Najis dan Cara Mensucikannya

Najis dan Cara Mensucikannya Syarat-Syarat Sholat Perkara Yang Membatalkan Sholat Syarat Diterimanya Sholat Syarat Jamaah, Sholat Jumah Zakat

Najis dan Cara Mensucikannya

 Nama kitab: Terjemah Mirqatus Suud Syarah Sulam Taufiq (bahasa Indonesia, Melayu)
Judul lengkap: Mirqotus Su’ud at-Tashdiq Fi Syarhi Sullam at-Taufiq Ila Mahabbatillah ‘Ala at-Tahqiq, Mirqat Su'ud al-Tashdiq fi Sharh Sullam al-Taufiq ila Mahabbat Allah ala al-Tahqiq.
Judul asal dalam teks Arab: مرقاة صعود التصديق فى شرح سلم التوفيق الى محبة الله على التحقيق
Makna: Tangga naik menuju keimanan komentar atas kitab Sullamut Taufiq (tangga pertolongan) menuju cinta Allah secara benar.
Penulis, pengarang: Syekh Nawawi bin Umar Al-Bantani
Nama yang dikenal di Arab: محمد بن عمر بن عربي بن علي نووي الجاوي أبو عبد المعطي
Kelahiran: 1813 M, Kecamatan Tanara, Banten
Meninggal: 1897 M, Mekkah, Arab Saudi
Bidang studi: Akidah, fikih, tauhid
Penerjemah:

Daftar isi

  1. Bagian Keempat Belas: Fasal Najis Dan Cara Mensucikannya
  2. Bagian Kelima Belas: Fasal Syarat-Syarat Sholat
  3. Bagian Keenam Belas: Fasal Perkara-Perkara Yang Membatalkan Sholat
  4. Bagian Ketujuh Belas: Fasal Syarat-Syarat Diterimanya Sholat
  5. Bagian Kedelapan Belas: Fasal Rukun-Rukun Sholat
  6. Bagian Kesembilan Belas: (Fasal) Syarat-Syarat Jamaah, Sholat Jumah, Keabsahan Sholat Jumah, Rukun-Rukun Dan Syarat-Syarat Dua Khutbah
  7. Bagian Kedua Puluh: Fasal Syarat-Syarat Iqtidak (Bermakmum)
  8. Bagian Kedua Puluh Satu: Fasal Mengurus Jenazah
  9. Bagian Kedua Puluh Dua: Fasal Zakat
  10. Kembali ke: Terjemah Mirqotus Su'ud

 ﻓﺼﻞ( ﻓﻰ اﻟﻨﺠﺎﺳﺔ وﻛﻴﻔﻴﺔ إزاﻟﺘﻬﺎ

BAGIAN KEEMPAT BELAS (FASAL) NAJIS DAN CARA MENSUCIKANNYA

A.    Syarat Sholat: Suci dari Najis
Syeh Nawawi al-Banteni rahimahullah berkata;

)وﻣﻦ ﺷﺮوط اﻟﺼﻼة اﻟﻄﻬﺎرة ﻋﻦ اﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﰱ اﻟﺒﺪن( ﺣﱴ داﺧﻞ أﻧﻔﻪ أو ﻓﻤﻪ أو ﻋﻴﻨﻴﻪ أو أذﻧﻪ )واﻟﺜﻮب( أى اﳌﻠﺒﻮس ﻣﻦ ﺛﻮب وﻏﲑﻩ وإن ﱂ ﻳﺘﺤﺮك ﲝﺮﻛﺘﻪ )واﳌﻜﺎن( وﻫﻮ ﻣﺎ ﻳﻼﻗﻰ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺑﺪﻧﻪ أو ﻣﻠﺒﻮﺳﻪ ﻟﻘﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﱃ واﻟﺮﺟﺰ ﻓﺎﻫﺠﺮ واﻟﺮﺟﺰ اﻟﻨﺴﺠﺲ )واﶈﻤﻮل ﻟﻪ( ﻓﻠﻮ ﲪﻞ ﻣﺴﺘﺠﻤﺮا ﰱ ﺻﻼﺗﻪ ﺑﻄﻠﺖ إذ ﻻ ﺣﺎﺟﺔ ﳊﻤﻠﻪ ﻓﻴﻬﺎ ﺳﻮاء ﻛﺎن اﳊﺎﻣﻞ ﻣﺴﺘﺠﻤﺮا أو ﻣﺴﺘﻨﺠﻴﺎ أﻣﺎ اﻟﻘﺒﺾ ﻓﺘﺒﻄﻞ ﺑﻪ ﺻﻼة اﳌﺴﺘﻨﺠﻰ دون اﳌﺴﺘﺠﻤﺮ ﺳﻮاء ﻛﺎن اﻟﻘﺎﺑﺾ ﻫﺬا أو ﻫﺬا ﻻﺗﺼﺎﻟﻪ ﲟﺘﺼﻞ ﺑﻨﺠﺲ ﺧﻼﻓﺎ ﳌﻦ ﻗﺎل ﺗﺒﻄﻞ ﺻﻼة اﳌﺴﺘﺠﻤﺮ إذا ﻗﺒﺾ ﻋﻠﻴﻪ اﳌﺴﺘﻨﺠﻰ أﻓﺎد ذﻟﻚ ﻋﻄﻴﺔ


Termasuk salah satu dari syarat-syarat sholat adalah suci dari najis pada tubuh, bahkan sampai pada bagian dalam hidung, kedua mata, atau telinga, dan suci dari najis pada pakaian, yaitu sesuatu yang dipakai oleh musholli, baik baju atau lainnya, meskipun pakaian tersebut tidak ikut bergerak karena gerakan musholli, dan suci dari najis pada tempat, yaitu tempat yang ditempeli oleh bagian dari tubuh musholli dan pakaiannya. Syarat ini berdasarkan Firman Allah, “Dan hindarilah ar-rujza.”89 Lafadz ar-rujza berarti najis.
Begitu juga, benda yang dibawa oleh musholli harus suci. Apabila pada saat sholat ia menggotong mustajmir90 maka sholatnya batal karena tidak ada hajat menggotongnya di saat sholat, baik yang menggotong adalah mustajmir atau mustanji.91 Adapun apabila pada saat sholat musholli menggenggam, misalnya, tangan orang lain yang mustajmir dan yang juga sedang sholat maka sholat musholli menjadi batal jika ia sebagai mustanji, sedangkan sholat mustajmir tidak batal, baik pihak yang menggenggam itu

89 QS. Al-Muddatsir: 5
90 Mustajimir adalah orang yang cebok dengan cara peper.
91 Yang dimaksud dengan mustanji disini adalah orang yang cebok dengan air.
 
si mustajmir atau si mustanji, dimana batalnya sholat tersebut disebabkan (mustanji) menempel pada sesuatu (mustajmir) yang menempel dengan najis. Ada sebagian ulama mengatakan bahwa sholat mustajmir juga batal ketika ia digenggam oleh mustanji, seperti yang difaedahkan oleh Athiah.

)ﻓﺈن ﻻﻗﺎﻩ( أى اﳌﺼﻠﻰ )ﳒﺲ أو ﻻﻗﻰ( أى اﻟﻨﺠﺲ )ﺛﻴﺎﺑﻪ أو ﳏﻤﻮﻟﻪ ﺑﻄﻠﺖ ﺻﻼﺗﻪ إﻻ أن ﻳﻠﻘﻴﻪ( أى اﻟﻨﺠﺲ ﺑﻘﻠﻊ ﺛﻮب ﻣﻦ ﻏﲑ ﻗﺒﺾ وﻻ ﲪﻞ ﻟﻪ ﺳﻮاء ﻛﺎن رﻃﺒﺎ أو ﻳﺎﺑﺴﺎ أو ﻳﻨﻔﻀﻪ ﻣﻦ ﻏﲑ ذﻟﻚ أﻳﻀﺎ إذا ﻛﺎن ﻳﺎﺑﺴﺎ )ﺣﺎﻻ( أى ﺑﺴﺮﻋﺔ أى ﻗﺒﻞ ﻣﻀﻰ أﻗﻞ ﻃﻤﺄﻧﻴﻨﺔ اﻟﺼﻼة ﻓﻼ ﺗﺒﻄﻞ )أو ﻳﻜﻮن( أى اﻟﻨﺠﺲ )ﻣﻌﻔﻮا ﻋﻨﻪ ﻛﺪم ﺟﺮﺣﻪ( ﺑﻀﻢ اﳉﻴﻢ ﻓﻼ ﺗﺒﻄﻞ ﻟﻌﻤﻮم اﻟﺒﻠﻮى ﺑﺬﻟﻚ وﺷﻘﺔ اﻻﺣﱰاز وﲪﻞ اﻟﻌﻔﻮ ﻋﻦ دم اﳉﺮح إذا ﻛﺎن ﻗﻠﻴﻼ أﻣﺎ إذا ﻛﺎن
ﻛﺜﲑا ﻓﺈن ﻛﺎن ﻣﻦ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻴﻌﻔﻰ ﻋﻨﻪ أﻳﻀﺎ وإن ﻛﺎن ﻓﻌﻠﻪ أو ﺑﻔﻌﻞ ﻣﺄذوﻧﻪ ﻛﺄن ﻋﺼﺮ
 
اﻟﻘﻠﺔ
 
وﺗﻌﺮف
 
اﻟﻌﻤﺎد
 
اﺑﻦ
 
ﻣﻨﻈﻮﻣﺔ
 
ﺷﺮح
 
اﻟﺮﻣﻠﻰ ﰱ
 
اﻟﺸﻬﺎب
 
ﻗﺎل
 
ﻋﻨﻪ
 
ﻳﻌﻒ
 
اﻟﺪﻣﻞ ﱂ
 
واﻟﻜﺜﺮة ﺑﺎﻻدة ﻓﻤﺎ ﻳﻘﻊ اﻟﺘﻠﻄﺦ ﺑﻪ ﻏﺎﻟﺒﺎ وﻳﻌﺴﺮ اﻻﺣﱰاز ﻋﻨﻪ ﻓﻘﻠﻴﻞ وﻣﺎ زاد ﻓﻜﺜﲑ ﻷن
أﺻﻞ اﻟﻌﻔﻮ إﳕﺎ اﺛﺒﺘﻨﺎﻩ ﻟﺘﻌﺬر اﻻﺣﱰاز اﻧﺘﻬﻰ

Oleh karena disyaratkan harus suci, apabila ada najis mengenai musholli, atau pakaiannya, atau benda yang dibawanya maka sholatnya menjadi batal, kecuali apabila ia segera membuang najis tersebut seketika dengan cara melepas bagian pakaian yang dikenai najis tanpa menggenggamnya (menekannya) dan mengangkatnya, baik najis itu basah atau kering, atau apabila najisnya kering maka dengan cara menghempaskan bagian pakaian tersebut tanpa menggenggam dan mengangkatnya. Maksud kata seketika adalah dengan cepat, yaitu sebelum terlewatnya waktu minimal tumakninah dalam sholat,92 maka sholatnya tidak batal. Dihukumi sholatnya tidak batal, yaitu apabila najis yang mengenai musholli adalah najis yang ma’fu, seperti darah luka, karena sering terjadi dan sulit menghindari.

Darah luka dihukumi ma’fu jika ia sedikit. Adapun apabila ia banyak maka akan dima’fu jika ia keluar sendiri. Berbeda apabila ia banyak dan keluar karena kesengajaan dari musholli atau dari orang yang diizininya, seperti sengaja memencet bisul, maka tidak dihukumi ma’fu. Syihab ar- Romli berkata dalam Syarah Mandzumah Ibnu Imad, “Ukuran sedikit atau banyaknya disesuaikan dengan penilaian adat. Maksudnya, najis yang pada

92 Seukuran membaca tasbih satu kali.
 
umumnya mengenai dan sulit dihindari maka termasuk najis yang sedikit, sedangkan najis yang lebih dari najis yang dianggap sedikit tersebut maka termasuk najis yang banyak. Alasan mengapa dirujukkan pada adat adalah karena asal kema’fuan najis ditetapkan oleh kami (Syafiiah) hanya karena alasan sulit menghindarinya.”

B.    Pembagian Najis
1.    Najis Ainiah

)وﳚﺐ ازاﻟﺔ ﳒﺲ ﱂ ﻳﻌﻒ ﻋﻨﻪ( ﻣﻦ اﶈﻞ ﻣﻦ ﺛﻮب أو ﺑﺪن )ﺑﺎزاﻟﺔ اﻟﻌﲔ( واﳌﺮاد ﺑﺎﻟﻌﲔ ﻣﺎ ﻗﺎﺑﻞ اﳊﻜﻤﻴﺔ ﻓﻴﺸﻤﻞ اﻷوﺻﺎف ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﻋﻄﻴﺔ وﻟﺬﻟﻚ ﻗﺎل اﳌﺼﻨﻒ )ﻣﻦ ﻃﻌﻢ وﻟﻮن
ورﻳﺢ ﺑﺎﳌﺎء اﳌﻄﻬﺮ( ﻓﻼ ﺗﻜﻔﻰ ﺑﺎﻟﻨﺎر وﻻ ﺑﺎﻟﺮﻳﺢ

Wajib menghilangkan najis yang tidak dima’fu dari pakaian atau tubuh dengan cara menghilangkan ainnya. Yang dimaksud dengan ain najis adalah perbandingan atau kebalikan daripada hukmiah. Artinya, najis ainiah adalah najis yang masih ada wujud atau dzat najis tersebut. Oleh sebab itu, ia mengandung beberapa sifat, seperti keterangan yang disampaikan oleh Athiah.

Mushonnif menjelaskan bahwa sifat-sifat najis terdiri dari rasa, warna, dan bau. Alat yang digunakan untuk menghilangkannya hanyalah air. Oleh karena itu, tidak cukup jika menghilangkan najis dengan api atau angin.

واﻋﻠﻢ أن اﺷﱰاط ازاﻟﺔ اﻟﻨﺠﺲ ﻋﻨﺪ اﻻﻣﻜﺎن ﺣﱴ ﻟﻮ ﺗﻮﻗﻒ ذﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺣﺖ أو ﻗﺮص أو
أﺷﻨﺎن أو ﺻﺎﺑﻮن وﺟﺐ وإﻻ ﻛﺎن ﻣﺴﺘﺤﺒﺎ

Ketahuilah. Sesungguhnya syarat menghilangkan najis yang cukup dengan membasuhkan air saja pada tempat yang dikenainya adalah ketika memungkinkan tanpa menggunakan perantara sama sekali. Apabila najis tidak bisa hilang kecuali dengan perantara, seperti; dikucek, memakai kayu asynan atau sabun, maka wajib menggunakan perantara tersebut. Sedangkan apabila tanpa menggunakan perantara, artinya hanya dibasuh dengan air saja, najis bisa hilang, maka menggunakan perantara dihukumi sunah.
 
اﻟﻌﺘﻴﻘﺔ
 
اﳊﻤﺮة
 
ﻛﺮاﺋﺤﺔ
 
وﺣﺪﻩ
 
أو اﻟﺮﻳﺢ
 
اﳊﻴﺾ
 
ﻛﻠﻮن دم
 
وﺣﺪﻩ
 
اﻟﻠﻮن
 
ازاﻟﺔ
 
ﻋﺴﺮ
 
ﻓﺈن
 
وﺑﻌﺾ أﻧﻮاع اﻟﻐﺎﺋﻂ ﱂ ﻳﻀﺮ ﺑﻘﺎؤﻩ ﺑﺎﻟﻀﺮورة ﻓﻴﺼﲑ ﻃﺎﻫﺮا ﺣﻘﻴﻘﺔ ﻻ ﳒﺴﺎ ﻣﻌﻔﻮا ﻋﻨﻪ ﺣﱴ ﻟﻮ أﺻﺎﺑﻪ ﺑﻠﻞ ﱂ ﻳﺘﻨﺠﺲ وﻻ ﻓﺮق ﺑﲔ اﳌﻐﻠﻈﺔ وﻏﲑﻫﺎ وان اﺟﺘﻤﻊ اﻟﻠﻮن واﻟﺮﻳﺢ ﺿﺮ ﻟﺪﻻﻟﺔ ذﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﺑﻘﺎء اﻟﻌﲔ ﻓﻼ ﻳﻄﻬﺮ اﶈﻞ وإن ﺑﻘﻰ اﻟﻄﻌﻢ وﺣﺪﻩ ﻳﻀﺮ أﻳﻀﺎ ﳌﺎ ذﻛﺮﻩ أﻓﺎد
ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ ﰱ ﺷﺮح ﻫﺪﻳﺔ اﻟﻨﺎﺻﺢ

Apabila sulit menghilangkan warna najis saja, seperti; warna darah haid, atau sulit menghilangkan baunya saja, seperti; bau khomr yang sudah lama atau bau sebagian jenis kotoran, maka tidak apa-apa sebab dhorurot, oleh karena itu, tempat yang dikenainya sudah dihukumi suci pada hakikatnya, bukan dihukumi sebagai najis yang ma’fu, bahkan apabila tempat yang dikenainya terkena basah-basah maka tidak najis, baik najis yang masih ada warnanya tersebut atau baunya tersebut adalah mugholadzoh atau lainnya.

Berbeda, apabila sifat warna najis serta baunya masih ada di tempat yang dikenainya maka tidak dihukumi suci karena keberadaan kedua sifat tersebut menunjukkan masih adanya ain najis. Begitu juga, masih dihukumi najis jika sifat yang masih ada di tempat adalah rasanya saja, karena sifat rasa menunjukkan kalau ain najis juga masih ada, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli dalam Syarah Hadiah an-Nashih.
2.    Najis Hukmiah

)و( اﻟﻨﺠﺎﺳﺔ )اﳊﻜﻤﻴﺔ( وﻫﻰ ﻣﺎ ﻻ ﲢﺲ ﻛﻨﻘﻄﺔ ﺑﻮل ﺟﻒ )ﳚﺮى اﳌﺎء( أى ﻳﻜﻔﻰ ﻓﻴﻬﺎ
ﺟﺮى اﳌﺎء )ﻋﻠﻴﻬﺎ( أى ﻋﻠﻰ ﳏﻠﻬﺎ

Najis hukmiah adalah najis yang sudah tidak dapat diindera, seperti; setetes air kencing yang telah kering. Cara menghilangkannya cukup dengan mengalirkan air pada tempat yang dikenainya.
 
C.    Cara Menghilangkan Najis Mugholadzoh
Syeh Nawawi al-Banteni rahimahullah berkata;

)و( اﻟﻨﺠﺎﺳﺔ )اﻟﻜﻠﺒﻴﺔ( ﻣﻦ ﻛﻠﺐ وﺧﻨﺰﻳﺮ وﻓﺮوﻋﻬﻤﺎ ﺳﻮاء ﰱ ذﻟﻚ ﲨﻠﺘﻬﺎ وﻟﻌﺎ ﺎ وﻋﺮﻗﻬﺎ ودﻣﻬﺎ وﻏﲑ ذﻟﻚ )ﺑﻐﺴﻠﻬﺎ( وﻟﻮ ﺑﺘﺤﺮﻳﻜﻬﺎ ﰱ اﳌﺎء اﻟﻜﺜﲑ اﻟﺮاﻛﺪ )ﺳﺒﻌﺎ( أى ﺳﺒﻊ ﻣﺮات
وﺗﻜﻔﻰ وإن ﺗﻌﺪدت أو ﻻﻗﺎﻫﺎ ﳒﺎﺳﺔ أﺧﺮى )اﺣﺪاﻫﻦ ﳑﺰوﺟﺔ ﺑﺎﻟﱰاب( ﲝﻴﺚ ﻳﺘﻜﺪر ﺑﻪ اﳌﺎء وﻳﺼﻞ ﺑﻮاﺳﻄﺘﻪ إﱃ ﲨﻴﻊ أﺟﺰاء اﶈﻞ وﻻ ﻓﺮق ﺑﲔ اﻟﺮﻃﺐ وﻏﲑﻩ وﻳﻜﻔﻰ ﻏﺒﺎر رﻣﻞ أﻓﺎدﻩ اﻟﺮﻣﻠﻰ )اﻟﻄﻬﻮر( ﻓﻼ ﻳﻜﻔﻰ ﳒﺲ وﻻ ﻣﺴﺘﻌﻤﻞ وﻻ ﻳﻜﻔﻰ ذر اﻟﱰاب ﻋﻠﻰ اﶈﻞ وﻻ
دﻟﻜﻪ ﺑﻪ ﻣﻦ ﻏﲑ ﻣﺎء ﺑﻞ ﻻﺑﺪ ﻣﻦ اﳌﺎء

Najis mugholadzoh adalah najis anjing, babi, dan keturunannya, baik najis tersebut berasal dari air liur mereka, keringat, darah, dan lain-lainnya. Cara menghilangkannya adalah dengan dibasuh, meskipun hanya digerak- gerakkan di dalam air banyak yang tenang, sebanyak 7 (tujuh) kali basuhan dimana salah satu dari basuhan tersebut dicampur dengan debu, sekiranya air menjadi keruh dan debu merata ke seluruh bagian tempat yang dikenai najis. Tidak ada perbedaan, baik debu tersebut basah atau kering, bahkan dicukupkan dengan debu berpasir, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.
Syarat debu yang dicampurkan adalah debu yang suci dan mensucikan. Jadi, tidak cukup kalau menggunakan debu yang najis atau musta’mal. Selain itu, debu harus dicampur dengan air. Oleh karena itu, tidak cukup kalau hanya menaburkannya di tempat yang dikenai najis atau menggosokkannya padanya, tanpa menggunakan air.

)و( اﻟﻐﺴﻠﺔ )اﳌﺰﻳﻠﺔ ﻟﻠﻌﲔ وإن ﺗﻌﺪدت( ﻓﻬﻰ )واﺣﺪة( وﻳﻜﻤﻞ اﻟﺴﺒﻊ

Basuhan yang berulangkali yang menghilangkan ain najis dihitung satu kali basuhan, kemudian ditambahi lagi sampai tujuh kali basuhan.

D.    Syarat Menghilangkan Najis
)وﻳﺸﱰط( ﰱ ﺗﻄﻬﲑ اﻟﻨﺠﺎﺳﺔ )ورود اﳌﺎء( ﺑﻨﻔﺴﻪ أو ﺑﺎﻳﺮادﻩ )إن ﻛﺎن ﻗﻠﻴﻼ( ﻓﺈن وردت ﻋﻠﻴﻪ ﺗﻨﺠﺲ ﲟﻼﻗﺎ ﺎ ﻓﻠﻮ ﻃﻬﺮ إﻧﺎء أدار اﳌﺎء ﻋﻠﻰ ﺟﻮاﻧﺒﻪ أﻣﺎ اﳌﺎء اﻟﻜﺜﲑ ﻓﻼ ﻓﺮق ﺑﲔ
ﻛﻮﻧﻪ واردا ﻋﻠﻰ اﶈﻞ اﳌﺘﻨﺠﺲ أو ﻻ
 
Dalam mensucikan najis, disyaratkan air datang dengan sendirinya atau didatangkan ke tempat yang terkena najis, yaitu jika air tersebut sedikit. Sebaliknya jika air yang sedikit didatangi najis maka air tersebut berubah menjadi mutanajis sebab terkena najis. Apabila seseorang mensucikan wadah yang sisi dalamnya terkena najis dengan air sedikit maka ia memutar-mutarkan air tersebut sampai seluruh sisi yang najis diratainya.

Adapun mensucikan najis dengan air banyak, artinya dua kulah atau lebih, maka tidak ada bedanya antara apakah air tersebut yang mendatangi tempat yang mutanajis atau yang didatanginya.93





























93 Contoh; Ada piring terkena najis. Seseorang ingin mensucikannya dengan air banyak. Maka ia boleh mencelupkan piring tersebut ke dalam air atau ia mengambil air kemudian membasuhkannya pada piring.

 ﻓﺼﻞ( ﻓﻰ ﺷﺮوط اﻟﺼﻼة وﻫﻰ ﻣﺎ ﺗﺘﻮﻗﻒ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺻﺤﺔ اﻟﺼﻼة وﻟﻴﺴﺖ ﻣﻨﻬﺎ

BAGIAN KELIMA BELAS (FASAL) SYARAT-SYARAT SHOLAT

Pengertian syarat adalah sesuatu yang menentukan keabsahan sholat tetapi ia tidak termasuk bagian darinya. Syarat-syarat sholat diantaranya;

A.    Menghadap Kiblat

)وﻣﻦ ﺷﺮوط اﻟﺼﻼة اﺳﺘﻘﺒﺎل( ﻋﲔ )اﻟﻘﺒﻠﺔ( ﻳﻘﻴﻨﺎ ﰱ اﻟﻘﺮب وﻇﻨﺎ ﰱ اﻟﺒﻌﺪ أى ﲜﻤﻴﻊ ﻋﺮض اﻟﺒﺪن ﰱ اﻟﻘﻴﺎم واﻟﻘﻌﻮد ﻻ ﺑﺎﻟﻮﺟﻪ وﻻ ﺑﺎﻟﻴﺪ وﻻ ﺑﺎﻟﺮﺟﻞ أﻣﺎ ﰱ اﻟﺮﻛﻮع واﻟﺴﺠﻮد
 
ﻣﺴﺘﻠﻘﻴﺎ
 
واﻟﻮﺟﻪ أو
 
ﺑﺎﻟﺼﺪر
 
ﻓﺎﻻﺳﺘﻘﺒﺎل
 
ﻣﻀﻄﺠﻌﺎ
 
ﻟﻮ ﺻﻠﻰ
 
أﻣﺎ
 
اﻟﺒﺪن
 
ﻓﺒﺠﻤﻠﺔ
 
ﻓﺒﺎﻷﲬﺼﲔ واﻟﻮﺟﻪ ﺑﺄن ﻳﺮﻓﻊ رأﺳﻪ

Maksudnya, termasuk syarat sholat adalah menghadap Kiblat secara yakin bagi musholli yang dekat dengannya dan secara dzon (sangkaan) bagi musholli yang jauh darinya.
Pada saat berdiri dan duduk, menghadap Kiblat harus dengan seluruh lebar tubuh, bukan hanya dengan wajah, tangan, dan kaki. Adapun pada saat rukuk dan sujud maka dengan sebagian besar bagian tubuh. Apabila musholli sholat dalam keadaan tidur miring maka ia menghadapnya dengan dada dan wajah, atau dalam keadaan tidur berbaring maka dengan dua akhmash (bagian cekung pada kedua telapak kaki) dan wajah, yaitu dengan mengangkat kepalanya.

واﳌﺮاد ﺑﺎﻟﻘﺒﻠﺔ اﻟﻜﻌﺒﺔ وﻫﻮاؤﻫﺎ إﱃ اﻷرض اﻟﺴﺎﺑﻌﺔ واﻟﺴﻤﺎء اﻟﺴﺎﺑﻌﺔ ﳌﻦ ﻫﻮ ﺧﺎرﺟﻬﺎ ﻓﻼ ﻳﺸﱰط ﳏﺎذاة اﻟﺒﻨﺎء واﳉﺪار ﺑﻞ اﳌﺮاد ﲰﺘﻬﺎ وﻫﻮاؤﻫﺎ أﻓﺎد ذﻟﻚ ﻋﻄﻴﺔ
Yang dimaksud dengan Kiblat adalah Ka’bah, bagian atasnya sampai langit ketujuh, dan bagian bawahnya sampai bumi ketujuh. Pengertian kiblat ini adalah pengertiannya bagi orang yang sholat di luar Ka’bah. Oleh karena itu, menghadapnya tidak disyaratkan harus sejajar pas dengan bangunan dan tembok Ka’bah, tetapi yang dimaksud adalah searah
 
dengannya atau bagian atas dan bawahnya, seperti yang difaedahkan oleh Athiah.

B.    Mengetahui Waktu Sholat

)ودﺧﻮل اﻟﻮﻗﺖ( أى ﻣﻌﺮﻓﺔ دﺧﻮل اﻟﻮﻗﺖ اﶈﺪود ﺷﺮﻋﺎ ﻳﻘﻴﻨﺎ أو ﻇﻨﺎ ﻓﻤﻦ ﺻﻠﻰ ﺑﺪون اﳌﻌﺮﻓﺔ ﱂ ﺗﺼﺢ ﺻﻼﺗﻪ وإن وﻗﻌﺖ ﰱ اﻟﻮﻗﺖ ﲞﻼف اﻷذان ﻓﻴﺼﺢ إذا ﺻﺎدف اﻟﻮﻗﺖ
أﻓﺎدﻩ ﻋﻄﻴﺔ

Maksudnya, termasuk syarat sholat adalah mengetahui masuknya waktu sholat yang telah ditentukan oleh syariat secara yakin atau dzon. Barang siapa melakukan sholat tanpa mengetahui terlebih dahulu waktunya maka sholatnya tidak sah meskipun sholatnya tersebut sebenarnya terjadi pada waktunya. Berbeda dengan adzan, karena apabila seseorang adzan tanpa mengetahui waktunya dan ternyata adzannya terjadi sesuai pada waktunya, maka adzannya sah, seperti yang difaedahkan oleh Athiah.

