Daftar Nama Nabi dan Rasul yang Wajib Diketahui | Aqidah Aswaja

Daftar Nama Nabi dan Rasul yang wajib diketahui dan hukumnya percaya / beriman pada mereka dan sifat mustahil dan jaiz bagi Rasul jumlahnya 25

Daftar Nama Nabi dan Rasul

 Nama kitab: Terjemah Nuruzh Zhalam Syarah Aqidatul Awam, Nurudz Dholam, Nur al-Zholam
Nama kitab asal: Nur adz-Dzolam Syarah Aqidatul Awam
Nama lain kitab kuning: Hasyiyah al-Dasuqi
Ejaan lain:  Noor -ul-Zalaam, Nuuruzh Zhalaam, Nur adz-Dzolam, Nuruzh Zholam, Nuruzh Zhalam, Nurud Dhalam
Pengarang: Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi
Nama yang dikenal di Arab: محمد بن عمر بن عربي بن علي نووي الجاوي أبو عبد المعطي
Kelahiran: 1813 M, Kecamatan Tanara, Banten
Meninggal: 1897 M, Mekkah, Arab Saudi
Penerjemah:
Bidang studi:Tauhid, Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) Asy'ariyah, ilmu kalam, ushuluddin.

Daftar Isi 

  1. Nadzom Keempat Belas: Sifat-sifat Mustahil bagi Rasul
  2. Nadzam Kelima Belas: Iman pada Nabi dan Rasul
  3. Nazam Ke-16, Ke-17, Ke-18, Dan Ke-19: Mengetahui  Rasul
  4. Nadzom ke-20: Doa untuk Rasulullah 
  5. Kembali ke Terjemah Nurudz Dholam 

11.    NADZOM KEEMPAT BELAS

 وَالْمُسْـتَحِيْلُ ضِدُّ كُلِّ وَاجِبِ * فَاحْفَظْ لِخَمْسِـيْنَ بِحُكْمٍ وَاجِبِ

[14] Sifat-sifat muhal/mustahil adalah kebalikan dari sifat-sifat wajib. ** Hafalkanlah 50 akidah dengan menetapi hukum yang wajib.

a.    Sifat-sifat Mustahil
 
Maksud nadzom di atas adalah bahwa diwajibkan bagi setiap mukallaf untuk meyakini bahwa sifat-sifat yang mustahil atau muhal bagi Allah dan rasul-Nya adalah sifat-sifat kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi-Nya dan rasul-Nya.   Dengan   demikian   jumlah sifat-sifat muhal bagi Allah dan rasul- Nya berjumlah sama dengan jumlah sifat-sifat wajib, yaitu 20.
Syeh Iwadh Ghomrowi telah menadzomkan 20 sifat muhal. Ia berkata;
Kebalikan sifat-sifat wajib bagi Allah dan rasul-Nya adalah 20 sama seperti jumlah sifat-sifat yang wajib. **Masing-masing sifat [muhal] adalah kebalikan dari masing-masing sifat wajib.

Sifat-sifat muhal adalah adam (kebalikan wujud), hudust (kebalikan qidam), fana (kebalikan baqoo), ** mumatsil lil hawadist (kebalikan mukholafatu lil hawaditisi),
Adamu al-Qiyam (kebalikan qiyamuhu bin nafsihi), ta’addud (kebalikan wahdaniah), ** dan ‘ajzun (kebalikan qudroh) untuk mewujudkan segala sesuatu yang mungkin.

Begitu juga karohah (kebalikan irodah), jahl (kebalikan ilmu), shomam (kebalikan samak), ** maut (kebalikan hayaat), amaa (kebalikan bashor) dan Bukmu (kebalikan kalam).
Sifat-sifat kebalikan dari sifat-sifat sisanya adalah telah jelas ** sehingga tidak perlu disebutkan.

Maksudnya sifat ‘aajiz adalah kebalikan dari qoodir. Sifat kaarih adalah kebalikan dari sifat muriid, dan seterusnya.

