’ jinsiah yang mencakup seluruh unit atau individu. ‘ال’ jinsiah adalah ‘ال’ yang sah ditempati secara kira-kira oleh lafadz ‘ﻛﻞ’. Oleh karena itu dihukumi sah dikatakan, ‘ﻣﻠﻚ وﻛﻞ’.
Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘ﺷﺮب وﻻ أﻛﻞ ﻻ’ adalah dengan fathah pada huruf hamzah dan syiin karena yang dimaksud disini adalah arti perbuatan, bukan sesuatu yang dimakan atau diminum.
c. Meyakini Adanya Wildan dan Bidadari
[CABANG] Diwajibkan bagi setiap mukallaf mengetahui wildan (anak-anak surga). Mereka adalah para
makhluk yang indah dan menyenangkan untuk dilihat karena mereka adalah seperti intan yang bertebaran. Mereka adalah para amrod atau makhluk yang tidak memiliki rambut di atas wajah. Mereka berbentuk anak-anak dunia dan tidak akan pernah menua. Oleh karena itu mereka disebut dengan wildan atau anak-anak. Mereka tidak pernah melakukan perbuatan buruk. Mereka tidak memiliki bapak dan ibu.
Diwajibkan juga bagi setiap mukallaf mengetahui bidadari (al-Huur al-Ain). Mereka adalah perempuan- perempuan yang telah diciptakan oleh Allah dengan Kuasa-Nya dari cahaya.
Mereka tidak memiliki bapak dan ibu. Ada yang mengatakan bahwa mereka diciptakan oleh Allah dari cahaya dan akan menikah dengan para mukmin. Mereka belum pernah dijimak oleh golongan manusia dan jin. Ketika para mukmin menjimak mereka maka para mukmin mendapati mereka masih perawan. Kecantikan mereka sangat luar biasa, seolah-olah kebeningan mereka adalah seperti mutiara, putih kulit mereka adalah seperti intan. Sumsum betis mereka dapat terlihat dari luar daging, tulang, dan kulit, seperti minuman merah dapat terlihat dari kaca hijau, dan seperti pakaian mereka dapat terlihat dari kaca putih. Andaikan sehelai rambut mereka keluar ke bumi maka sehelai rambut itu dapat menerangi seluruh penduduk bumi. Mereka mengenakan 70 perhiasan di kepala mereka dimana perhiasan itu dihiasi dengan intan dan dicampuri dengan intan yaqut merah. Mereka disebut dengan al-Huur al-‘Ain karena kelopak mata mereka sangat putih dan bagian hitamnya sangat hitam.
16. NADZOM KEDUA PULUH DUA DAN KEDUA PULUH TIGA
تَفْـصِـيْلُ عَشْرٍ مِنْهُمُ جِبْرِيْلُ * مِـيْـكَـالُ اِسْـرَافِيْلُ عِزْرَائِيْلُ
[22] Rincian 10 malaikat adalah Jibril, ** Mikail, Isrofil, Izroil,
مُنْـكَرْ نَكِـيْرٌ وَرَقِيْبٌ وَكَذَا * عَتِـيْدٌ مَالِكٌ ورِضْوَانُ احْتَـذَى
[23] Munkar, Nakir, Roqib, ** Atid, Malik, Ridwan.
a. Sepuluh Malaikat dan Tugas- tugas mereka
Maksud nadzom di atas adalah bahwa diwajibkan bagi setiap mukallaf meyakini 10 malaikat secara rinci dengan cara mengetahui nama-nama mereka. 10 malaikat tersebut dibagi menjadi 4 (empat), yaitu (1) al-Mutashorrifun, (2) al-Fatinun, (3) al- Khafidzun, dan (4) al-Khozinun.
Malaikat al-Mutashorrifun ada 4 (empat), yaitu Jibril, Mikail, Isrofil, dan Izroil.
1. Jibril adalah Malaikat yang ditugaskan untuk membawakan
wahyu, maksudnya, berita yang datang dari sisi Allah kepada para nabi ‘aliahim
as-sholatu wa as- salaamu. Syeh al-Jalal as-Suyuti berkata, “Sesungguhnya
Malaikat Jibril mendatangi acara kematian orang yang mati dalam keadaan masih
menanggung wudhu. Pendapat yang telah masyhur yang mengatakan
bahwa Malaikat Jibril tidak turun ke bumi setelah kewafatan
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama adalah pendapat yang tidak memiliki
dasar atau dalil sama sekali, kecuali apabila yang dimaksud dengan
pendapat tersebut adalah bahwa Jibril tidak lagi membawakan wahyu. Demikian
disebutkan oleh al-Qulyubi.”
2. Mikail adalah
Malaikat yang ditugaskan mengatur jumlah curahan hujan,
lautan, sungai, rizki, dan membentuk rupa para janin di dalam rahim.
3. Isrofil adalah Malaikat yang ditugaskan dalam Lauh
Mahfudz, tiupan terompet. Terompet tersebut adalah sebuah terompet yang
diciptakan dari cahaya. Terompet tersebut memiliki jumlah lubang yang sama
dengan jumlah ruh. Isrofil akan meniupnya sebanyak dua
kali. Tiupan yang pertama adalah
untuk mematikan seluruh makhluk kecuali makhluk yang dikehendaki
oleh Allah, yaitu berjumlah 7 (tujuh); Arsy, Kursi, Lauh Mahfudz, Qolam,
surga, neraka, dan ruh-ruh. Tiupan kedua adalah untuk membangkitkan seluruh
makhluk. Kemudian seluruh ruh dikembalikan ke jasad mereka. Tidak ada satu pun
ruh yang salah masuk ke dalam jasad. Adapun jarak antara tiupan pertama dan
tiupan kedua adalah 40 tahun atas dasar Firman Allah, “Dan sangkakala pun
ditiup maka matilah semua makhluk yang ada di langit dan di bumi kecuali
mereka yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian di tiup sekali lagi
sangkakala itu maka seketika itu mereka bangun dari kubur menunggu keputusan
Allah.” (QS. Az-Zumar: 68)
4. Izroil adalah Malaikat yang ditugaskan mencabut ruh
seluruh makhluk, maksudnya ditugaskan untuk mengeluarkan ruh dari setiap
makhluk yang bernyawa dari tempatnya, meskipun itu kutu, jentik nyamuk, atau
nyamuk, seperti yang dinyatakan oleh ahlu al-haq. Berbeda dengan
kaum Mu’tazilah, karena mereka berpendapat bahwa
Izrail tidaklah mencabut nyawa
para malaikat, burung-burung dan lain-lain, tetapi ia hanya mencabut nyawa
golongan manusia dan jin. Dan berbeda dengan kaum Mubtadiah
karena mereka berpendapat bahwa Izroil tidak mencabut nyawa
binatang-binatang ternak, tetapi nyawa-nyawa mereka dicabut oleh teman-teman
atau pembantu-pembantu Izroil, seperti yang disebutkan oleh Syeh al-Bajuri.
Izroil adalah malaikat yang agung dan yang menakutkan pandangannya. Kepalanya berada di langit tertinggi dan kedua kakinya berada di batas atau dasar bumi terendah. Wajahnya menghadap ke arah Lauh Mahfudz. Seluruh makhluk berada di antara kedua matanya. Ia memiliki teman dari malaikat yang berjumlah sama dengan jumlah makhluk yang dapat mati. Ia bersikap ramah dan baik kepada makhluk mukmin dan mendatanginya dengan bentuk yang indah, bukan yang lain.
Malaikat al-Faatinun ada dua, yaitu Munkar dan Nakir. Mereka adalah dua malaikat yang hitam yang mencengkram bumi dengan dua taring mereka. Mereka memiliki rambut- rambut yang terurai yang mereka tarik di atas bumi. Mata mereka adalah seperti kilat menyambar. Dalam riwayat Zarqon disebutkan bahwa kedua mata mereka adalah seperti bejana besar tembaga. Suara mereka adalah seperti petir yang bergemuruh. Ketika mereka berbicara maka dari kedua mulut mereka keluar seperti api. Kedua taring mereka adalah seperti tanduk sapi. Nafas mereka seperti angin ribut. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa nafas mereka seperti kobaran api. Masing-masing dari mereka memegang palu yang terbuat dari besi. Andaikan seluruh makhluk manusia dan jin dikumpulkan untuk mengangkat palu itu niscaya mereka tidak akan mampu mengangkatnya. Andaikan palu itu dipukulkan pada gunung-gunung niscaya gunung-gunung itu akan hancur.