 
C.    Islam
 

)واﻹﺳﻼم( ﻓﻼ ﺗﺼﺢ ﻣﻦ ﻛﺎﻓﺮ ﻛﺒﻘﻴﺔ اﻟﻌﺒﺎدات
 

Maksudnya, termasuk syarat sholat adalah Islam. Oleh karena itu, sholat yang dilakukan oleh orang kafir dihukumi tidak sah, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya.94

D.    Tamyiz

)واﻟﺘﻤﻴﻴﺰ( وﻫﻮ أن ﻳﺼﲑ اﻟﻄﻔﻞ ﲝﻴﺚ ﻳﺄﻛﻞ وﺣﺪﻩ وﻳﺴﺘﻨﺠﻰ وﺣﺪﻩ ﻓﻼ ﺗﺼﺢ ﻣﻦ ﻏﲑ
ﳑﻴﺰ ﻟﻌﺪم ﺻﺤﺔ ﻋﺒﺎدﺗﻪ ﺑﻨﻔﺴﻪ

94Syarih menyebutkan di dalam kitabnya Sulam al-Munajat, “[Cabang] Apabila orang kafir telah masuk Islam maka ibadah-ibadahnya yang tidak membutuhkan niat yang pernah ia lakukan pada saat kekufurannya dihukumi masih tetap, seperti shodaqoh, silaturrahmi, dan memerdekakan budak. Demikian ini adalah seperti yang dikutip oleh Syeh al-Wanai dari kitab al-Majmuk.” Ibarotnya adalah;

)ﻓﺮع( ﻟﻮ أﺳﻠﻢ اﻟﻜﺎﻓﺮ أﺛﺒﺖ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻓﻌﻠﻪ ﻣﻦ اﻟﻘﺮب اﻟﺬى ﻻ ﲢﺘﺎج إﱃ ﻧﻴﺔ ﻛﺼﺪﻗﺔ وﺻﻠﺔ وﻋﺘﻖ ﻛﻤﺎ
ﻧﻘﻠﻪ اﻟﻮﻧﺎﺋﻰ ﻋﻦ ا ﻤﻮع
 
Maksudnya, termasuk syarat sholat adalah tamyiz, yaitu sekiranya seorang bocah mampu makan, beristinjak, dengan sendiri. Oleh karena itu, sholat yang dilakukan oleh bocah yang belum tamyiz tidak sah karena ketidak absahan ibadahnya yang ia sendiri lakukan.

E.    Mengetahui kefardhuan sholat

)واﻟﻌﻠﻢ ﺑﻔﺮﺿﻴﺘﻬﺎ( أى اﻟﻌﻠﻢ ﺑﻜﻮ ﺎ ﻓﺮﺿﺎ ﰱ اﻟﺼﻼة اﳌﻔﺮوﺿﺔ واﻟﻔﺮض ﻣﺎ ﻳﺜﺎب ﻓﺎﻋﻠﻪ اﻣﺘﺜﺎﻻ وﻳﻌﺎﻗﺐ ﲟﺸﻴﺌﺔ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﺗﺎرﻛﻪ أى ﺳﻮاء ﻛﺎن ﻋﺎﻣﻴﺎ أو ﻋﺎﳌﺎ ﻓﺎﻟﻌﺎﻣﻰ ﻫﻮ ﻣﻦ ﱂ
ﳛﺼﻞ ﻣﻦ اﻟﻔﻘﻪ ﺷﻴﺌﺎ ﻳﻬﺘﺪى ﺑﻪ إﱃ اﻟﺒﺎﻗﻰ

Maksudnya, termasuk syarat sholat adalah mengetahui bahwa sholat fardhu yang hendak seseorang lakukan adalah fardhu. Pengertian fardhu adalah hukum yang apabila dilakukan maka seseorang mendapat pahala dan yang apabila ditinggalkan maka ia mendapatkan siksa jika dikehendaki oleh Allah, baik ia adalah orang yang ‘aami atau ‘alim. Maksud orang yang ‘ami adalah orang yang tidak dapat menghasilkan pemahaman dasar yang dapat ia gunakan untuk memahami lainnya.

F.    Tidak Meyakini Hal yang Fardhu sebagai Hal yang Sunah

)وأن ﻻ ﻳﻌﺘﻘﺪ( وﻻ ﻳﻈﻦ )ﻓﺮﺿﺎ( ﺑﻌﻴﻨﻪ )ﻣﻦ ﻓﺮوﺿﻬﺎ( أى اﻟﺼﻼة )ﺳﻨﺔ( وإن ﻛﺎن ﻋﺎﻣﻴﺎ
 
ﻓﻼ أو
 
أو ﻧﻔﻞ
 
ﻓﺮض ﺻﺢ
 
أﻓﻌﺎﳍﺎ
 
ﲨﻴﻊ
 
اﻷوﺟﻪ أن
 
ﻋﻠﻰ
 
اﻟﻌﺎﱂ
 
اﻟﻌﺎﻣﻰ أو
 
اﻋﺘﻘﺪ
 
ﻓﻠﻮ
 
اﻟﺒﻌﺾ ﻓﺮض واﻟﺒﻌﺾ ﻧﻔﻞ ﺻﺢ ﻣﺎ ﱂ ﻳﻘﺼﺪ ﺑﻔﺮض ﻣﻌﲔ ﻧﻔﻼ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﰱ
اﻟﺘﺤﻔﺔ
Maksudnya, termasuk syarat sholat adalah bahwa musholli tidak menganggap (dzon) salah satu fardhu dari fardhu-fardhu sholat sebagai perkara yang sunah, meskipun ia adalah orang yang ‘aami.

Apabila musholli yang ‘aami, menurut pendapat aujah disebutkan yang ‘alim juga, menganggap kalau seluruh perbuatan sholat adalah fardhu maka sholatnya sah. Apabila ia menganggap kalau seluruh perbuatan sholat adalah sunah maka sholatnya tidak sah. Dan apabila ia menganggap kalau sebagian dari perbuatan-perbuatan sholat adalah fardhu dan sebagian lainnya adalah sunah maka sholatnya juga sah selama ia tidak menyengaja menganggap salah satu fardhu tertentu sebagai hal yang sunah, seperti yang difaedahkan oleh Ibnu Hajar di dalam kitab at-Tuhfah.
 
G.    Menutup Aurat

)واﻟﺴﱰ( وﻟﻮ ﺧﺎﻟﻴﺎ أو ﰱ اﻟﻈﻠﻤﻤﺔ )ﲟﺎ( أى ﲜﺮم ﻓﻼ ﻳﻜﻔﻰ ﺑﻠﻮن ﺣﻨﺎء أو ﺻﺒﻎ أو ﺣﱪ
 
ﳎﻠﺲ
 
ﻣﻦ ﺳﻮادﻫﺎ ﰱ
 
ﺑﻴﺎﺿﻬﺎ
 
ﻻ ﻳﻌﺮف
 
ﲝﻴﺚ
 
اﻟﺒﺸﺮة(
 
ﻟﻮن
 
)ﻳﺴﱰ ﺑﻪ
 
ﻋﻄﻴﺔ
 
أﻓﺎدﻩ
 
أو ﺻﻐﲑة )إﻻ
 
ﺳﻮاء ﻛﺎﻧﺖ ﻛﺒﲑة
 
اﻟﻘﺪﻣﲔ
 
ﺑﺎﻃﻦ
 
اﳊﺮة( ﺣﱴ
 
ﺑﺪن
 
)ﳉﻤﻴﻊ
 
اﻟﺘﺨﺎﻃﺐ
 
اﻟﻮﺟﻪ واﻟﻜﻔﲔ( ﻇﻬﺮا وﺑﻄﻨﺎ إﱃ اﻟﻜﻮﻋﲔ )وﺳﱰ ﻣﺎ ﺑﲔ اﻟﺴﺮة واﻟﺮﻛﺒﺔ ﻟﻠﺬﻛﺮ اﻷﻣﺔ( ﻟﻘﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وإذا زوج أﺣﺪﻛﻢ أﻣﺘﻪ ﻋﻨﺪﻩ أو أﺟﲑﻩ ﻓﻼ ﺗﻨﻈﺮ اﻷﻣﺔ إﱃ ﻋﻮرﺗﻪ واﻟﻌﻮرة ﻣﺎ ﺑﲔ اﻟﺴﺮة واﻟﺮﻛﺒﺔ روﻩ اﻟﺒﻴﻬﻘﻰ ﻓﻘﻮﻟﻪ إﱃ ﻋﻮراﺗﻪ أى اﻻﺣﺪ وﻫﻮ اﻟﺴﻴﺪ اﳌﺰوج ﻻ
اﻟﺰوج ﻷ ﺎ ﺗﻨﻈﺮ إﱃ ﻋﻮرة زوﺟﻬﺎ وﻗﻮﻟﻪ واﻟﻌﻮرة اﱁ ﻫﻮ ﻣﻦ اﳊﺪﻳﺚ وﻫﻮ ﳏﻞ اﻟﺸﺎﻫﺪ اﻓﺎدﻩ ﻋﻄﻴﺔ وﻳﻜﻮن ﺳﱰ ذﻟﻚ )ﻣﻦ ﻛﻞ اﳉﻮاﻧﺐ( أى وﻣﻦ اﻷﻋﻠﻰ )ﻻ اﻷﺳﻔﻞ( أى
اﻟﺬﻳﻞ وإن رؤى ذﻟﻚ ﺑﺎﻟﻔﻌﻞ ﺣﺎل ﺳﺠﻮدﻩ أﻓﺎدﻩ ﻋﻄﻴﺔ

Maksudnya, termasuk syarat sholat adalah menutup aurat, meskipun musholli melakukannya di tempat sepi atau gelap, dengan jirim atau benda yang dapat menutupi warna kulit sekiranya putih atau hitam kulit tidak terlihat di majlis takhottub (saling mengobrol). Oleh karena itu tidak cukup menutupnya dengan warna kitek, wenter95, atau tinta, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.

Bagi perempuan merdeka, baik yang sudah besar atau masih kecil, bagian yang wajib ditutup adalah seluruh tubuh, bahkan bagian dalam kedua telapak kaki, kecuali wajah dan bagian luar dan dalam kedua telapak tangan sampai kedua pergelangannya.
Bagi laki-laki dan perempuan amat (budak), yang wajib ditutup adalah bagian tubuh antara pusar dan lutut karena berdasarkan sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama yang diriwayatkan oleh Baihaqi, “Ketika salah satu dari kalian menikahkan perempuan amatnya dengan laki- laki budaknya atau buruhnya maka janganlah perempuan amat tersebut melihat aurat tuannya (yang menikahkan) dimana auratnya tersebut adalah bagian tubuh antara pusar dan lutut.” Syeh Athiah berfaedah bahwa pernyataan dari hadis, “auratnya tersebut adalah bagian tubuh antara pusar dan lutut,” adalah titik tekan penetapan dalil bahwa batas aurat laki-laki adalah pada bagian tersebut.

95 Pewarna pakaian
 
Menutup aurat harus dilakukan sekiranya aurat tidak terlihat dari segala arah, yaitu kanan, kiri, atas, dan lainnya; bukan dari arah bawah. Oleh karena itu, apabila pada saat sujud, aurat musholli terlihat dari arah bawah maka tidak apa-apa, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.

 ﻓﺼﻞ( ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺒﻄﻞ اﻟﺼﻼة

BAGIAN KEENAM BELAS (FASAL) PERKARA-PERKARA YANG MEMBATALKAN SHOLAT
Syeh Nawawi al-Banteni rahimahullah berkata;

)وﺗﺒﻄﻞ اﻟﺼﻼة ﺑﺎﻟﻜﻼم( ﻻ ﺑﺎﻻﺷﺎرة وﻟﻮ ﻣﻦ أﺧﺮس أى ﺑﻜﻼم ﺑﺸﺮ ﻋﻤﺪا ﻣﻊ اﻟﻌﻠﻢ ﺑﺎﻟﺘﺤﺮﱘ وﺗﺬﻛﺮ ﻛﻮﻧﻪ ﰱ اﻟﺼﻼة )وﻟﻮ ﲝﺮﻓﲔ( أى إن ﺗﻮاﻟﻴﺎ ﻋﺮﻓﺎ وإن ﱂ ﻳﻔﻬﻤﺎ )أو ﲝﺮف ﻣﻔﻬﻢ( أى ﰱ ﻧﻔﺴﻪ وإن ﻗﺼﺪ ﺑﻪ ﻋﺪم اﻹﻓﻬﺎم ﻧﻘﻠﻪ ﳏﻤﺪ اﻟﻜﺮدى ﻋﻦ ﺣﻮاﺷﻰ اﶈﻠﻰ وذﻟﻚ ﻛﻒ ﻣﻦ اﻟﻮﻓﺎء وق ﻣﻦ اﻟﻮﻗﺎﻳﺔ أى أن ﻳﻼﺣﻆ ذﻟﻚ وﻛﺬا إن أﻃﻠﻖ أﻣﺎ إذا ﻻﺣﻆ ﻛﻮﻧﻪ ﻣﻦ اﻟﻘﻠﻖ أو اﻟﻌﻠﻖ أو اﻟﻘﺮﻃﺎس ﻓﻼ ﺗﺒﻄﻞ وإن ﻗﺼﺪ ﺑﻪ اﻹﻓﻬﺎم وﻛﺶ ﻣﻦ اﻟﻮﺷﻰ وع ﻣﻦ اﻟﻮﻋﻰ ود ﻣﻦ اﻟﺪﻳﺔ وﻫﻜﺬا أﻓﺎد ذﻟﻚ ﻋﻄﻴﺔ وﻟﻮ ﻗﺎل ﻗﺎف أو ﺻﺎد ﻓﺈن ﻗﺼﺪ ﻛﻼم اﻵدﻣﻴﲔ ﺑﻄﻠﺖ وﻛﺬا إذا ﱂ ﻳﻘﺼﺪ ﺷﻴﺌﺎ أو اﻟﻘﺮآن ﱂ ﺗﺒﻄﻞ ﻧﻘﻠﻪ ﳏﻤﺪ اﻟﻜﺮدى ﻋﻦ

ﺷﺮح اﻟﺘﻨﺒﻴﻪ ﻟﻠﺨﻄﻴﺐ وﻋﻦ اﻟﻨﻬﺎﻳﺔ


Perkara-perkara yang dapat membatalkan sholat diantaranya;
1.    Berbicara (Kalam)

Maksudnya, termasuk yang membatalkan sholat adalah berbicara, bukan berisyarat, secara sengaja serta musholli tahu tentang keharamannya dan ia ingat kalau ia sedang berada di dalam sholat. Sholat bisa batal sebab berbicara dua huruf, jika berturut-turut, meskipun tidak memahamkan, atau satu huruf yang memahamkan meskipun tidak bermaksud memberikan pemahaman dengan satu huruf tersebut, seperti yang dikutip oleh Muhammad al-Kurdi dari Hawasyi karya al-Mahalli.

Contoh berbicara satu huruf yang    memahamkan adalah seperti
mengatakan ‘ِف ’96 yang merupakan bentuk fi’il amar dari kata ‘اﻟﻮﻓﺎء’, atau
 
ِق‘
 
’97, yaitu fi’il amar dari kata ‘ِﻮﻗَﺎﯾَﺔ اﻟ’. Batalnya sholat sebab mengatakan
 
ِق‘
 
’ adalah meskipun musholli memaksudkan ‘ٍق
 
’ yang berasal dari kata
 

 
96 Berarti, “Penuhilah!”
97 Berarti, “Jagalah!”
 
‘اﻟﻮﻗﺎﯾﺔ’ atau tidak memaksudkan sama sekali darimana asal kata ‘ِق ’ berasal.
Adapun ketika ia memaksudkan ‘ِق ’ berasal dari ‘ْﻠﻖ اﻟﻘَ’, atau ‘َﻌﻠَﻖ اﻟ’, atau,
‘ْﺮطَﺎس اﻟﻘِ’,    maka    sholatnya    tidak    batal    meskipun    sengaja    untuk
memahamkan.

Contoh lain berbicara satu huruf yang memahamkan yang bisa
membatalkan sholat adalah seperti; ‘ِش ’98 yang berasal dari ‘ْﺷﻰ َﻮ اﻟ’, atau
‘عِ’99 yang berasal dari ‘ْﻋﻰ َﻮ اﻟ’, atau ‘ِد ’100 yang berasal dari ‘اﻟﺪﯾﺔ’ dan
seterusnya, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.

Adapun jika musholli berkata, ‘ﻗﺎف’ (qoof), atau, ‘ﺻﺎد’ (shood), maka jika dengannya ia menyengaja jenis perkataan manusia maka sholatnya batal, dan jika ia berkata demikian dan tidak menyengaja apapun atau menyengaja al-Quran maka sholatnya tidak batal, seperti keterangan yang dikutip oleh Muhammad al-Kurdi dari Syarah at-Tanbih karya al-Khotib dan dari an-Nihayah.

    Lupa berbicara saat sholat dan batasannya

)إﻻ إن ﻧﺴﻲ أﻧﻪ ﰱ اﻟﺼﻼة ﻛﺄن ﺳﻠﻢ ﻣﻨﻬﺎ ﰒ ﺗﻜﻠﻢ ﻗﻠﻴﻼ ﻣﻌﺘﻘﺪا ﻛﻤﺎﳍﺎ وﻛﺬا إن ﺟﻬﻞ
إذا ﻗﺮب إﺳﻼﻣﻪ ﻓﻼ ﺗﺒﻄﻞ

Berbeda dengan masalah jika musholli berbicara di dalam sholat dan ia lupa kalau dirinya sedang sholat, seperti; ada musholli mengucapkan salam dari sholat, kemudian ia berbicara sedikit seraya meyakini kalau sholatnya telah selesai, padahal kenyataannya belum, maka sholatnya tidak batal. Begitu juga tidak membatalkan sholat jika musholli berbicara sebab ia tidak tahu keharamannya karena ia baru saja masuk Islam.

)و( ﳏﻞ ﻋﺪم اﺑﻄﺎل اﻟﻜﻼم اﻟﺼﻼة ﺑﺎﻟﻨﺴﻴﺎن واﳉﻬﻞ واﻟﻌﺬر إذا )ﻗﻞ( ﻛﺴﺖ ﻛﻠﻤﺎت
وﻣﺎ دو ﺎ ﻷن ﻣﻌﺎوﻳﺔ ﺑﻦ اﳊﻜﻢ اﻟﺴﻠﻤﻰ ﺗﻜﻠﻢ ﺟﺎﻫﻼ ﺑﻘﻮﻟﻪ َواﺛَ َﻜ َﻞ أُﱠﻣﺎﻩ َﻣﺎ َﺷﺄْﻧُ ُﻜ ْﻢ ﻋﺮﻓﻴﺔ
َن إَِﱃﱠ وﻣﻀﻰ ﰱ ﺻﻼﺗﻪ ﲝﻀﺮﺗﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وﱂ ﻳﺄﻣﺮﻩ ﺑﺎﻹﻋﺎدة وﻷﻧﻪ ﺻﻠﻰ ﳌﺎ ﺳﻠﻢ ﻣﻦ رﻛﻌﺘﲔ ﺳﻬﻮا ﻣﻦ ﺻﻼة اﻟﻈﻬﺮ ﺗﻜﻠﻢ ﺑﻘﻠﻴﻞ ﻣﻌﺘﻘﺪا اﻟﻔﺮاغ ﻣﻦ ﺗَـْﻨﻈُُﺮْو اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ
اﻟﺼﻼة

98 Berarti, “Laporlah!”
99 Berarti, “Memadahilah!”
100 Berarti, “Tebuslah!”
 
Batasan berbicara yang tidak membatalkan sholat sebab lupa, tidak tahu, dan udzur adalah ketika kalimat yang dibicarakan sedikit, seperti; 6 kalimah (kata) yang umum dan sebawahnya, karena Muawiah bin Hakam as-Sulami pernah berbicara di saat sholat sebab ia tidak tahu,
َواﺛَ َﻜ َﻞ أُﱠﻣﺎﻩ َﻣﺎ َﺷﺄْﻧُ ُﻜ ْﻢ ﺗَـﻨْﻈُُﺮْو َن إَِﱃﱠ
Duh malangnya ibuku! Mengapa kalian melihatku?

kemudian ia tetap meneruskan sholatnya, padahal Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama mengetahuinya, tetapi beliau tidak memerintahkannya untuk mengulangi sholat, dan karena Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama sendiri juga pernah lupa, yaitu saat beliau melakukan sholat Dzuhur, kemudian pada rakaat kedua beliau mengucapkan salam, kemudian beliau berbicara sedikit sambil meyakini kalau sholatnya telah selesai (4 rakaat), padahal kenyataannya belum.
2.    Melakukan Gerakan Banyak yang Berturut-turut

)وﺑﺎﻷﻓﻌﺎل اﻟﻜﺜﲑة اﳌﺘﻮاﻟﻴﺔ( أى ﰱ ﻏﲑ ﺻﻼة ﺷﺪة اﳋﻮف وﻧﻔﻞ اﻟﺴﻔﺮ وﺻﻴﺎل ﳓﻮ ﺣﻴﺔ ﻋﻠﻴﻪ )ﻛﺜﻼث ﺣﺮﻛﺎت( وﻟﻮ ﺑﺄﻋﻀﺎء ﻣﺘﻌﺪدة ﻛﺄن ﺣﺮك رأﺳﻪ وﻳﺪﻳﻪ وﻛﺜﻼث ﺧﻄﻮات
وﺛﻼث ﻣﻀﻐﺎت ﻓﺈ ﺎ ﺗﺒﻄﻞ اﻟﺼﻼة وﻻ ﻓﺮق ﰱ ذﻟﻚ ﺑﲔ اﻟﻌﻤﺪ واﻟﻨﺴﻴﺎن ﻷن اﻟﻌﻤﻞ اﻟﻜﺜﲑ ﻳﻐﲑ ﻧﻈﻤﻬﺎ وﻳﺬﻫﺐ اﳋﺸﻮع وﻫﻮ ﻣﻘﺼﻮدﻫﺎ ﺧﻼف اﻟﻘﻠﻴﻞ ﻓﻼ ﻳﺒﻄﻠﻬﺎ ﻷﻧﻪ ﳏﻞ
اﳊﺎﺟﺔ وأﻳﻀﺎ ﻓﻸن ﻣﻼزﻣﺔ ﺣﺎﻟﺔ واﺣﺪة ﳑﺎ ﻳﻌﺴﺮ ﲞﻼف اﻟﻜﻼم ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﻌﺴﺮ ﻓﻠﻬﺬا
ﺑﻄﻠﺖ ﺑﺎﻟﻜﻠﻤﺔ دون اﳋﻄﻮة ﻛﻤﺎ أﻓﺎدﻩ اﳊﺼﲎ

Maksudnya, termasuk yang membatalkan sholat adalah melakukan gerakan lain yang banyak dan yang berturut-turut di selain sholat yang dilakukan pada saat ketakutan (seperti; sholat saat berperang), sholat sunah saat perjalanan, dan sholat yang dengan melakukan gerakan banyak karena menjaga diri dari mara bahaya ular yang hendak menyerang.

Gerakan banyak yang berturut-turut adalah seperti tiga kali gerakan meskipun dengan anggota-anggota tubuh yang berbeda-beda, misalnya; musholli menggerakkan kepalanya dan kedua tangannya, dan seperti tiga kali langkah kaki, tiga kali kunyahan mulut, maka sholatnya menjadi batal karenanya. Batalnya sholat sebab gerakan banyak yang berturut-turut ini tidak dibedakan apakah gerakan tersebut dilakukan karena sengaja atau lupa, sebab gerakan yang banyak dapat merubah rangkaian gerakan-gerakan
 
sholat dan menghilangkan kekhusyukan yang merupakan target dalam sholat. Berbeda dengan gerakan yang sedikit, maka tidak membatalkan sholat sebab bergerak sedikit merupakan suatu keperluan atau hajat dan juga menenangkan anggota-anggota tubuh pada posisi tertentu dengan sebenar-benarnya tenang merupakan hal yang sulit, bahkan mustahil, berbeda dengan berbicara maka ia tidak sulit dihindari selama sholat. Oleh karena inilah, sholat bisa batal sebab kalimah (kata), bukan khotwah (langkah kaki), seperti yang difaedahkan oleh al-Hisni.

)وﺑﺎﳊﺮﻛﺔ اﳌﻔﺮﻃﺔ( وإن ﱂ ﻳﺘﻌﺪد اﳊﺎﻗﺎ ﳍﺎ ﺑﺎﻟﻜﺜﲑ ﰱ ﻣﻨﺎﻓﺎة ﻛﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ اﻟﺼﻼة واﺷﻌﺎرﻩ
ﺑﺎﻻﻋﺮاض وذﻟﻚ ﻛﻮﺛﺒﺔ وﻛﺤﺮﻛﺔ ﻛﻞ اﻟﺒﺪن أﻓﺎدﻩ ﻋﻄﻴﺔ

Dan sholat bisa batal sebab melakukan satu gerakan yang parah. Alasan mengapa satu gerakan ini bisa membatalkannya adalah sama dengan alasan dari gerakan banyak yang berturut-turut, yaitu karena masing-masing merusak rangkaian gerakan-gerakan sholat dan menunjukkan sikap (gerakan) berpaling dari sholat itu sendiri. Contoh satu gerakan ini adalah seperti; melompat dan bergerak dengan satu gerakan yang dilakukan oleh seluruh tubuh, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.
3.    Menambah Satu Rukun Fi’li

 
ﻟﺘﻼﻋﺒﻪ
 
ﻳﻄﻤﺌﻦ
 
وإن ﱂ
 
ﻹﻣﺎﻣﻪ
 
ﻣﺴﺒﻮق
 
ﻣﺘﺎﺑﻌﺔ
 
ﻟﻐﲑ
 
ﻋﻤﺪا
 
ﻓﻌﻠﻰ( أى
 
رﻛﻦ
 
)وﺑﺰﻳﺎدة
 
وإﻋﺮاﺿﻪ ﻋﻦ ﻧﻈﻢ اﻟﺼﻼة

Maksudnya, termasuk faktor yang membatalkan sholat adalah menambahi rukun fi’li (gerakan) secara sengaja meskipun tidak sampai melakukan tumakninah pada gerakan yang ditambahkan tersebut. Alasan batalnya sholat karena faktor ini adalah karena tala’ub (bercanda) dan i’rodh (berpaling) dari rangkaian gerakan-gerakan sholat yang semestinya. Faktor ini hanya berlaku bagi selain musholli yang masbuk. Baginya, menambahkan rukun fi’li karena mengikuti imamnya tidak membatalkan sholatnya.101


101 Contoh; Ada musholli hendak berjamaah sholat Dzuhur. Ia mengetahui imamnya sedang melakukan sujud di rakaat pertama. Kemudian ia bertakbiratul ihram dan langsung mengikuti sujud imamnya. Maka sujudnya dan rukun-rukun setelahnya merupakan rukun- rukun tambahan karena tidak dihitung sebagai satu rakaat baginya. Karena ia sebagai makmum masbuk, sholatnya tidak batal sebab ia menambahkan rukun-rukun tersebut karena bertujuan mengikuti gerakan-gerakan imamnya.
 
4.    Melakukan Satu Gerakan karena Bercanda

)وﺑﺎﳊﺮﻛﺔ اﻟﻮاﺣﺪة( ﻛﺨﻄﻮة وﻟﻮ ﻏﲑ ﻣﻔﺮﻃﺔ وﺗﺼﻔﻴﻘﺔ وإن ﱂ ﺗﻜﻦ ﺑﻀﺮب اﻟﺮاﺣﺘﲔ أﻓﺎدﻩ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﰱ ﻓﺘﺢ اﳉﻮاد إذا ﻛﺎﻧﺖ )ﻟﻠﻌﺐ( ﻷن ﻗﺼﺪا ﻟﻠﻌﺐ أورﺛﻬﺎ ﻓﺤﺸﺎ ﰱ اﳌﻌﲎ
أﻓﺎدﻩ ﳏﻤﺪ اﻟﻜﺮدى ﻧﻘﻼ ﻋﻨﻪ ﰱ اﻹﻣﺪاد

Maksudnya, termasuk faktor yang membatalkan sholat adalah melakukan satu gerakan yang dilakukan karena bercanda atau la’b, maksudnya, tidak ada hajat untuk melakukan gerakan tersebut, seperti; bergerak satu langkah meskipun tidak parah dan menepukkan anggota tubuh ke anggota tubuh lain meskipun tidak dengan kedua telapak tangan, seperti yang difaedahkan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathu al-Jawad. Alasan batalnya sholat karena faktor ini adalah karena menyengaja bercanda menyebabkan gerakan yang dilakukan berstatus sebagai gerakan parah secara makna, seperti yang difaedahkan oleh Muhammad al-Kurdi dengan mengutip keterangan dari Ibnu Hajar di dalam kitabnya al-Imdad.

5.    Masuknya Makanan Dan Minuman

 
ﰱ ﻗﻮﻟﻪ
 
داﺧﻞ
 
ﻓﻬﻮ
 
ﻣﻦ اﻷﻓﻌﺎل
 
ﻓﻬﻮ
 
ﺑﺎﻟﻔﺘﺢ
 
وأﻣﺎ
 
اﳌﺄﻛﻮل
 
ﺑﻀﻤﺘﲔ أى
 
)وﺑﺎﻷﻛﻞ(
 
ﳓﻮ اﳌﻀﻎ إذ
 
اﳉﻮف ﳎﺮدا ﻋﻦ
 
اﻟﻜﺜﲑة )واﻟﺸﺮب( أى ﺑﻮﺻﻮل أﺣﺪﳘﺎ إﱃ
 
وﺑﺎﻷﻓﻌﺎل
 
اﳌﻀﻎ ﻓﻌﻞ وﻗﺪ ﺗﻘﺪم ﺣﻜﻤﻪ أﻓﺎدﻩ ﳏﻤﺪ اﻟﻜﺮدى

Termasuk faktor yang membatalkan sholat adalah masuknya makanan atau minuman secara sengaja ke dalam perut meskipun tanpa mengunyah karena mengunyah sendiri merupakan suatu gerakan atau perbuatan yang telah disebutkan sebelumnya tentang hukumnya, seperti yang difaedahkan oleh Muhammad al-Kurdi.