Tetapkanlah bagi para nabi sifat amanah, ** shidq, tabligh, dan fathonah. Kebalikannya adalah sifat-sifat muhal, seperti khiyanah (kebalikan amaanah),
** kidzbu (kebalikan shidq), kitmaan (kebalikan tabligh),
dan baladah (kebalikan fathonah). Sifat-
sifat yang sebelum menyebutkan sifat- sifat muhal adalah sifat-sifat wajib bagi Allah dan para rasul yang mulia.

Perkataan    Syeh    Iwadh Ghomrowi ‘أﺿﺪادھﺎ’ berarti kebalikan sifat-sifat wajib yang telah disebutkan. Dengan demikian isim dhomir yang ada dalam lafadz tersebut merujuk pada lafadz ‘اﻟﻮاﺟﺒﺎت’ yang berarti sifat-sifat wajib.  Begitu  juga  dhomir  yang  ada dalam lafadz ‘ﻣﺜﻠﮭﺎ’ merujuk pada lafadz ‘اﻟﻮاﺟﺒﺎت’.   Lafadz   ‘ﻟﻨﺎ  ﺟﻞ  ﻣﻤﺎﺛﻼ’   berarti bahwa Allah menyamai kita. Dengan demikian jar dan majrur memiliki hubungan atau ta’alluq dengan lafadz ‘ﻣﻤﺎﺛﻼ’. Lafadz ‘ﺟﻞ’ berarti ‘ارﺗﻔﻊ’ yang berarti Maha Luhur Allah dan Maha Suci Allah dari menyamai kita. Lafadz ‘ﺑﻼدة’ adalah kebalikan dari ‘اﻟﻔﻄﺎﻧﺔ’. Dikatakan, ‘اﻟﺮﺟﻞ ﺑﻠﺪ’ dengan membaca dhommah pada huruf laam yang berkedudukan sebagai ain fi’il. Bentuk masdarnya adalah ‘ﺑﻼدة’. Isim faa’ilnya adalah  ‘ﺑﻠﯿﺪ’  yang  berarti  tidak  cerdas dan tidak pintar.

Perkataannya ‘ ﻗﺪ اﻟﺬى ﻓﺬا وﺟﺒﺎ’ berarti bahwa sifat-sifat yang telah disebutkan sebelum bait-bait di atas (sifat-sifat wajib) adalah sifat-sifat yang wajib bagi Allah. Lafadz ‘اﻟﻨﺠﺒﺎ’ adalah dengan dhommah pada huruf nun dan fathah pada huruf jim. Ia adalah bentuk jamak dari mufrod ‘ﻧﺠﯿﺐ’, sama seperti lafadz ‘ﻛﺮﯾﻢ’ yang dijamakkan menjadi ‘ﻛﺮﻣﺎء’ secara wazan dan arti sehingga lafadz ‘اﻟﻨﺠﺒﺎ’ adalah lafadz yang menafsiri lafadz ‘اﻟﻜﺮم’.

b.    I’rob Nadzom

[TANBIH] Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘واﺟﺐ ﯾﺤﻜﻢ ﻟﺨﻤﺴﯿﻦ ﻓﺎﺣﻔﻆ’ berarti ‘Hafalkanlah di luar pikiranmu 50 akidah  sambil  menetapi  hukum  yang wajib syar’i.’ Perkataannya ‘ﻓﺎﺣﻒ’ adalah dengan fathah pada huruf faa yang termasuk dari Bab lafadz ‘ﺳﻤﻊ’. Huruf laam pada lafadz ‘ﻟﺨﻤﺴﯿﻦ’ adalah tambahan. Lafadz ‘ﺧﻤﺴﯿﻦ’ adalah maf’ul bih dari amil ‘اﺣﻒ’. Boleh juga huruf laam  pada  lafadz  ‘ﻟﺨﻤﺴﯿﻦ’  berarti  ‘إﻟﻰ’, seperti Firman Allah Surat al-An’am: 28;