Mereka berdua ditugaskan untuk menanyai manusia dan jin, yaitu golongan makhluk yang telah menerima dakwah Islam, baik mukmin, munafik, atau kafir. Waktu menanyai adalah ketika telah selesai mengubur dan orang-orang telah pergi. Kemudian Allah mengembalikan ruh ke seluruh badan, seperti yang dikatakan oleh ulama jumhur. Syeh Ibnu Hajar berkata bahwa ruh dikembalikan ke separuh badan bagian atas saja. Dan telah melakukan kesalahan orang yang berkata kalau badan ditanyai Munkar Nakir tanpa ruh dan yang mengatakan kalau yang ditanyai adalah ruh tanpa badan. Akan tetapi, meskipun ruh dikembalikan ke badan, maka badan itu tetap disebut dengan mayit karena hidupnya adalah bukan hidup yang sempurna, tetapi hidup yang tengah- tengah antara mati dan hidup, seperti tidur yang merupakan keadaan antara mati dan hidup. Seluruh indra, akal, dan pengetahuan yang sekiranya memahami perkataan (khitob) dan mampu menjawab ketika ditanya. Demikian ini disebutkan oleh Syeh al- Bajuri.
Makhluk yang matinya terpotong-potong anggota tubuhnya atau yang dimakan binatang buas akan dikembalikan utuh lagi. Kemudian ia didudukkan. Kemudan Munkar dan Nakir menanyainya dengan keras dan menghardiknya dengan tegas. Demikian yang dikatakan oleh Syeh al- Ghazali. Ada yang mengatakan bahwa Munkar dan Nakir akan berbuat ramah dan baik kepada mayit yang mukmin dan akan menghardik keras mayit yang kafir dan munafik.
Mereka akan menanyai setiap manusia dengan bahasa manusia itu. Mereka bertanya, “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa Nabimu? Apa Kiblatmu? Siapa teman-temanmu? Apa panutanmu? Apa landasanmu? Apa amalmu?” Barang siapa yang diberi taufik oleh Allah dengan perkataan yang tetap maka ia akan menjawab, “Siapa yang telah menugaskan kalian menanyaiku? Dan Siapa yang mengutus kalian mendatangiku?” Tidak ada yang menjawab dengan jawaban demikian ini kecuali mereka para ulama yang terpilih. Kemudian salah satu dari Munkar atau Nakir berkata kepada temannya, “Orang ini benar. Ia aman dari perlakukan siksa kita.”
Izroil adalah malaikat yang agung dan yang menakutkan pandangannya. Kepalanya berada di langit tertinggi dan kedua kakinya berada di batas atau dasar bumi terendah. Wajahnya menghadap ke arah Lauh Mahfudz. Seluruh makhluk berada di antara kedua matanya. Ia memiliki teman dari malaikat yang berjumlah sama dengan jumlah makhluk yang dapat mati. Ia bersikap ramah dan baik kepada makhluk mukmin dan mendatanginya dengan bentuk yang indah, bukan yang lain.
Malaikat al-Faatinun ada dua, yaitu Munkar dan Nakir. Mereka adalah dua malaikat yang hitam yang mencengkram bumi dengan dua taring mereka. Mereka memiliki rambut- rambut yang terurai yang mereka tarik di atas bumi. Mata mereka adalah seperti kilat menyambar. Dalam riwayat Zarqon disebutkan bahwa kedua mata mereka adalah seperti bejana besar tembaga. Suara mereka adalah seperti petir yang bergemuruh. Ketika mereka berbicara maka dari kedua mulut mereka keluar seperti api. Kedua taring mereka adalah seperti tanduk sapi. Nafas mereka seperti angin ribut. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa nafas mereka seperti kobaran api. Masing-masing dari mereka memegang palu yang terbuat dari besi. Andaikan seluruh makhluk manusia dan jin dikumpulkan untuk mengangkat palu itu niscaya mereka tidak akan mampu mengangkatnya. Andaikan palu itu dipukulkan pada gunung-gunung niscaya gunung-gunung itu akan hancur.
Mereka berdua ditugaskan untuk menanyai manusia dan jin, yaitu golongan makhluk yang telah menerima dakwah Islam, baik mukmin, munafik, atau kafir. Waktu menanyai adalah ketika telah selesai mengubur dan orang-orang telah pergi. Kemudian Allah mengembalikan ruh ke seluruh badan, seperti yang dikatakan oleh ulama jumhur. Syeh Ibnu Hajar berkata bahwa ruh dikembalikan ke separuh badan bagian atas saja. Dan telah melakukan kesalahan orang yang berkata kalau badan ditanyai Munkar Nakir tanpa ruh dan yang mengatakan kalau yang ditanyai adalah ruh tanpa badan. Akan tetapi, meskipun ruh dikembalikan ke badan, maka badan itu tetap disebut dengan mayit karena hidupnya adalah bukan hidup yang sempurna, tetapi hidup yang tengah- tengah antara mati dan hidup, seperti tidur yang merupakan keadaan antara mati dan hidup. Seluruh indra, akal, dan pengetahuan yang sekiranya memahami perkataan (khitob) dan mampu menjawab ketika ditanya. Demikian ini disebutkan oleh Syeh al- Bajuri.
Makhluk yang matinya terpotong-potong anggota tubuhnya atau yang dimakan binatang buas akan dikembalikan utuh lagi. Kemudian ia didudukkan. Kemudan Munkar dan Nakir menanyainya dengan keras dan menghardiknya dengan tegas. Demikian yang dikatakan oleh Syeh al- Ghazali. Ada yang mengatakan bahwa Munkar dan Nakir akan berbuat ramah dan baik kepada mayit yang mukmin dan akan menghardik keras mayit yang kafir dan munafik.
Mereka akan menanyai setiap manusia dengan bahasa manusia itu. Mereka bertanya, “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa Nabimu? Apa Kiblatmu? Siapa teman-temanmu? Apa panutanmu? Apa landasanmu? Apa amalmu?” Barang siapa yang diberi taufik oleh Allah dengan perkataan yang tetap maka ia akan menjawab, “Siapa yang telah menugaskan kalian menanyaiku? Dan Siapa yang mengutus kalian mendatangiku?” Tidak ada yang menjawab dengan jawaban demikian ini kecuali mereka para ulama yang terpilih. Kemudian salah satu dari Munkar atau Nakir berkata kepada temannya, “Orang ini benar. Ia aman dari perlakukan siksa kita.”
Orang yang beriman atau mukmin akan menjawab pertanyaan dengan, “Tuhanku
adalah Allah Yang Maha Esa. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Islam adalah agamaku.
Muhammad adalah nabiku. Ia adalah penutup para nabi. Ka’bah
adalah kiblatku. Orang- orang mukmin adalah teman-temanku.
Al-Quran adalah panutanku. Sunah Rasul
adalah landasanku. Dan aku telah membaca
al-Quran. Aku mempercayainya dan
membenarkannya.” Kemudian Munkar dan Nakir berkata kepada orang mukmin itu
karena menjawab dengan benar, “Kamu benar! Tidurlah!” Tidurnya adalah berada
di singgasana yang mana ia tidak dapat dibangunkan kecuali oleh orang yang
paling ia cintai. Dalam riwayat Bukhori dan Muslim disebutkan bahwa Munkar dan
Nakir akan berkata kepada orang mukmin, “Apa yang kamu katakan tentang Nabi
Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallama?” Orang mukmin itu menjawab,
“Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.”
Adapun mayit kafir dan munafik maka mereka akan gemetar ketika ditanyai Munkar dan Nakir. Mereka menjawab pertanyaan dengan mengatakan, “Hah? Hah? Aku tidak tahu.”
Adapun mayit kafir dan munafik maka mereka akan gemetar ketika ditanyai Munkar dan Nakir. Mereka menjawab pertanyaan dengan mengatakan, “Hah? Hah? Aku tidak tahu.”
Dalam riwayat Turmudzi disebutkan bahwa salah satu dari dua malaikat itu dipanggil dengan nama Munkar, dan yang satunya lagi dipanggil dengan nama Nakir. Ibnu Yunus berkata, “Sesungguhnya dua malaikat yang menanyai mayit yang mukmin maka salah satunya dipanggil dengan nama Mubasyir dan yang satunya lagi dipanggil dengan nama Basyir.
Keadaan-keadaan mayit yang ditanya adalah berbeda-beda. Sebagian ada mayit
yang ditanyai oleh masing- masing dari dua Malaikat itu karena memberatkan
mayit. Sebagian ada mayit yang ditanyai oleh salah satu dari mereka berdua
karena meringankan mayit. Bentuk-bentuk pertanyaan dan jawaban pun juga
berbeda-beda. Sebagian ada mayit yang ditanyai hanya sebagian
akidah-akidahnya. Sebagian ada mayit yang ditanyai seluruh akidah-akidahnya.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa para makhluk akan ditanyai tentang
dua syahadat. Ikrimah berkata bahwa mereka akan ditanyai tentang
keimanan kepada Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallama dan masalah tauhid.