Dalam teks kitab asal, makanan ditunjukkan dengan kata ‘ُﻛﻞ اﻷُ’, yaitu dengan didhommah pada huruf /أ/ dan /ك/. Adapun jika difathah maka berarti memakan. Ini bukan yang dimaksud disini karena memakan termasuk faktor yang membatalkan sholat dalam kategori melakukan perbuatan atau gerakan yang banyak.

)إﻻ إن ﻧﺴﻰ( أى أو ﺟﻬﻞ اﻟﺘﺤﺮﱘ ﻟﻘﺮب ﻋﻬﺪﻩ ﺑﺎﻹﺳﻼم أو ﳔﻮﻩ ﻓﻼ ﺗﺒﻄﻞ ﺑﻪ )و( ﻫﺬا
إذا )ﻗﻞ( ﻓﺈن ﻛﺜﺮ ﻓﺎﻷﺻﺢ اﻟﺒﻄﻼن
 
ﻗﺎل اﻟﻘﺎﺿﻰ ﺣﺴﲔ إن أﻛﻞ أﻗﻞ ﻣﻦ ﲰﺴﻤﺔ ﱂ ﺗﺒﻄﻞ وﰱ اﻟﺴﻤﺴﻤﺔ وﻗﺪرﻫﺎ وﺟﻬﺎن
اﻟﺼﺤﻴﺢ اﻟﺒﻄﻼن أﻓﺎد ذﻟﻚ اﳊﺼﲎ ﰱ ﻛﻔﺎﻳﺔ اﻷﺧﻴﺎر

Adapun masuknya makanan atau minuman ke dalam perut karena lupa, atau kebodohan musholli tentang keharamannya karena mungkin ia baru saja masuk Islam atau lainnya maka sholatnya tidak batal dengan catatan apabila makanan atau minuman yang masuk itu sedikit, jika banyak maka menurut pendapat ashoh sholatnya batal.

Al-Qodhi Husain berkata, “Apabila musholli (dengan lupa) memakan makanan yang lebih kecil daripada sumsumah (semut kecil/semut merah) maka sholatnya tidak batal. Adapun apabila ia memakan makanan yang seukuran dengan sumsumah maka ada dua wajh pendapat mengenai status sholatnya. Menurut pendapat shohih adalah sholatnya batal,” seperti yang difaedahkan oleh al-Hisni di dalam kitab Kifayah al-Akhyar.

واﻟﺸﺮب ﻛﺎﻷﻛﻞ وﻳﻀﺮ ﺑﻠﻊ ﻣﺎ ذاب ﻣﻦ ﺳﻜﺮة ﲞﻼف ﳎﺮد اﻟﻄﻌﻢ وﺣﺪﻩ ﻓﻼ ﻳﻀﺮ ﻛﺄن ﻣﺺ ﻗﺼﺒﺎ وﺑﻘﻰ اﻟﻄﻌﻢ وﺣﺪﻩ ﻓﻼ ﻳﻀﺮ ﺗﻜﺘﻒ اﻟﺮﻳﻖ ﺑﻪ أﻣﺎ ﻟﻮ ﺑﻘﻰ ﻟﻮن ﳓﻮ ﻗﻬﻮة ﻓﻴﻀﺮ وﻣﻨﻪ ﻣﺎ ﻳﺘﻔﻖ ﰱ ﻣﺎء اﻟﻮﺿﻮء ﻓﺈن ﺑﻘﻰ أﺛﺮ ﻣﻦ اﳌﺎء وﺑﻠﻌﻪ ﺿﺮ أو ﳎﺮد ﺑﺮودة ﱂ ﻳﻀﺮ أﻓﺎد
ذﻟﻚ ﻋﻄﻴﺔ

Hukum meminum sama dengan hukum memakan di dalam sholat. Menelan gula yang hancur atau bercampur dengan air ludah dapat membatalkan sholat. Berbeda dengan rasanya saja maka tidak membatalkan sholat, seperti; ada musholli menghisap tebu, kemudian pada saat sholat ia masih menemukan rasa tebu tersebut di air ludahnya, kemudian ia menelannya, maka sholatnya tidak batal. Adapun apabila air ludah masih mengandung warna, misalnya; kopi, maka menelannya dapat membatalkan sholat. Apabila musholli menemukan sisa air wudhu di air ludahnya, kemudian ia menelannya, maka sholatnya batal, berbeda apabila ia hanya menemukan dinginnya sisa air wudhu di air ludahnya, kemudian ia menelannya, maka sholatnya tidak batal, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.
 
6.    Berniat memutus sholat
 

)وﺑﻨﻴﺔ ﻗﻄﻊ اﻟﺼﻼة( وﻟﻮ إﱃ ﺻﻼة ﻣﺜﻠﻬﺎ
 

Maksudnya termasuk hal yang membatalkan sholat adalah apabila musholli berniat memutus sholat yang sedang dilakukannya, meskipun ia hendak meniatkan sholat yang semisal dengan sholat yang tengah dilakukan.

)واﻟﺘﻌﻠﻴﻖ ﻗﻄﻌﻬﺎ( أى ﲝﺼﻮل ﺷﻴﺊ وﻟﻮ ﳏﺎﻻ ﻋﺎدﻳﺎ ﻻ ﻋﻘﻠﻴﺎ ﻷن اﻟﻸول ﻗﺪ ﻳﻨﺎﰱ ﰱ اﳉﺰم ﻹﻣﻜﺎن وﻗﻮﻋﻪ ﲞﻼف اﻟﺜﺎﱏ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﻨﺎﰱ ذﻟﻚ ﻟﻌﺪم إﻣﻜﺎن وﻗﻮﻋﻪ وﻣﺜﻞ اﶈﺎل
اﻟﻌﻘﻠﻰ اﶈﺎل اﻟﺸﺮﻋﻰ

7.    Menta’lik (menggantungkan) untuk Memutus Sholat
Maksudnya, termasuk faktor yang membatalkan sholat adalah menta’lik (menggantungkan) untuk memutus sholat dengan terjadinya sesuatu meskipun sesuatu tersebut mustahil terjadi menurut adat, bukan menurut akal, karena menggantungkannya pada sesuatu yang mustahil terjadi menurut adat terkadang meniadakan kemantapan niat sebab adanya kemungkinan terjadinya sesuatu tersebut, berbeda dengan menggantungkannya pada sesuatu yang mustahil secara akal maka ia tidak meniadakan kemantapan niat sebab tidak ada kemungkinan terjadinya sehingga tidak membatalkan sholat. Sama dengan sesuatu yang mustahil terjadi menurut akal adalah sesuatu yang mustahil terjadi menurut syar’i. 102

ﻗﺎل ﳏﻤﺪ اﻟﻜﺮدى وﻳﺼﻮر ﻫﺬا ﲟﺎ إذا ﻧﻮى ﺗﻌﻠﻴﻖ ﻗﻄﻌﻬﺎ أو ﺗﻜﻠﻢ ﺑﻪ وﻫﻮ ﺟﺎﻫﻞ ﻣﻌﺬور
 
ﻻﻏﺘﻔﺎرﻩ ﰱ ﺣﻖ
 
ﻟﻔﻈﺎ
 
ﻻ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﻛﻮﻧﻪ
 
ﺗﻌﻠﻴﻖ
 
ﺣﻘﻪ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ
 
اﻹﺑﻄﺎل ﰱ
 
ﻓﻴﻜﻮن اﳌﻌﺬور
 



 
102 Misalnya; ada musholli berniat, “Apabila Zaid datang kemari maka saya memutuskan niat sholatku,” maka seketika itu sholatnya batal, karena kemungkinan datangnya Zaid dapat diterima menurut adat. Berbeda apabila ia berniat, “Andai 1 + 1 = 3 maka saya memutuskan niat sholatku,” maka sholatnya tidak batal karena pengandaiannya tersebut  dak mungkin terjadi menurut akal. Begitu juga apabila ia berniat, “Andai sholat 5 kali tidak diwajibkan maka saya memutuskan niat sholatku,” maka sholatnya tidak batal karena pengandaiannya tersebut tidak mungkin terjadi menurut syariat.
 
ﰒ ﻗﺎل واﻋﻠﻢ أن اﶈﺎل ﻗﺴﻤﺎن ﳏﺎل ﻟﺬاﺗﻪ وﻟﻐﲑﻩ ﻓﺎﶈﺎل ﻟﺬاﺗﻪ ﻫﻮ اﳌﻤﺘﻨﻊ ﻋﺎدة وﻋﻘﻼ ﻛﺎﳉﻤﻊ ﺑﲔ اﻟﺴﻮاد واﻟﺒﻴﺎض واﶈﺎل ﻟﻐﲑﻩ ﻗﺴﻤﺎن ﳑﺘﻨﻊ ﻋﺎدة ﻻ ﻋﻘﻼ ﻛﺎﳌﺸﻰ ﻣﻦ اﻟﺰﻣﻦ واﻟﻄﲑان ﻣﻦ اﻻﻧﺴﺎن ﺛﺎﻧﻴﻬﻤﺎ ﻓﻤﻤﺘﻨﻊ ﻋﻘﻼ ﻻ ﻋﺎدة ﻛﺎﻹﳝﺎن ﳑﻦ ﻋﻠﻢ اﷲ أﻧﻪ ﻻ ﻳﺆﻣﻦ
Muhammad al-Kurdi berkata, “Ketika musholli berniat menta’lik untuk memutus sholat atau mengucapkan penta’likannya sedangkan ia adalah orang yang bodoh dan diudzurkan maka kebatalan sholatnya disebabkan oleh penta’likan, bukan oleh lafadz yang diucapkannya karena ia diudzurkan.” Ia menambahkan,
Ketahuilah sesungguhnya sesuatu yang mustahil terjadi dibagi menjadi 2 (dua), yaitu mustahil li dzatihi dan mustahil li ghorihi.

Mustahil li dzatihi adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi menurut adat dan akal, seperti; tergabungnya antara hitam dan putih (tergabungnya dua hal yang saling berlawanan).
Mustahil li ghoirihi dibagi lagi menjadi dua, yaitu (1) sesuatu yang tidak mungkin terjadi menurut adat, bukan menurut akal, seperti; berjalan bagi orang yang lumpuh dan terbang bagi manusia, dan (2) sesuatu yang tidak mungkin terjadi menurut akal, bukan menurut adat, seperti; keimanan seseorang yang menurut Ilmu Allah ia tidak akan beriman.

8.    Ragu-ragu tentang memutus sholat.

)وﺑﺎﻟﱰدد ﻓﻴﻪ( أى ﰱ ﻗﻄﻌﻬﺎ أى أى اﻻﺳﺘﻤﺮار ﻓﻴﻬﺎ ﻓﺘﺒﻄﻞ ﺣﺎﻻ ﳌﻨﺎﻓﺎﺗﻪ اﳉﺰم اﳌﺸﺮوط دواﻣﻪ ﻛﺎﻹﳝﺎن واﳌﺮاد ﺑﺎﻟﱰدد أن ﻳﻄﺮأ ﺷﻚ ﻣﻨﺎﻗﺾ ﻟﻠﺠﺰم وﻻ ﻣﺆاﺧﺬة ﺑﻮﺳﻮاس ﻗﻬﺮى
ﰱ اﻟﺼﻼة

Maksudnya, termasuk faktor yang membatalkan sholat adalah ragu- ragu tentang kelangsungan sholat, seperti; seseorang ragu-ragu tentang apakah sholatnya masih harus dilanjutkan atau tidak, maka seketika itu sholatnya menjadi batal, karena keraguannya dapat meniadakan kemantapan yang disyaratkan harus ada sampai sholat berakhir, seperti; kemantapan dalam iman. Yang dimaksud dengan ragu-ragu adalah sekiranya musholli merasakan keraguan yang dapat merusak kemantapannya. Adapun rasa was-was yang tidak bisa dihindari yang terjadi saat sholat maka ia tidak membatalkannya.
 
9.    Terlewatnya Satu Rukun Disertai Keraguan Niat

)وﺑﺄن ﳝﻀﻰ رﻛﻦ( ﻣﻦ أرﻛﺎن اﻟﺼﻼة )ﻣﻊ اﻟﺸﻚ ﰱ ﻧﻴﺔ اﻟﺘﺤﺮم( أى ﰱ أﺻﻞ اﻻﺗﻴﺎن ﺎ
أو ﰱ ﻛﻤﺎﳍﺎ أو ﰱ اﳌﻨﻮى ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﺷﻚ ﻫﻞ ﻧﻮى ﻇﻬﺮا أو ﻋﺼﺮا وﻛﺬا اﻟﺸﻚ ﰱ اﻟﺘﺤﺮم ﺳﻮاء ﻃﺎل اﻟﺰﻣﻦ أو ﻻ وﺳﻮاء ﻣﻊ اﳉﻬﻞ أو ﻻ )أو ﻳﻄﻮل زﻣﻦ اﻟﺸﻚ( أى ﰱ اﻟﻨﻴﺔ وإن
ﱂ ﳝﺾ رﻛﻦ

Maksudnya, termasuk faktor yang membatalkan sholat adalah terlewatnya satu rukun dari rukun-rukun sholat yang disertai dengan keraguan niat sholat pada saat takbiratul ihram, apakah sudah dilakukan atau belum atau apakah sudah lengkap atau belum atau apakah yang diniatkan sholat Dzuhur atau Ashar.103 Begitu juga, ragu-ragu tentang takbiratul ihram dapat membatalkan sholat, seperti; apakah sudah melakukan takbiratul ihram atau belum. Faktor ini dapat membatalkan sholat secara mutlak, artinya baik berlangsung lama atau sebentar, baik musholli mengetahui kalau keraguan itu membatalkan sholat atau tidak.

Selain itu, keraguan tentang niat yang berlangsung lama dapat membatalkan sholat meskipun tidak sampai terlewatnya rukun.

















103 Misalnya; ada musholli turun melakukan rukuk dimana saat melakukannya ia ragu, “Apakah saya sudah berniat sholat atau belum?” atau, “Apakah saya tadi sudah mentakyin sholat atau belum?” atau, “Apakah saya tadi berniat sholat Dzuhur atau Ashar?” maka seketika itu sholatnya batal. Syarih menambahkan dalam kitabnya Kasyifah as-Saja, “... meskipun keraguan tersebut tidak berlangsung lama.”

 ﻓﺼﻞ( ﻓﻰ ﺷﺮوط ﻟﻘﺒﻮل اﻟﺼﻼة

BAGIAN KETUJUH BELAS (FASAL) SYARAT-SYARAT DITERIMANYA SHOLAT
Syeh Nawawi al-Banteni rahimahullah berkata;

)وﺷﺮط ﻣﻊ ﻣﺎ ﻣﺮ( ﻣﻦ اﻟﺸﺮوط )ﻟﻘﺒﻮﳍﺎ( أى اﻟﺼﻼة )ﻋﻨﺪ اﷲ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ وﺗﻌﺎﱃ أن ﻳﻘﺼﺪ
 
وﻻ ﻟﻠﻬﺮب ﻣﻦ
 
اﳉﻨﺔ
 
اﻟﺜﻮاب ﰱ
 
ﻟﻠﻄﻤﻊ ﰱ
 
)وﺣﺪﻩ( ﻻ
 
أى ذاﺗﻪ
 
ﺗﻌﺎﱃ(
 
ﺎ وﺟﻪ اﷲ
 
اﻟﻌﻘﺎب واﳋﻮف ﻣﻦ اﻟﻨﺎر ﺑﻞ ﻟﻜﻮﻧﻪ ﺗﻌﺎﱃ إﳍﻪ وﻫﻮ ﻋﺒﺪﻩ ﺗﻌﺎﱃ أو أن ﻳﻄﻠﺐ ﺎ اﻟﺜﻮاب
واﳉﻨﺔ أو ﳜﺎف ﻣﻦ اﻟﻌﻘﺎب ﺑﺎﻟﻨﺎر أو أن ﻳﺘﺸﺮف ﺎ وﻳﻨﺴﺐ إﻟﻴﻪ ﺗﻌﺎﱃ ﻓﺎﻷول أﻋﻠﻰ
درﺟﺎت اﻹﺧﻼص واﻟﺜﺎﱏ أرﺳﻄﻬﺎ واﻟﺜﺎﻟﺚ أدﻧﺎﻫﺎ ﻓﻮراء ذﻟﻚ رﻳﺎء وﲰﻌﺔ

Selain syarat-syarat sholat yang telah disebutkan dalam fasalnya, disini akan dijelaskan tentang beberapa syarat agar sholat dapat diterima, yaitu;

1.    Melakukan Sholat karena Allah Semata
Syarat pertama agar sholat diterima adalah bahwa musholli melakukannya karena Allah semata (ikhlas), bukan karena tamak atau mengharapkan pahala di surga, lari atau menyelamatkan diri dari siksa, atau takut dari api neraka.

Tingkatan-tingkatan ikhlas ada 3, yaitu;
1)    Musholli melakukan sholat dengan merasa bahwa Allah adalah Tuhannya dan ia sendiri adalah hamba-Nya.
2)    Musholli melakukan sholat dengan tujuan mencari pahala dan surga.
3)    Musholli melakukan sholat karena ia takut dari siksa neraka atau ia melakukannya agar dengan perantara sholat ia mendapat kemuliaan dan dinisbatkan kepada Allah Ta’aala.

Tingkatan nomer (1) adalah tingkatan ikhlas yang paling tinggi. Nomer (2) adalah tingkatan ikhlas yang sedang. Dan nomer (3) adalah tingkatan ikhlas yang terendah. Tujuan-tujuan selain tiga tingkatan ini tergolong riyak atau sum’ah.
 
2.    Makanan, Pakaian, dan Tempat Sholat Berasal dari Harta yang Halal

)وأن ﻳﻜﻮن ﻣﺄﻛﻠﻪ وﻣﻠﺒﻮﺳﻪ وﻣﺼﻼﻩ ﺣﻼﻻ( ﻗﺎل اﻹﻣﺎم ﺳﻬﻞ ﻣﻦ ﱂ ﻳﻜﻦ ﻣﻄﻌﻤﻪ ﻣﻦ ﺣﻼل ﱂ ﻳﻜﺸﻒ ﻋﻦ ﻗﻠﺒﻪ ﺣﺠﺎب وﺗﺴﺎرﻋﺖ إﻟﻴﻪ اﻟﻌﻘﻮﺑﺎت وﻻ ﺗﻨﻔﻌﻪ ﺻﻼﺗﻪ وﻻ ﺻﻴﺎﻣﻪ وﻻ ﺻﺪﻗﺎﺗﻪ وﻗﺎل اﻟﺸﻴﺦ ﻋﻠﻰ اﻟﺸﺎذﱃ ﻣﻦ أﻛﻞ اﳊﻼل ﻻن ﻗﻠﺒﻪ ورق وﻧﺎر وﻗﻞ ﻧﻮﻣﻪ وﱂ ﳛﺠﺐ ﻋﻦ ﺣﻀﺮة اﷲ ﺗﻌﺎﱃ وﻣﻦ أﻛﻞ ﻏﲑ اﳊﻼل ﻗﺴﺎ ﻗﻠﺒﻪ وﻏﻠﻆ وأﻇﻠﻢ وﺣﺠﺐ ﻋﻦ
 
ﻓﻬﻮ
 
اﻟﻌﺒﺎدة
 
وأﻃﺎل
 
اﳊﺮام
 
أﻛﻞ
 
اﳋﻮاص ﻣﻦ
 
ﻋﻠﻰ
 
وﻗﺎل
 
ﻧﻮﻣﻪ
 
وﻛﺜﺮ
 
اﷲ ﺗﻌﺎﱃ
 
ﺣﻀﺮة
 
ﻛﺎﳊﻤﺎم اﻟﺬى رﻗﺪ ﻋﻠﻰ ﺑﻴﺾ ﻓﺎﺳﺪ ﻓﻬﻮ ﻳﺘﻌﺐ ﻧﻔﺴﻪ ﰱ ﻃﻮل اﳌﻘﺎم ﻻ ﻳﻔﺮخ ﺷﻴﺌﺎ ﺑﻞ ﳜﺮج ﻣﺬرا وﻗﺎل ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺻﻠﻰ ﰱ ﺛﻮب ﺑﻌﺸﺮة دراﻫﻢ وﻓﻴﻬﺎ درﻫﻢ ﻣﻦ ﺣﺮام ﱂ ﺗﻘﺒﻞ ﻟﻪ ﺻﻼة رواﻩ اﻹﻣﺎم أﲪﺪ وﻗﺎل اﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮد ﻣﺎ اﺟﺘﻤﻊ اﳊﻼل واﳊﺮام إﻻ
ﻏﻠﺐ اﳊﺮام اﳊﻼل

Imam Sahal berkata, “Barang siapa yang makanannya tidak halal maka hijab atau penghalang yang ada di hatinya tidak akan dibukakan, siksa-siksa akan cepat menimpanya, dan sholatnya, puasanya, dan shodaqohnya tidak memberikan manfaat baginya.”

Syeh Ali asy-Syadzili berkata, “Barang siapa yang memakan makanan halal maka hatinya akan lunak, lembut, dan terang, tidurnya akan sedikit, dan ia tidak terhalang dari hadrotullah. Barang siapa yang memakan makanan tidak halal maka hatinya akan keras, berat, dan gelap, ia akan terhalang dari hadrotullah dan tidurnya banyak.”
Syeh Ali al-Khowas berkata, “Barang siapa memakan makanan haram sedangkan ia berlama-lama melakukan ibadah maka ia seolah-olah seperti burung dara yang mengerami telur rusak sehingga ia hanya akan menyia-nyiakan dirinya sendiri di dalam lamanya mengerami. Ia tidak akan menetaskan hasil melainkan hanya mengerami telur kosong.”

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Barang siapa melakukan sholat dengan mengenakan pakaian yang mengantongi 10 dirham tetapi 1 (satu) dirham darinya berasal dari keharaman maka sholatnya tidak akan diterima.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad.

Ibnu Mas’ud berkata, “Tidaklah berkumpul sesuatu yang halal dan
yang haram kecuali yang haram akan mengalahkan yang halal.
 
3.    Hudhurul qolbi (Menghadirkan hati) di dalam Sholat

)وأن ﳛﻀﺮ ﻗﻠﺒﻪ ﻓﻴﻬﺎ( ﻓﺈن ﺣﺬور اﻟﻘﻠﺐ ﻫﻮ روح اﻟﺼﻼة ﻛﻤﺎ ﻗﺎل ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﱂ ﺗﻨﻬﻪ ﺻﻼﺗﻪ ﻋﻦ اﻟﻔﺤﺸﺎء واﳌﻨﻜﺮ ﱂ ﻳﺰدد ﻣﻦ اﷲ إﻻ ﺑﻌﺪا ﻗﺎل اﻟﻐﺰاﱃ وﺻﻼة اﻟﻐﺎﻓﻞ ﻻ ﲤﻨﻊ ﻣﻦ اﻟﻔﺤﺸﺎء واﳌﻨﻜﺮ وﻗﺎل ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻛﻢ ﻣﻦ ﻗﺎﺋﻢ ﺣﻈﻪ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻪ اﻟﺘﻌﺐ واﻟﻨﺼﺐ ﻗﺎل اﻟﻐﺰاﱃ وﻣﺎ أراد ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺑﺬﻟﻚ إﻻ اﻟﻐﺎﻓﻞ وروى ﻋﻦ اﳊﺴﻦ أﻧﻪ ﻗﺎل ﻛﻞ ﺻﻼة ﻻ ﳛﻀﺮ ﻓﻴﻬﺎ اﻟﻘﻠﺐ ﻓﻬﻰ إﱃ اﻟﻌﻘﻮﺑﺔ أﺳﺮع )ﻓﻠﻴﺲ ﻟﻪ(
 
وﻋﻠﻢ )ﻣﻨﻬﺎ( أى
 
ﺗﺪﺑﺮ
 
اﻟﺜﻼﺛﺔ أى
 
أﺣﺮﻓﻪ
 
أى اﳌﺼﻠﻰ )ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻪ إﻻ ﻣﺎ ﻋﻘﻞ( ﺑﻔﺘﺢ
 
اﻟﺼﻼة ﻗﺎل ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻟﻴﺲ ﻟﻠﻌﺒﺪ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻪ إﻻ ﻣﺎ ﻋﻘﻞ ﻣﻨﻬﺎ وﻗﺎل ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ إن اﻟﻌﺒﺪ ﻟﻴﺼﻠﻰ اﻟﺼﻼة ﻻ ﻳﻜﺘﺐ ﻟﻪ ﺳﺪﺳﻬﺎ وﻻ ﻋﺸﺮﻫﺎ وإﳕﺎ ﻳﻜﺘﺐ ﻟﻠﻌﺒﺪ
ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻪ ﻣﺎﻋﻘﻞ ﻣﻨﻬﺎ

Maksudnya, syarat ketiga agar sholat yang dilakukan diterima adalah dengan hudhurul qolbi di dalam sholat karena hudhurul qolbi adalah ruhnya sholat, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, “Barang siapa yang sholatnya tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar maka ia semakin bertambah jauh dari Allah.”

Al-Ghozali berkata, “Sholatnya orang yang lalai tidak akan dapat mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar.”

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Banyak sekali orang yang mendirikan sholat tetapi mereka hanya mendapatkan rasa letih dan capek.” Al-Ghazali mengatakan bahwa mereka yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah orang-orang yang lalai dalam sholat.
Diriwayatkan dari al-Hasan bahwa ia berkata, “Setiap sholat yang di dalamnya tidak ada hudhurul qolbi maka sholat tersebut mempercepat turunnya siksa yang menimpa pelakunya.”
Dengan demikian, musholli hanya akan memperoleh hasil dari sholatnya sesuai dengan kadar pikirannya terhadap sholat yang ia lakukan. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Tidaklah hamba memperoleh bagian dari sholatnya kecuali kadar pikirannya terhadap sholat itu sendiri.”
 
Beliau shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Sesungguhnya hamba yang melakukan sholat tidaklah ditulis baginya 1/6 atau 1/10 dari sholatnya, melainkan bagian sholat yang ditulis baginya hanya sesuai dengan kadar pikirannya terhadap sholat itu sendiri.”
4.    Tidak Ujub

 
ﺎ ﺑﻞ ﻻﺑﺪ
 
ﺎ ﻫﻮ ﺑﺄن ﻳﺮى أﻧﻪ اﺳﺘﺤﻖ اﻟﺜﻮاب واﳉﻨﺔ
 
ﺎ( ﻓﺎﻹﻋﺠﺎب
 
)وأن ﻻ ﻳﻌﺠﺐ
 
أن ﻳﺮى أﻧﻪ اﺳﺘﺤﻖ اﻟﺘﻌﺬﻳﺐ ﺑﺎﻟﻨﺎر ﺑﺼﺎﱀ أﻋﻤﺎﻟﻪ ﻋﻨﺪﻩ ﻓﻀﻼ ﻋﻦ ﺳﻴﺌﺘﻬﺎ ﳌﺎ ﻳﺸﻬﺪﻩ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﺳﻮء اﻷدب ﻣﻊ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ وﻗﺪ ورد أن ﻋﻴﺴﻰ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم ﻛﺎن ﻳﻘﻮل ﻛﻢ
ﻣﻦ ﺳﺮاج اﻃﻔﺄﺗﻪ اﻟﺮﻳﺢ وﻛﻢ ﻣﻦ ﻋﺒﺎدة ﻗﺪ أﻓﺴﺪﻫﺎ اﻟﻌﺠﺐ

Syarat keempat agar sholat yang dilakukan diterima adalah tidak merasa ujub dengan sholatnya itu, artinya; musholli tidak menilai bahwa dirinya berhak memperoleh pahala dan surga sebab sholatnya, karena ini merupakan suul adab (adab jelek) kepada Allah Ta’aala, tetapi ia wajib menilai bahwa dirinya itu berhak disiksa di neraka sebab perbuatan- perbuatannya yang sholih, apalagi perbuatan-perbuatannya yang buruk.
Telah diriwayatkan bahwa Nabi Isa ‘alaihi as-salam berkata, “Banyak sekali obor menjadi padam sebab angin dan banyak sekali ibadah menjadi rusak sebab ujub.”

 ﻓﺼﻞ( ﻓﻰ أرﻛﺎن اﻟﺼﻼة

BAGIAN KEDELAPAN BELAS (FASAL) RUKUN-RUKUN SHOLAT
Syeh Nawawi al-Banteni rahimahullah berkata;

 

اﳌﺎﻫﻴﺔ وﻳﻨﻘﻀﻰ ﺷﻴﺌﺎ
 
داﺧﻞ
 
ﻣﺎ ﻛﺎن
 
ﻋﻨﻪ ﺑﺄﻧﻪ
 
ﻋﺸﺮ( رﻛﻨﺎ وﻳﻌﱪ
 
ﺳﺒﻌﺔ
 
اﻟﺼﻼة
 
)أرﻛﺎن
 
ﻓﺸﻴﺌﺎ ﲞﻼف اﻟﺸﺮط ﻓﺈﻧﻪ ﻣﺎ ﻛﺎن ﺧﺎرج اﳌﺎﻫﻴﺔ


Pengertian rukun adalah sesuatu yang berada di dalam dzat dan dilakukan satu persatu secara urut. Jadi pengertian rukun sholat adalah sesuatu yang berada di dalam sholat dan dilakukan satu persatu secara urut. Berbeda dengan syarat, ia adalah sesuatu yang berada di luar dzat.