Jika demikian maka maf’ul lafadz ‘اﺣﻔﻆ’ adalah lafadz yang terbuang. Taqdirnya adalah ‘ إﻟﻰ ﺣﻔﮭﺎ ﻋﻠﯿﻚ اﻟﻮاﺟﺐ اﻟﻌﻘﺎﺋﺪ ﻓﺎﺣﻔﻆ ﺧﻤﺴﯿﻦ’. Perkataannya ‘ﺑﺤﻜﻢ’ adalah berhubungan dengan lafadz ‘اﺣﻔﻆ’, maksudnya sesungguhnya kamu telah mengatahui bahwa sifat bagi Allah ada 20, sifat muhal bagi-Nya ada 20 juga, sifat wajib bagi rasul ada 4, sifat muhal baginya ada 4 juga, sifat jaiz bagi Allah ada 1 dan sifat jaiz bagi rasul juga ada 1, maka jumlah keseluruhan adalah 50.[] 

12.    NADZOM KELIMA BELAS

تَفْصِيْلُ خَمْسَةٍ وَعِشْـرِيْنَ لَزِمْ * كُـلَّ مُـكَلَّـفٍ فَحَقِّقْ وَاغْـتَنِمْ

 
[15] Wajib bagi setiap mukallaf mengetahui para rasul yang berjumlah    25.    **    Yakinilah    dan
ketahuilah!
 
a.    Mengimani Nabi

Maksud nadzom di atas adalah bahwa diwajibkan bagi setiap mukallaf mengetahui rincian 25  rasul. Pengertian lafadz ‘ﻟﺰم’ adalah sama seperti arti lafadz ‘وﺟﺐ’ dan ‘ﻓﺮض’ yang berarti wajib. Perkataan Syeh Ahmad Marzuki   ‘ﻛﻞ’   adalah   maf’ul   bih   dari lafadz ‘ﻟﺰم’ karena lafadz ‘ﻟﺰم’ ketika berarti wajib maka ia adalah fi’il yang muta’adi atau membutuhkan maf’ul bih. Adapun lafadz ‘ﻟﺰم’ ketika berarti lafadz ‘ﺛﺒﺖ’ atau tetap dan ‘دام’ atau terus menerus maka dihukumi sebagai fi’il yang qoshir atau tidak memiliki maf’ul bih. Perkataannya ‘ﻓﺤﻘﻖ’ berarti yakinilah para rasul yang berjumlah 25. Perkataannya   ‘واﻏﺘﻨﻢ’   berarti   carilah ketahuilah jumlah mereka!.
Ketahuilah!    Sesungguhnya keterangan yang telah disebutkan oleh
 
Syeh Ahmad Marzuki berbeda dengan keterangan yang disebutkan oleh Syeh Suhaimi dalam kitabnya yang berjudul al-Muqtada dimana keterangannya akan dijelaskan sebentar lagi insya Allah.
 
Syeh    Suhaimi    berkata, “Diwajibkan bagi setiap mukmin untuk mengetahui dan mengajarkan kepada anak-anaknya, istrinya, dan para pelayannya, nama-nama para rasul yang disebutkan dalam al-Quran agar mereka    mengimani    mereka, membenarkan  mereka  semua  secara rinci, dan tidak menganggap kalau hal yang wajib bagi mereka adalah hanya mengimani    pemimpin    kita, Muhammad, karena  mengimani seluruh para nabi, baik mereka yang disebutkan dalam al-Quran atau tidak disebutkan, adalah wajib bagi setiap mukallaf. Mereka yang disebutkan dalam al-Quran adalah 26 atau 25. Saya telah menadzomkannya dengan bentuk nadzom berpola bahar basith. Saya berkata;
 
Wajib bagimu mengetahui para rasul yang disebutkan dalam al-Quran, ** seperti Adam, Zakaria, Yunus, Nuh, Idris, Ibrahim, Yasak, ** Ishak, Yakqub, Ismail, Ismail, Sholih, Ayub, Harun, Musa, Syuaib, ** Daud, Hud, Uzair, Yusuf,
Lut, Ilyas atau Dzulkifli, ** Yahya, Sulaiman, Isa, Muhammad.