Ketika orang-orang banyak mati pada satu waktu yang bersamaan di wilayah atau negara-negara yang berbeda-beda maka mereka semua tetap akan ditanyai dalam satu waktu yang bersamaan pula. Demikian ini merupakan hal yang mungkin. Syeh al- Qurtubi berkata, “Boleh jadi Munkar dan Nakir datang dengan keadaan besar dan langsung menanyai makhluk yang banyak dengan sekali menanyai.” Syeh Suyuti berkata, “Mungkin saja ada banyak malaikat yang memberikan pertanyaan kepada mereka yang mati dalam jumlah banyak, seperti halnya Malaikat Khafadzoh juga bisa menjadi banyak, dan lain-lain.”
Ketika orang-orang banyak mati pada satu waktu yang bersamaan di wilayah atau negara-negara yang berbeda-beda maka mereka semua tetap akan ditanyai dalam satu waktu yang bersamaan pula. Demikian ini merupakan hal yang mungkin. Syeh al- Qurtubi berkata, “Boleh jadi Munkar dan Nakir datang dengan keadaan besar dan langsung menanyai makhluk yang banyak dengan sekali menanyai.” Syeh Suyuti berkata, “Mungkin saja ada banyak malaikat yang memberikan pertanyaan kepada mereka yang mati dalam jumlah banyak, seperti halnya Malaikat Khafadzoh juga bisa menjadi banyak, dan lain-lain.”
Pertanyaan yang diajukan oleh dua Malaikat adalah dikhususkan bagi makhluk
yang mukallaf meskipun dari golongan jin, bukan malaikat. Dikecualikan dari
para mukallaf adalah para nabi, orang-orang yang shiddiq, para syuhada, orang
yang selalu membaca Surat al-Mulk setiap malam atau Surat Sajdah, orang yang
membaca Surat al-Ikhlas dalam sakitnya dimana ia mati dalam keadaan sakitnya
itu, dan lain-lain.
Dua Malaikat itu disebut dengan Munkar dan Nakir karena mereka tidak menyerupai makhluk manusia, malaikat, burung, binatang ternak, dan binatang yang berbahaya, tetapi mereka adalah makhluk yang indah yang telah diciptakan oleh Allah sebagai pengingat orang mukmin dan pembuka kejelekan orang kafir. Tidak ada rasa ketenangan sama sekali pada penciptaan mereka bagi yang melihat. Apabila melihat mereka adalah satu- satunya siksaan bagi orang kafir niscaya akan mencukupi karena melihat mereka itu adalah siksaan yang besar karena melihat mereka dapat menyebabkan rasa gemetar dan kebingungan yang besar.
Dua Malaikat itu disebut dengan Munkar dan Nakir karena mereka tidak menyerupai makhluk manusia, malaikat, burung, binatang ternak, dan binatang yang berbahaya, tetapi mereka adalah makhluk yang indah yang telah diciptakan oleh Allah sebagai pengingat orang mukmin dan pembuka kejelekan orang kafir. Tidak ada rasa ketenangan sama sekali pada penciptaan mereka bagi yang melihat. Apabila melihat mereka adalah satu- satunya siksaan bagi orang kafir niscaya akan mencukupi karena melihat mereka itu adalah siksaan yang besar karena melihat mereka dapat menyebabkan rasa gemetar dan kebingungan yang besar.
Lafadz ‘اﻟﮭﻮام’ adalah bentuk jamak dari mufrod ‘ھﺎﻣﺔ’, seperti lafadz ‘دواب’
adalah bentuk jamak dari mufrod ‘داﺑﺔ’. Lafadz ‘اﻟﮭﻮام’ dimaksudkan
untukmakhluk yang membahayakan. Abu Hatim berkata, “Lafadz ‘اﻟﮭﻮام’
dimaksudkan pada seluruh makhluk yang dapat berjalan di muka bumi, yaitu
makhluk yang seukuran kutu sampai seukuran ular.”
Syeh Hasan al-Adawi berkata, “Adapun ahli iman maka dua Malaikat itu bernama Mubasyir dan Basyir. Ada yang mengatakan bahwa dua Malaikat itu akan disertai dengan satu malaikat lain yang disebut ‘Nakuur’. Sebelum dua malaikat itu mendatangi mayit, datang terlebih dahulu satu malaikat lain yang bernama ‘Rouman’. Syeh al- Amir berkata bahwa hadis yang menjelaskan tentang Rouman ada yang mengatakan bahwa hadis tersebut adalah hadis mauduk atau ditolak karena kebohongannya. Menurut pendapat yang shohih, nama Munkar dan Nakir adalah untuk menanyai mayit mukmin dan lainnya, baik yang taat, atau yang durhaka, hanya saja mereka berdua mendatangi mayit mukmin yang diberi taufik dengan ramah tanpa kekerasan dan membuat kegelisahan.”
Syeh Syaibani berkata dalam
Qosidahnya yang berpola bahar thowil;
Munkar dan Nakir [adalah dua malaikat] yang disebutkan berdasarkan dalil yang shohih. ** Mereka berdua akan menanyai hamba dalam kuburan di tempat duduk.
Syeh Iwadh bin Ahmad al-Ghomrowi berkata;
Dua Malaikat itu adalah Nakir dan Munkar menurut dalil yang shohih.
** Sebelum mereka ada dulu malaikat yang bernama Rouman tetapi ini berdasarkan hadis yang tidak shohih.
Perkataan Syeh Iwadh ‘ھﻤﺎ’ bermaksud dua Malaikat. Perkataannya ‘وﻗﺒﻠﮭﻢ’
dengan dhomir jamak adalah kembali pada marjik dua Malaikat. Adapun dhomir ini dijamakkan adalah karena memberikan petunjuk pada suatu pendapat bahwa adanya banyak malaikat yang ditugaskan untuk memberikan pertanyaan kepada mayit yang berjumlah banyak juga, seperti yang dikatakan oleh Syeh al-Halimi, “Berarti malaikat yang ditugaskan untuk memberikan pertanyaan kepada mayit ada banyak. Sebagian dari mereka disebut dengan nama Munkar dan sebagian dari mereka disebut dengan Nakir. Kemudian Allah hanya mengutus dua dari mereka kepada mayit. Wallahu A’lam.” Perkataan Syeh Iwadh ‘ﯾﺼﺢ ﻟﻢ ﻟﻜﻦ’ bermaksud bahwa hadis yang diriwayatkan dalam menjelaskan tentang adanya Rouman adalah hadis yang tidak shohih karena perawinya tidak terpercaya. Oleh karena ini Syeh Bajuri berkata, “Adapun pendapat yang mengatakan bahwa ada satu malaikat yang datang terlebih dahulu sebelum dua Malaikat, Munkar Nakir, maka pendapat tersebut berdasarkan hadis yang mauduk atau palsu. Ada yang mengatakan hadisnya masih simpang siur akan keshohihannya.”
Syeh Hasan al-Adawi berkata, “Adapun ahli iman maka dua Malaikat itu bernama Mubasyir dan Basyir. Ada yang mengatakan bahwa dua Malaikat itu akan disertai dengan satu malaikat lain yang disebut ‘Nakuur’. Sebelum dua malaikat itu mendatangi mayit, datang terlebih dahulu satu malaikat lain yang bernama ‘Rouman’. Syeh al- Amir berkata bahwa hadis yang menjelaskan tentang Rouman ada yang mengatakan bahwa hadis tersebut adalah hadis mauduk atau ditolak karena kebohongannya. Menurut pendapat yang shohih, nama Munkar dan Nakir adalah untuk menanyai mayit mukmin dan lainnya, baik yang taat, atau yang durhaka, hanya saja mereka berdua mendatangi mayit mukmin yang diberi taufik dengan ramah tanpa kekerasan dan membuat kegelisahan.”
Syeh Syaibani berkata dalam
Qosidahnya yang berpola bahar thowil;
Munkar dan Nakir [adalah dua malaikat] yang disebutkan berdasarkan dalil yang shohih. ** Mereka berdua akan menanyai hamba dalam kuburan di tempat duduk.
Syeh Iwadh bin Ahmad al-Ghomrowi berkata;
Dua Malaikat itu adalah Nakir dan Munkar menurut dalil yang shohih.
** Sebelum mereka ada dulu malaikat yang bernama Rouman tetapi ini berdasarkan hadis yang tidak shohih.
Perkataan Syeh Iwadh ‘ھﻤﺎ’ bermaksud dua Malaikat. Perkataannya ‘وﻗﺒﻠﮭﻢ’
dengan dhomir jamak adalah kembali pada marjik dua Malaikat. Adapun dhomir ini dijamakkan adalah karena memberikan petunjuk pada suatu pendapat bahwa adanya banyak malaikat yang ditugaskan untuk memberikan pertanyaan kepada mayit yang berjumlah banyak juga, seperti yang dikatakan oleh Syeh al-Halimi, “Berarti malaikat yang ditugaskan untuk memberikan pertanyaan kepada mayit ada banyak. Sebagian dari mereka disebut dengan nama Munkar dan sebagian dari mereka disebut dengan Nakir. Kemudian Allah hanya mengutus dua dari mereka kepada mayit. Wallahu A’lam.” Perkataan Syeh Iwadh ‘ﯾﺼﺢ ﻟﻢ ﻟﻜﻦ’ bermaksud bahwa hadis yang diriwayatkan dalam menjelaskan tentang adanya Rouman adalah hadis yang tidak shohih karena perawinya tidak terpercaya. Oleh karena ini Syeh Bajuri berkata, “Adapun pendapat yang mengatakan bahwa ada satu malaikat yang datang terlebih dahulu sebelum dua Malaikat, Munkar Nakir, maka pendapat tersebut berdasarkan hadis yang mauduk atau palsu. Ada yang mengatakan hadisnya masih simpang siur akan keshohihannya.”