Rukun-rukun sholat ada 17, yaitu;

 
1.    Niat
 

)اﻷول اﻟﻨﻴﺔ( وﻫﻰ ﺗﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺷﺮوط وواﺟﺒﲔ
 

Niat sholat mencakup 3 (tiga) syarat dan 2 (dua) kewajiban.
a.    Syarat-syarat Niat Sholat

 
اﻟﺴﺒﺐ(
 
ذات
 
)وﻳﻌﲔ
 
اﻟﺼﻼة
 
أى ﻓﻌﻞ
 
ﻟﻠﻔﻌﻞ(
 
)ﺑﺎﻟﻘﻠﺐ
 
ﻓﺎﻟﻘﺼﺪ
 
اﻟﺸﺮوط
 
أﻣﺎ
 
ﻛﺎﻻﺳﺘﺴﻘﺎء أو اﻟﺘﺤﻴﺔ أو ﺳﻨﺔ اﻟﻮﺿﻮء أو اﻻﺳﺘﺨﺎرة وﳓﻮ ذﻟﻚ )واﻟﻮﻗﺖ( ﻣﻦ ﻇﻬﺮ أو
 
اﻟﺼﻼة
 
ﻛﻮن
 
ﻓﻘﺼﺪ
 
اﻟﻔﺮض(
 
)اﻟﻔﺮﺿﻴﺔ ﰱ
 
اﳌﻜﻠﻒ
 
أى اﳌﺼﻠﻰ
 
)وﻳﻨﻮى(
 
وﳓﻮﻩ
 
ﻋﺼﺮ
 
ﻓﺮﺿﺎ ﻟﻴﺘﻤﻴﺰ ﻋﻦ اﻟﻨﻔﻞ وﻟﺘﺘﻤﻴﺰ ﻋﻦ ﻇﻬﺮ اﻟﺼﱮ أﻣﺎ ﻫﻮ ﻓﻼ ﺗﺸﱰط ﻓﺮﺿﻴﺔ ﰱ ﺣﻘﻪ

Adapun syarat-syarat niat sholat adalah;

1)    Menyengaja dengan hati melakukan sholat.
2)    Menentukan sholat dzatu as-sabab (yang memiliki sebab), seperti; istisqo, tahiyyah masjid, sunah wudhu, istikhoroh, dan lain-lain; dan menentukan sholat dzat al-waqti (yang memiliki waktu), seperti; Dzuhur, Ashar, dan lain-lain.
 
3)    Berniat fardhiah dalam sholat fardhu. Jadi, musholli menyengaja kalau sholat yang ia lakukan adalah fardhu agar dapat dibedakan dari sholat yang sunah dan dari sholatnya shobi karena tidak disyaratkan atasnya menyengaja fardhiah.
b.    Kewajiban dalam Niat Sholat

وأﻣﺎ اﻟﻮاﺟﺒﺎن ﻓﺄﺣﺪﳘﺎ ﻣﻘﺎرﻧﺔ ﻟﻠﺘﻜﺒﲑ ﺣﻘﻴﻘﺔ ﺑﺄن ﻳﺴﺘﺤﻀﺮ ﻓﻌﻞ اﻟﺼﻼة وإﻳﻘﺎع ﻗﺼﺪﻫﺎ وﻧﻴﺔ اﻟﻔﺮﺿﻴﺔ ﻣﻊ ﳘﺰة اﳉﻼﻟﺔ إﱃ ﲤﺎم اﻟﺮاء ﻣﻦ أﻛﱪ ﻓﻼ ﺗﻜﻔﻰ اﳌﻘﺎرﻧﺔ اﻟﻌﺮﻓﻴﺔ ﻋﻨﺪ اﻟﻌﻮام وإن ﺟﺮى ﻋﻠﻴﻪ ﲨﻊ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ ﰱ ﺷﺮح ﻫﺪﻳﺔ اﻟﻨﺎﺻﺢ وﺛﺎﻧﻴﻬﻤﺎ اﺳﺘﺼﺤﺎب اﻟﻨﻴﺔ
ذُﻛﺮا ﺑﻀﻢ اﻟﺪال ﺣﱴ ﻳﻔﺮغ ﻣﻦ اﻟﺘﻜﺒﲑ

Adapun kewajiban-kewajiban niat sholat adalah;
1)    Menyertakan niat dengan takbiratul ihram secara hakikat, sekiranya musholli menghadirkan melakukan sholat, menjatuhkan kesengajaannya, dan niat fardhiah bersamaan dengan huruf /أ/ dari lafadz ‘ﷲ’ sampai huruf /ر/ dari lafadz ‘أﻛﺒﺮ’. Oleh karena itu tidak cukup menyertakan niat dengan takbiratul ihram secara urfiah bagi orang-orang awam meskipun segolongan ulama menganggapnya cukup, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli di dalam kitab Syarah Hadiah an-Nashih.
2)    Melanggengkan atau terus mengingat niat sampai selesai dari
takbiratul ihram.
2.    Takbiratul Ihram

 
ﺛﺎﱏ أرﻛﺎ ﺎ( واﳊﺎﺻﻞ أن
 
وﻫﻮ
 
أﻛﱪ
 
ﻗﻮﱃ اﷲ
 
ﻛﻜﻞ رﻛﻦ
 
ﻳﺴﻤﻊ ﻧﻔﺴﻪ
 
)وﻳﻘﻮل ﲝﻴﺚ
 
اﻟﺘﻜﺒﲑة ﺗﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺳﺘﺔ ﻋﺸﺮ ﺷﺮﻃﺎ وﻋﻠﻰ ﺳﺖ ﺳﻨﻦ

Rukun sholat yang kedua adalah takbiratul ihram dengan mengucapkan ‘أﻛﺒﺮ ﷲ’ sekiranya musholli menjadikan dirinya mendengar bacaan takbir tersebut, sebagaiman rukun-rukun qouli (ucapan) lainnya. Kesimpulannya adalah bahwa takbiratul ihram memiliki 16 (enam belas) syarat dan 6 (enam) kesunahan.
 
a.    Syarat-syarat Takbiratul Ihram

ﻓﺎﻟﺸﺮوط اﻹﺗﻴﺎن ﲜﻤﻴﻊ ﺣﺮوﻓﻬﺎ ﻗﺎﺋﻤﺎ ﻋﻨﺪ وﺟﻮب اﻟﻘﻴﺎم ﻓﺈن وﻗﻊ ﺣﺮف ﻣﻨﻬﺎ ﰱ ﻏﲑ
ااﻟﻘﻴﺎم ﱂ ﺗﻨﻘﻌﺪ ﺻﻼﺗﻪ واﻟﺜﺎﱏ إﲰﺎع ﻧﻔﺴﻪ ﺎ واﻟﺜﺎﻟﺚ ﻛﻮ ﺎ ﺑﻠﻔﻆ اﳉﻼﻟﺔ واﻟﺮاﺑﻊ ﻛﻮ ﺎ
ﺑﻠﻔﻆ أﻛﱪ واﳋﺎﻣﺲ ﻛﻮ ﺎ ﺑﺼﻴﻐﺔ أﻓﻌﻞ واﻟﺴﺎدس ﻛﻮ ﺎ ﺑﺎﻟﻠﻐﺔ اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻟﻘﺎدر ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻗﺎل اﺑﻦ ﺣﺠﺮ وﻣﻦ ﻋﺠﺰ ﻋﻦ اﻟﻨﻄﻖ ﺑﺎﻟﺘﻜﺒﲑ ﺑﺎﻟﻌﺮﺑﻴﺔ وﱂ ﳝﻜﻨﻪ اﻟﺘﻌﻠﻢ ﰱ اﻟﻮﻗﺖ ﺗﺮﺟﻢ ﻋﻨﻪ
وﺟﻮﺑﺎ ﺑﺄي ﻟﻐﺔ وﻻ ﻳﻌﺪل ﻟﺬﻛﺮ آﺧﺮ اﻧﺘﻬﻰ واﻟﺴﺎﺑﻊ ﺗﻘﺪﱘ ﻟﻔﻆ اﳉﻼﻟﺔ ﻋﻠﻰ أﻛﱪ واﻟﺜﺎﻣﻦ ﻋﺪم ﻣﺪ ﳘﺰة اﳉﻼﻟﺔ واﻟﺘﺎﺳﻊ ﻋﺪم ﻣﺪ اﻟﺒﺎء ﻣﻦ أﻛﱪ واﻟﻌﺎﺷﺮ ﻋﺪم ﺗﺸﺪﻳﺪ اﻟﺒﺎء ﻣﻦ أﻛﱪ واﳊﺎدى ﻋﺸﺮ ﻋﺪم زﻳﺎدة واو ﺳﺎﻛﻨﺔ أو ﻣﺘﺤﺮﻛﺔ ﺑﲔ ﻛﻠﻤﺘﻴﻬﺎ واﻟﺜﺎﱏ ﻋﺸﺮ ﻋﺪم اﻟﻔﺼﻞ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﺿﻤﲑ اﻟﻔﺼﻞ ﻓﻠﻮ ﻗﺎل اﷲ ﻫﻮ أﻛﱪ ﱂ ﺗﻨﻘﻌﺪ ﺻﻼﺗﻪ واﻟﺜﺎﻟﺚ ﻋﺸﺮ ﻋﺪم
 
اﻳﻘﺎﻋﻬﺎ
 
ﻋﺸﺮ
 
واﳋﺎﻣﺲ
 
اﻟﺼﻼة
 
وﻗﺖ
 
دﺧﻮل
 
ﻋﺸﺮ
 
واﻟﺮاﺑﻊ
 
ﺑﲔ ﻛﻠﻤﺘﻴﻬﻤﺎ
 
ﻃﻮﻳﻠﺔ
 
وﻗﻔﺔ
 
ﲜﻤﻴﻊ ﺣﺮوﻓﻬﺎ ﺑﻌﺪ اﻻﺳﺘﻘﺒﺎل اﻟﻮاﺟﺐ واﻟﺴﺎدس ﻋﺸﺮ ﺗﺄﺧﲑﻫﺎ ﰱ اﻻﻗﺘﺪاء ﻋﻦ ﺗﻜﺒﲑة
اﻹﻣﺎم
Syarat-syaratnya adalah;

1)    Mengucapkan seluruh huruf-huruf takbiratul ihram dengan posisi berdiri jika memang musholli diwajibkan berdiri. Apabila satu huruf tidak diucapkan pada posisi berdiri maka sholatnya tidak sah.
2)    Menjadikan diri musholli mendengar bacaan takbiratul ihram.
3)    Menggunakan  lafadz  Jalalah  (ﷲ),  sehingga  tidak  sah  jika
’اﻟ َﺮ ْﺣ َﻤ ُﻦ أَ ْﻛﺒَﺮ‘ mengucapkan
4)    Menggunakan lafadz ‘ْﻛﺒَﺮ أَ’, sehingga tidak sah jika mengucapkan ‘ْﻋﻠَﻢ أَ ﷲ’.
5)    Menggunakan  sighot  berwazan  ‘َﻞ َﻌ ْﻓ أَ’,  sehingga  tidak  sah
’.ﷲ َﻛﺒِ ْﯿﺮ‘ mengucapkan
6)    Mengucapkan takbiratul ihram dengan menggunakan Bahasa Arab bagi musholli yang mampu. Syeh Ibnu Hajar berkata, “Barang siapa tidak mampu mengucapkan takbiratul ihram dengan Bahasa Arab dan tidak memungkinkan baginya untuk belajar terlebih dahulu di waktu sholat maka ia wajib menerjemahkannya ke bahasa manapun dan tidak boleh menggantinya dengan bacaan dzikir lain.”
7)    Mendahulukan lafadz ‘ﷲ’ daripada ‘أﻛﺒﺮ’.
8)    Tidak membaca mad pada lafadz ‘ﷲ’.
9)    Tidak membaca mad pada lafadz ‘أﻛﺒﺮ’.
 
10)    Tidak mentasydid huruf /ب/ pada lafadz ‘أﻛﺒﺮ’.
11)    Tidak menambahkan huruf /ْو / sukun atau /َو / berharokat di antara dua kalimah takbir, sehingga tidak sah mengucapkan ‘أﻛﺒﺮ ْﻮ اﻟﻠﮭُ’ atau
’.اﻟﻠﮭُ َﻮ ْﻛﺒَﺮ‘
12)    Tidak memisah antara dua kalimah takbiratul ihram dengan dhomir pemisah sehingga apabila musholli mengucapkan, ‘ َﻮ ھُ ﷲُ ْﻛﺒَﺮ أَ’, maka sholatnya tidak sah.
13)    Tidak berhenti (waqof) yang lama di antara dua kalimah takbiratul ihram.
14)    Masuknya waktu sholat
15)    Menjatuhkan seluruh huruf-huruf takbiratul ihram setelah menghadap Kiblat.
16)    Mengakhirkan membaca takbiratul ihram bagi makmum di dalam
jamaah dari takbiratul ihram imamnya.

b.    Sunah-sunah dalam Takbiratul Ihram

 
ﻣﻦ ﻏﲑ
 
إﻣﺎﻣﻪ
 
ﲢﺮم
 
ﺎ ﻋﻘﺐ
 
ﻳﺸﺘﻐﻞ
 
ﺎ ﺑﺄن
 
اﳌﺄﻣﻮم
 
وﻣﺒﺎدرة
 
ﺑﺴﺮﻋﺔ
 
إدراﺟﻬﺎ
 
واﻟﺴﻨﻦ
 
وﺳﻮﺳﺔ ﻇﺎﻫﺮة واﳉﻬﺮ ﺎ ﻟﻺﻣﺎم ﲝﻴﺚ ﻳﺴﻤﻌﻬﺎ ﻣﻦ ﺧﻠﻔﻪ ﻟﻴﺒﺎدروا ﺑﺘﻜﺒﲑﻫﻢ ﻋﻘﺒﻪ وﺟﺰم
اﻟﺮاء ﻣﻦ أﻛﱪ ﺧﻼﻓﺎ ﳉﻤﻊ ﻣﺘﺄﺧﺮﻳﻦ ﺗﺒﻌﺎ ﻻﺑﻦ ﻳﻮﻧﺲ ﻓﺈﻧﻪ أوﺟﺒﻪ وﻋﺪم ﺗﺸﺪﻳﺪ اﻟﺮاء ﻋﻠﻰ اﳌﻌﺘﻤﺪ ﺧﻼﻓﺎ ﻟﺒﻌﺾ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻓﺈﻧﻪ اﺷﱰط ذﻟﻚ ورﻓﻊ اﻟﻴﺪﻳﻦ ﻋﻨﺪﻫﺎ
Kesunahan-kesunahan dalam takbiratul ihram adalah;

1)    Segera bersiap-siap untuk bertakbiratul ihram.
2)    Segera melakukan takbiratul ihram sekiranya makmum fokus akan melakukannya tanpa disertai rasa was-was setelah takbiratul ihram imamnya.
3)    Mengucapkan takbiratul ihram dengan keras bagi imam, sekiranya para makmum yang berada di belakangnya mendengar agar mereka segera bertakbiratul ihram setelahnya.
4)    Menjazmkan atau mensukun huruf /ر/ pada lafadz ‘أﻛﺒﺮ’. Berbeda dengan pendapat segolongan ulama mutakhirin dengan mengikuti pendapat Ibnu Abbas yang mewajibkan mensukunnya.
5)    Tidak mentasydid huruf /ر/ pada lafadz ‘أﻛﺒﺮ’, menurut pendapat mu’tamad, berbeda dengan pendapat sebagian ulama yang mensyaratkan mentasydidnya.
6)    Mengangkat kedua tangan saat bertakbiratul ihram.
 
2.    Berdiri

)اﻟﺜﺎﻟﺚ اﻟﻘﻴﺎم ﰱ اﻟﻔﺮض ﻟﻠﻘﺎدر( ﻋﻠﻴﻪ وﻟﻮ ﻣﻌﺎدة أو ﺻﻼة ﺻﱮ وﺷﺮﻃﻪ اﻻﻋﺘﻤﺎد ﻋﻠﻰ ﻗﺪﻣﻴﻪ أو أﺣﺪﳘﺎ وﻧﺼﺐ ﻓﻘﺎر ﻇﻬﺮﻩ ﻓﺈن ﺗﻘﻮس ﻇﻬﺮﻩ ﻟﻜﱪ أو ﻣﺮض ﺣﱴ ﺻﺎر ﻛﺮاﻛﻊ وﻗﻒ ﻛﺬﻟﻚ وﺟﻮﺑﺎ وزاد اﳓﻨﺎء ﻟﻠﺮﻛﻮع وﻟﻮ ﻳﺴﲑا ﲝﻴﺚ ﻗﺪرﺗﻪ وﻳﺰﻳﺪ ﻋﻠﻴﻪ ﻷﺟﻞ اﻟﺴﺠﻮد
إن ﻗﺪر

Rukun sholat yang ketiga adalah berdiri di dalam sholat fardhu bagi musholli yang mampu, meskipun sholat tersebut muadah (yang diulangi) atau sholatnya shobi. Syarat berdiri adalah berpijak dengan kedua telapak kaki atau salah satu dari keduanya dan menegakkan tulang punggung. Apabila musholli memiliki punggung yang bungkuk karena tua atau sakit sehingga ia seperti orang yang rukuk maka pada saat berdiri ia wajib berdiri dengan kondisi bungkuk tersebut dan apabila ia rukuk maka ia sedikit membungkukkan lagi sebisanya. Ia juga wajib tambah membungkukkan lagi untuk melakukan sujud jika ia mampu.
3.    Membaca al-Fatihah

)اﻟﺮاﺑﻊ ﻗﺮاءة اﻟﻔﺎﲢﺔ( وﺗﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ أﺣﺪ ﻋﺸﺮ ﺷﺮﻃﺎ أﺣﺪﻫﺎ ﻗﺮاءة ﻛﻞ آﻳﺎ ﺎ وﻫﻰ ﺳﺒﻊ
 
ﻓﺎﳊﺮف
 
ﺷﺪة
 
ﻋﺸﺮة
 
أرﺑﻊ
 
اﻟﱴ ﻫﻰ
 
)اﻟﺘﺸﺪﻳﺪات(
 
ﻣﺮاﻋﺎة
 
و( ﺛﺎﻧﻴﻬﺎ
 
)ﺑﺎﻟﺒﺴﻤﻠﺔ
 
آﻳﺎت
 
اﳌﺸﺪد ﺣﺮﻓﺎن أوﳍﻤﺎ ﺳﺎﻛﻦ )و( ﺛﺎﻟﺜﻬﺎ ﻣﺮاﻋﺎة )ﻣﻮاﻻ ﺎ( أى اﻵﻳﺎت اﻟﺴﺒﻊ ﺑﺄن ﺗﺘﺼﻞ ﻛﻠﻤﺎ ﺎ )و( راﺑﻌﻬﺎ ﻣﺮاﻋﺎة )ﺗﺮﺗﻴﺒﻬﺎ( أى اﻵﻳﺎت اﻟﺴﺒﻊ ﰱ ﻗﺮاء ﺎ )و( ﺧﺎﻣﺴﻬﺎ ﻣﺮاﻋﺎة
 
اﻟﻨﻄﻖ ﱂ ﺗﺼﺢ
 
ﲝﺮف ﻣﻊ اﻟﻘﺪرة ﻋﻠﻰ
 
ﺣﺮﻓﺎ
 
ﻣﻦ ﳐﺎرﺟﻬﺎ( ﻓﻠﻮ أﺑﺪل
 
اﳊﺮوف
 
)اﺧﺮاج
 
ﻗﺮاءﺗﻪ وإﻻ ﺻﺤﺖ وﻟﻮ ﻗﺎل ﺻﺮاط اﻟﻠﺪﻳﻦ ﺑﺎﻟﺪال اﳌﻬﻤﻠﺔ ﱂ ﺗﺼﺢ ﺻﻼﺗﻪ ﻛﻤﺎ ﻧﺒﻪ ﻋﻠﻴﻪ اﻷﺳﻨﻮى أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﻠﺮﻣﻠﻰ )و( ﺳﺎدﺳﻬﺎ ﺳﻼﻣﺔ ﻣﻦ اﻟﻠﺤﻦ اﳌﻀﺮ ﻛﻤﺎ ﻧﺒﻪ اﳌﺼﻨﻒ ﻋﻠﻰ ذﻟﻚ ﺑﻘﻮﻟﻪ و )ﻋﺪم اﻟﻠﺤﻦ اﳌﺨﻞ( أى اﳌﻐﲑ )ﺑﺎﳌﻌﲎ( ﻛﻀﻢ ﺗﺎء أﻧﻌﻤﺖ أو ﻛﺴﺮﻫﺎ أو
 
وﻓﺘﺢ دال ﻧﻌﺒﺪ
 
اﳊﻤﺪ ﷲ
 
ﻫﺎء
 
ﻛﺮﻓﻊ
 
ﱂ ﳜﻞ(
 
اﻟﻠﺤﻦ اﻟﺬى
 
إﻳﺎك )وﳛﺮم
 
ﻛﺎف
 
ﻛﺴﺮ
 
وﻛﺴﺮ ﺑﺎﺋﻬﺎ وﻧﻮ ﺎ )وﻻ ﻳﺒﻄﻞ( اﻟﺴﺎﺑﻊ ﻗﺮاﺋﺘﻬﺎ ﺑﺎﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﻈﻢ اﳌﺨﺼﻮص ﻓﻠﻮ ﻗﺮأﻫﺎ ﺑﻠﻐﺔ ﻏﲑﻫﺎ ﺑﻄﻠﺖ ﺻﻼﺗﻪ وإن ﱂ ﳛﺴﻦ ﺳﻮى ذﻟﻚ ﺑﻞ ﳚﺐ اﻟﻌﺪول إﱃ اﻟﺒﺪل واﻟﺜﺎﻣﻦ
ﻋﺪم ﻗﺮاءة ﺑﺎﻟﺸﺎذة اﳌﻐﲑة اﳌﻌﲎ واﻟﺘﺎﺳﻊ ﻋﺪم اﻟﺼﺎرف ﻓﻠﻮ ﻋﻄﺲ ﻓﺤﻤﺪ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﱂ
 
ﻳﺼﺢ اﻟﺒﻨﺎء ﻋﻠﻴﻪ وﻟﺰﻣﻪ اﺳﺘﺌﺘﺎﻓﻬﺎ واﻟﻌﺎﺷﺮ اﲰﺎﻋﻪ ﻧﻔﺴﻪ ﳉﻤﻴﻊ ﺣﺮوﻓﻬﺎ إن ﻛﺎن ﺻﺤﻴﺢ اﻟﺴﻤﻊ وﻻ ﻣﺎﻧﻊ واﳊﺎدى ﻋﺸﺮ اﻳﻘﺎﻋﻬﺎ ﲜﻤﻴﻊ ﺣﺮوﻓﻬﺎ ﺑﻌﺪ اﻟﻘﻴﺎم اﻟﻮاﺟﺐ
Rukun sholat berikutnya adalah membaca al-Fatihah. Rukun ini
memiliki 11 syarat, yaitu;

1)    Membaca seluruh ayat-ayat al-Fatihah yang berjumlah 7 (tujuh) termasuk salah satunya adalah basmalah.
2)    Menjaga tasydid-tasydid yang berjumlah 14. Huruf yang ditasydid asalnya terdiri dari dua huruf dimana huruf yang pertama adalah sukun.
3)    Menjaga muwalah atau berturut-turutnya 7 (tujuh) ayat al-Fatihah sekiranya kalimat-kalimatnya bersambungan.
4)    Membaca ayat-ayat al-Fatihah secara urut atau tertib.
5)    Mengeluarkan huruf-huruf al-Fatihah dari masing-masing makhrojnya. Apabila musholli mengganti salah satu huruf dari al- Fatihah dengan huruf yang lain padahal ia mampu mengucapkan huruf sebenarnya maka bacaan al-Fatihahnya tidak sah, jika ia tidak mampu maka bacaannya sah. Apabila ia membaca ‘اﻟﻠﺪﯾﻦ ﺻﺮاط’ dengan huruf /د/ maka sholatnya tidak sah, seperti yang ditanbihkan oleh al-Asnawi sebagaimana difaedahkan oleh ar-Romli.
6)    Selamat dari lahn (kekeliruan bacaan) yang dapat merubah makna,
seperti;  mendhomahkan  huruf  /ُت /  pada  lafadz  ‘أﻧﻌﻤﺖ’,  atau
mengkasrohnya, atau mengkasroh huruf /ِك / pada lafadz ‘إﯾﺎك’.
Adapun lahn yang tidak sampai merubah makna maka hukumnya haram tetapi tidak membatalkan bacaan al-Fatihah, seperti; merofak atau mendhomahkan huruf /ه/ pada lafadz ‘  اﻟﺤﻤﺪ’, atau menfathah huruf /د/ pada lafadz ‘ُﺪ ْﻌﺒُ ﻧَ’, atau mengkasroh huruf /ب/ atau /ن/nya.
7)    Membaca al-Fatihah dengan Bahasa Arab sesuai dengan rangkaian ayat-ayatnya. Apabila musholli membacanya dengan bahasa selainnya maka sholatnya batal meskipun ia hanya mampu membacanya dengan bahasa tersebut. Kalau memang ia tidak mampu membacanya dengan Bahasa Arab maka ia wajib berpindah ke bacaan-bacaan pengganti dari al-Fatihah.
8)    Tidak membaca al-Fatihah dengan jenis qiroah yang syadz (langka) yang dapat merubah makna.
9)    Tidak ada sesuatu yang mengalihkan bacaan al-Fatihah. Apabila musholli bersin, kemudian ia mengucapkan ‘ﺗﻌﺎﻟﻰ   اﻟﺤﻤﺪ’ maka bacaan al-Fatihahnya batal dan ia wajib mengulanginya dari awal.
10)    Musholli membuat dirinya mendengar seluruh huruf-huruf al- Fatihah jika ia memiliki pendengaran yang sehat dan tidak ada perkara lain yang menghalang-halangi (seperti; ramai).
 
11)    Melakukan bacaan al-Fatihah dengan seluruh huruf-hurufnya setelah
musholli berdiri wajib.

4.    Rukuk dan Kewajiban-kewajibannya

)اﳋﺎﻣﺲ اﻟﺮﻛﻮع( وﻳﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ أرﺑﻊ ﻓﺮاﺋﺾ أﺣﺪﻫﺎ ﻣﺼﻮر ﺑﻘﻮﻟﻪ )ﺑﺄن ﻳﻨﺤﲎ( أى اﻟﻘﺎﺋﻢ
 
أى ﺑﺎﻃﻦ ﻛﻔﻴﻪ
 
)ﲝﻴﺚ ﺗﻨﺎل راﺣﺘﺎﻩ(
 
ﻋﻠﻰ اﻻﳓﻨﺎء اﻟﺼﺮف
 
اﳌﻌﺘﺪل اﳋﻠﻘﺔ ﻣﻊ ﻗﺪرﺗﻪ
 
وﺛﺎﻧﻴﻬﺎ إن ﱂ ﻳﻘﺪر ﻋﻠﻰ اﻻﳓﻨﺎء
 
أى ﻟﻮ أراد وﺿﻌﻬﻤﺎ ﻓﻼ ﺗﻜﻔﻰ اﻷﺻﺎﺑﻊ
 
)رﻛﺒﺘﻴﻪ(
 
اﻟﺼﺮف ﻟﻮﺟﻊ إﻻ ﲟﻌﲔ ﻟﻪ ﻋﻠﻴﻪ أو ﺑﺎﻋﺘﻤﺎد ﻋﻠﻰ ﺷﻴﺊ أو ﺑﺄن ﻳﻨﺤﲎ ﻋﻠﻰ ﺷﻘﻪ اﻷﳝﻦ أو
اﻷﻳﺴﺮ ﻟﺰﻣﻪ ذﻟﻚ اﻻﳓﻨﺎء إﱃ اﳊﺪ اﳌﺬﻛﻮر وﺛﺎﻟﺜﻬﺎ إن ﻋﺠﺰ ﻋﻦ اﻻﳓﻨﺎء أوﻣﺄ ﺣﻴﻨﺌﺬ
ﺑﺒﺼﺮﻩ ﻣﻦ ﻗﻴﺎم وﻧﻮى ﺑﻘﻠﺒﻪ ﺑﺬﻟﻚ اﻹﳝﺎء اﻟﺮﻛﻮع وراﺑﻌﻬﺎ أن ﻻ ﻳﻘﺼﺪ  ﻮﻳﻪ ﻣﻦ ﻗﻴﺎﻣﻪ ﻏﲑ ااﻟﺮﻛﻮع ﻓﺈن ﻗﺼﺪ ﻮﻳﻪ ﻏﲑﻩ ﻛﺄن ﻫﻮى ﻷﺧﺬ ﺷﻴﺊ أو وﺿﻌﻪ أو اﺻﻼﺣﻪ ﺑﻄﻠﺖ ﻟﺰﻳﺎدﺗﻪ
ﻓﻌﻼ ﻣﻦ ﺟﻨﺲ أﻓﻌﺎﳍﺎ
Rukuk sholat mencakup 4 (empat) kewajiban, yaitu;
1)    Musholli yang berdiri membungkukkan tubuhnya jika mampu, sekiranya bagian dalam kedua telapak tangan memegang kedua lutut jika ia menghendaki. Oleh karena itu tidak cukup jika hanya meletakkan jari-jari tangan di atas kedua lutut.
2)    Apabila musholli tidak mampu membungkukkan tubuh dikarenakan sakit kecuali dengan perantara alat bantu, atau dengan bersandar pada sesuatu, atau ia hanya mampu membungkukkan bagian belahan kanan tubuh saja atau kiri saja, maka wajib atasnya membungkuk dengan cara demikian sampai batas yang telah disebutkan, yaitu batas sekiranya kedua telapak tangan memegang kedua lutut.
3)    Apabila ia tidak mampu sama sekali untuk membungkukkan tubuh maka ia berisyarat dengan mata dari posisi berdiri dan berniat rukuk dengan isyarat tersebut.
4)    Tidak menyengaja selain rukuk saat turun membungkuk dari berdiri. Apabila ia turun membungkuk disertai menyengaja selain rukuk, mungkin seperti; menyengaja mengambil sesuatu atau meletakkannya atau membenarkannya, maka sholatnya batal karena ia telah menambahkan perbuatan (gerakan) yang termasuk jenis dari perbuatan-perbuatan sholat.
 