Pengertian lafadz ‘اﺗﺤﺪا أو’ dalam nadzom adalah bahwa yang dimaksud dengan Dzulkifli adalah Ilyas menurut satu pendapat. Pendapat lain mengatakan bahwa Dzulkifli adalah Yasak. Pendapat lain mengatakan bahwa Dzulkifli adalah Zakaria. Pendapat lain mengatakan bahwa Dzulkifli adalah Huzkail bin Ajuuz karena sebelum melahirkannya, ibunya sudah ajuuz atau tua. Kemudian ibunya meminta kepada Allah seorang anak di masa tuanya.    Kemudian    Allah memberikannya nikmat anak yang bernama Huzkail.”
Syeh Jalal al-Mahalli mengatakan bahwa alasan mengapa Dzulkifli dipanggil dengan nama Dzulkifli adalah karena ia takaffala atau sanggup berpuasa di waktu-waktu siangnya dan beribadah di seluruh waktu-waktu malamnya.

b.    Tidak Perlu Membatasi Jumlah Rasul dan Nabi

Syeh al-Baijuri berkata, “Pendapat yang shohih mengenai para nabi dan para rasul adalah tidak perlu membatasi mereka dengan jumlah tertentu karena terkadang apabila mereka      dibatasi      dengan      jumlah tertentu maka dapat mengakibatkan penetapan sifat kenabian atau kerasulan kepada orang yang salah pada   kenyataannya   atau   menafikan sifat   kenabian   atau   kerasulan   dari orang    yang    sebenarnya menyandangnya. Oleh karena itu kewajiban kita hanya membenarkan bahwa sesungguhnya Allah memiliki para rasul dan para nabi secara umum, kecuali mereka yang berjumlah 25, maka wajib mengetahui mereka secara rinci.”
Kemudian Syeh Ahmad Marzuki mulai menyebutkan nama-nama 25 rasul itu secara urut dalam 4 (empat) bait berikutnya. Ia berkata;
 
13.    NADZOM KEENAM BELAS, KETUJUH BELAS, KEDELAPAN BELAS, DAN KESEMBILAN BELAS

 هُمْ آدَمٌ اِدْرِيْسُ نُوْحٌ هُـوْدُ مَعْ * صَالِـحْ وَإِبْرَاهِـيْـمُ كُلٌّ مُـتَّبَعْ

[16] Mereka adalah Adam, Idris, Nuh, Hud,  **  Sholih,  Ibrahim,  yang  Allah
telah mewajibkan umat untuk mengikuti perintah mereka.

لُوْطٌ وَاِسْـمَاعِيْلُ اِسْحَاقُ كَذَا * يَعْقُوبُ يُوسُـفُ وَأَيُّوْبُ احْتَذَى


[17] Lut, Ismail, Ishak, ** Yakqub, Yusuf, Ayyub yang mengikuti setelah mereka disebutkan.

شُعَيْبُ هَارُوْنُ وَمُوْسَى وَالْيَسَعْ * ذُو الْكِـفْلِ دَاوُدُ سُلَيْمَانُ اتَّـبَعْ

[18] Syuaib, Harun, Musa, Yasak, ** Dzulkifli,    Daud,    Sulaiman    yang mengikuti        mereka    yang    telah disebutkan.

إلْيَـاسُ يُوْنُسْ زَكَرِيـَّا يَحْيَى * عِيْسَـى وَطَـهَ خَاتِمٌ دَعْ غَـيَّا


[19] Ilyas, Yunus, Zakaria, Yahya, ** Isa, Thoha yang menutup para nabi dan rasul. Janganlah menyimpang dari jalan yang benar!
 