Diriwayatkan bahwa sebab mengapa Munkar dan Nakir bersikap ramah dan baik
kepada mayit mukmin adalah bahwa ketika Sayyidina Umar bin Khattab telah
wafat, kemudian dikuburkan, kemudian orang-orang telah pergi,
maka yang masih ada di atas kuburannya dan belum pergi
adalah Sayyidina Ali karromallahu wajhahu wa radhiyallahu ‘anhu. Kemudian Ali
mencuri pendengaran agar bisa mendengar dialog yang terjadi antara Umar
dan Dua Malaikat. Kemudian Ali mendengar bahwa Umar berkata, “Hai Dua
Malaikat! Aku membuat perjanjian dengan kalian dan berwasiat kepada kalian
bahwa jangan pernah lagi kalian mendatangi orang mukmin setelah ini dengan
bentuk kalian seperti ini, tetapi kurangilah bentuk kalian menjadi lebih baik,
karena ketika aku melihat kalian maka aku takut dan sangat kaget melihat
bentuk kalian seperti ini padahal aku adalah sahabat Rasulullah. Lantas
bagaimana dengan selainku (yang bukan sahabat beliau) ketika melihat kalian
dengan bentuk seperti ini?” Dua Malaikat berkata kepada Umar, “Baiklah! Kami
patuh! Kami tidak akan membangkangi perintahmu. Wahai Sahabat Rasulullah!”
Kemudian Ali berkata, “Demi Allah! Tidak henti- hentinya Umar memberikan
manfaat kepada manusia dalam masa hidupnya dan matinya.”
Sebagian ulama berkata, “Wajib mengetahui nama Rouman. Ia adalah malaikat yang
datang kepada mayit di kuburan dan
memanggilnya. Kedatangannya adalah setelah tanah kuburan diratakan.”
Syeh al-Ghazali berkata dalam kitab Durroh al-Fakhiroh bahwa sesungguhnya Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, “Wahai Rasulullah! Apa yang pertama kali dialami oleh mayit ketika ia telah masuk ke dalam kuburannya?” Rasulullah menjawab, “Hai Ibnu Mas’ud! Tidak ada seorangpun yang menanyaiku tentang hal yang kamu tanyakan kecuali kamu. Hal yang pertama kali dialami mayit adalah ia diseru oleh satu malaikat yang bernama Rouman dari sela-sela kuburan. Rouman berkata, ‘Hai Hamba Allah! Tulislah amalmu!” Kemudian mayit berkata, “Aku tidak memiliki wadah tinta, kertas, dan pena.” Rouman berkata, “Tidak usah berpikir jauh- jauh! Kafanmu adalah kertasmu. Air ludahmu adalah tintamu. Jari-jarimu adalah penamu.” Kemudian mayit itu memotong sedikit kain kafannya dan ia mulai menulis meskipun ia tidak bisa menulis ketika masih hidup di dunia. Kemudia ia mengingat amal kebaikan dan keburukannya sejak ia dilahirkan oleh ibunya. [Setelah selesai], kemudian Rouman melipat potongan kain kafan tersebut dan menggantungkannya di leher mayit.” Kemudian Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama membaca Firman Allah; “Setiap manusia kami tetapkan amalnya di lehernya.”
Syeh al-Ghazali berkata dalam kitab Durroh al-Fakhiroh bahwa sesungguhnya Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, “Wahai Rasulullah! Apa yang pertama kali dialami oleh mayit ketika ia telah masuk ke dalam kuburannya?” Rasulullah menjawab, “Hai Ibnu Mas’ud! Tidak ada seorangpun yang menanyaiku tentang hal yang kamu tanyakan kecuali kamu. Hal yang pertama kali dialami mayit adalah ia diseru oleh satu malaikat yang bernama Rouman dari sela-sela kuburan. Rouman berkata, ‘Hai Hamba Allah! Tulislah amalmu!” Kemudian mayit berkata, “Aku tidak memiliki wadah tinta, kertas, dan pena.” Rouman berkata, “Tidak usah berpikir jauh- jauh! Kafanmu adalah kertasmu. Air ludahmu adalah tintamu. Jari-jarimu adalah penamu.” Kemudian mayit itu memotong sedikit kain kafannya dan ia mulai menulis meskipun ia tidak bisa menulis ketika masih hidup di dunia. Kemudia ia mengingat amal kebaikan dan keburukannya sejak ia dilahirkan oleh ibunya. [Setelah selesai], kemudian Rouman melipat potongan kain kafan tersebut dan menggantungkannya di leher mayit.” Kemudian Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama membaca Firman Allah; “Setiap manusia kami tetapkan amalnya di lehernya.”
Malaikat al-Khafidzun (para penjaga) dibagi menjadi dua, yaitu al- Khafidzun
yang menjaga hamba dari bahaya dan al-Khafidzun yang menjaga apa yang keluar
dari hamba, seperti ucapan, perbuatan, dan keyakinan.
1. Malaikat al-Khafidzun yang menjaga hamba dari bahaya ada
10 di malam hari, dan 10 di siang hari. Tobari meriwayatkan dari jalur Kinanah
al- Adawi bahwa Usman bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa
sallama tentang jumlah malaikat yang ditugaskan menjaga manusia. Rasulullah
menjawab, “Setiap manusia dijaga oleh 10 malaikat di malam hari dan 10
malaikat di siang hari. 1 (satu) malaikat berada di sisi kanannya. 1 (satu)
malaikat berada di sisi kirinya. 1 (satu) malaikat berada di depannya. 1
(satu) malaikat berada di belakangnya. 2 (dua) malaikat berada di dua
sampingnya. 1 (satu) malaikat memegang ubung-ubunnya yang apabila hamba
bersikap tawadhuk maka malaikat mengangkatnya dan apabila hamba
bersikap sombong maka malaikat merendahkannya. 2 (dua) malaikat berada
di kedua bibirnya, 2 malaikat ini hanya menjaga sholawat Nabi bagi hamba. Dan
1 (satu) malaikat lagi menjaganya dari ular agar tidak masuk ke dalam mulutnya
ketika ia tidur.
Al-Mahdi berkata bahwa Usman bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama tentang berapa banyak malaikat yang menjaga manusia. Kemudian Rasulullah menyebutkan 20
malaikat. Ubai menyebutkan bahwa setiap manusia dijaga oleh 400 malaikat sejak sperma jatuh ke dalam rahim sampai kematiannya.
Al-Mahdi berkata bahwa Usman bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama tentang berapa banyak malaikat yang menjaga manusia. Kemudian Rasulullah menyebutkan 20
malaikat. Ubai menyebutkan bahwa setiap manusia dijaga oleh 400 malaikat sejak sperma jatuh ke dalam rahim sampai kematiannya.
Syeh Bajuri mengatakan bahwa penjagaan malaikat terhadap manusia termasuk
takdir mu’allaq. Adapun kalau takdir mubrom maka manusia berada dalam keadaan
sendiri. Mereka akan menjauhinya agar manusia itu sendiri.
2. Malaikat al-Khafidzun yang menjaga apa yang keluar dari
diri hamba, seperti ucapan, perbuatan, dan keyakinan, ada 2 (dua), yaitu
Malaikat Roqib dan Atid. Masing- masing dari 2 malaikat ini bisa disebut
dengan Roqib dan juga bisa disebut dengan Atid. Tidak seperti orang-orang yang
salah paham kalau yang satu bernama Roqib dan yang
satunya lagi bernama Atid. Demikian
ini yang dikatakan oleh
Syeh Bajuri, seperti Jalal al-Mahalli.
Syeh Iwadh al-Ghomrowi berkata;
Dua Malaikat itu masing-masing ** bisa dikenal dengan Roqib atau Atid.
Mereka berdua tidak akan berubah selama hamba masih hidup. Ketika hamba telah mati maka mereka berdiri di atas kuburannya sambil membaca tasbih, tahlil, takbir, dan menuliskan pahala tasbih dan lainnya itu untuknya sampai Hari Kiamat apabila hamba yang mati adalah orang yang beriman, dan akan melaknatinya sampai Hari Kiamat apabila hamba yang mati adalah kafir atau munafik.