5.    Tumakninah Rukuk

أى اﻟﺮﻛﻮع ﻓﺄﻗﻠﻬﺎ ا ﺰئ ﺳﻜﻮن ﺑﻌﺪ ﺣﺮﻛﺔ أﻋﻀﺎﺋﻪ وﻫﺬا
 

)اﻟﺴﺎدس اﻟﻄﻤﺄﻧﻴﻨﺔ ﻓﻴﻪ(
 
ﺣﻘﻴﻘﺘﻬﺎ اﻟﱴ ﻻ ﳚﺰئ ﺳﻮاﻫﺎ ﻗﺎﻟﻪ اﻟﺮﻣﻠﻰ وأﺷﺎر اﳌﺼﻨﻒ إﱃ ﺣﺪﻫﺎ )ﺑﻘﺪر ﺳﺒﺤﺎن اﷲ( وأﻛﻤﻠﻬﺎ اﻟﺰﻳﺎدة ﻓﻴﻬﺎ ﲟﺎ ورد ﰱ اﻟﺮﻛﻮع ﻣﻦ ﻗﻮل ﺳﺒﺤﺎن رﰉ اﻟﻌﻈﻴﻢ ﺛﻼﺛﺎ وذﻟﻚ أدﱏ
اﻟﻜﻤﺎل
Rukun sholat keenam adalah tumakninah di dalam rukuk. Minimal tumakninah yang sudah mencukupi adalah tenang atau diam setelah bergeraknya anggota-anggota tubuh musholli. Diamnya anggota-anggota tubuh ini adalah hakikat tumakninah yang selainnya dihukumi tidak mencukupi, seperti yang dikatakan oleh ar-Romli.

Mushonnif mengisyaratkan batasan tumakninah dengan perkataannya, “Tumakninah dilakukan dengan seukuran mengucapkan Subhaanallah.” Tumakninah yang paling sempurna adalah diam seukuran
kali satu dari lebih al-‘adzimi robbi subhana ’ ُﺳ ْﺒ َﺤﺎ َن َرﺑﱢ َﻰ ا ْﻟ َﻌ ِﻈ ْﯿ ِﻢ‘ membaca
sesuai dengan keterangan hadis bahwa mengucapkannya sebanyak tiga kali. Membacanya tiga kali ini adalah paling rendahnya sempurna.
6.    I’tidal

)اﻟﺴﺎﺑﻊ اﻻﻋﺘﺪال( وﻳﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﻓﺮﺿﲔ اﻷول ﻣﺬﻛﻮر ﺑﻘﻮﻟﻪ )ﺑﺄن ﻳﻨﺘﺼﺐ ﻗﺎﺋﻤﺎ( أى أن ﻳﻌﻮد ﺑﻘﺼﺪ ذﻟﻚ اﻻﻋﺘﺪال إﱃ ﻣﺎ ﻛﺎن ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ اﳍﻴﺌﺔ ﻗﺒﻞ اﻟﺮﻛﻮع ﻣﻦ ﻗﻴﺎم أو ﻗﻌﻮد ﺳﻮاء ﻛﺎﻧﺖ ﻓﺮﺿﺎ أو ﻧﻔﻼ ﻓﻠﻮ ﱂ ﻳﻘﺼﺪﻩ ﺑﺄ رﻓﻊ ﻣﻦ اﻟﺮﻛﻮع ﻓﺰﻋﺎ ﻣﻦ ﺷﻴﺊ ﱂ ﻳﺼﺢ اﻟﺜﺎﱏ أن ﻻ ﻳﻄﻮل ذﻟﻚ اﻻﻋﺘﺪال ﻷﻧﻪ رﻛﻦ ﻗﺼﲑ ﻓﺈن ﻃﻮل ﺑﺴﻜﻮت أو ﺑﺬﻛﺮ ﻏﲑ ﻣﺸﺮوع ﺑﻄﻠﺖ ﺻﻼﺗﻪ أﻣﺎ ﺗﻄﻮﻳﻠﻪ ﺑﺬﻛﺮ ﻣﺸﺮوع ﻛﻘﻨﻮت وﳓﻮﻩ ﻓﻼ ﺗﺒﻄﻞ ﺑﻪ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ ﺑﻞ ﻳﻄﻠﺐ ﺗﻄﻮﻳﻞ اﻟﻘﻨﻮت ﻗﺎل ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻃﻮل اﻟﻘﻨﻮت ﳜﻔﻒ ﺳﻜﺮات اﳌﻮت رواﻩ
اﻟﺪﻳﻠﻤﻰ
I’tidal mencakup dua kefardhuan atau kewajiban, yaitu;

1)    Musholli kembali dengan menyengaja i'tidal ke posisi berdiri atau duduk, yaitu posisi berdiri atau duduk sebelum ia melakukan rukuk, baik di dalam sholat fardhu atau sunah. Apabila ia bangun
 
dari rukuk tanpa disertai menyengaja i’tidal, misalnya; karna kaget, maka i’tidalnya tidak sah.
2)    Musholli tidak memperlamakan rukun i’tidal, karena i’tidal merupakan rukun qosiroh (sebentar). Apabila ia memperlamanya dengan diam atau dzikir yang tidak disyariatkan maka sholatnya batal. Adapun memperlamakan i’tidal sebab dzikir yang disyariatkan, seperti; qunut dan lainnya, maka tidak membatalkan sholat, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli, bahkan disunahkan memperlamakan qunut. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Memperlama qunut akan meringankan sakaratul maut,” hadis riwayat ad-Dailami.
8.    Tumakninah dalam I’tidal

)اﻟﺜﺎﻣﻦ اﻟﻄﻤﺄﻧﻴﻨﺔ ﻓﻴﻪ( أى اﻻﻋﺘﺪال ﻓﺄﻗﻠﻬﺎ ﺑﻘﺪر ﺳﺒﺤﺎن اﷲ وأﻛﻤﻠﻬﺎ أن ﻳﺄﺗﻰ ﲟﺎ ورد
 
ْﻞءُ اْﻷَْر ِض َوِﻣ
 
ْﻞءُ اﻟ ﱠﺴ َﻤَﻮا ِت ِﻣ
 
ﻓِْﻴِﻪ ُﻣﺒَﺎَرًﻛﺎ
 
ﻃَﻴﱢﺒًﺎ َﻛﺒِْﻴـًﺮا
 
َﲪْ ًﺪا
 
ﻟَ َﻚ ا ْﳊَ ْﻤ ُﺪ َرﺑـﱠﻨَﺎ
 
ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﻗﻮل
 
َﺷْﻴ ٍﺊ ﺑَـ ْﻌ ُﺪ
 
َﺖ ِﻣ ْﻦ
 
ِﺷْﺌ
 
َوِﻣ ْﻞءُ َﻣﺎ
 

Minimal tumakninah dalam i’tidal adalah seukuran membaca ‘ ﺳﺒﺤﺎن ﷲ’. Paling sempurna adalah dengan membaca;

 
ِض َوِﻣ ْﻞءُ
 
ِﻣ ْﻞءُ اﻟ ﱠﺴ َﻤَﻮا ِت َوِﻣ ْﻞءُ اْﻷَْر ُﻣﺒَﺎَرًﻛﺎ ﻓِْﻴِﻪ
 
َﲪْ ًﺪا َﻛﺒِْﻴـًﺮا ﻃَﻴﱢﺒًﺎ
 
َﻚ ا ْﳊَ ْﻤ ُﺪ
 
ﻟَ َرﺑـﱠﻨَﺎ
 
َﺷْﻴ ٍﺊ ﺑَـ ْﻌ ُﺪ
 
َﺖ ِﻣ ْﻦ
 
ِﺷْﺌ
 
َﻣﺎ
 

Ya Tuhan kami. Bagimu adalah segala pujian yang besar, yang baik, yang ditambahkan kebaikannya, yang sepenuh langit-langit, bumi-bumi, dan segala sesuatu yang Engkau kehendaki setelahnya.
9.    Sujud Dua Kali di setiap Rakaat dan Syarat-syaratnya
)اﻟﺘﺎﺳﻊ اﻟﺴﺠﻮد ﻣﺮﺗﲔ( ﰱ ﻛﻞ رﻛﻌﺔ وﻳﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﻋﺸﺮة ﺷﺮوط اﻷول ﻣﺼﻮر ﺑﻘﻮﻟﻪ
)ﻳﺄن ﻳﻀﻊ ﺟﺒﻬﺘﻪ( أى ﺑﻌﻀﻬﺎ وﻟﻮ ﲟﺎ ﻳﻘﻊ ﻋﻠﻴﻪ اﻻﺳﻢ ﻣﻦ أﻋﻼﻫﺎ أو ﻣﻦ أﺳﻔﻠﻬﺎ ﻻ
 
)ﻣﻜﺸﻮﻓﺔ( أى
 
أى ﻣﻮﺿﻊ ﺳﺠﻮدﻩ وﻟﻮ ﻋﻮدا
 
)ﻋﻠﻰ ﻣﺼﻼﻩ(
 
ﻃﺮﻓﻴﻬﺎ ﻓﻠﻴﺴﺎ ﻣﻨﻬﺎ
 
ﻣﻜﺸﻮﻓﺎ ذﻟﻚ اﻟﺒﻌﺾ ﺣﻴﺚ ﻻ ﻋﺬر )و( اﻟﺜﺎﱏ أن ﻳﻜﻮن )ﻣﺘﺸﺎﻗﻼ  ﺎ( أى ﻣﺘﺤﺎﻣﻼ اﳉﺒﻬﺔ ﻋﻠﻰ ﻣﻮﺿﻊ اﻟﺴﺠﻮد ﺑﺜﻘﻞ رأﺳﻪ وﻋﻨﻘﻪ ﺣﱴ ﺗﺴﺘﻘﺮ ﺟﺒﻬﺘﻪ ﲝﻴﺚ ﻟﻮ ﻛﺎن اﻟﺴﺠﻮد
 
ﻋﻠﻰ ﻗﻄﻦ أو ﺷﻴﺊ ﳏﺸﻮ ﺑﻪ ﻻﻧﻜﺒﺲ وﻇﻬﺮ أﺛﺮﻩ )و( أن ﻳﻜﻮن ﻣﻊ ذﻟﻚ )ﻣﻨﻜﺴﺎ( ﺑﺄن ﻳﺮﻓﻊ أﺳﺎﻓﻠﻪ ﻋﻠﻰ أﻋﺎﻟﻴﻪ ﻓﻠﻮ ﻛﺎن ﺑﻪ ﻋﻠﺔ ﻻ ﻳﻘﺪر ﻋﻠﻰ اﻟﺴﺠﻮد ﻣﻌﻬﺎ إﻻ ﺑﺮﻓﻊ أﻋﺎﻟﻴﻪ أﺗﻰ
 
اﳋﺎﻣﺲ
 
)ﻣﻦ رﻛﺒﺘﻴﻪ و(
 
أى ﺟﺰأ ﻳﺴﲑا
 
)ﻳﻀﻊ ﺷﻴﺌﺎ(
 
)و(اﻟﺜﺎﻟﺚ واﻟﺮاﺑﻊ أن
 
ﲟﻘﺪورﻩ
 
واﻟﺴﺎدس أن ﻳﻀﻊ ﺟﺰأ ﻳﺴﲑا )ﻣﻦ ﺑﻄﻮن ﻛﻔﻴﻪ و( اﻟﺴﺎﺑﻊ واﻟﺜﺎﻣﻦ ﻣﻦ أن ﻳﻀﻊ ﺟﺰأ ﻳﺴﲑا )ﻣﻦ ﺑﻄﻮن أﺻﺎﺑﻊ رﺟﻠﻴﻪ( ﻓﻠﻮ ﺳﺠﺪ ﻋﻠﻰ ﺣﺮف اﻟﻜﻒ أو رؤس أﺻﺎﺑﻊ ﻗﺪﻣﻴﻪ ﱂ ﻳﺼﺢ ﻧﺒﻪ ﻋﻠﻰ ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ ﰱ ﺷﺮح ﻫﺪﻳﺔ اﻟﻨﺎﺻﺢ واﻟﺘﺎﺳﻊ أن ﻻ ﻳﻘﺼﺪ  ﻮﻳﻪ ﻣﻦ اﻋﺘﺪاﻟﻪ ﻏﲑ
اﻟﺴﺠﻮد ﻓﻠﻮ ﺳﻘﻂ إﱃ اﻷرض ﻣﻦ اﻻﻋﺘﺪال ﻣﻦ ﻏﲑ ﻗﺼﺪ اﳍﻮى ﻟﻠﺴﺠﻮد ﱂ ﳛﺴﺐ ﺳﺠﻮدﻩ ووﺟﺐ اﻟﻌﻮد إﱃ اﻻﻋﺘﺪال وﻳﺴﺠﺪ ﻣﻦ اﳍﻮى واﻟﻌﺎﺷﺮ أن ﻻ ﻳﺴﺠﺪ ﻋﻠﻰ ﺷﻴﺊ ﻣﺘﺼﻞ ﺑﻪ ﲝﻴﺚ ﻳﺘﺤﺮك ﲝﺮﻛﺘﻪ ﰱ ﻗﻴﺎﻣﻪ أو ﻗﻌﻮدﻩ ﻣﻊ ﻋﻠﻤﻪ وﻋﻤﺪﻩ ﻓﺈن ﻛﺎن ﺟﺎﻫﻼ أو ﻧﺎﺳﻴﺎ ﱂ ﺗﺒﻄﻞ ﻟﻜﻦ ﳚﺐ اﻋﺎدة اﻟﺴﺠﻮد وﺧﺮج ﺑﻘﻴﺪ اﻟﺘﺤﺮك ﲝﺮﻛﺘﻪ اﻧﺘﻔﺎؤﻩ ﻓﻴﺼﺢ ﻷﻧﻪ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﻛﺎﳌﻨﻔﺼﻞ وﻣﺜﻠﻪ ﻣﺎ ﻟﻮ ﺳﺠﺪ ﻋﻠﻰ ﻋﻮد أو ﻣﻨﺪﻳﻞ ﺑﻴﺪﻩ أﻓﺎدﻩ اﻟﺮﻣﻠﻰ
Sujud memiliki 10 (sepuluh) syarat, yaitu;
1)    Meletakkan sebagian dahi di atas tempat sujud meskipun berupa kayu dengan kondisi sebagian dahi tersebut terbuka (tidak ada penghalang antara dahi dan tempat sujud) sekiranya tidak ada udzur. Bagian dahi yang diletakkan adalah meskipun bagian yang masih disebut sebagai dahi, baik bagian atasnya atau bawahnya, bukan bagian kedua sisinya karena tidak termasuk dahi.
2)    Musholli menekankan dahinya di atas tempat sujud dengan cara memberatkan kepala dan lehernya sampai dahinya benar-benar menetap, sekiranya andai ia sujud di atas kapas atau sesuatu yang berisi atau empuk maka akan membentuk cekungan. Selain itu, ia mengambil posisi jungkel, yaitu dengan cara ia mengangkat anggota- anggota tubuh bawahnya lebih tinggi daripada anggota-anggota tubuh atasnya. Apabila ia mengidap penyakit yang menyebabkan ia tidak mampu mengangkat kecuali anggota-anggota tubuh atasnya maka ia sujud semampunya.
3)    Meletakkan sebagian dari lutut kanan di atas lantai.
4)    Meletakkan sebagian dari lutut kiri di atas lantai.
5)    Meletakkan sebagian dari sisi dalam telapak tangan kanan di atas lantai.
6)    Meletakkan sebagian dari sisi dalam telapak tangan kiri di atas lantai.
 
7)    Meletakkan sebagian dari sisi dalam jari-jari kaki kanan.
8)    Meletakkan sebagian dari sisi dalam jari-jari kaki kiri.
Apabila musholli bersujud dengan hanya meletakkan bagian pinggir telapak tangan atau ujung jari-jari kedua kaki maka sujudnya tidak sah, seperti yang ditanbihkan oleh ar-Romli di dalam Syarah Hadiah an-Nashih.
9)    Tidak menyengaja selain sujud saat menjatuhkan tubuh dari i’tidal. Apabila musholli terjatuh ke lantai dari i’tidal tanpa menyengaja sujud saat terjatuhnya tersebut maka sujudnya tidak dihitung atau dianggap dan ia wajib kembali ke i’tidal, kemudian bersujud.
10)    Tidak bersujud di atas sesuatu benda yang menempel pada musholli, sekiranya benda tersebut ikut bergerak sebab gerakan musholli pada saat berdiri atau duduk (seperti; sorban dan lainnya) dengan catatan musholli tahu dan sengaja. Apabila ia bersujud di atas benda tersebut karena tidak tahu atau lupa maka sholatnya tidak batal, tetapi ia wajib mengulangi sujud. Mengecualikan dengan benda yang ikut bergerak karena gerakan musholli adalah benda yang tidak ikut bergerak karena gerakannya, maka sujud di atasnya dihukumi sah sebab benda tersebut dihukumi seperti benda munfasil (tidak menempel). Begitu juga dihukumi sah apabila ia bersujud di atas kayu atau kaos tangannya, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.
10.    Tumakninah dalam Sujud

)اﻟﻌﺎﺷﺮ اﻟﻄﻤﺄﻧﻴﻨﺔ ﻓﻴﻪ( أى ﰱ اﻟﺴﺠﻮد ﻓﺄﻗﻠﻬﺎ ﻛﻤﺎ ﻣﺮ وﻫﻮ ﺑﻘﺪر ﺳﺒﺤﺎن اﷲ وأﻛﻤﻠﻬﺎ
أن ﻳﺄﺗﻰ ﲟﺎ ورد ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﻗﻮل ﺳﺒﺤﺎن رﰉ اﻷﻋﻠﻰ ﺛﻼﺛﺎ
Paling minimal tumakninah dalam sujud adalah seukuran mengucapkan ‘ﷲ ﺳﺒﺤﺎن’. Paling sempurna adalah dengan mengucapkan ‘اﻷﻋﻠﻰ رﺑﻰ ﺳﺒﺤﺎن’ Subhana Robi al-A’la sebanyak tiga kali.
11.    Duduk di antara Dua Sujud dan Kewajiban-kewajibannya

)اﳊﺎدى ﻋﺸﺮ اﳉﻠﻮس ﺑﲔ اﻟﺴﺠﺪﺗﲔ( وﻳﺸﺘﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﻓﺮﺿﲔ اﻷول أن ﻻ ﻳﻘﺼﺪ ﺑﺮﻓﻊ رأﺳﻪ ﻣﻦ اﻟﺴﺠﺪة ﺷﻴﺌﺎ آﺧﺮ ﻋﻠﻰ اﳉﻠﻮس ﻓﻠﻮ رﻓﻊ ﻓﺰﻋﺎ ﻣﻦ ﺷﻴﺊ ﱂ ﻳﻜﻔﻪ ﺑﻞ ﳚﺐ
ﻋﻮدﻩ إﱃ اﻟﺴﺠﻮد ﻟﲑﻓﻊ ﺑﻘﺼﺪﻩ
 
اﻟﺜﺎﱏ أن ﻻ ﻳﻄﻮﻟﻪ ﻷﻧﻪ رﻛﻦ ﻗﺼﲑ ﻓﺈن ﻃﻮﻟﻪ ﺑﺰاﺋﺪ ﻋﻠﻰ ذﻛﺮﻩ اﳌﺄﺛﻮر ﺑﻄﻠﺖ وﻻ ﻳﻌﺘﱪ ﻟﺼﺤﺘﻪ ﻛﻮﻧﻪ ﺑﻌﺪ رﻓﻊ ﻳﺪﻩ ﺑﻌﺪ اﻟﺴﺠﺪة ﻓﻠﻮ ﻓﻌﻠﻪ ﻣﻊ وﺿﻌﻬﻤﺎ ﻋﻠﻰ اﻷرض ﺻﺢ أﻓﺎدﻩ
اﻟﺮﻣﻠﻰ
Duduk di antara dua sujud memiliki 2 (dua) kefardhuan, yaitu:
1)    Tidak menyengaja selain rukun duduk saat mengangkat kepala dari sujud. Apabila musholli mengangkat kepalanya dari sujud karena tujuan lain, seperti; kaget, maka sujudnya tidak sah dan ia wajib kembali ke posisi sujud agar ia bangun darinya lagi.
2)    Tidak memperlama rukun duduk karena ia termasuk rukun qosir (sebentar). Apabila ia memperlamakannya dengan menambahkan dzikir lebih dari dzikir yang disyariatkan maka sholatnya batal. Keabsahan rukun duduk tidak harus setelah mengangkat kedua tangan dari lantai setelah sujud sehingga apabila musholli melakukan duduk di antara dua sujud dengan kedua tangan masih terletak di atas lantai maka rukun duduknya sah, seperti yang difaedahkan oleh ar- Romli.

12.    Tumakninah dalam Duduk antara Dua Sujud

)اﻟﺜﺎﱏ ﻋﺸﺮ اﻟﻄﻤﺄﻧﻴﻨﺔ ﻓﻴﻪ( أى ﰱ اﳉﻠﻮس ﻓﺄﻗﻠﻬﺎ ﺑﻘﺪر ﺳﺒﺤﺎن اﷲ وأﻛﻤﻠﻬﺎ ﻳﺄﺗﻰ ﲟﺎ َوا ْﺟﺒُـْﺮِﱏ َواْرﻓَـ ْﻌِﲎ َواْرُزﻗِْﲎ َوا ْﻫ ِﺪِﱏ َو َﻋﺎﻓِِﲎ ﻷﻧﻪ ﺻﻠﻰ ﺑﲔ اﻟﺴﺠﺪﺗﲔ وﻣﻌﲎ اﻏﻔﺮ ﱃ اﺳﱰ ذﻧﱮ ورد ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﻗﻮل َر ﱢب ا ْﻏﻔْﺮ ِﱃ َواْرَﲪِْﲎ وﻣﻌﲎ اﺟﱪﱏ اﻏﻨﲎ وﺳﺪ وﺟﻮﻩ ﻓﻘﺮى اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻛﺎن ﻳﻘﻮل ﻫﺬﻩ اﻷﻟﻔﺎظ اﻟﺴﺒﻌﺔ وﻣﻌﲎ ارزﻗﲎ أﻋﻄﲎ ﻣﻦ ﺧﺰاﺋﻦ ﻓﻀﻠﻚ واﳏﻪ ﻋﲎ ﻣﻦ ﻣﺆاﺧﺬة وﻣﻌﲎ ارﲪﲎ أﺛﺒﲎ ﺑﻔﻀﻠﻚ وﻣﻌﲎ اﻫﺪﱏ أدﻣﲎ ﻋﻠﻰ ﻫﺪاﻳﺘﻚ وﻣﻌﲎ ارﻓﻌﲎ رﻓﻊ اﳌﻜﺎﻧﺔ أى اﺟﻌﻠﻬﺎ ﻟﺪﻳﻚ رﻓﻴﻌﺔ ﻋﲎ ﻛﻞ ﻣﺎ ﻳﻜﺮﻩ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ ﻣﺎ ﻗﺴﻤﺘﻪ ﱃ ﰱ اﻷزل ﺣﻼﻻ ﲝﻴﺚ ﻻ ﺗﻌﺬﺑﲎ ﻋﻠﻴﻪ إﱃ اﻹﺳﻼم اﻟﱴ ﻫﻰ أﻋﻈﻢ اﻟﻨﻌﻢ وﻣﻌﲎ ﻋﺎﻓﲎ ادﻓﻊ
Minimal tumakninah dalam duduk antara dua sujud adalah seukuran mengucapkan ‘ﷲ ﺳﺒﺤﺎن’. Paling lengkapnya adalah dengan membaca dzikir yang disyariatkan, yaitu:
َر ﱢب ا ْﻏﻔْﺮ ِﱃ َواْرَﲪِْﲎ َوا ْﺟﺒُـْﺮِﱏ َواْرﻓَـ ْﻌِﲎ َواْرُزﻗِْﲎ َوا ْﻫ ِﺪِﱏ َو َﻋﺎﻓِِﲎ
 
karena Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama sendiri mengucapkan 7 (tujuh) lafadz tersebut di antara dua sujud. Makna ‘ﻟﻰ اﻏﻔﺮ’ adalah tutuplah dosaku dan hilangkanlah dariku siksa karenanya. Makna ‘ارﺣﻤﻨﻰ’ adalah berilah aku pahala dengan anugerah-Mu. Makna ‘اﺟﺒﺮﻧﻰ’ adalah perkayakanlah aku dan tutuplah jalan-jalan kefakiranku. Makna ‘ارﻓﻌﻨﻰ’ adalah meninggikan tempat, artinya; jadikanlah tempat itu luhur di Sisi-Mu. Makna ‘ارزﻗﻨﻰ’ adalah berilah aku dari gedung-gedung anugerah-Mu rizki halal yang telah Engkau tetapkan di zaman Azali sekiranya Engkau tidak menyiksaku karenanya. Makna ‘اھﺪﻧﻰ’ adalah senantiasakanlah aku menetapi hidayah-Mu menuju Islam yang mana hidayah tersebut merupakan nikmat yang terbesar. Makna ‘ﻋﺎﻓﻨﻰ’ adalah hindarkanlah dariku segala sesuatu yang tidak disukai. Demikian makna-makna dzikir duduk di antara dua sujud, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.
13.    Duduk untuk membaca tasyahud akhir, sholawat atas Rasulullah
shollallahu ‘alaihi wa sallama, dan salam pertama.

)اﻟﺜﺎﻟﺚ ﻋﺸﺮ اﳉﻠﻮس ﻟﻠﺘﺸﻬﺪ اﻷﺧﲑ وﻣﺎ ﺑﻌﺪﻩ( وﻫﻮ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻲ
وﺳﻠﻢ واﻟﺴﻼم اﻷول

Rukun sholat yang ketiga belas adalah duduk untuk membaca tasyahud akhir dan bacaan setelahnya, yaitu sholawat atas Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama dan salam pertama.
14.    Tasyahud Akhir

)اﻟﺮاﺑﻊ ﻋﺸﺮ اﻟﺘﺸﻬﺪ اﻷﺧﲑ( ﲰﻰ ﺑﻪ ﻣﻦ ﺑﺎب اﻃﻼق اﳉﺰء وﻫﻮ اﻟﺸﻬﺎدﺗﺎن ﻋﻠﻰ اﻟﻜﻞ
 
َﻚ أَﻳـﱡَﻬﺎ اﻟﻨﱠِ ﱡﱮ َوَرْﲪَﺔُ اﷲِ
 
ُت ﻟِﻠِّﻪ اﻟ ﱠﺴَﻼُم ﻋَﻠَْﻴ
 
ُت اﻟﻄﱠﻴﱢﺒَﺎ
 
ﱠﺼَﻼَوا
 
ُت اﻟ
 
ُت اﻟْ ُﻤﺒَﺎَرَﻛﺎ
 
)ﻓﻴﻘﻮل اَﻟﺘﱠ ِﺤﻴﱠﺎ
 
ُﳏَ ﱠﻤ ًﺪا
 
َﻬ ُﺪ أَ ْن َﻻ إِﻟَﻪَ إِﱠﻻ اﷲُ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ﱠن ﱠﺼﺎ ِﳊِْ َﲔ أَ ْﺷ
 
َو َﻋﻠَﻰ ﻋِﺒَﺎ ِد اﷲِ اﻟ َﻋﻠَْﻴـﻨَﺎ
 
اﻟ ﱠﺴَﻼُم َوﺑَـَﺮَﻛﺎﺗُﻪُ َر ُﺳْﻮُل اﷲِ(
 
Menyebut rukun ini dengan istilah tasyahud merupakan bentuk penyebutan sesuatu yang bersifat sebagian, yaitu dua syahadat, untuk mewakili sesuatu yang bersifat keseluruhan.
 