a.    Mengetahui 25 Rasul
 
25  rasul  tersebut  secara  urut adalah;
1.    Adam.   Ia   adalah   Abu   al-basyar atau ayah manusia.
2.    Idris. Ia masih hidup di langit keempat, atau keenam, atau ketujuh, atau di dalam surga. Ia dimasukkan ke dalam surga setelah ia mencicipi kematian. Kemudian ia masih hidup dan belum keluar dari surga. Ia adalah kakek ayah Nuh.
3.    Nuh. Ia adalah rasul yang telah diselamatkan oleh Allah dari tercerai berai karena banjir bandang.
4.    Hud.  Ia  adalah  rasul  yang  telah diselamatkan oleh Allah dari angin yang suara tiupannya sangat keras, yang telah menghancur luluh lantahkan kaum Ad.
5.    Sholih. Ia adalah rasul yang telah diselamatkan oleh Allah dari teriakan Jibril yang telah menghancur luluh lantahkan kaum Tsamud.
6.    Ibrahim bin Tarikh. Ia adalah rasul yang telah diselamatkan oleh Allah dari api Raja Namrud.
7.    Lut. Ia adalah rasul yang telah diselamatkan oleh Allah dari tiupan  angin  yang  melemparkan batu-batu  menimpa  orang-orang kafir.
8.    Ismail bin Ibrahim. Ia adalah anak Ibrahim yang dari Hajar.
9.    Ishak bin Ibrahim. Ia adalah anak Ibrahim yang dari Sarah.
10.    Yakqub bin Ishak.
11.    Yusuf bin Yakqub.
12.    Ayub bin Amwash bin Ruah bin Rum bin Aish bin Ishak ‘alaihi as- salaam.
13.    Syuaib, Sang Khatibul Anbiyak.
14.    Harun bin Imran.
15.    Musa bin Imran. Jadi Musa dan Harun adalah saudara kandung. Ibu mereka bernama Yuhanaz.
16.    Yasak bin Aqthuub bin Ajuuz.
17.    Dzulkifli.
18.    Daud bin Isya.
19.    Sulaiman bin Daud.
20.    Ilyas bin Akhi Musa.
21.    Yunus bin Mata. Ia adalah rasul yang diselamatkan oleh Allah dari kesedihan.
22.    Zakaria bin Idzan.
23.    Yahya bin Zakaria. Ia adalah pemimpin orang-orang yang mati syahid kelak di Hari Kiamat dan penuntun mereka menuju ke surga. Ia juga rasul yang akan menyembelih kematian kelak di Hari Kiamat. Nanti ia  akan menidur miringkan kematian. Kemudian ia menyembelihnya dengan tangan sedangkan orang- orang saat itu melihatnya menyembelih. Adapun ia diberi keistemawaan    menyembelih kematian, bukan nabi yang lain, karena nama kata turunan dari kata yahya (hayaat) adalah kebalikan dari kata maut.
24.    Isa bin Maryam. Ia adalah rasul yang Allah ciptakan tanpa seorang bapak.
25.    Nabi kita, Muhammad, shollallahu ‘alaihi wa sallama. Muhammad adalah yang dimaksud dengan kata ‘طﮫ’ yang disebutkan oleh Syeh     Ahmad     Marzuki     dalam nadzom karena ‘طﮫ’ adalah termasuk salah satu dari nama- nama Nabi kita, Muhammad, shollallahu ‘alaihi wa sallama. Ada yang mengatakan, arti dari ‘طﮫ’ adalah bulan purnama  karena huruf thoo berbanding angka 9, dan huruf haa berbanding angka 5 sehingga jumlahnya adalah 14. Sedangkan bulan purnama terjadi pada malam ke 14. Ada yang mengatakan bahwa arti ‘طﮫ’ adalah obat dari segala penyakit. Diriwayatkan dari Ja’far Shodiq bahwa arti ‘طﮫ’ adalah beruntung sekali orang yang mendapatkan petunjuk. Ada yang mengatakan bahwa artinya adalah orang yang mengharap-harapkan    syafaat untuk umat.
 