Ada yang mengatakan bahwa setiap hari dan setiap malam ada 2 (dua) malaikat. Dengan demikian setiap hari/siang ada 2 malaikat dan setiap malam ada 2 malaikat. Jadi, jumlah mereka ada 4 (empat) malaikat. Mereka saling bergantian ketika sholat Ashar dan sholat Subuh. Mereka berdua mencatat seluruh amal-amal hamba di siang hari, di perkumpulan, di tempat umum, dan tempat-tempat lainnya. Malaikat yang mencatat amal-amal baik berada di sebelah kanan hamba. Dan malaikat yang mencatat amal- amal buruk di sebelah kirinya. Malaikat pencatat amal-amal baik adalah malaikat yang amin atau dapat dipercaya dan yang memerintahkan malaikat pencatat amal-amal buruk. Ketika seorang hamba melakukan kebaikan maka Pencatat kebaikan yang ada di kanannya langsung menulisnya. Dan ketika ia melakukan keburukan maka Pencatat keburukan bertanya kepada Pencatat kebaikan, “Haruskan aku menulisnya sekarang?” Pencatat kebaikan menjawab, “Tunggu! Jangan ditulis terlebih dahulu barang kali hamba ini akan beristighfar atau meminta ampun dan bertaubat.” Apabila hamba bertaubat maka ditulis baginya kebaikan dan apabila ia tidak bertaubat setelah terlewat 6 jam maka Pencatat kebaikan berkata kepada Pencatat keburukan, “Sekarang baru tulislah! Semoga Allah menyelamatkan kita darinya.” Perkataan terakhir mereka ini adalah doa bagi hamba yang berbuat buruk agar mereka tidak melihat kemaksiatan atau keburukan yang hamba lakukan karena mereka akan merasa bersedih karena hamba melakukan kemaksiatan tersebut.
Disebutkan dalam riwayat hadis sahabat bahwa buku-buku catatan amal yang mubah adalah hak bagi Malaikat Pencatat keburukan. Buku- buku catatan amal akan dilaporkan kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama di pagi hari dan sore hari. Tidak ada sesuatu yang keluar dari hamba kecuali pasti ditulis oleh dua malaikat itu, baik ucapan, perbuatan, atau niatan.
Ketika hamba menyengaja hendak melakukan kebaikan maka mereka berdua mencium bau wangi dari diri hamba dan ketika ia menyengaja hendak melakukan keburukan maka mereka berdua mencium bau busuk dari dirinya. Dua malaikat pencatat amal akan selalu bersama dengan hamba kecuali pada waktu salah satu dari tiga keadaan, yaitu ketika hamba buang air kecil atau besar, ketika ia berjimak, dan ketika ia mandi karena terbukanya aurat dalam 3 keadaan ini. Berbeda dengan malaikat dua penjaga, yang tidak mencatat amal, maka mereka tetap selalu bersama dengan hamba selamanya.
Ketika dua malaikat pencatat amal tidak bersama dengan hamba yang tengah melakukan 3 keadaan ini maka mereka berdua tetap mencatat apa yang keluar dari hamba karena Allah memberikan mereka tanda-tanda dari apa yang keluar darinya agar mereka menulisnya. Di saat selain 3 keadaan tersebut, dua malaikat pencatat amal akan tetap selalu bersamanya meskipun di dalam rumahnya terdapat lonceng, anjing, atau gambar. Adapun hadis yang mengatakan bahwa para malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat lonceng dan lainnya maka yang dimaksud dengan mereka adalah para malaikat rahmat.
Pada hakikatnya, yang namanya mencatat adalah dengan menggunakan suatu alat, kertas, dan tinta yang hanya diketahui oleh Allah, berbeda dengan ulama yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan mencatat disini adalah menghafal dan mengetahui. Dalam sebagian hadis disebutkan bahwa lisan hamba adalah pena bagi dua malaikat untuk mencatat. Air ludahnya adalah tinta mereka. Yang lebih utama adalah memasrahkan pengetahuan mengenai bagaimana mereka mencatat amal kepada Allah.
Tempat dimana dua malaikat pencatat amal berada ketika mereka bersama dengan hamba adalah permasalahan yang masih diperselisihkan. Ada yang mengatakan bahwa mereka berada di bagian ujung gigi geraham kanan dan kiri. Ada yang mengatakan bahwa mereka berada di kedua pinggang hamba. Ada yang mengatakan bahwa mereka berada di janggut hamba. Ada yang mengatakan bahwa mereka berada di bagian rambut yang tumbuh di bawah bibir.
Diriwayatkan dari Mujahid bahwa apabila seorang hamba duduk maka salah satu dari dua malaikat pencatat amal berada di depannya, dan satunya lagi berada di belakangnya. Dan ketika hamba tidur maka salah satu dari mereka berdua berada di bagian kepala hamba dan yang satunya berada di sisi kedua kakinya.
Dari semua pendapat-pendapat atau keterangan yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa dua malaikat pencatat amal tidak menetap dalam satu tempat. Lebih baik dan lebih selamat adalah tidak perlu membahas masalah dimana mereka bertempat. Demikian ini yang disebutkan oleh Syeh Bajuri.
Malaikat al-Khozinun ada dua, yaitu Malik dan Ridwan.
1. Malik adalah malaikat yang ditugaskan menjaga neraka- neraka. Ia ditemani oleh para malaikat Zabaniah yang berjumlah 19 golongan dimana masing- masing golongan memiliki beberapa tentara yang jumlahnya tidak diketahui kecuali oleh Allah, karena Firman-Nya, “Tidak ada yang tahu jumlah tentara Tuhamu kecuali Dia sendiri.” Pintu-pintu neraka dan tingkatan- tingkatannya ada 7. (1) yang tertinggi adalah neraka Jahannam yang diperuntukkan bagi orang- orang mukmin yang durhaka, kemudian kelak Jahannam akan menjadi sepi ketika orang-orang mukmin yang durhaka telah keluar dari sana. (2) Di bawah Jahannam adalah neraka Ladzo yang diperuntukkan bagi orang- orang Yahudi. (3) Di bawah Ladzo adalah neraka Khatomah yang diperuntukkan bagi orang-orang Nasrani. (4) Di bahwa Khatomah adalah neraka Sa’iir yang diperuntukkan bagi segolongan kaum Yahudi yang menyembah pedet (anak sapi yang masih berusia satu bulan). (5) Di bawahnya adalah neraka Saqor yang diperuntukkan bagi orang- orang Majusi, yaitu mereka para penyembah api. (6) Di bawahnya adalah neraka Jahim yang diperuntukkan bagi mereka para penyembah berhala. Dan (7) di bawah Jahim adalah neraka Hawiah yang diperuntukkan bagi kaum munafik dan kaum yang sangat besar sekali kekufuran mereka, seperti Firaun, Haman, dan Qorun.
Bumi neraka terbuat dari timah. Atapnya terbuat dari tembaga. Tembok-temboknya terdapat dari belerang. Bahan bakarnya adalah manusia dan batu-batu berhala. Semoga Allah menjaga kita dari semua neraka dan memberi kita rizki berupa pertolongan Rasulullah yang memberikan syafaat.
2. Ridwan adalah malaikat yang ditugaskan menjaga surga. Ia adalah kepala dari para penjaga surga. Pintu-pintu surga yang besar ada 8, yaitu (1) Pintu Syahadatain, (2) pintu sholat, (3) pintu shiyaam, (4) pintu zakat, (5) pintu haji, (6) pintu amru bil ma’ruf wa an-nahyu anil munkar, (7) pintu silaturrahmi, dan (8) pintu jihad di jalan Allah. Dari dalam surga terdapat 10 pintu- pintu kecil. Surga ada 7 (tujuh) yang saling bersampingan. Paling tengah dan paling utama adalah surga Firdaus. Atap semua surga adalah Arsy Allah Yang Maha Pengasih. Kemudian yang lebih utama setelah Firdaus adalah Surga Makwa, kemudian Surga Khuld, kemudian surga Na’iim, kemudian surga Adn, kemudian Dar as-Salam, kemudian Dar al- Jalal. Ada yang mengatakan bahwa jumlah surga ada 4 (empat). Ada yang mengatakan pula bahwa jumlah surga hanya 1 (satu). Adapun surga dianggap berbilang karena kemuliaan surga itu sendiri. Bumi surga adalah misik, dan zakfaron. Setiap istana yang ada di surga memiliki cabang pohon Tuba yang akarnya berada di rumah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Akar tersebut akan mengeluarkan segala apa yang diinginkan oleh nafsu. Ketikapenduduk surga menginginkan maka mereka berkata;
Syeh Bajuri, seperti Jalal al-Mahalli.
Syeh Iwadh al-Ghomrowi berkata;
Dua Malaikat itu masing-masing ** bisa dikenal dengan Roqib atau Atid.