Dalam rukun ini, musholli mengucapkan;

 
َوَرْﲪَﺔُ
 
ﱡﱮ اﻟﻨﱠِ
 
َﻚ أَﻳـﱡ َﻬﺎ
 
َﻋﻠَْﻴ
 
اﻟ ﱠﺴَﻼ ُم
 
ُت ﻟِﻠِّﻪ
 
ُت اﻟﻄﱠﻴﱢﺒَﺎ
 
ﱠﺼَﻼَوا
 
ُت اﻟ
 
ُت اﻟْ ُﻤﺒَﺎَرَﻛﺎ
 
ِﺤﻴﱠﺎ اَﻟﺘﱠ
 
اﷲُ
 
إِﱠﻻ
 
إِﻟَﻪَ َﻻ
 
ْن أَ
 
أَ ْﺷ َﻬ ُﺪ
 
ﱠﺼﺎ ِﳊِْ َﲔ
 
اﻟ اﷲِ
 
ِد ِﻋﺒَﺎ
 
َﻋﻠَﻰ َو
 
َﻋﻠَْﻴـﻨَﺎ
 
ﱠﺴَﻼمُ اﻟ
 
َوﺑـََﺮَﻛﺎﺗُﻪُ
 
اﷲِ
 
ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ﱠن ُﳏَ ﱠﻤ ًﺪا َر ُﺳْﻮُل اﷲِ َوأَ
Segala penghormatan yang diberkahi dan seluruh sholawat yang bagus hanya milik Allah. Keselamatan semoga tercurah atasmu. Wahai Nabi. Dan rahmat Allah dan keberkahan-Nya semoga tercurah atas kami dan hamba- hamba-Nya yang sholih. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

ﻓﻘﻮﻟﻪ اﳌﺒﺎرﻛﺎت وﺗﺎﻟﻴﺎﻩ ﻣﺴﻨﻮن ﰱ ﻛﻞ ﻣﻦ اﻟﺘﺸﻬﺪ اﻷول واﻷﺧﲑ ﻗﺎل اﻟﺮﻣﻠﻰ واﻟﺮاﺟﺢ ﰱ
 
ﻣﺴﻠﻢ
 
ﺣﺪﻳﺚ
 
ذﻟﻚ ﰱ
 
ﻟﺜﺒﻮت
 
اﻟﻮاﺟﺐ
 
اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻣﻦ
 
أﺷﻬﺪ
 
ﻟﻔﻈﺔ
 
اﺳﻘﺎط
 
اﳌﻨﻬﺎج
 
رواﻳﺔ
ﺑﺪو ﺎ
 
اﻟﻄﯿﺒﺎت‘ Lafadz
 
اﻟﺼﻠﻮات،
 
اﻟﻤﺒﺎرﻛﺎت،’ disunahkan dibaca di masing-
 
masing tasyahud, baik awal atau akhir. Ar-Romli berkata, “Pendapat rojih di dalam riwayat al-Minhaj menyebutkan bahwa menggugurkan lafadz ‘أﺷﮭﺪ’ yang kedua merupakan hal yang wajib sebab hadis yang diriwayatkan oleh Muslim tidak menyertakan lafadz tersebut.”

 
اﻻﻛﺘﻔﺎء
 
اﳌﻌﺘﻤﺪ
 
اﷲ ﻟﻜﻦ
 
ﰱ رﺳﻮل
 
ﺑﺎﻟﻈﺎﻫﺮ
 
اﻻﺗﻴﺎن
 
وﺟﻮب
 
اﳌﻨﻬﺎج
 
ﻛﻼم
 
وﻗﻀﻴﺔ
 
ﺑﺎﻟﻀﻤﲑ ﰱ ﻗﻮﻟﻪ وأن ﳏﻤﺪا رﺳﻮل اﷲ اﻧﺘﻬﻰ

Hasil hukum yang berdasarkan keterangan dari al-Minhaj adalah wajib menggunakan isim dzohir dalam lafadz ‘ﷲ رﺳﻮل’, tetapi pendapat mu’tamad mengatakan bahwa dianggap cukup jika menggunakan isim dhomir dalam lafadz ‘ﷲ رﺳﻮل ﻣﺤﻤﺪا وأن’.” Jadi apabila menggunakan isim dhomir maka lafadznya menjadi ‘رﺳﻮﻟﮫ ﻣﺤﻤﺪا وأن’.

15.    Sholawat atas Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama

)اﳋﺎﻣﺲ ﻋﺸﺮ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ( وﺗﺴﻦ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﰱ اﻟﺘﺸﻬﺪ اﻷول ﻷ ﺎ رﻛﻦ ﰱ اﻷﺧﲑ ﻓﺴﻨﺖ ﰱ اﻷول ﻛﺎﻟﺘﺸﻬﺪ وﻻ
 
ﺗﺴﻦ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﻵل ﰱ اﻟﺘﺸﻬﺪ اﻷول ﻟﺒﻨﺎﺋﻪ ﻋﻠﻰ اﻟﺘﺨﻔﻴﻒ وﺗﺴﻦ ﰱ اﻷﺧﲑ أﻓﺎد
ذﻟﻚ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﰱ اﻟﺘﺤﻔﺔ

Disunahkan bersholawat atas Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama di dalam tasyahud awal karena ia merupakan rukun di tasyahud akhir sehingga disunahkan di tasyahud awal, sebagaimana tasyahud adalah rukun di rakaat akhir maka tasyahud disunahkan di rakaat kedua selain sholat Subuh. Tidak disunahkan bersholawat atas keluarga Nabi (اﻵل) di tasyahud awal karena tasyahud awal diadakan atas dasar meringankan, tetapi bersholawat atas mereka disunahkan di tasyahud akhir, seperti yang telah difaedahkan oleh Ibnu Hajar di dalam kitab Tuhfah.

)وأﻗﻠﻬﺎ( أى اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ أى ﻟﻔﻈﻬﺎ اﻟﻮاﺟﺐ )اﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ ﳏﻤﺪ( ﻗﺎل اﻟﺮﻣﻠﻰ أو ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻰ رﺳﻮﻟﻪ ﻛﻤﺎ ﰱ اﻟﺮوﺿﺔ أو ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﱮ ﻛﻤﺎ ﰱ اﻟﺘﺤﻘﻴﻖ واﻷﻓﻀﻞ اﻻﺗﻴﺎن ﺑﺎﻟﺴﻴﺎدة ﻛﻤﺎ أﻓﱴ ﺑﻪ اﶈﻘﻖ اﳉﻼل اﶈﻠﻰ وﻻﺑﺪ ﻣﻦ
ﺗﺄﺧﲑ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﻟﻨﱮ ﻋﻦ اﻟﺘﺸﻬﺪ ﻛﻤﺎ ﰱ ا ﻤﻮع اﻧﺘﻬﻰ
Minimal dalam bersholawat atas Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama, maksudnya lafadz sholawat yang wajib, adalah ‘ﻣﺤﻤﺪ ﻋﻠﻰ ﺻﻞ اﻟﻠﮭﻢ’. Ar-Romli berkata, “atau bisa dengan lafadz ‘رﺳﻮﻟﮫ ﻋﻠﻰ ﷲ ﺻﻠﻰ’, seperti yang tertulis di dalam kitab ar-Roudhoh, atau dengan ‘اﻟﻨﺒﻰ ﻋﻠﻰ ﷲ ﺻﻠﻰ’, seperti yang tertulis di dalam kitab at-Tahkik. Yang lebih utama adalah dengan menyebutkan lafadz ‘َﺳﯿﱢﺪ ’, seperti yang difatwakan oleh al-Muhakkik al- Jalal al-Mahalli. Diwajibkan mengakhirkan membaca sholawat atas Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama daripada bacaan tasyahud, seperti yang tertulis di dalam kitab al-Majmuk.”

وﻗﺎل ﳏﻤﺪ اﻟﻜﺮدى ﻧﻘﻼ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻗﺎﺳﻢ وﻣﻦ ﻋﺠﺰ ﻋﻦ اﻟﺘﺸﻬﺪ اﻟﺼﻼة ﺗﺮﺟﻢ وﺟﻮﺑﺎ ﻓﺈذا
ﻋﺠﺰ ﻋﻦ اﻟﱰﲨﺔ ﱂ ﻳﻠﺰﻣﻪ اﻻﺗﻴﺎن ﺑﺬﻛﺮ ﺑﺪﻟﻪ ﺑﻞ ﻳﻘﻌﺪ اﻧﺘﻬﻰ

Muhammad al-Kurdi berkata dengan mengutip dari Ibnu Qosim, “Barang siapa tidak mampu membaca tasyahud dan sholawat (dengan Bahasa Arab) maka wajib atasnya membaca dengan terjemahan ke dalam Bahasa yang ia mampu. Apabila ia tidak mampu dengan terjemahannya maka ia tidak wajib membaca dzikir lain sebagai penggantinya, tetapi ia cukup duduk.”
 
وﻗﺎل اﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﰱ اﻟﺘﺤﻔﺔ ﻣﻊ اﳌﻨﻬﺎج وﻳﱰﺟﻢ اﻟﻌﺎﺟﺰ ﻋﻦ اﻟﻨﻄﻖ ﺑﺎﻟﻌﺮﺑﻴﺔ اﻟﺪﻋﺎء اﳌﺄﺛﻮر ﻋﻨﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﰱ ﳏﻠﻪ ﻣﻦ اﻟﺼﻼة واﻟﺬﻛﺮ اﳌﺄﺛﻮر ﻛﻤﺎ ﻳﱰﺟﻢ ﻋﻦ اﻟﻮاﺟﺐ
ﳊﻴﺎزة اﻟﻔﻀﻴﻠﺔ ﻻ اﻟﻌﺎﺟﺰ ﻋﻦ ﻏﲑ اﳌﺄﺛﻮر ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻓﻼ ﳚﻮز أن ﻳﱰﺟﻢ ﻋﻨﻪ ﺟﺰﻣﺎ ﻓﺘﺒﻄﻞ ﺎ
 
ﺎ ﺻﻼﺗﻪ إذ ﻻ ﺣﺎﺟﺔ
 
ﺻﻼﺗﻪ وﻻ اﻟﻘﺎدر ﻋﻠﻰ ﻣﺄﺛﻮرﳘﺎ ﻓﻼ ﳚﻮز ﻟﻪ اﻟﱰﲨﺔ ﻋﻨﻪ وﺗﺒﻄﻞ
إﻟﻴﻬﺎ ﺣﻴﻨﺌﺬ اﻧﺘﻬﻰ
 

Ibnu Hajar berkata di dalam kitab at-Tuhfah dan juga al-Minhaj, “Musholli yang tidak mampu mengucapkan doa yang maktsur dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama di dalam sholat dan dzikir yang maktsur maka ia menerjemahkannya ke bahasa lain yang ia mampu sebagaimana ia menerjemahkan bacaan yang wajib agar ia memperoleh keutamaannya. Adapun musholli yang tidak mampu mengucapkan dengan Bahasa Arab pada doa dan dan dzikir yang TIDAK maktsur maka ia tidak boleh menerjemahkannya dan apabila ia menerjemahkannya maka sholatnya batal. Begitu juga, apabila musholli mampu mengucapkan doa dan dzikir yang maktsur dengan Bahasa Arab tetapi ia menerjemahkannya ke bahasa lain maka sholatnya batal karena tidak ada hajat untuk menerjemahkannya.”

16.    Mengucapkan Salam Pertama

)اﻟﺴﺎدس ﻋﺸﺮ اﻟﺴﻼم( أو اﻷول )وأﻗﻠﻪ( أى ﻟﻔﻈﻪ اﻟﻮاﺟﺐ )اﻟﺴﻼم ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﺎﻟﺘﻌﺮﻳﻒ( وﻟﻮ ﻣﻌﻜﻮﺳﺎ ﻓﻠﻮ أﺧﻞ ﲝﺮف ﻣﻦ ﻫﺬﻩ اﳊﺮوف ﱂ ﳚﺰﺋﻪ وﳚﺐ اﻳﻘﺎﻋﻪ ﻣﺴﺘﻘﺒﻞ اﻟﻘﺒﻠﺔ
ﺑﺼﺪرﻩ ﻓﻠﻮ ﲢﻮل ﺑﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﻗﺒﻞ اﻛﻤﺎﻟﻪ ﺑﻄﻠﺖ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ

Minimal dalam salam, maksudnya, lafadznya yang wajib, adalah ‘ﻋﻠﯿﻜﻢ اﻟﺴﻼم’ dengan mentakrif (menambahkan ‘ال’) pada lafadz ‘ﺳﻼم’ meskipun dibalik susunannya, yaitu menjadi, ‘اﻟﺴﻼم ﻋﻠﯿﻜﻢ’.
Apabila musholli menghilangkan satu huruf saja dari huruf-huruf lafadz salam maka salamnya belum mencukupi. Dalam salam, diwajibkan mengucapkannya dengan kondisi masih menghadap Kiblat dengan dada sehingga apabila musholli berpaling dari Kiblat dengan dadanya sebelum menyelesaikan salam pertama maka sholatnya batal, seperti yang difaedahkan Romli.
 
17.    Tertib

)اﻟﺴﺎﺑﻊ ﻋﺸﺮ اﻟﱰﺗﻴﺐ( أى ﰱ اﻷرﻛﺎن إﻻ ﰱ اﻟﻨﻴﺔ وﺗﻜﺒﲑة اﻹﺣﺮام ﻓﻼ ﺗﺮﺗﻴﺐ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ
وﻛﺬا ﻻ ﺗﺮﺗﻴﺐ ﺑﲔ اﻟﻘﻴﺎم واﻟﻘﺮاءة أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ

Rukun sholat yang terakhir adalah tertib di dalam rukun-rukun sholat kecuali niat dan takbiratul ihram karena tidak ada tertib di antara keduanya. Begitu juga, tidak ada tertib di antara berdiri dan membaca al-Fatihah, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.

)ﻓﺈن ﺗﻌﻤﺪ ﺗﺮﻛﻪ( أى اﻟﱰﺗﻴﺐ ﺑﺘﻘﺪﱘ رﻛﻦ ﻗﻮﱃ ﻫﻮ اﻟﺴﻼم أو ﻓﻌﻠﻰ )ﺑﺄن ﻳﺴﺠﺪ ﻗﺒﻞ
رﻛﻮﻋﻪ( أى ﻣﺜﻼ )ﺑﻄﻠﺖ( أى اﻟﺼﻼة اﲨﺎﻋﺎ ﻟﺘﻼﻋﺒﻪ

Apabila musholli sengaja meninggalkan tertib, yaitu dengan mendahulukan rukun qouli (ucapan) atau fi’li (perbuatan), misal; ia melakukan rukun sujud sebelum rukun rukuk, maka sholatnya batal menurut ijmak karena talaub (bercanda).

)وإن ﺳﻬﺎ( ﺑﱰﻛﻪ اﻟﱰﺗﻴﺐ )ﻓﻠﻴﻌﺪ إﻟﻴﻪ( أى إﱃ اﻟﺮﻛﻦ اﳌﱰوك )إﻻ أن ﻳﻜﻮن( أى اﻟﺴﺎﻫﻰ ﱂ ﻳﺘﺬﻛﺮ ذﻟﻚ إﻻ ﺑﻌﺪ ﺷﺮوﻋﻪ )ﰱ( رﻛﻦ )ﻣﺜﻠﻪ( أى اﻟﺮﻛﻦ اﳌﱰوك ﰱ رﻛﻌﺔ أﺧﺮى )أو( ﺑﻌﺪ ﺷﺮوﻋﻪ ﰱ رﻛﻦ )ﺑﻌﺪﻩ( أى ﺑﻌﺪ اﳌﺜﻞ اﳌﱰوك ﰱ رﻛﻌﺔ أﺧﺮى أﻳﻀﺎ )ﻓﺘﺘﻢ ﺑﻪ( أى
 
أو أوﳍﺎ
 
وﺳﻄﻬﺎ
 
ﻛﺎن
 
ﻓﺈن
 
اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ
 
ﻛﺴﺠﺪ ﺎ
 
آﺧﺮﻫﺎ
 
ﻛﺎن
 
)رﻛﻌﺘﻪ( إن
 
اﳌﻔﻌﻮل
 
ﺑﺎﳌﺜﻞ
 
ﻛﺎﻟﻘﻴﺎم أو اﻟﻘﺮاءة أو اﻟﺮﻛﻮع ﺣﺴﺐ اﳌﻔﻌﻮل ﻋﻦ اﳌﱰوك وأﺗﻰ ﲟﺎ ﺑﻌﺪﻩ وﺗﺪارك اﻟﺒﺎﻗﻰ ﻣﻦ ﺻﻼﺗﻪ )وﻟﻐﺎ ﻣﺎ ﺳﻬﺎ ﺑﻪ( أى ﻣﺎ ﻓﻌﻠﻪ ﺳﺎﻫﻴﺎ وﻫﻮ ﻣﺎ ﺑﲔ اﳌﱰوك واﳌﺜﻞ اﳌﻔﻌﻮل
Apabila musholli lupa meninggalkan tertib maka ia wajib segera kembali ke al-matruk (rukun yang ditinggalkan), kecuali apabila ia tidak mengingat rukun al-matruk kecuali setelah beranjak melakukan rukun al- matruk yang sama di rakaat lain atau setelah melakukan rukun yang setelah rukun al-matruk di rakaat lain juga maka rakaatnya telah dilengkapi oleh rukun al-maf’ul (rukun yang sama) yang dilakukannya itu jika memang rukun tersebut terletak di akhir rakaat, seperti rukun sujud yang kedua,104

104 Ada musholli melakukan, misalnya; sholat Maghrib. Di rakaat pertama, setelah melakukan duduk di antara dua sujud, ia langsung berdiri dan meninggalkan sujud kedua, kemudian ia menyelesaikan rakaat pertama. Di rakaat kedua, pada saat ia mulai melakukan
 
tetapi apabila rukun tersebut terletak di tengah atau awal rakaat, seperti berdiri, membaca al-Fatihah, atau rukuk, maka rukun al-maf’ul dianggap sebagai ganti rukun al-matruk yang ditinggalkan, kemudian ia melakukan rukun yang sama setelah rukun al-maf’ul dan menyelesaikan sholatnya dengan menambahkan rakaat.105 Sedangkan rukun yang dilakukan antara rukun al-matruk dan rukun al-maf’ul tidak dianggap. (Lebih mudahnya perhatikan contoh pada catatan kaki!)

)ﻓﺎﺋﺪة( ﻗﺎل اﻟﺮﻣﻠﻰ واﳌﻮاﻻة ﺷﺮط ﻻ رﻛﻦ وﺻﻮرﻫﺎ اﻹﻣﺎم ﺑﺄن ﻻ ﻳﻄﻮل اﻟﺮﻛﻦ اﻟﻘﺼﲑ
 
اﻟﻄﻮل
 
ﺿﺒﻂ
 
ﺑﻴﺎن
 
ﻓﻴﻪ
 
ﻟﻴﺲ
 
ﻟﻜﻦ
 
ﻣﻨﻬﺎ
 
ﻣﺎ ﻟﻴﺲ
 
اﻟﺼﻼة
 
ﳍﺎ ﻟﺰﻳﺎدﺗﻪ ﰱ
 
ﻗﺎﻃﻊ
 
ﻓﺘﻄﻮﻳﻠﻪ
 
وﺣﻜﻰ اﳋﻮارزﻣﻰ ﻋﻦ اﻷﺻﺤﺎب أن ﺿﺎﺑﻄﻪ أن ﻳﻠﺤﻖ اﻻﻋﺘﺪال ﺑﺎﻟﻘﻴﺎم ﻟﻘﺮاءة اﻟﻔﺎﲢﺔ
واﳉﻠﻮس ﺑﲔ اﻟﺴﺠﺪﺗﲔ ﲜﻠﻮس اﻟﺘﺸﻬﺪ اﻧﺘﻬﻰ

[FAEDAH] ar-Romli berkata, “Muwalah adalah syarat, bukan rukun. Imam Haromain mencontohkan muwalah dalam sholat dengan sekiranya musholli tidak memperlamakan rukun yang qosir atau sebentar, karena memperlamakannya termasuk perkara yang memutus sholat sebab menambahkan sesuatu yang bukan termasuk sholat ke dalam sholat itu sendiri. Namun, dalam contoh tersebut tidak dijelaskan tentang batasan memperlamanya. Al-Khowarizmi menceritakan dari para ashab bahwa batasan memperlama rukun qosir adalah lamanya melakukan i’tidal sama dengan lamanya berdiri membaca al-Fatihah dan lamanya duduk antara dua sujud sama dengan duduk tasyahud.

sujud kedua atau mulai berdiri membaca al-Fatihah (untuk rakaat ketiga) ia baru ingat kalau ia telah meninggalkan sujud kedua di rakaat pertama. Maka sujud kedua di rakaat pertama (al- matruk) telah digantikan oleh sujud kedua di rakaat kedua (al-maf’ul), kemudian ia menyelesaikan rakaat ketiga, dan menambahkan satu rakaat lagi, karena rukun-rukun yang dilakukan antara sujud kedua (yang seharusnya dilakukan) di rakaat pertama dan sujud kedua di rakaat kedua tidak dianggap (mulgho). Jadi, sujud kedua yang ditinggalkan di rakaat pertama telah diganti oleh sujud kedua di rakaat kedua, sujud kedua di rakaat kedua diganti oleh sujud kedua di rakaat ketiga, sujud kedua di rakaat ketiga telah diganti oleh sujud kedua di rakaat tambahan.
105 Ada musholli melakukan, misalnya; sholat Maghrib. Di rakaat pertama, setelah melakukan rukuk, ia langsung sujud dan meninggalkan i’tidal, kemudian ia menyelesaikan rakaat pertama. Di rakaat kedua, pada saat ia mulai melakukan i’tidal atau mulai sujud ia baru ingat kalau ia telah meninggalkan i’’tidal di rakaat pertama. Maka i’tidal di rakaat pertama (al- matruk) telah digantikan oleh i’tidal di rakaat kedua (al-maf’ul), kemudian ia menyelesaikan rakaat ketiga, dan menambahkan satu rakaat lagi, karena rukun-rukun yang dilakukan antara i’tidal (yang seharusnya dilakukan) di rakaat pertama dan i’tidal di rakaat kedua tidak dianggap (mulgho). Jadi, i’tidal yang ditinggalkan di rakaat pertama telah diganti oleh i’tidal di rakaat kedua, i’tidal di rakaat kedua diganti oleh i’tidal di rakaat ketiga, i’tidal di rakaat ketiga telah diganti oleh i’tidal di rakaat tambahan.

 ﻓﺼﻞ( ﻓﻰ ﺷﺮوط وﺟﻮب إﻗﺎﻣﺔ اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ واﻟﺠﻤﻌﺔ وﻓﻰ ﺷﺮوط ﺻﺤﺔ اﻟﺠﻤﻌﺔ وﻓﻰ أرﻛﺎن اﻟﺨﻄﺒﺘﻴﻦ وﺷﺮوﻃﻬﻤﺎ

BAGIAN KESEMBILAN BELAS (FASAL) SYARAT-SYARAT JAMAAH, SHOLAT JUMAH, KEABSAHAN SHOLAT JUMAH, RUKUN- RUKUN DAN SYARAT-SYARAT DUA KHUTBAH
A.    Jamaah Sholat Maktubah
1.    Hukum Jamaah dalam Sholat Maktubah

 

)اﻟﺒﺎﻟﻐﲔ( أى
 
ﺑﺒﺎدﻳﺔ
 
وﻟﻮ
 
اﳌﻘﻴﻤﲔ(
 
اﻷﺣﺮار
 
اﻟﺬﻛﻮر
 
)ﻋﻠﻰ
 
ﻣﻜﺘﻮﺑﺔ
 
أداء
 
)اﳉﻤﺎﻋﺔ( ﰱ
 
اﻟﻌﻘﻼء اﳌﺴﺘﻮرﻳﻦ ﺑﻐﲑ ﻣﺎ ﻳﺰرى ﻛﻄﲔ وﺣﺸﻴﺶ )ﻏﲑ اﳌﻌﺬورﻳﻦ( ﺑﺸﻴﺊ ﻣﻦ اﻷﻋﺬار اﻟﱴ ﻫﻰ ﻛﻤﺸﻘﺔ ﻣﺮض وﻣﻄﺮ وﺷﺪة رﻳﺢ ﺑﻠﻴﻞ ووﺣﻞ وﺣﺮ وﺑﺮد وﺟﻮع وﻋﻄﺶ ﲝﻀﺮة ﻃﻌﺎم

)ﻓﺮض ﻛﻔﺎﻳﺔ( ﰱ اﻟﺮﻛﻌﺔ اﻷوﱃ ﻓﻘﻂ ﻻ ﰱ ﲨﻴﻊ اﻟﺼﻼة


Jamaah dalam melakukan sholat yang difardhukan (maktubah) adalah fardhu kifayah di rakaat pertama saja, bukan seluruh rakaat sholat, atas laki-laki yang merdeka, yang mukim meskipun di padang sahara, yang baligh atau yang berakal, yang tertutup auratnya dengan penutup yang tidak mencelakan atau remeh, seperti; lumpur, rumput; dan yang tidak diudzurkan oleh udzur-udzur seperti; sakit parah, hujan deras, angin kencang di malam hari, becek jalan yang parah, panas, dingin, lapar, dan dahaga di saat makanan tersedia.

 
2.    Dalil Hukum Jamaah

ﻣﺎ ﻣﻦ ﺛﻼﺛﺔ ﰱ ﻗﺮﻳﺔ أو ﺑﺪو وﻻ ﺗﻘﺎم ﻓﻴﻬﻢ اﳉﻤﺎﻋﺔ إﻻ
 

وﺳﻠﻢ
 

ﻋﻠﻴﻪ
 

ﺻﻠﻰ اﷲ
 

ﻟﻘﻮﻟﻪ
 
اﺳﺘﺤﻮذ ﻋﻠﻴﻬﻢ اﻟﺸﻴﻄﺎن ﻓﻌﻠﻴﻚ ﺑﺎﳉﻤﺎﻋﺔ ﻓﺈﳕﺎ ﻳﺄﻛﻞ اﻟﺬﺋﺐ ﻣﻦ اﻟﻐﻨﻢ اﻟﻘﺎﺻﻴﺔ رواﻩ اﺑﻦ
ﺣﺒﺎن وﻏﲑﻩ ﻓﻴﺆﺧﺬ ﻣﻦ ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻴﻬﻢ أن اﳉﻤﺎﻋﺔ ﻓﺮض ﻛﻔﺎﻳﺔ إذ ﱂ ﻳﻘﻞ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻻ ﻳﻘﻴﻤﻮن ﻓﻘﻮﻟﻪ ﻓﻴﻬﻢ ﺻﺎدق ﺑﺄن ﻳﻘﻴﻤﻮﻫﺎ ﲨﻴﻌﺎ وأن ﻳﻘﻴﻤﻬﺎ اﺛﻨﺎن ﻣﻨﻬﻢ وﻟﻮ
 
وﺳﻠﻢ
 
ﻋﻠﻴﻪ
 
ﺻﻠﻰ اﷲ
 
ﻗﻮﻟﻪ
 
ﳏﻞ اﻻﺳﺘﺪﻻل
 
ﻻ ﻳﻘﻴﻤﻮن وﻟﻴﺲ
 
ﻋﲔ ﻟﻘﺎل
 
ﻓﺮض
 
ﻛﺎﻧﺖ
 
ﻓﻌﻠﻴﻚ ﺑﺎﳉﻤﺎﻋﺔ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺸﻴﺦ ﻋﻄﻴﺔ

Hukum jamaah ini berdasarkan sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, “Tidak ada 3 (tiga) orang yang berada di suatu desa atau padang sahara tertentu dimana jamaah tidak didirikan di antara mereka kecuali setan telah menguasai mereka. Oleh karena itu, berjamaahlah, karena macan hanya akan memangsa kambing yang sendirian.” Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Hiban dan lainnya.

Dari sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama yang berbunyi, ‘ﻓﯿﮭﻢ’ (di antara mereka) menunjukkan bahwa jamaah adalah fardhu kifayah karena beliau tidak mensabdakan dengan pernyataan, ‘ﯾﻘﯿﻤﻮن ﻻ’ (mereka tidak mendirikan jamaah). Dan sabda beliau yang berbunyi, ‘ﻓﯿﮭﻢ’ (di antara mereka) memberikan pemahaman bahwa mereka semua (3 orang) mendirikan jamaah atau hanya 2 orang saja yang mendirikannya. Andaikan jamaah adalah fardhu ain niscaya Rasulullah akan berkata, ‘‘ﯾﻘﯿﻤﻮن ﻻ’’, bukan ‘ﻓﯿﮭﻢ ﺗﻘﺎم ﻻ’. Perlu diingat bahwa titik tekan pengambilan dalil hukum jamaah bukan pada sabda beliau yang berbunyi, ‘ﺑﺎﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻓﻌﻠﯿﻚ’ (Oleh karena itu, berjamaahlah), seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.