b.    I’rob Nadzom

[TANBIH]    Perkataan    Syeh    Ahmad Marzuki  ‘ﻣﺘﺒﻊ  ﻛﻞ’  berarti  bahwa  Allah telah mewajibkan umat mengikuti masing-masing dari 25 rasul dalam perintah dan larangan dan mewajibkan setiap mukallaf untuk meyakini bahwa mereka memiliki sifat kenabian dan kerasulan.    Dengan    demikian perkataannya ‘ﻣﺘﺒﻊ ﻛﻞ’ adalah pelengkap bait. Perkataannya ‘اﺣﺘﺬى’ dengan huruf haa yang tidak bertitik dan dzal yang bertitik berarti bahwa Ayub mengikuti rasul-rasul yang telah disebutkan sebelumnya. Dengan demikian perkataannya ‘اﺣﺘﺬى’ adalah pelengkap bait. Begitu juga perkataannya ‘اﺗﺒﻊ’ adalah pelengkap bait.
Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘اﻟﯿﺴﻊ’ adalah dengan huruf alif dan laam yang keduanya merupakan huruf tambahan.
 
Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘ﺧﺎﺗﻢ’ adalah dengan fathah atau kasroh
huruf taa. Yang lebih masyhur adalah dengan mengkasrohnya. Adapun ‘ﺧﺎﺗﻢ’ yang berarti dzat permata cincin maka hanya dengan bentuk fathah pada huruf taa, bukan kasroh. Perkataannya ‘ﻏﯿﺎ دع’ berarti ‘اﻟﺤﻖ ﻋﻦ ﻣﯿﻼ اﺗﺮك’ yang berarti tinggalkanlah penyimpangan kebenaran. Oleh karena itu janganlah menyimpang dari jalan yang benar. Perkataan tersebut merupakan pelengkap bait.
Maksud perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘ﺧﺎﺗﻢ وطﮫ’ adalah bahwa pemimpin kita, Muhammad, shollallahu ‘alaihi wa sallama adalah penutup para nabi dan rasul sehingga tidak ada nabi lagi setelahnya selamanya. Adapun syariatnya akan tetap lestari sampai datang Hari Kiamat. Syariat beliau adalah syariat yang menyalin syariat rasul lain sedangkan syariat beliau tidak disalin oleh syariat rasul lain karena sabda beliau, “Umat ini akan tetap lestari menetapi agama Islam yang benar dan orang-orang setelah mereka akan tetap mengikuti agama ini sampai Hari Kiamat  datang.” Pernyataan    di    atas    tidak dipermasalahkan dengan turunnya Nabi Isa alaihi as-salam di akhir zaman karena ia turun ke bumi sebagai hakim yang menggunakan syariat Nabi kita, Muhammad, dan sebagai utusan yang mengikuti syariat Muhammad, sehingga tidak menafikan kalau ia ketika turun, kemudian menghukumi terbebasnya pajak dari kaum ahli kitab. Dan tidaklah diterima dari mereka kecuali Islam atau mati karena Nabi Muhammad telah memberitahukan bahwa pajak akan dipotong dari mereka  sampai turunnya  Isa. Adapun Isa menghukumi kebebasan pajak dari mereka adalah dengan menggunakan hukum syariat Nabi Muhammad. Oleh karena itu Syeh Iwadh Ghomrowi berkata,

“Syariat Nabi Thoha, yaitu Ahmad, yang terpilih akan tetap sampai Hari dimana seluruh para makhluk akan digiring dan menetap di suatu tempat.”