Mereka berdua tidak akan berubah selama hamba masih hidup. Ketika hamba telah mati maka mereka berdiri di atas kuburannya sambil membaca tasbih, tahlil, takbir, dan menuliskan pahala tasbih dan lainnya itu untuknya sampai Hari Kiamat apabila hamba yang mati adalah orang yang beriman, dan akan melaknatinya sampai Hari Kiamat apabila hamba yang mati adalah kafir atau munafik.
Ada yang mengatakan bahwa setiap hari dan setiap malam ada 2 (dua) malaikat. Dengan demikian setiap hari/siang ada 2 malaikat dan setiap malam ada 2 malaikat. Jadi, jumlah mereka ada 4 (empat) malaikat. Mereka saling bergantian ketika sholat Ashar dan sholat Subuh. Mereka berdua mencatat seluruh amal-amal hamba di siang hari, di perkumpulan, di tempat umum, dan tempat-tempat lainnya. Malaikat yang mencatat amal-amal baik berada di sebelah kanan hamba. Dan malaikat yang mencatat amal- amal buruk di sebelah kirinya. Malaikat pencatat amal-amal baik adalah malaikat yang amin atau dapat dipercaya dan yang memerintahkan malaikat pencatat amal-amal buruk. Ketika seorang hamba melakukan kebaikan maka Pencatat kebaikan yang ada di kanannya langsung menulisnya. Dan ketika ia melakukan keburukan maka Pencatat keburukan bertanya kepada Pencatat kebaikan, “Haruskan aku menulisnya sekarang?” Pencatat kebaikan menjawab, “Tunggu! Jangan ditulis terlebih dahulu barang kali hamba ini akan beristighfar atau meminta ampun dan bertaubat.” Apabila hamba bertaubat maka ditulis baginya kebaikan dan apabila ia tidak bertaubat setelah terlewat 6 jam maka Pencatat kebaikan berkata kepada Pencatat keburukan, “Sekarang baru tulislah! Semoga Allah menyelamatkan kita darinya.” Perkataan terakhir mereka ini adalah doa bagi hamba yang berbuat buruk agar mereka tidak melihat kemaksiatan atau keburukan yang hamba lakukan karena mereka akan merasa bersedih karena hamba melakukan kemaksiatan tersebut.
Disebutkan dalam riwayat hadis sahabat bahwa buku-buku catatan amal yang mubah adalah hak bagi Malaikat Pencatat keburukan. Buku- buku catatan amal akan dilaporkan kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama di pagi hari dan sore hari. Tidak ada sesuatu yang keluar dari hamba kecuali pasti ditulis oleh dua malaikat itu, baik ucapan, perbuatan, atau niatan.
Ketika hamba menyengaja hendak melakukan kebaikan maka mereka berdua mencium bau wangi dari diri hamba dan ketika ia menyengaja hendak melakukan keburukan maka mereka berdua mencium bau busuk dari dirinya. Dua malaikat pencatat amal akan selalu bersama dengan hamba kecuali pada waktu salah satu dari tiga keadaan, yaitu ketika hamba buang air kecil atau besar, ketika ia berjimak, dan ketika ia mandi karena terbukanya aurat dalam 3 keadaan ini. Berbeda dengan malaikat dua penjaga, yang tidak mencatat amal, maka mereka tetap selalu bersama dengan hamba selamanya.
Ketika dua malaikat pencatat amal tidak bersama dengan hamba yang tengah melakukan 3 keadaan ini maka mereka berdua tetap mencatat apa yang keluar dari hamba karena Allah memberikan mereka tanda-tanda dari apa yang keluar darinya agar mereka menulisnya. Di saat selain 3 keadaan tersebut, dua malaikat pencatat amal akan tetap selalu bersamanya meskipun di dalam rumahnya terdapat lonceng, anjing, atau gambar. Adapun hadis yang mengatakan bahwa para malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat lonceng dan lainnya maka yang dimaksud dengan mereka adalah para malaikat rahmat.
Pada hakikatnya, yang namanya mencatat adalah dengan menggunakan suatu alat, kertas, dan tinta yang hanya diketahui oleh Allah, berbeda dengan ulama yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan mencatat disini adalah menghafal dan mengetahui. Dalam sebagian hadis disebutkan bahwa lisan hamba adalah pena bagi dua malaikat untuk mencatat. Air ludahnya adalah tinta mereka. Yang lebih utama adalah memasrahkan pengetahuan mengenai bagaimana mereka mencatat amal kepada Allah.
Tempat dimana dua malaikat pencatat amal berada ketika mereka bersama dengan hamba adalah permasalahan yang masih diperselisihkan. Ada yang mengatakan bahwa mereka berada di bagian ujung gigi geraham kanan dan kiri. Ada yang mengatakan bahwa mereka berada di kedua pinggang hamba. Ada yang mengatakan bahwa mereka berada di janggut hamba. Ada yang mengatakan bahwa mereka berada di bagian rambut yang tumbuh di bawah bibir.
Diriwayatkan dari Mujahid bahwa apabila seorang hamba duduk maka salah satu dari dua malaikat pencatat amal berada di depannya, dan satunya lagi berada di belakangnya. Dan ketika hamba tidur maka salah satu dari mereka berdua berada di bagian kepala hamba dan yang satunya berada di sisi kedua kakinya.
Dari semua pendapat-pendapat atau keterangan yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa dua malaikat pencatat amal tidak menetap dalam satu tempat. Lebih baik dan lebih selamat adalah tidak perlu membahas masalah dimana mereka bertempat. Demikian ini yang disebutkan oleh Syeh Bajuri.
Malaikat al-Khozinun ada dua, yaitu Malik dan Ridwan.
1. Malik adalah malaikat yang ditugaskan menjaga neraka- neraka. Ia ditemani oleh para malaikat Zabaniah yang berjumlah 19 golongan dimana masing- masing golongan memiliki beberapa tentara yang jumlahnya tidak diketahui kecuali oleh Allah, karena Firman-Nya, “Tidak ada yang tahu jumlah tentara Tuhamu kecuali Dia sendiri.” Pintu-pintu neraka dan tingkatan- tingkatannya ada 7. (1) yang tertinggi adalah neraka Jahannam yang diperuntukkan bagi orang- orang mukmin yang durhaka, kemudian kelak Jahannam akan menjadi sepi ketika orang-orang mukmin yang durhaka telah keluar dari sana. (2) Di bawah Jahannam adalah neraka Ladzo yang diperuntukkan bagi orang- orang Yahudi. (3) Di bawah Ladzo adalah neraka Khatomah yang diperuntukkan bagi orang-orang Nasrani. (4) Di bahwa Khatomah adalah neraka Sa’iir yang diperuntukkan bagi segolongan kaum Yahudi yang menyembah pedet (anak sapi yang masih berusia satu bulan). (5) Di bawahnya adalah neraka Saqor yang diperuntukkan bagi orang- orang Majusi, yaitu mereka para penyembah api. (6) Di bawahnya adalah neraka Jahim yang diperuntukkan bagi mereka para penyembah berhala. Dan (7) di bawah Jahim adalah neraka Hawiah yang diperuntukkan bagi kaum munafik dan kaum yang sangat besar sekali kekufuran mereka, seperti Firaun, Haman, dan Qorun.
Bumi neraka terbuat dari timah. Atapnya terbuat dari tembaga. Tembok-temboknya terdapat dari belerang. Bahan bakarnya adalah manusia dan batu-batu berhala. Semoga Allah menjaga kita dari semua neraka dan memberi kita rizki berupa pertolongan Rasulullah yang memberikan syafaat.
2. Ridwan adalah malaikat yang ditugaskan menjaga surga. Ia adalah kepala dari para penjaga surga. Pintu-pintu surga yang besar ada 8, yaitu (1) Pintu Syahadatain, (2) pintu sholat, (3) pintu shiyaam, (4) pintu zakat, (5) pintu haji, (6) pintu amru bil ma’ruf wa an-nahyu anil munkar, (7) pintu silaturrahmi, dan (8) pintu jihad di jalan Allah. Dari dalam surga terdapat 10 pintu- pintu kecil. Surga ada 7 (tujuh) yang saling bersampingan. Paling tengah dan paling utama adalah surga Firdaus. Atap semua surga adalah Arsy Allah Yang Maha Pengasih. Kemudian yang lebih utama setelah Firdaus adalah Surga Makwa, kemudian Surga Khuld, kemudian surga Na’iim, kemudian surga Adn, kemudian Dar as-Salam, kemudian Dar al- Jalal. Ada yang mengatakan bahwa jumlah surga ada 4 (empat). Ada yang mengatakan pula bahwa jumlah surga hanya 1 (satu). Adapun surga dianggap berbilang karena kemuliaan surga itu sendiri. Bumi surga adalah misik, dan zakfaron. Setiap istana yang ada di surga memiliki cabang pohon Tuba yang akarnya berada di rumah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Akar tersebut akan mengeluarkan segala apa yang diinginkan oleh nafsu. Ketikapenduduk surga menginginkan maka mereka berkata;
ُﺳﺒْ َﺤﺎﻧَ َﻚ اﻟﻠﱠُﻬ ﱠﻢ اَ ْﳊَ ْﻤ ُﺪ ﷲِ َر ﱢب اﻟَْﻌﺎﻟَ ِﻤْ َﲔ
Demikian ini adalah arti Firman Allah, “Doa para penduduk surga di dalam surga
adalah Maha Suci Engkau! Ya Allah! Penghormatan mereka di sana adalah Salaam.