وأﻣﺎ ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ أﺛﻘﻞ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﳌﻨﺎﻓﻘﲔ ﺻﻼة اﻟﻌﺸﺎء واﻟﻔﺠﺮ وﻟﻮ
 
رﺟﻼ
 
آﻣﺮ
 
ﻓﺘﻘﺎم ﰒ
 
ﺑﺎﻟﺼﻼة
 
آﻣﺮ
 
ﳘﻤﺖ أن
 
وﻟﻘﺪ
 
ﺣﺒﻮا
 
وﻟﻮ
 
ﻷﺗﻮﳘﺎ
 
ﻣﺎ ﻓﻴﻬﻤﺎ
 
ﻳﻌﻠﻤﻮن
 
ﻓﻴﺼﻠﻰ ﺑﺎﻟﻨﺎس ﰒ أﻧﻄﻠﻖ ﻣﻌﻰ ﺑﺮﺟﺎل ﻣﻌﻬﻢ ﺣﺰم ﻣﻦ ﺣﻄﺐ إﱃ ﻗﻮم ﻻ ﻳﺸﻬﺪون اﻟﺼﻼة
 
ﻣﻨﺎﻓﻘﲔ
 
ﰱ ﻗﻮم
 
وارد
 
ﻷﻧﻪ
 
أ ﺎ ﻓﺮض ﻋﲔ
 
ﻋﻠﻰ
 
ﻓﻼ ﻳﺪل
 
ﺑﺎﻟﻨﺎر
 
ﺑﻴﻮ ﻢ
 
ﻋﻠﻴﻬﻢ
 
ﻓﺄﺣﺮق
 
ﻳﺘﺨﻠﻔﻮن ﻋﻦ اﳉﻤﺎﻋﺔ وﻻ ﻳﺼﻠﻮن أﺻﻼ ﻗﻮﻟﻪ ﻓﺘﻘﺎم أى ﺑﺎﻟﻜﻠﻤﺎت اﳌﺨﺼﻮﺻﺔ اﻟﱴ ﻫﻰ
أﺧﺖ اﻷذان أﻓﺎدﻩ ﻋﻄﻴﺔ

Adapun sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama yang berbunyi, “Sholat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah sholat Isyak dan Subuh. Andai mereka mengetahui besarnya keutamaan di dua sholat tersebut niscaya mereka akan mendatangi untuk melakukannya meskipun harus dengan berjalan merayap (Jawa: ngesot). Sesungguhnya aku memerintahkan sholat, kemudian sholat itu didirikan. Lalu aku memerintahkan seorang laki-laki untuk sholat, kemudian ia sholat bersama- sama dengan orang lain. Setelah itu, aku pergi bersama orang-orang yang memikul kayu bakar menuju suatu kaum yang tidak mendirikan sholat.
 
Kemudian aku membakar rumah-rumah mereka,” maka tidak menunjukkan bahwa jamaah itu adalah fardhu ain, karena sabda beliau tersebut muncul dalam menjelaskan tentang orang-orang munafik yang meninggalkan jamaah dan tidak melakukan sholat sama sekali.
Perkataan Rasulullah, ‘ﻓﺘﻘﺎم’ (kemudian sholat itu didirikan), maksudnya, dengan kalimah-kalimah tertentu yang mendamping adzan, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.

ﻓﺘﺠﺐ اﳉﻤﺎﻋﺔ ﲝﻴﺚ ﻳﻈﻬﺮ اﻟﺸﻌﺎر أى ﻋﻼﻣﺔ إﻗﺎﻣﺔ اﳉﻤﺎﻋﺔ وﻫﻰ ﻓﺘﺢ اﻷﺑﻮاب وﻋﺪم اﺣﺘﺸﺎم اﻟﻨﺎس ﻣﻦ اﻟﺪﺧﻮل واﳋﺮوج ﰱ ﳏﻞ إﻗﺎﻣﺘﻬﺎ وﻫﻮ اﻟﺬى ﻳﺴﻬﻞ ﻓﻴﻪ اﳊﻀﻮر ﳍﺎ وإن ﻗﺼﺮت اﻟﺼﻼة ﻗﺒﻞ ﳎﺎوزﺗﻪ ﻛﺬا ﻗﺎﻟﻪ ﻋﻄﻴﺔ ﺧﻼﻓﺎ ﻻﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﺣﻴﺚ ﻗﺎل وﻻ ﻳﻜﻔﻰ
إﻗﺎﻣﺘﻬﺎ ﺧﺎرج ﳏﻞ اﻹﻗﺎﻣﺔ ﰱ ﳏﻞ ﻻ ﳚﻮز إﻗﺎﻣﺔ اﳉﻤﻌﺔ ﻓﻴﻪ
 
ﻏﲑ ﻣﺴﺠﺪ
 
وﻟﻮ
 
ﻋﺮﻓﺎ
 
اﻟﺼﻐﲑة
 
اﻟﻘﺮﻳﺔ
 
واﺣﺪ ﰱ
 
ﺗﻘﺎم ﲟﺤﻞ
 
ﺑﺄن
 
اﻟﺸﻌﺎر
 
ﻇﻬﻮر
 
وﳛﺼﻞ
 
ﻛﺒﻴﺖ وﰱ ﳏﺎل ﻣﺘﻌﺪدة ﰱ اﻟﻜﺒﲑة وﻟﻮ ﻏﲑ ﻣﺴﺎﺟﺪ

Seperti yang telah disebutkan, bahwa hukum jamaah adalah fardhu kifayah. Ia wajib dilakukan sekiranya nampak adanya syiar atau tanda didirikannya jamaah, seperti; terbukanya pintu-pintu tempat jamaah didirikan, orang-orang tidak merasa malu atau sungkan untuk masuk ke atau keluar dari tempat mendirikan jamaah. Maksud tempat mendirikan jamaah adalah tempat yang dirasa mudah untuk menghadirinya meskipun sholatnya sebentar dan sudah selesai sebelum sempat melewati tempat tersebut, seperti yang dikatakan oleh Syeh Athiah. Berbeda dengan pendapat Ibnu Hajar, ia berpendapat bahwa, “Tidak cukup mendirikan jamaah di luar tempat didirikannya, yaitu di tempat yang tidak diperbolehkan mendirikan sholat Jumat disana.”

Syiar atau tanda didirikannya jamaah dapat dihasilkan dengan misalnya; jamaah itu didirikan di satu tempat yang terletak di desa (wilayah) yang pada umumnya disebut dengan desa kecil, meskipun bukan masjid, seperti; rumah, atau didirikan di beberapa tempat yang berbeda- beda yang terletak di desa yang pada umumnya disebut dengan desa besar meskipun tempat-tempat tersebut bukanlah masjid.
 
ﻗﺎل ﺑﻌﺾ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﺣﺪ اﻟﻘﺮﻳﺔ اﻟﺼﻐﲑة ﻫﻮ أن ﻳﻜﻮن ﻓﻴﻬﺎ ﺛﻼﺛﻮن رﺟﻼ ﻓﻠﻮ أﻃﺒﻘﻮا ﻋﻠﻰ
إﻗﺎﻣﺔ اﳉﻤﺎﻋﺔ ﰱ اﻟﺒﻴﻮت وﱂ ﻳﻈﻬﺮ ﺎ اﻟﺸﻌﺎر ﱂ ﻳﺴﻘﻂ اﻟﻔﺮض وإن اﻣﺘﻨﻌﻮا ﻣﻦ إﻗﺎﻣﺘﻬﺎ
ﻗﺎﺗﻠﻬﻢ اﻹﻣﺎم أو ﻧﺎﺋﺒﻪ ﻗﺘﺎل اﻟﺒﻐﺎة ﻓﻼ ﻳﻘﺎﺗﻠﻬﻢ ﺣﱴ ﻳﺄﻣﺮﻫﻢ وﳝﺘﻨﻌﻮا

Sebagian ulama berkata, “Ukuran suatu desa yang bisa disebut dengan desa kecil adalah sekiranya di desa tersebut terdapat 30 orang laki- laki. Andaikan mereka bersepakat untuk mendirikan jamaah di rumah- rumah, tetapi syiar tidak nampak maka beban hukum fardhu belum gugur. Dan apabila mereka enggan mendirikan jamaah maka imam atau naibnya memerangi mereka seperti halnya memerangi para pemberontak. Akan tetapi imam atau naibnya tidak boleh memerangi mereka kecuali setelah mereka diperintahkan untuk mendirikan jamaah, kemudian nampak nyata kalau mereka enggan melakukannya.”
3.    Sifat-sifat yang Disunahkan dan Disyaratkan atas Imam

 
واﻟﻘﺮاءة
 
اﻟﻔﻘﻪ
 
وﻫﻰ
 
ﺳﺘﺔ
 
ﻓﺎﳌﺴﺘﺤﺒﺔ
 
ﻣﺸﺮوﻃﺔ
 
وﺻﻔﺎت
 
ﻣﺴﺘﺤﺒﺔ
 
ﺻﻔﺎت
 
ﻟﻺﻣﺎم
 
)ﻓﺮع(
 
اﻷﻗﺮاء
 
ﻋﻠﻰ
 
اﻟﻔﺎﲢﺔ
 
ﺳﻮى
 
ﳛﻔﻆ
 
وإن ﱂ
 
اﻷﻓﻘﻪ
 
ﻓﻴﻘﺪم
 
واﳍﺠﺮة
 
واﻟﻨﺴﺐ
 
واﻟﺴﻦ
 
واﻟﻮرع
 
اﻟﻘﻠﻴﻞ اﻟﻔﻘﻪ واﳌﺮاد ﺑﺎﻷﻗﺮاء ﻣﻦ ﳛﻔﻆ اﻟﻘﺮآن وﺻﺤﺢ اﻟﺴﺒﻜﻰ أن اﳌﺮاد ﺑﻪ اﻷﺻﺢ ﻗﺮاءة
أى اﻷﺟﻮد ﺗﺄدﻳﺔ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ

Seorang imam sholat memiliki sifat-sifat yang disunahkan dan disyaratkan. Mereka yang disunahkan ada 6 (enam), yaitu;
1)    yang berpengetahuan Fiqih,
2)    yang berkualitas dalam mentajwid bacaan,
3)    yang memiliki sifat wirai,
4)    yang lebih berusia,
5)    yang bergaris keturunan atau nasab baik, dan;
6)    yang mengikuti kejadian hijrah.
Oleh karena itu imam yang lebih tahu tentang Fiqih lebih didahulukan, meskipun ia hanya mampu hafal al-Fatihah, daripada yang aqrok tetapi memiliki sedikit pengetahuan tentang Fiqih. Maksud kata aqrok adalah orang yang hafal al-Quran. As-Subki menshohihkan bahwa yang dimaksud dengan aqrok adalah orang yang paling shohih atau yang paling bagus tajwidnya dalam membaca, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.
 
واﳌﺸﺮوﻃﺔ ﲬﺴﺔ أﺣﺪﻫﺎ وﺛﺎﻧﻴﻬﺎ أن ﻻ ﻳﻜﻮن ﳏﺪﺛﺎ وﻻ ﺟﻨﺒﺎ وﺛﺎﻟﺜﻬﺎ أن ﻻ ﻳﻜﻮن ﻋﻠﻰ ﺛﻮﺑﻪ أو ﺑﺪﻧﻪ ﳒﺎﺳﺔ ﻏﲑ ﻣﻌﻔﻮ ﻋﻨﻬﺎ وراﺑﻌﻬﺎ أن ﻻ ﻳﱰك اﻻﻋﺘﺪال واﻟﻄﻤﺄﻧﻴﻨﺔ ﰱ اﻟﺼﻼة وﻟﻮ ﻧﻔﻼ وﺣﻨﻔﻴﺎ وﺧﺎﻣﺴﻬﺎ أن ﻻ ﻳﱰك ﻗﺮاءة اﻟﻔﺎﲢﺔ ﻣﻊ اﻣﻜﺎ ﺎ أو ﻳﻘﺮأ ﺑﻐﲑﻫﺎ ﻛﺎﳊﻨﻔﻰ
وﻟﻮ إﻣﺎﻣﺎ أﻋﻈﻢ ﻓﻼ ﻳﺼﺢ اﻗﺘﺪاء ﺷﺎﻓﻌﻰ ﺑﻪ

Sedangkan sifat-sifat yang disyaratkan atas imam sholat ada 5 (lima), yaitu;
1)    bukan orang yang berhadas kecil,
2)    bukan yang junub,
3)    tidak ada najis yang tidak dima’fu pada pakaian atau tubuhnya,
4)    tidak meninggalkan i’tidal dan tumakninah di dalam sholat, meskipun hanya sholat sunah, dan meskipun ia bermadzhab Hanafiah, dan;
5)    tidak meninggalkan membaca al-Fatihah disertai mampu membacanya atau ia membaca selain al-Fatihah, seperti; yang bermadzhab Hanafiah, meskipun ia adalah imam besar. Oleh karena itu, orang yang bermadzhab Syafiah tidak sah bermakmum kepada imam yang bermadzhab Hanafiah.
4.    Syarat-syarat Iqtidak atau Bermakmum

وﺷﺮط اﻻﻗﺘﺪاء أن ﻻ ﻳﺘﻘﺪم اﳌﻘﺘﺪى ﻋﻠﻰ اﻹﻣﺎم ﰱ ﺟﻬﺔ اﻟﻘﺒﻠﺔ ﰱ ﻏﲑ اﻻﺳﺘﺪارة ﺣﻮل اﻟﻜﻌﺒﺔ ﻓﺈن ﺗﻘﺪم اﳌﺄﻣﻮم اﺑﺘﺪاء ﱂ ﺗﻨﻌﻘﺪ ﺻﻼﺗﻪ أو ﰱ ﺧﻼﳍﺎ ﺑﻄﻠﺖ ﰱ اﳉﺪﻳﺪ ﻷﻧﻪ أﻓﺤﺶ ﻣﻦ اﳌﺨﺎﻟﻔﺔ ﰱ اﻷﻓﻌﺎل واﻻﻋﺘﺒﺎر ﰱ اﻟﺘﻘﺪﱘ ﻟﻠﻘﺎﺋﻢ ﺑﺎﻟﻌﻘﺐ اﳌﻌﺘﻤﺪ ﺑﺎﻷرض وإن
ﺗﻘﺪﻣﺖ اﻷﺻﺎﺑﻊ

Syarat iqtidak adalah posisi muqtadi (makmum) tidak lebih maju daripada posisi imamnya dalam menghadap Kiblat, yaitu selain ketika menghadap Kiblat secara melingkar di sekitar Ka’bah. Apabila di awal sholat, posisi makmum sudah lebih maju daripada posisi imamnya maka sholatnya tidak sah. Apabila di tengah-tengah sholat, posisi makmum menjadi lebih maju daripada posisi imamnya maka sholatnya batal menurut qoul jadid, karena mendahului dalam posisi adalah lebih buruk daripada mukholafah (saling berbeda) antara makmum dan imamnya dalam perbuatan-perbuatan sholat. Patokan (i’tibar) mendahului posisi bagi makmum yang sholat berdiri adalah dengan tumitnya yang berpijak pada lantai meskipun jari-jari kaki mendahului.
 
وﺷﺮط ﺻﺤﺔ ﻗﺪوة اﳌﺄﻣﻮم أن ﻳﻨﻮى اﻻﻗﺘﺪاء ﺑﺎﻹﻣﺎم أو اﻻﺋﺘﻤﺎم وﻟﻮ ﰱ ﺧﻼل ﺻﻼﺗﻪ ﰱ ﻏﲑ اﳉﻤﻌﺔ أو ﻣﺄﻣﻮﻣﺎ أو ﻣﺆﲤﺎ ﺑﻪ وﺳﻮاء ﻧﻮى ﻣﻊ ذﻟﻚ ﺑﺎﻹﻣﺎم اﳊﺎﺿﺮ أو ﻻ وﻟﻮ ﻧﻮى اﳉﻤﺎﻋﺔ ﻛﻔﻰ وﻫﻰ وإن ﻛﺎﻧﺖ ﺻﺎﳊﺔ ﻟﻺﻣﺎﻣﻴﺔ واﳌﺄﻣﻮﻣﻴﺔ ﻟﻜﻦ ﺗﺘﻌﲔ ﻷﺣﺪﳘﺎ ﺑﺎﻟﻘﺮﻳﻨﺔ
اﳊﺎﻟﻴﺔ ﻛﺎﻟﺘﻘﺪم واﻟﺘﺄﺧﺮ

Syarat sah bermakmum bagi makmum sendiri adalah ia berniat iqtidak bil imam (mengikuti imam), atau berniat iktimam (menjadi makmum), meskipun niat-niat tersebut dilakukan di tengah-tengah sholat selain sholat Jumat, atau berniat makmum atau muktiman bil imam baik imamnya diketahui atau tidak. Apabila makmum berniat jamaah maka sudah mencukupi meskipun niat jamaah sendiri memungkinkan status sebagai imam atau makmum tetapi kemungkinan ini akhirnya dikhususkan pada salah satu dari dua status tersebut, yaitu menjadi makmum, dengan qorinah haliah (keadaan), seperti posisi lebih maju atau lebih ke belakang.106

ﻓﺈن ﺗﺎﺑﻊ ﺑﺄن وﻗﻒ أﻓﻌﺎﻟﻪ ﻋﻠﻰ أﻓﻌﺎل اﻹﻣﺎم ﺑﻐﲑ اﻟﻨﻴﺔ ﻣﻊ اﻧﺘﻈﺎر ﻃﻮﻳﻞ ﺑﻄﻠﺖ ﻻ ﻣﻊ ﻳﺴﲑﻩ أﻣﺎ إذا اﺗﻔﻖ اﻧﻘﻀﺎء ﻓﻌﻠﻪ ﻓﻼ ﺗﺒﻄﻞ ﻗﻄﻌﺎ ﻷﻧﻪ ﻻ ﻳﺴﻤﻰ ﻣﺘﺎﺑﻌﺔ
Apabila musholli mengikutkan gerakan sholatnya pada gerakan imam tanpa disertai niat bermakmum maka sholatnya batal dengan catatan apabila disertai dengan menunggu lama, jika menunggunya hanya sebentar maka sholatnya tidak batal.107 Adapun apabila selesainya gerakan musholli terjadi secara bersamaan dengan selesainya gerakan imam maka jelas sholatnya tidak batal karena kebersamaannya itu tidak disebut sebagai mutaba’ah (mengikuti).





106 Artinya; posisi lebih maju menunjukkan bahwa niat jamaah dimaksudkan sebagai imam, sedangkan posisi lebih ke belakang menunjukkan bahwa niat jamaah dimaksudkan sebagai makmum.
107 Contoh; Ada musholli melakukan sholat di belakang imam. Musholli tersebut tidak niat bermakmum tetapi gerakan-gerakannya mengikuti gerakan-gerakan imam. Pada saat berdiri sholat, musholli telah selesai membaca al-Fatihah. Kemudian ia menunggu imamnya selesai membacanya agar mengikuti gerakan rukuk. Akan tetapi penungguan musholli berlangsung lama karena imam belum juga selesai membaca al-Fatihah. Maka sholat musholli menjadi batal karena penungguannya yang lama tersebut.
 
وﺣﻘﻴﻘﺔ اﳌﺘﺎﺑﻌﺔ اﳌﺴﺘﺤﺒﺔ أن ﻻ ﳛﲎ اﳌﺄﻣﻮم ﻇﻬﺮﻩ ﻟﻠﺮﻛﻮع ﺣﱴ ﻳﺮى اﻹﻣﺎم راﻛﻌﺎ وﻻ ﻳﺮﻓﻊ رأﺳﻪ ﻣﻨﻪ ﺣﱴ ﻳﻌﺘﺪل اﻹﻣﺎم ﻗﺎﺋﻤﺎ وﻻ ﳛﲎ ﻇﻬﺮﻩ ﻟﻠﺴﺠﻮد ﺣﱴ ﻳﻀﻊ اﻹﻣﺎم ﺟﺒﻬﺘﻪ ﻋﻠﻰ اﻷرض ﺳﺎﺟﺪا أﻓﺎد ذﻟﻚ أﲪﺪ اﻟﺰاﻫﺪ ﰱ ﻫﺪﻳﺔ اﻟﻨﺎﺻﺢ واﻟﺮﻣﻠﻰ ﰱ ﺷﺮﺣﻬﺎ
Hakikat mutaba’ah yang disunahkan adalah sekiranya makmum tidak membungkukkan punggung untuk rukuk sebelum ia melihat imamnya sudah dalam posisi rukuk, dan makmum tidak mengangkat kepalanya dari rukuk sebelum ia mengetahui imamnya sudah dalam posisi berdiri i’tidal, dan ia tidak membungkukkan punggungnya untuk melakukan sujud sebelum imamnya sudah meletakkan dahinya di atas tanah dalam posisi sujud, seperti yang difaedahkan oleh Ahmad az-Zahid dalam kitab Hadiah an-Nasih dan oleh ar-Romli dalam Syarahnya.

B.    Jamaah Sholat Jumat
1.    Hukum Jamaah dalam Sholat Jumat dan Syarat-syarat Wajib Sholat Jumat

 
ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻴﻞ
 
اﳌﻘﻴﻤﲔ
 
اﻷﺣﺮار
 
ﻋﻠﻴﻬﻢ( أى اﻟﺬﻛﻮر
 
ﻓﺮض ﻋﲔ
 
اﳉﻤﻌﺔ
 
اﳉﻤﺎﻋﺔ )ﰱ
 
(و)
 
اﻟﺘﻄﻮن اﻟﺒﺎﻟﻐﲔ ﻏﲑ اﳌﻌﺬورﻳﻦ ﻓﻼ ﲨﻌﺔ ﻋﻠﻰ اﻣﺮأة اﲨﺎﻋﺎ وﻻ ﻋﻠﻰ ﺧﻨﺜﻰ ﻻﺣﺘﻤﺎل أﻧﻮﺛﺘﻪ وﻻ ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺪ وﻣﺪﺑﺮ وﻣﻜﺎﺗﺐ وﻣﺒﻌﺾ وﻻ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﱂ ﻳﺴﺘﻮﻃﻦ ﲟﺤﻞ ﲨﻌﺔ وﻫﻮ ﻣﺎ ﻻ ﺗﻘﺼﺮ اﻟﺼﻼة ﻗﺒﻞ ﳎﺎوزﺗﻪ وﻻ ﻋﻠﻰ ﺻﱮ وﻻ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻟﻪ ﻋﺬر ﻛﻤﺮض وذﻟﻚ )إذا ﻛﺎﻧﻮا أرﺑﻌﲔ( أى وﻟﻮ ﺑﺎﻹﻣﺎم وﻻﺑﺪ أن ﻳﻜﻮﻧﻮا )ﻣﻜﻠﻔﲔ( ﻓﻼ ﲨﻌﺔ ﻋﻠﻰ ﳎﻨﻮن وﻣﻐﻤﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﻟﻌﺪم اﻟﺘﻜﻠﻴﻒ وﺗﻠﺰم اﻟﺴﻜﺮان اﳌﺘﻌﺪى ﺑﺴﻜﺮﻩ وإن ﱂ ﻳﻜﻦ ﻣﻜﻠﻔﺎ وﳚﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻗﻀﺎؤﻫﺎ
ﻇﻬﺮا إذ ﻻ ﻳﺘﺼﻮر ﻗﻀﺎؤﻫﺎ ﲨﻌﺔ
Jamaah dalam sholat Jumat adalah fardhu ain atas para laki-laki yang merdeka, yang mukim secara menetap (mustautin), yang baligh, dan yang tidak diudzurkan. Jadi, sholat Jumat tidak wajib atas perempuan secara ijmak, khuntsa karena masih adanya sifat keperempuanan, budak yang murni, mudabbar, mukatab, atau muba’ad, orang-orang yang tidak menetap di tempat sholat Jumat didirikan, shobi (anak kecil), dan orang-orang yang diudzurkan, seperti; udzur sakit. Maksud tempat didirikannya sholat Jumat adalah tempat yang tidak diperbolehkan mengqosor sholat sebelum melewatinya.
 
Kewajiban sholat Jumat atas para laki-laki adalah ketika jumlah mereka ada 40 meskipun beserta imam sholatnya. Kewajiban tersebut juga mensyaratkan bahwa mereka adalah orang-orang yang mukallaf, sehingga sholat Jumat tidak wajib atas orang gila dan ayan karena mereka berdua bukanlah mukallaf.
Adapun orang yang mabuk yang disebabkan oleh kecerobohannya (sengaja mabuk) maka ia tetap berkewajiban sholat Jumat meskipun dengan kondisi mabuknya ia bukanlah mukallaf dan ia berkewajiban mengqodho sholat Jumat dengan sholat Dzuhur karena mengqodhonya dengan bentuk sholat Jumat tidak memungkinkan.

وﻳﺸﱰط أن ﺗﻜﻮن إﻗﺎﻣﺘﻬﺎ )ﰱ أﺑﻨﻴﺔ( أى ﻣﻨﺎزل ﻳﺴﺘﻮﻃﻨﻬﺎ اﻟﻌﺪد اﳌﻌﺘﱪ ﺳﻮاء ﻛﺎﻧﺖ ﻣﻦ ﺣﺠﺮ أو ﻃﲔ أو ﺧﺸﺐ ﻣﻦ ﺑﻠﺪ أو ﻗﺮﻳﺔ وﻻﺑﺪ أن ﺗﻜﻮن اﻷﺑﻨﻴﺔ ﳎﺘﻤﻌﺔ ﰱ اﻟﻌﺮف ﻓﺈن
 
وﻳﺮﺟﻊ ﰱ
 
ﻗﺮﻳﺔ
 
ﻟﻴﺴﺖ
 
ﺑﻼ ﺧﻼف ﻷ ﺎ
 
ﻓﻴﻬﺎ
 
اﳉﻤﻌﺔ
 
ﱂ ﺗﺼﺢ
 
ﻣﺘﻔﺮﻗﺔ
 
اﻷﺑﻨﻴﺔ
 
ﻛﺎﻧﺖ
 
اﻻﺟﺘﻤﺎع واﻟﺘﻔﺮق إﱃ اﻟﻌﺮف

Disyaratkan mendirikan sholat Jumat di suatu wilayah yang terdiri dari beberapa rumah yang digunakan untuk menetap, baik rumah-rumah tersebut dibangun dari lumpur atau kayu, dan baik wilayah tersebut merupakan sebuah kota atau desa. Selain itu, rumah-rumah itu harus saling berdekatan sehingga apabila mereka saling terpisah jauh maka tanpa adanya khilaf, tidak sah mendirikan sholat Jumat di wilayah tersebut karena wilayah tersebut tidak disebut dengan desa. Ukuran dalam menentukan saling berdekatannya atau saling terpisahnya dikembalikan kepada urf.

 
اﻟﺒﻠﺪ وأﻣﺎ
 
ﺧﻄﺔ
 
ﻓﻀﺎء ﻣﻌﺪود ﻣﻦ
 
ﺑﻞ ﳚﻮز ﰱ
 
أو ﻛﻦ
 
ﻣﺴﺠﺪ
 
إﻗﺎﻣﺘﻬﺎ ﰱ
 
ﻻ ﻳﺸﱰط
 
ﻃﺮأ
 
وإن
 
ﻓﻴﻪ
 
إﻗﺎﻣﺘﻬﺎ
 
ﳚﻮز
 
اﳌﺴﺎﻓﺮ ﻓﻼ
 
ﻣﻨﻪ
 
ﻳﱰﺧﺺ
 
اﻟﺬى
 
ﺧﻄﺘﻬﺎ
 
اﳋﺎرج ﻋﻦ
 
اﳌﻮﺿﻊ
 
اﻧﻘﻄﺎﻋﻪ ﻋﻦ اﻟﻌﻤﺮان أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ

Sholat Jumat tidak disyaratkan harus didirikan di masjid atau tempat yang memiliki atap, tetapi boleh juga didirikan di tanah lapang yang masih berada di dalam garis batas kota atau desa. Adapun tempat yang sudah keluar dari garis batas kota atau desa, yaitu tempat yang apabila seseorang telah melewatinya maka ia boleh mengqosor atau menjamak sholat, maka tidak diperbolehkan mendirikan sholat Jumat disana, meskipun terasingkan dari keramaian, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.
 