Ketahuilah bahwa sesungguhnya bentuk   kata   dari   nama-nama   nabi adalah    berasal    dari    bahasa    selain Bahasa  Arab  kecuali  4  (empat).  Jadi, hanya  4  (empat)  nama  dari  mereka yang  berasal  dari  Bahasa  Arab,  yaitu nama ‘ﻣﺤﻤﺪ’, ‘ھﻮد’, ‘ﺻﺎﻟﺢ’, dan ‘ﺷﻌﯿﺐ’. Semua nama-nama itu tidak dapat menerima tanwin kecuali 7 (tujuh). Maka hanya 7 (tujuh) nama dari mereka yang dapat menerima tanwin, yaitu ‘ﺻﺎﻟﺢ’, ‘ﻧﻮح’, ‘ﺷﻌﯿﺐ’, ‘ﺷﯿﺚ’, ‘ﻣﺤﻤﺪ’, ‘ﻟﻮط’, dan ‘ھﻮد’. Ketetapan ini adalah kaidah yang mu’tabaroh atau terpercaya dalam ilmu Nahwu tetapi dalam nadzom Syeh Ahmad Marzuki, terdapat 3 (tiga) nama yang dibaca dengan menggunakan tanwin, yaitu ‘آدم’, ‘ﻧﻮح’, ‘ﻟﻮط’, da 13 (tiga belas) nama lainnya tidak dengan tanwin, yaitu ‘ادرﯾﺲ’, ‘ھﻮد’, ‘اﺑﺮاھﯿﻢ’, ‘اﺳﻤﺎﻋﯿﻞ’,   ‘اﺳﺤﻖ’,   ‘ﯾﻌﻘﻮب’,   ‘ﯾﻮﺳﻒ’,   ‘أﯾﻮب’,
‘ﺷﻌﯿﺐ’, ‘ھﺮون’, ‘ھﺮون’, ‘داود’, ‘ﺳﻠﯿﻤﺎن’, dan ‘اﻟﯿﺎس’. Sedangkan 8 (delapan) nama dibaca dengan sukun, yaitu ‘ﺻﺎﻟﺢ’, ‘ﯾﻮﻧﺲ’ dan lainnya. Alasan mengapa dibaca dengan sukun adalah karena dhorurot. Syeh Qosim al-Hariri berkata dalam kitab Milhah al-I’rob;
 
Boleh dalam membuat syair yang tidak biasa (dhorurot) ** bagi seorang penyair mentanwin lafadz yang pada asalnya tidak dapat menerima tanwin  (Ghoiru Munshorif)

Abdullah al-Fakihi berkata bahwa maksud nadzom Hariri di atas adalah ketika seorang penyair terpaksa harus mentanwin lafadz yang asalnya tidak dapat menerima tanwin maka keadaan dhorurot itu mengembalikan segala sesuatu pada  asalnya. Sedangkan asal dari isim adalah menerima tanwin. Akan tetapi terkadang keadaan dhorurot dapat menetapkan tanwin karena untuk menetapi kesesuaian dengan wazan. Adapun menghilangkan tanwin dari lafadz-lafadz yang asalnya memang dapat menerima tanwin (munshorif) maka madzhab para ulama Basrah adalah tidak boleh secara mutlak karena itu atas dasar keluar dari hukum asal, berbeda dengan masalah mentanwin lafadz yang asalnya tidak boleh menerima tanwin karena itu atas dasar kembali kepada asal. Sebagian dari    mereka    ada    yang memperbolehkan secara mutlak. Ada sebagian dari mereka hanya memperbolehkannya dalam konteks syair. Demikian ini perkataan Abdullah al-Fakihi.

14.    NADZOM KEDUA PULUH

 عَلَـيْهِمُ الصَّـلاَةُ وَالسَّـلاَمُ * وَآلِـهِمْ مـَا دَامَـتِ اْلأَيـَّـامُ

[20] Semoga Allah mencurahkan rahmat dan salam kepada para rasul, ** dan keluarga mereka selama waktu dan masa masih ada dan tetap berlangsung.
 