Akhir doa mereka adalah Segala puji adalah milik Allah.”
Kesimpulannya adalah bahwa di dalam surga terdapat banyak kenikmatan yang belum pernah mata melihat, telinga mendengar, dan terlintas di dalam hati manusia.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Surga-surga memiliki 7 pintu yang terbuat dari emas yang dihiasi dengan mutiara-mutiara.
(1) Pintu yang di atasnya tertulis, ‘ﷲ رﺳﻮل ﻣﺤﻤﺪ ﷲ إﻻ إﻟﮫ ﻻ’. Pintu ini adalah pintu yang akan dimasuki oleh para nabi, para rasul, para syuhada, dan orang-orang sholih.
Kesimpulannya adalah bahwa di dalam surga terdapat banyak kenikmatan yang belum pernah mata melihat, telinga mendengar, dan terlintas di dalam hati manusia.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Surga-surga memiliki 7 pintu yang terbuat dari emas yang dihiasi dengan mutiara-mutiara.
(1) Pintu yang di atasnya tertulis, ‘ﷲ رﺳﻮل ﻣﺤﻤﺪ ﷲ إﻻ إﻟﮫ ﻻ’. Pintu ini adalah pintu yang akan dimasuki oleh para nabi, para rasul, para syuhada, dan orang-orang sholih.
(2) Pintu yang akan dimasuki oleh orang-orang yang sholat
dengan sempurna. (3) Pintu yang akan dimasuki oleh
orang-orang yang berzakat dengan ikhlas hati. (4) Pintu yang akan dimasuki
orang- orang yang memerintahkan kebaikan
dan mencegah kemunkaran. (5) Pintu yang akan dimasuki oleh
orang-orang yang menahan
nafsunya dari kesenangan-kesenangan.
(6) Pintu yang akan dimasuki oleh orang- orang yang berhaji dan umrah. (7)
Pintu yang akan dimasuki oleh para mujahid. (8) Pintu yang akan
dimasuki oleh orang-orang muqinin,
yaitu orang-orang yang menjaga mata dari keharaman dan yang
melakukan kebaikan- kebaikan, seperti berbakti kepada orang tua, silaturrahmi,
dan lain- lain. Di dalam surga-surga terdapat 7 (tujuh) surga lagi. Pertama
adalah surga Dar al-Jalal. Surga ini terbuat darin intan luk- luk putih. Kedua
adalah surga Dar as-Salaam. Surga ini terbuat dari intan yaqut merah. Ketiga
adalah surga Makwa. Surga ini terbuat dari intan zabarjud hijau. Keempat
adalah surga Khuld. Surga ini terbuat dari mutiara marjan kuning. Kelima
adalah surga Naim. Surga ini terbuat dari mutiara durroh putih. Keenam adalah
surga Firdaus. Surga ini terbuat dari emas merah. Ketujuh adalah surga Adn.
Surga ini terbuat dari intan durroh putih. Adapun bangunan surga maka terbuat
dari bata emas dan bata perak. Adapun semennya maka dari bahan misik. Tanah
surga adalah wewangian anbar dan zakfaron. Dan batu kerikilnya adalah dari
intan luk- luk dan yaqut.”
Lafadz ‘اﻟﻤﻼط’ dengan kasroh pada huruf mim berarti sesuatu yang dijadikan untuk merekatkan bata bangunan. Lafadz ‘اﻟﺤﺼﺒﺎء’ dengan hamzah mamdudah berarti batu- batu kecil atau kerikil.
Diriwayatkan dari Imran bin Hushoin dan Abu Hurairah bahwa mereka berdua berkata kalau Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama ditanya tentang Firman Allah, “... dan tempat-tempat yang indah di surga-surga Adn.” (QS. Shoof: 12) Rasulullah menjelaskan, “Yang dimaksud dengan tempat-tempat indah tersebut adalah istana dari intan luk-luk. Di dalam istana itu terdapat 70 ruangan dari intan yaqut merah. Di setiap ruangan terdapat 70 kamar dari intan zamrud hijau. Di setiap kamar terdapat satu ranjang. Masing- masing di atas ranjang terdapat 70 tikar. Di setiap tikar terdapat istri dari golongan bidadari. Di setiap ruangan itu terdapat 70 hidangan yang masing-masing hidangan terdapat 70 warna makanan. Di setiap kamar terdapat satu pelayan laki-laki dan satu pelayan perempuan.”
Lafadz ‘اﻟﻮﺻﯿﻒ’ berarti pelayan laki-laki yang sudah baligh, bukan laki-laki yang hampir mau baligh. Lafadz ‘اﻟﻮﺻﯿﻔﺔ’ berarti pelayan perempuan yang bukan perempuan yang hampir mau baligh.
Ka’ab al-Akhbar berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama tentang pohon-pohon surga.” Beliau menjawab, “Pohon-pohon surga memiliki banyak tangkai batang yang tidak akan kering. Daun-daunnya tidak akan rontok. Pohon yang paling besar adalah pohon Tuba yang akarnya terbuat dari intan durroh. Batang-batang tangkainya terbuat dari intan zabarjud. Daun-daunnya terbuat dari sutra. Masing-masing batang tangkai memiliki 70.000 tangkai lagi yang ujung tangkai tersebut menjulang naik sampai tiang Arsy dan pangkal tangkai menjulang turun sampai langit. Kamar dan kubah di surga dinaungi oleh tangkai tersebut dan memiliki banyak macam buah-buahan yang pasti diinginkan oleh setiap manusia.”
Imam Ali karromahllahu wajhahu berkata, “Sesungguhnya pohon- pohon surga terbuat dari perak. Sebagian daun-daunnya terbuat dari emas dan sebagian lainnya terbuat dari emas. Apabila akar pohon dari emas maka tangkai- tangkainya terbuat dari perak. Dan apabila pohon terbuat dari perak maka tangkai-tangkainya terbuat dari emas. Pohon-pohon di dunia memiliki akar yang menancap di bumi dan tangkai- tangkainya menjulang ke udara karena dunia adalah tempat kesusahan. Berbeda dengan pohon-pohon surga, maka akarnya menancap di udara dan tangkai- tangkainya menancap di bumi,
seperti Firman Allah, “Buah-buah surga itu pendek [mudah diraih].” (QS. Al-Khaqqoh: 23) Maksudnya buah-buah surga itu pendek sehingga mudah diraih petik oleh orang yang duduk, berdiri, atau tidur miring.”
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhuma bahwa ia berkata kalau Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat para bidadari yang disebut dengan La’abah. Ia diciptakan dari 4 (empat) bahan, yatu misik, kapur barus, anbar, dan zakfaron. Adonan tanah surga adalah dengan campuran air kehidupan. Seluruh bidadari itu memiliki rasa cinta. Andaikan satu dari mereka meludah ke lautan dengan sekali ludahan niscaya seluruh air laut akan menjadi tawar. Bagian atas dada mereka tertulis tulisan, ‘Barang siapa yang menginginkan kami maka beramallah ketaatan kepada Tuhanku.’”
Kami berlindung kepada Allah dari neraka dan siksanya. Kami meminta kepada-Nya agar memasukkan kami ke dalam surga tempat orang-orang yang baik bersama orang-orang yang bertakwa dan yang terpilih, dengan bertetanggaan dengan Rasulullah yang terpilih shollallahu ‘alaihi wa sallama.
b. I’rob Nadzom
[TANBIH] Ketahuilah! Sesungguhnya nama-nama malaikat adalah nama-nama ajam atau bukan
berbahasa Arab, kecuali 4 (empat), yaitu ‘رﺿﻮان’, ‘ﻣﺎﻟﻚ’, ‘ﻧﻜﯿﺮ’, dan ‘ﻣﻨﻜﺮ’. Akan tetapi nama ‘رﺿﻮان’ tidak dapat menerima tanwin karena ilat alamiah dan ilat tambahan alif dan nun. Berbeda dengan 3 nama lainnya maka mereka dapat menerima tanwin. Keterangan ini adalah dasar kaidah Ilmu Nahwu. Adapun dalam nadzom ini maka ada 6 nama yang dibaca tanpa menggunakan tanwin, yaitu ‘ﺟﺒﺮﯾﻞ’, ‘ﻣﯿﻜﺎﺋﯿﻞ’, ‘إﺳﺮاﻓﯿﻞ’, ‘ﻋﺰراﺋﯿﻞ’, ‘ﻋﺘﯿﺪ’, dan ‘رﺿﻮان’, dan 3 nama dengan menggunakan tanwin, yaitu
‘ﻧﻜﯿﺮ’, ‘رﻗﯿﺐ’, dan ‘ﻣﺎﻟﻚ’, dan 1 nama dengan sukun, yaitu ‘ﻣﻨﻜﺮ’ karena dhorurot wazan, seperti yang dikatakan Ibnu Malik dalam kitab al-Khulashoh;
Karena alasan dhorurot atau menyesuaikan, maka lafadz ** yang sebenarnya tidak boleh menerima tanwin ditanwinkan dan lafadz yang ditanwinkan terkadang tidak menerima tanwin.
Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘ﻣﻨﮭﻢ’ adalah dengan mendhommah huruf mim disertai dengan isybak karena wazan. Perkataannya ‘ﻋﺰراﺋﯿﻞ’ adalah dengan fathah pada huruf ain seperti yang dikatakan oleh Syaikhuna Ahmad Dimyati. Arti ‘ﻋﺰراﺋﯿﻞ’ adalah ‘اﻟﺠﺒﺎر ﻋﺒﺪ’ atau hamba Allah Yang Maha Perkasa.
Perkataanya ‘ﻣﻨﻜﺮ’ adalah dengan fathah pada huruf kaaf, seperti yang dikatakan oleh Syeh Qulyubi. Ketahuilah sesungguhnya terkadang dalam sebagian redaksi terdapat tambahan domir jamak mudzakar setelah lafadz ‘اﺳﺮاﻓﯿﻞ’, yaitu secara lengkap menjadi ‘ھﻢ اﺳﺮاﻓﯿﻞ’. Redaksi ini salah karena wazan nadzom sudah benar tanpamenyebutkan dhomir tersebut dan karena tidak ada artinya buat menyebutkan dhomir tersebut.[]
Lafadz ‘اﻟﻤﻼط’ dengan kasroh pada huruf mim berarti sesuatu yang dijadikan untuk merekatkan bata bangunan. Lafadz ‘اﻟﺤﺼﺒﺎء’ dengan hamzah mamdudah berarti batu- batu kecil atau kerikil.
Diriwayatkan dari Imran bin Hushoin dan Abu Hurairah bahwa mereka berdua berkata kalau Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama ditanya tentang Firman Allah, “... dan tempat-tempat yang indah di surga-surga Adn.” (QS. Shoof: 12) Rasulullah menjelaskan, “Yang dimaksud dengan tempat-tempat indah tersebut adalah istana dari intan luk-luk. Di dalam istana itu terdapat 70 ruangan dari intan yaqut merah. Di setiap ruangan terdapat 70 kamar dari intan zamrud hijau. Di setiap kamar terdapat satu ranjang. Masing- masing di atas ranjang terdapat 70 tikar. Di setiap tikar terdapat istri dari golongan bidadari. Di setiap ruangan itu terdapat 70 hidangan yang masing-masing hidangan terdapat 70 warna makanan. Di setiap kamar terdapat satu pelayan laki-laki dan satu pelayan perempuan.”
Lafadz ‘اﻟﻮﺻﯿﻒ’ berarti pelayan laki-laki yang sudah baligh, bukan laki-laki yang hampir mau baligh. Lafadz ‘اﻟﻮﺻﯿﻔﺔ’ berarti pelayan perempuan yang bukan perempuan yang hampir mau baligh.
Ka’ab al-Akhbar berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama tentang pohon-pohon surga.” Beliau menjawab, “Pohon-pohon surga memiliki banyak tangkai batang yang tidak akan kering. Daun-daunnya tidak akan rontok. Pohon yang paling besar adalah pohon Tuba yang akarnya terbuat dari intan durroh. Batang-batang tangkainya terbuat dari intan zabarjud. Daun-daunnya terbuat dari sutra. Masing-masing batang tangkai memiliki 70.000 tangkai lagi yang ujung tangkai tersebut menjulang naik sampai tiang Arsy dan pangkal tangkai menjulang turun sampai langit. Kamar dan kubah di surga dinaungi oleh tangkai tersebut dan memiliki banyak macam buah-buahan yang pasti diinginkan oleh setiap manusia.”
Imam Ali karromahllahu wajhahu berkata, “Sesungguhnya pohon- pohon surga terbuat dari perak. Sebagian daun-daunnya terbuat dari emas dan sebagian lainnya terbuat dari emas. Apabila akar pohon dari emas maka tangkai- tangkainya terbuat dari perak. Dan apabila pohon terbuat dari perak maka tangkai-tangkainya terbuat dari emas. Pohon-pohon di dunia memiliki akar yang menancap di bumi dan tangkai- tangkainya menjulang ke udara karena dunia adalah tempat kesusahan. Berbeda dengan pohon-pohon surga, maka akarnya menancap di udara dan tangkai- tangkainya menancap di bumi,
seperti Firman Allah, “Buah-buah surga itu pendek [mudah diraih].” (QS. Al-Khaqqoh: 23) Maksudnya buah-buah surga itu pendek sehingga mudah diraih petik oleh orang yang duduk, berdiri, atau tidur miring.”
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhuma bahwa ia berkata kalau Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat para bidadari yang disebut dengan La’abah. Ia diciptakan dari 4 (empat) bahan, yatu misik, kapur barus, anbar, dan zakfaron. Adonan tanah surga adalah dengan campuran air kehidupan. Seluruh bidadari itu memiliki rasa cinta. Andaikan satu dari mereka meludah ke lautan dengan sekali ludahan niscaya seluruh air laut akan menjadi tawar. Bagian atas dada mereka tertulis tulisan, ‘Barang siapa yang menginginkan kami maka beramallah ketaatan kepada Tuhanku.’”
Kami berlindung kepada Allah dari neraka dan siksanya. Kami meminta kepada-Nya agar memasukkan kami ke dalam surga tempat orang-orang yang baik bersama orang-orang yang bertakwa dan yang terpilih, dengan bertetanggaan dengan Rasulullah yang terpilih shollallahu ‘alaihi wa sallama.
b. I’rob Nadzom
[TANBIH] Ketahuilah! Sesungguhnya nama-nama malaikat adalah nama-nama ajam atau bukan
berbahasa Arab, kecuali 4 (empat), yaitu ‘رﺿﻮان’, ‘ﻣﺎﻟﻚ’, ‘ﻧﻜﯿﺮ’, dan ‘ﻣﻨﻜﺮ’. Akan tetapi nama ‘رﺿﻮان’ tidak dapat menerima tanwin karena ilat alamiah dan ilat tambahan alif dan nun. Berbeda dengan 3 nama lainnya maka mereka dapat menerima tanwin. Keterangan ini adalah dasar kaidah Ilmu Nahwu. Adapun dalam nadzom ini maka ada 6 nama yang dibaca tanpa menggunakan tanwin, yaitu ‘ﺟﺒﺮﯾﻞ’, ‘ﻣﯿﻜﺎﺋﯿﻞ’, ‘إﺳﺮاﻓﯿﻞ’, ‘ﻋﺰراﺋﯿﻞ’, ‘ﻋﺘﯿﺪ’, dan ‘رﺿﻮان’, dan 3 nama dengan menggunakan tanwin, yaitu
‘ﻧﻜﯿﺮ’, ‘رﻗﯿﺐ’, dan ‘ﻣﺎﻟﻚ’, dan 1 nama dengan sukun, yaitu ‘ﻣﻨﻜﺮ’ karena dhorurot wazan, seperti yang dikatakan Ibnu Malik dalam kitab al-Khulashoh;
Karena alasan dhorurot atau menyesuaikan, maka lafadz ** yang sebenarnya tidak boleh menerima tanwin ditanwinkan dan lafadz yang ditanwinkan terkadang tidak menerima tanwin.
Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘ﻣﻨﮭﻢ’ adalah dengan mendhommah huruf mim disertai dengan isybak karena wazan. Perkataannya ‘ﻋﺰراﺋﯿﻞ’ adalah dengan fathah pada huruf ain seperti yang dikatakan oleh Syaikhuna Ahmad Dimyati. Arti ‘ﻋﺰراﺋﯿﻞ’ adalah ‘اﻟﺠﺒﺎر ﻋﺒﺪ’ atau hamba Allah Yang Maha Perkasa.
Perkataanya ‘ﻣﻨﻜﺮ’ adalah dengan fathah pada huruf kaaf, seperti yang dikatakan oleh Syeh Qulyubi. Ketahuilah sesungguhnya terkadang dalam sebagian redaksi terdapat tambahan domir jamak mudzakar setelah lafadz ‘اﺳﺮاﻓﯿﻞ’, yaitu secara lengkap menjadi ‘ھﻢ اﺳﺮاﻓﯿﻞ’. Redaksi ini salah karena wazan nadzom sudah benar tanpamenyebutkan dhomir tersebut dan karena tidak ada artinya buat menyebutkan dhomir tersebut.[]