a.    I’rob Nadzom
 
Isim Dhomir yang ada pada lafadz ‘ﻋﻠﯿﮭﻢ’ dan ‘وآﻟﮭﻢ’ kembali pada para rasul. Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘اﻷﯾﺎم  داﻣﺖ ﻣﺎ’ mengandung ‘ﻣﺎ’ dzorfiah masdariah dan ‘دام’ adalah fi’il taam yang berarti tetap atau masih ada. Lafadz ‘اﻷﯾﺎم’ adalah bentuk jamak dari mufrod ‘ﯾﻮم’. Tetapi yang dimaksud ‘اﻷﯾﺎم’ disini adalah berarti waktu atau masa, baik siang atau malam. Arti bait di atas adalah Saya meminta dari-Mu, Ya Allah, agar Engkau selalu merahmati mereka dengan rahmat yang disertai dengan pengagungan, dan agar Engkau melindungi mereka dan memberikan penghormatan untuk mereka dengan sebenarnya-benarnya penghormatan selama waktu dan masa masih ada dan tetap. Arti bait ini adalah redaksi yang shohih yang berasal dari Syeh Ahmad Marzuki. Adapun bait yang ditemukan dalam redaksi lain adalah ‘ اﻷوﻗﺎت داﻣﺖ ﻣﺎ واﻷﯾﺎم’ dengan menyebutkan lafadz ‘اﻷوﻗﺎت’ dan membuang lafadz ‘وآﻟﮭﻢ’. Adapun redaksi lain itu maka ia diubah oleh para editor.
Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘وآﻟﮭﻢ’ adalah  diathofkan pada isim dhomir pada lafadz ‘ﻋﻠﯿﮭﻢ’. Pengathofan tersebut adalah tanpa menyebutkan kembali huruf jer. Pengathofan semacam ini diperbolehkan menurut Syeh Ibnu Malik yang sependapat dengan Syeh Yunus, Syeh Akhfasy, para ulama Kuffah, dan Syeh Abu Khiyaan. Adapun pendapat yang menurut ulama jumhur Basrah adalah tidak diperbolehkan mengathofkan lafadz pada isim dhomir yang kemasukan huruf jer kecuali harus dengan menyebutkan kembali amil jer, baik berupa huruf atau isim. Contoh;
 
Syeh  Ibnu  Malik  berkata  dalam  kita
Khulashoh;
Kembali menyebutkan amil jer ketika diathofkan pada ** dhomir jer adalah hal yang wajib.
Sedangkan menurutku tidaklah wajib karena telah ada bukti ** yang shohih dalam kalam nadzom dan kalam natsar.

Termasuk  bukti  dari  kalam  nadzom adalah nadzom syair;
ﻓﺎذﻫﺐ ﻓﻤﺎ ﺑﻚ واﻷﻳﺎم ﻣﻦ ﻋﺠﺐ
Termasuk bukti dari kalam natsar adalah perkataan Ibnu Abbas dan Hasan;
ﺗﺴﺎءﻟﻮن ﺑﻪ واﻷرﺣﺎِم

b.    Penyesuaian Doa

[MASALAH]  Ismail  al-Hamidi  berkata,
 
“Apabila ditanya, ‘Rahmat untuk Rasulullah adalah khusus dan sudah ada. Jadi orang yang memintakan rahmat yang ditujukan kepada beliau berarti memintakan sesuatu yang sudah      ada.’      Maka       jawabannya,
 
‘Sesungguhnya tujuan kita memintakan rahmat    kepada    beliau    adalah memintakan rahmat yang belum ada karena tidak ada waktu yang terlewati kecuali di waktu tersebut terdapat rahmat yang belum ada bagi beliau. Dengan demikian rahmat yang kami minta agar dicurahkan kepadanya akan membuatnya terus naik dan naik dalam kesempurnaan sampai tidak terbatas.’ Menurut pendapat yang shohih, Rasulullah dapat menerima manfaat rahmat yang kita mintakan untuknya, tetapi orang yang bersholawat hendaknya  tidak  berniat  memberikanmanfaat    rahmat    kepadanya    tetapi perantara) kepada Allah agar apa yang diinginkan oleh orang yang bersholawat dapat terpenuhi. Tidak diperbolehkan mendoakan para nabi dengan doa yang tidak ada dalil tentang cara berdoanya, seperti doa rahimahullah. Akan tetapi yang pantas dan lebih patut bagi para nabi adalah mendoakan mereka dengan doa sholawat dan salam. Bagi para sahabat, tabiin, para wali, dan para syeh adalah mendoakan mereka dengan doa radhiyallahu ‘anhu. Sedangkan bagi orang selain mereka adalah mendoakannya bisa dilakukan dengan bentuk doa apapun.” [alkhoirot.org]
 

LihatTutupKomentar