)و( اﳉﻤﺎﻋﺔ ﰱ اﳉﻤﻌﺔ ﻓﺮض ﻋﲔ أﻳﻀﺎ )ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻧﻮى اﻹﻗﺎﻣﺔ ﻋﻨﺪﻫﻢ( أى اﳌﺬﻛﻮرﻳﻦ
)أرﺑﻌﺔ أﻳﺎم ﺻﺤﺎح( ﻟﻜﻦ ﻻ ﺗﻨﻌﻘﺪ اﳉﻤﻌﺔ ﺑﻪ وﺗﺼﺢ ﻣﻨﻪ

Jamaah sholat Jumat juga fardhu ain atas orang yang berniat mukim bersama penduduk yang menetap selama 4 (empat) hari. Akan tetapi sholat Jumat tidak sah dengannya dan sah darinya.108

)و( ﻓﺮض ﻋﲔ أﻳﻀﺎ )ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺑﻠﻐﻪ ﻧﺪاء ﺻﻴﺖ( أى أذان ﺷﺨﺺ ﻗﻮى اﻟﺼﻮت )ﻣﻦ( واﻗﻒ ﰱ )ﻃﺮف ﻳﻠﻴﻪ( ﻻ ﻃﺮف آﺧﺮ وﻻ وﺳﻂ اﻟﺒﻠﺪ )ﻣﻦ ﺑﻠﺪﻫﺎ( أى ﻣﻦ ﳏﻞ ﺗﻘﺎم ﻓﻴﻪ اﳉﻤﻌﺔ واﳌﻌﺘﱪ ﲰﺎع واﺣﺪ ﻓﺄﻛﺜﺮ ﻣﻦ ذﻟﻚ اﶈﻞ ﺑﺎﻟﻘﻮة وﻻ ﺑﺎﻟﻔﻌﻞ ﻣﻊ اﻋﺘﺪال اﻟﺼﻮت واﺳﺘﻮاء اﳌﻜﺎن وﻋﺪم اﳌﺎﻧﻊ ﻣﻦ ﻫﻮاء وﺷﺠﺮ ﻣﺜﻼ وﻻ ﻳﻌﺘﱪ اﻟﻌﻠﻮ ﻛﺄن ﻛﺎن اﶈﻞ ﻋﻠﻰ ﻋﺎل ﻳﺴﻤﻊ أﻫﻞ اﻟﻨﺪاء ﻟﻌﻠﻮﻩ وﻟﻮ ﻓﺮض ﻋﻠﻰ ﻣﺴﺘﻮ ﱂ ﻳﺴﻤﻌﻮا ﱂ ﺗﻠﺰﻣﻬﻢ ﲞﻼف ﻋﻜﺴﻪ
أى ﻓﺘﻠﺰم اﳉﻤﻌﺔ ﻣﻦ ذﻛﺮ ﲝﻀﻮرﻩ إﱃ ﺑﻠﺪ اﳉﻤﻌﺔ ﻓﺈن ﲰﻊ اﻟﻨﺪاء ﻣﻦ ﳏﻠﲔ ﻗﺪم اﻷﻛﺜﺮ ﲨﻌﺎ ﻓﺎﻷﻗﺮب إﻟﻴﻪ ﻫﺬا إذا ﱂ ﻳﺒﻠﻎ أﻫﻞ ﺑﻠﺪﻩ أرﺑﻌﲔ
 
ذﻟﻚ
 
أﻓﺎد
 
ﻏﲑﻩ
 
ﺻﻠﻮﻫﺎ ﰱ
 
وإن
 
ﻣﻨﻬﺎ
 
ﺗﻌﻄﻴﻠﻪ
 
ﻋﻠﻴﻪ
 
وﳛﺮم
 
ﺑﻠﺪﻩ
 
اﳉﻤﻌﺔ ﰱ
 
ﻟﺰﻣﺘﻬﻢ
 
وإﻻ
 
اﻟﺸﺮﻗﺎوى
Jamaah sholat Jumat juga fardhu ain atas orang yang mendengar suara adzan Jumat dari pinggir wilayah dimana sholat Jumat didirikan. Patokan kewajiban sholat Jumat karena mendengar adzan (al-mu’tabar) adalah dengan mendengarnya satu orang atau lebih dari pinggir wilayah tersebut secara quwwah, bukan kenyataannya, disertai dengan suara adzan yang sedang, datarnya wilayah, dan tidak adanya penghalang yang menghalang-halangi mendengar suara adzan tersebut, seperti; angin, pohon.
Adapun tingginya wilayah tidak menjadi patokan untuk diwajibkannya sholat Jumat, artinya, sehingga apabila orang yang adzan berada di wilayah tinggi, kemudian penduduk berada wilayah datar, lalu

108 Contoh: Apabila jumlah laki-laki yang menetap ada 39 orang, kemudian menjadi 40 dengan adanya satu orang yang bermukim selama 4 (empat) hari. Maka apabila mereka mendirikan sholat Jumat maka sholat Jumat  dak sah karena syaratnya adalah 40 laki-laki yang semuanya berstatus sebagai warga menetap. Berbeda apabila laki-laki yang sebagai warga menetap sudah berjumlah 40 atau lebih. Kemudian satu orang yang mukim selama 4 (empat) hari ikut mendirikan sholat Jumat. Maka sholat Jumat dari satu orang mukim tersebut sudah mencukupinya, maksudnya, sudah sah.
 
mereka mendengar suara adzannya karena tingginya wilayah adzan yang andai orang yang adzan tersebut berada di wilayah yang datar maka mereka tidak bisa mendengarnya, maka sholat Jumat tidak wajib atas mereka. Berbeda dengan sebaliknya, artinya, mereka berada di wilayah tinggi dan muadzin berada di wilayah datar dan mereka mendengar adzannya, maka wajib atas mereka sholat Jumat.
Apabila seseorang mendengar adzan Jumat dari dua tempat maka secara urut, ia mendahulukan untuk menghadiri tempat Jumat yang lebih banyak jamaahnya, kemudian menghadiri tempat Jumat yang lebih dekat baginya. Urutan pilihan ini adalah ketika penduduk di tempat Jumat-nya sendiri telah mencapai 40 orang. Jika belum mencapai 40 orang maka wajib atas-mereka menghadiri tempat Jumat-nya sendiri dan diharamkan atas- mereka untuk mengosongkan sholat Jumat dari tempatnya sendiri meskipun mereka telah sholat Jumat di tempat lain (selain tempatnya sendiri), seperti yang difaedahkan oleh Syarqowi.109

5.    Syarat Sah Sholat Jumat
)وﺷﺮﻃﻬﺎ( أى ﺷﺮط ﺻﺤﺔ اﳉﻤﻌﺔ أرﺑﻌﺔ اﻷول )وﻗﺖ اﻟﻈﻬﺮ( ﻓﻴﺸﱰط اﻟﺘﺤﺮم ﺎ وﻫﻮ
ﺑﺎق ﲝﻴﺚ ﻳﺴﻌﻬﺎ ﲨﻴﻌﻬﺎ ﻓﻠﻮ ﺿﺎق ﻋﻨﻬﺎ ﺑﺄن ﱂ ﻳﺒﻖ ﻣﻨﻪ ﻣﺎ ﻳﺴﻊ ﺧﻄﺒﺘﲔ ورﻛﻌﺘﲔ أﺣﺮم
اﻟﻘﻮم ﺑﺎﻟﻈﻬﺮ






109 Contoh: Ada seseorang tinggal menetap di wilayah A yang berdampingan dengan wilayah B. Di wilayah A terdapat penduduk yang berjumlah 50 orang. Sedangkan di wilayah B terdapat 60 orang. Maka apabila seseorang tersebut mendengar adzan Jumat dari wilayah A sendiri dan juga dari wilayah B maka ia lebih utama menghadiri sholat Jumat di wilayah B karena jamaahnya lebih banyak.
Sedangkan apabila jumlah penduduk di wilayah A dan B sama, misalnya; sama-sama berjumlah 50 orang, maka orang tersebut lebih utama menghadiri sholat Jumat di wilayah yang lebih dekat baginya.
Berbeda apabila ada seseorang tinggal menetap di wilayah A yang berdampingan dengan wilayah B. Di wilayah A terdapat 40 orang termasuk dirinya, sedangkan di wilayah B terdapat 60 orang. Maka apabila seseorang tersebut mendengar adzan Jumat dari wilayah A sendiri dan juga dari wilayah B maka ia WAJIB menghadiri sholat Jumat di wilayah A karena ia diharamkan mengosongkan sholat Jumat di wilayah A sebab kalau ia pergi ke wilayah B maka jumlah penduduk di wilayah A menjadi 39 orang. Wallahu a’lam
 
وﻟﻮ ﺷﻜﻮا ﰱ ﺧﺮوج اﻟﻮﻗﺖ ﺑﻌﺪ اﺣﺮاﻣﻬﻢ أﲤﻮﻫﺎ ﲨﻌﺔ وإن ﻛﺎن ﻣﺎﻧﻌﺎ ﻣﻦ اﻧﻌﻘﺎدﻫﺎ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ ﰱ ﺷﺮح ﻫﺪﻳﺔ اﻟﻨﺎﺻﺢ وﻗﺎل اﳊﺼﲎ وﻟﻮ ﺧﺮج اﻟﻮﻗﺖ وﻫﻢ ﻓﻴﻬﺎ أﲤﻮﻫﺎ ﻇﻬﺮا
وإن ﺻﻠﻮا رﻛﻌﺔ ﰱ اﻟﻮﻗﺖ وﻟﻮ ﺷﻜﻮا ﻫﻞ ﺧﺮج اﻟﻮﻗﺖ أم ﻻ ﱂ ﻳﺸﺮﻋﻮا ﰱ اﳉﻤﻌﺔ وﺻﻠﻮا ﻇﻬﺮا ﻧﺺ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺸﺎﻓﻌﻰ
ﰱ اﻷم

Syarat sah sholat Jumat adalah 4, yaitu:

a)    Waktu Dzuhur

Jadi, disyaratkan takbiratul ihram dari sholat Jumat dilakukan selama waktu Dzuhur, sekira waktunya masih muat atau cukup untuk melakukan dua khutbah dan dua rakaat sholat Jumat. Apabila waktu Dzuhur sudah tidak cukup untuk melakukan dua khutbah dan dua rakaat maka orang-orang bertakbiratul ihram dengan niatan sholat Dzuhur.
Apabila orang-orang ragu tentang habisnya waktu Dzuhur setelah mereka bertakbiratul ihram sholat Jumat maka mereka tetap menyelesaikan sholat Jumat tersebut meskipun keraguan itu mencegah keabsahannya, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli di dalam kitab Syarah Hadiah an- Nashih.
Al-Hisni berkata, “Apabila waktu Dzuhur diketahui (secara yakin atau sangkaan) telah habis padahal orang-orang tengah melakukan sholat Jumat maka mereka harus menyelesaikannya dengan sholat Dzuhur meskipun mereka telah mendapati satu rakaat sholat Jumat di waktu Dzuhur.”110



110 Contoh: Orang-orang melakukan sholat Jumat dan telah memperoleh satu rakaat. Kemudian sebelum selesai dari sholat Jumat, waktu Dzuhur diketahui telah habis. Maka mereka wajib meneruskan (itmam) sholat Jumat dengan sholat Dzuhur. Artinya, karena mereka telah mendapat satu rakaat, maka mereka menambah 3 ( ga) rakaat lagi. Tidak diwajibkan berniat itmam al-Jumah Dzuhron (menyempurnakan sholat Jumat sebagai sholat Dzuhur), tetapi berniat demikian disunahkan, seperti yang dijelaskan oleh Syarih di dalam kitabnya Kasyifah as-Saja. Ibarotnya adalah:
ﻓﺈن ﺧﺮج اﻟﻮﻗﺖ ﻳﻘﻴﻨﺎ أو ﻇﻨﺎ ﲞﱪ ﻋﺪل أو ﻓﺎﺳﻖ وﻗﻊ ﰱ اﻟﻘﻠﺐ ﺻﺪﻗﻪ ﻗﺒﻞ ﺳﻼﻣﻪ وﺟﺐ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻈﻬﺮ ﺑﻨﺎء ﻻ اﺳﺘﺌﻨﺎﻓﺎ ﻛﻐﲑﻩ ﻣﻦ اﻷرﺑﻌﲔ وإن ﻛﺎﻧﺖ ﲨﻌﺘﻪ ﺗﺎﺑﻌﺔ ﳉﻤﻌﺔ ﺻﺤﻴﺤﺔ ﻓﺤﻴﻨﺌﺬ ﻳﺴﺮ ﺑﺎﻟﻘﺮاءة وﻻ
ﳛﺘﺎج إﱃ ﻧﻴﺔ اﻻﲤﺎم ﻧﻌﻢ ﻳﺴﻦ ذﻟﻚ
 
Apabila sebelum melakukan sholat Jumat, orang-orang ragu tentang apakah waktu Dzuhur telah habis atau belum maka mereka tidak boleh memulai sholat Jumat melainkan mereka sholat Dzuhur. Demikian ini dinash oleh asy-Syafii di dalam kitabnya al-Umm.
b)    Dua Khutbah Sebelum Sholat Jumat.

)و( اﻟﺜﺎﱏ )ﺧﻄﺒﺘﺎن ﻗﺒﻠﻬﺎ( أى ﺻﻼة اﳉﻤﻌﺔ )ﻓﻴﻪ( أى ﰱ وﻗﺖ اﳉﻤﻌﺔ وﻫﻮ ﻣﺎ ﺑﻌﺪ اﻟﺰوال ﻓﻠﻮ أوﻗﻊ ﺣﺮﻓﺎ ﻣﻨﻬﺎ ﻗﺒﻠﻪ ﱂ ﺗﺼﺢ ﻟﺜﺒﻮت ذﻟﻚ ﻋﻦ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ
 
أى اﳋﻄﺒﺘﲔ )اﻷرﺑﻌﻮن( واﳌﺮاد ﺑﺬﻟﻚ
 
)ﻳﺴﻤﻌﻬﻤﺎ(
 
اﻟﺮﻣﻠﻰ
 
ﺣﻜﺎﻩ
 
ﰱ اﻟﺼﺤﻴﺤﲔ
 
ﻛﻤﺎ
 
اﻻﺳﺘﻤﺎع ﺑﺎﻟﻘﻮة ﻻ ﺑﺎﻟﻔﻌﻞ ﺑﺪﻟﻴﻞ اﺳﺘﺤﺒﺎب اﻹﺻﻐﺎء وﻟﻮ ﺧﻄﺐ ﺳﺮا أو رﻓﻊ ﺻﻮﺗﻪ ﻟﻜﻦ ﻛﺎﻧﻮا أو ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺻﻤﺎ أو ﺑﻌﺪوا ﻣﻨﻪ ﻓﻠﻢ ﻳﺴﺘﻤﻌﻮا ﻟﻪ ﱂ ﺗﺼﺢ ﻋﻠﻰ اﻟﺼﺤﻴﺢ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ ﻗﺎﻟﻪ ﺳﻠﻴﻤﺎن اﳉﻤﻞ ﻧﻘﻼ ﻋﻦ اﳊﻠﱮ
Syarat sah sholat Jumat yang kedua adalah melakukan dua khutbah terlebih dahulu di waktu Dzuhur sebelum sholat Jumat, yaitu waktu setelah tergelincirnya matahari ke arah barat. Apabila khotib menjatuhkan satu huruf saja dari khutbah sebelum waktu Dzuhur masuk maka khutbahnya tidak sah karena adanya ketetapan dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, seperti yang disebutkan di dalam kitab Shohih Bukhori dan Shohih Muslim. Demikian ini dikisahkan oleh ar-Romli.

Diwajibkan dua khutbah harus terdengar oleh 40 orang. Maksudnya, mereka mendengar dua khutbah secara quwwah111 bukan secara kenyataan, karena memperhatikan dua khutbah hukumnya sunah.
Apabila khotib berkhutbah dengan suara pelan atau ia telah mengeraskan suaranya tetapi jamaah Jumat yang berjumlah 40 orang atau sebagian dari mereka adalah yang tuli atau yang berada di tempat yang jauh dari khotib sehingga mereka tidak dapat mendengarnya, maka khutbah tidak sah menurut pendapat shohih. Demikian ini difaedahkan oleh ar-Romli, seperti yang dikatakan oleh Sulaiman al-Jamal dengan mengutip dari al- Halibi.



111 Mendengar secara quwwah adalah mendengar suara tanpa memperhitungkan apakah suara yang didengarnya dapat dipahami atau tidak. Berbeda dengan mendengar secara kenyataan.
 
)ﻓﺮع( ﻟﻮ ﺧﻄﺐ ﺷﺨﺺ وأراد أن ﻳﻘﺪم ﺷﺨﺼﺎ ﻏﲑﻩ ﻟﻴﺼﻠﻰ ﺑﺎﻟﻘﻮم ﻓﺸﺮﻃﻪ أن ﻳﻜﻮن ﳑﻦ ﲰﻊ اﳋﻄﺒﺔ وأن ﻳﻨﻮى اﳉﻤﻌﺔ إن ﻛﺎن ﻣﻦ اﻷرﺑﻌﲔ وإﻻ ﺑﺄن ﻛﺎن زاﺋﺪا ﻋﻠﻰ اﻷرﺑﻌﲔ ﻓﻼ ﻳﺸﱰط ﻋﻠﻴﻪ ﻧﻴﺔ اﳉﻤﻌﺔ إذ ﳚﻮز ﺻﻼة اﳉﻤﻌﺔ ﺧﻠﻒ ﻣﺼﻠﻰ اﻟﻈﻬﺮ اﻧﺘﻬﻰ
وﻳﻜﺮﻩ ذﻟﻚ أﻋﲎ أن ﻳﻜﻮن اﳋﻄﻴﺐ ﻏﲑ اﻹﻣﺎم أﻓﱴ ﺑﺬﻟﻚ اﻟﺸﻴﺦ اﻟﻨﺤﺮﻳﺮ اﻟﻠﻮذﻋﻰ ﳏﻤﺪ
ﺻﺎﱀ ﺑﻦ اﺑﺮاﻫﻴﻢ

[CABANG] Apabila khotib telah selesai dari khutbahnya, kemudian ia mempersilahkan orang lain untuk mengimami sholat Jumat maka syarat orang lain tersebut adalah:
-    ia termasuk orang yang mendengar khutbah.
-    ia berniat Jumat apabila ia terhitung dari 40 orang. Jika tidak, artinya, jamaah Jumat sudah berjumlah 40 orang tanpa dirinya maka tidak disyaratkan berniat Jumat karena sholat Jumat boleh dilakukan di belakang imam yang sholat Dzuhur.
Dimakruhkan kalau orang yang menjadi khotib adalah bukan imam sholat Jumat, seperti yang difatwakan oleh Syeh an-Nahrir al-Laudzai Muhammad Sholih bin Ibrahim.
c)    Sholat Jumat Dilakukan secara Berjamaah
)و( اﻟﺜﺎﻟﺚ )أن ﺗﺼﻠﻰ ﲨﺎﻋﺔ ﻢ( ﻓﻼ ﺗﺼﺢ ﻓﺮادى وﻻ ﻳﻌﺘﱪ اﻟﺴﻠﻄﺎن وﻻ إذﻧﻪ ﻓﻴﻬﺎ وﻻ
ﺗﻘﺪم اﺣﺮام اﻟﻜﺎﻣﻠﲔ ﻋﻠﻰ اﺣﺮام اﻟﻨﺎﻗﺼﲔ ﺧﻼﻓﺎ ﻟﻠﻘﺎﺿﻰ وﻣﻦ ﺗﺒﻌﻪ ﺣﻜﺎﻩ اﻟﺮﻣﻠﻰ

Jadi, sholat Jumat tidak sah dilakukan secara sendiri-sendiri. al- Mu’tabar atau keabsahan sholat Jumat yang harus dilakukan secara berjamaah tidak perlu harus disertai kehadiran sultan (pemimpin tinggi) atau izinnya dalam mendirikan sholat Jumat dan tidak perlu harus takbiratul ihramnya jamaah yang memenuhi (adab-adab sholat Jumat) mendahului takbiratul ihramnya jamaah yang kurang memenuhi (adab-adab sholat Jumat), berbeda dengan pendapat al-Qodhi dan pengikutnya yang mengharuskan dua hal tersebut. Demikian ini dikisahkan oleh ar-Romli.
 
d)    Tidak Berbarengan atau Didahului oleh Sholat Jumat Lain

)و( اﻟﺮاﺑﻊ )أن ﻻ ﺗﻘﺎر ﺎ( أى اﳉﻤﻌﺔ وﺗﺴﺒﻘﻬﺎ ﲨﻌﺔ )أﺧﺮى ﺑﺒﻠﺪﻫﺎ( وإن ﻋﻈﻤﺖ ﻓﺈن
ﻗﺎرﻧﺘﻬﺎ أو ﺳﺒﻘﺘﻬﺎ ﲨﻌﺔ ﱂ ﺗﻨﻌﻘﺪ إﻻ إذا ﻛﺜﺮت اﳉﻤﺎﻋﺔ وﻋﺴﺮ اﺟﺘﻤﺎﻋﻬﻢ ﰱ ﻣﻜﺎن واﺣﺪ ﻓﻴﺠﻮز ﺣﻴﻨﺌﺬ ﺗﻌﺪدﻫﺎ ﲝﺴﺐ اﳊﺎﺟﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﺼﺤﻴﺢ ﻻ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﻓﺈن اﻛﺘﻔﻰ ﲜﻤﻌﺘﲔ
ﱂ ﳚﺰ ﺛﺎﻟﺜﺔ وﻫﻜﺬا وﻣﻘﺎﺑﻠﻪ ﻋﺪم اﺳﺘﺜﻨﺎء ﻫﺬﻩ اﻟﺼﻮرة

Syarat sah sholat Jumat yang keempat adalah bahwa Jumatan yang didirikan tidak dibarengi atau didahului oleh Jumatan lain, yang mana kedua Jumatan tersebut sama-sama didirikan dalam satu wilayah, dengan catatan kalau memang tidak diperbolehkan mendirikan lebih dari satu Jumatan di wilayah tersebut meskipun wilayah tersebut luas. Dengan demikian, apabila Jumatan A dibarengi atau didahului oleh Jumatan B dalam satu wilayah maka Jumatan A tidak sah.
Berbeda apabila diperbolehkan mendirikan Jumatan lebih dari satu dalam satu wilayah, misalnya; karena jumlah jamaah yang sangat banyak dan tidak tertampung dalam satu tempat, maka apabila Jumatan A dibarengi atau didahului oleh Jumatan B maka Jumatan A dihukumi sah.

Mendirikan Jumatan lebih dari satu dalam satu wilayah harus disesuaikan dengan hajat, menurut pendapat shohih, artinya, apabila dalam wilayah tersebut cukup hanya dengan 2 (dua) Jumatan maka tidak boleh mendirikan Jumatan yang ketiga dan seterusnya. Sedangkan menurut pendapat muqobil ashoh, boleh mendirikan Jumatan lebih dari satu secara mutlak.

3.    Rukun-rukun Dua Khutbah Jumat

)وأرﻛﺎن اﳋﻄﺒﺘﲔ( ﲬﺴﺔ اﻷول )ﲪﺪ اﷲ( ﻟﺜﺒﻮﺗﻪ ﻋﻨﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﰱ ﺧﻄﺒﺔ اﳉﻤﻌﺔ ﻛﻤﺎ ﰱ ﻣﺴﻠﻢ ﺣﻜﺎﻩ اﻟﺮﻣﻠﻰ )و( اﻟﺜﺎﱏ )اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ( ﻷن ﻛﻞ ﻋﺒﺎدة اﻓﺘﻘﺮت إﱃ ذﻛﺮ اﷲ اﻓﺘﻘﺮت إﱃ ذﻛﺮ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻛﺎﻷذان واﻟﺼﻼة )و( اﻟﺜﺎﻟﺚ )اﻟﻮﺻﻴﺔ ﺑﺎﻟﺘﻘﻮى( ﻓﺎﻻﺣﺘﻴﺎط ذﻛﺮ ﻟﻔﻆ اﻟﻮﺻﻴﺔ ﻣﻊ ﻟﻔﻆ ِﺻْﻴ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺘَـْﻘَﻮى اﷲِ َوﻃَﺎ َﻋﺘِِﻪ وﻻﺑﺪ ﻣﻦ اﻻﺗﻴﺎن ﺑﺎﳊﻤﺪ واﻟﺼﻼة ﻣﻊ اﳊﺚ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ اﻟﻌﺼﻴﺔ )ﻓﻴﻬﻤﺎ( أى ﰱ ﻛﻞ ﻣﻦ اﳋﻄﺒﺘﲔ ﻗﻄﻌﺎ )و( اﻟﺮاﺑﻊ )آﻳﺔ ﻣﻔﻬﻮﻣﺔ( اﻟﻄﺎﻋﺔ ﻛﺄُْو ﻃﺎﻋﺘﻪ واﳌﻨﻊ
 
وﻟﻮ ﻗﺼﲑة ﻓﻠﻮ ﻗﺮأ ﰒ ﻧﻈﺮ ﻓﻼ ﲡﺰﺋﻪ )ﰱ اﺣﺪاﳘﺎ( ﻟﻜﻦ اﻷوﱃ أن ﺗﻜﻮن ﰱ اﳋﻄﺒﺔ اﻷوﱃ
 
ﻓﺈﻧﻪ
 
ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ
 
اﻟﺘﻌﺎدل
 
ﻓﻴﺤﺼﻞ
 
ﰱ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ
 
واﳌﺆﻣﻨﺎت
 
ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﲔ
 
اﻟﺪﻋﺎء
 
ﻣﻘﺎﺑﻠﺔ
 
ﻟﺘﻜﻮن ﰱ
 
ﺣﻴﻨﺌﺬ ﻳﻜﻮن ﰱ ﻛﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ أرﺑﻌﺔ أرﻛﺎن )و( اﳋﺎﻣﺲ )اﻟﺪﻋﺎء ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﲔ( أى واﳌﺆﻣﻨﺎت أﻳﻀﺎ ﻓﺎﳌﺮاد ﺑﺎﳌﺆﻣﻨﲔ اﳉﻨﺲ وﻳﻜﻔﻰ ﻣﻨﻪ ﻣﺎ ﻳﻘﻊ ﻋﻠﻴﻬﻢ اﻻﺳﻢ وﻟﻮ رﲪﻜﻢ اﷲ )ﰱ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ( ﻟﻜﻮﻧﻪ ﻻﺋﻘﺎ ﲝﺎﻟﺔ اﳋﺘﺎم
Rukun-rukun dua khutbah Jumat ada 5 (lima), yaitu:

1)    Memuji Allah, dikarenakan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama juga melakukannya di dalam khutbah Jumat, seperti hadis yang diriwayatkan oleh Muslim. Demikian ini diceritakan oleh ar-Romli.
2)    Bersholawat atas Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallama, karena setiap ibadah yang membutuhkan menyebut Allah maka membutuhkan pula menyebut Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, seperti; adzan dan sholat.
3)    Berwasiat takwa. Untuk tujuan ihtiat atau berhati-hati, kata wasiat
beserta takwa disebutkan, seperti;
أُْو ِﺻْﻴ ُﻜ ْﻢ ﺑِﺘَـْﻘَﻮى اﷲِ َوﻃَﺎ َﻋﺘِِﻪ
Aku berwasiat kepada kalian untuk takwa dan taat kepada Allah.
Diwajibkan mengucapkan pujian kepada Allah dan bersholawat atas Nabi disertai dengan memotivasi jamaah untuk sanantiasa taat kepada Allah dan menjauhi maksiat di masing-masing dua khutbah.
4)    Membaca satu ayat al-Quran yang dapat dipahami meskipun pendek. Apabila khotib membaca satu ayat (yang tidak dipahami), kemudian ia berpikir untuk memahaminya, maka ayat yang dibacanya belum mencukupinya. Rukun khutbah ini dilakukan di salah satu dari dua khutbah Jumat, tetapi yang lebih utama yaitu dilakukan di khutbah yang pertama agar ayat yang dibaca menjadi pembanding rukun yang berupa doa untuk orang-orang mukminin dan mukminat di khutbah yang kedua sehingga akan menghasilkan keseimbangan antara dua khutbah, yakni masing-masing dua khutbah memiliki 4 (empat) rukun.
5)    Mendoakan orang-orang mukminin dan juga mukminat. Yang dimaksud dengan lafadz ‘mukminin’ adalah isim jenis. Mendoakan mereka sudah dianggap mencukupi meskipun dengan semisal, ‘ رﺣﻤﻜﻢ ﷲ’. Rukun mendoakan ini dilakukan di khutbah kedua karena menyesuaikan keadaan susunan khutbah, yaitu penutup.
 
4.    Syarat-syarat Dua Khutbah Jumat

 
اﻷﺻﻐﺮ
 
اﳊﺪﺛﲔ( أى
 
)اﻟﻄﻬﺎرة ﻋﻦ
 
أﺣﺪﳘﺎ
 
أﺷﻴﺎء
 
ﺳﺒﻌﺔ
 
أى اﳋﻄﺒﺘﲔ
 
)وﺷﺮوﻃﻬﻤﺎ(
 
واﻷﻛﱪ )وﻋﻦ اﻟﻨﺠﺎﺳﺔ( اﻟﱴ ﻻ ﻳﻌﻔﻰ ﻋﻨﻬﺎ )ﰱ اﻟﺒﺪن واﳌﻜﺎن واﶈﻤﻮل( ﻣﻦ ﺛﻮب وﻏﲑﻩ )و( ﺛﺎﻧﻴﻬﺎ )ﺳﱰ اﻟﻌﻮرة( ﺑﻨﺎء ﻋﻠﻰ أ ﺎ ﺑﺪل ﻋﻦ رﻛﻌﺘﲔ )و( ﺛﺎﻟﺜﻬﺎ )اﻟﻘﻴﺎم( أى ﻓﻴﻬﻤﺎ ﻣﻊ اﻟﻘﺪرة ﻋﻠﻴﻪ ﻟﻼﺗﺒﺎع ﻓﺈن ﻋﺠﺰ ﻋﻨﻪ ﺧﻄﺐ ﻗﺎﻋﺪا وﻓﺼﻞ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﺑﺴﻜﺘﺔ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ
)و( راﺑﻌﻬﺎ )اﳉﻠﻮس ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ( ﻟﻼﺗﺒﺎع ﰱ ذﻟﻚ واﻟﻄﻤﺄﻧﻴﻨﺔ ﻓﻴﻪ واﺟﺒﺔ ﻓﻠﻮ ﺗﺮﻛﻬﺎ ﻟﺰﻣﻪ اﻟﻌﻮد
 
)اﻟﻮﻻء ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ( أى
 
ﺧﺎﻣﺴﻬﺎ
 
(و)
 
ﻧﺒﻪ ﻋﻠﻰ ذﻟﻚ أﲪﺪ اﻟﺰاﻫﺪ واﻟﺮﻣﻠﻰ
 
إﻟﻴﻪ ﻣﻄﻤﺌﻨﺎ
 
اﳋﻄﺒﺘﲔ ﺑﺄن ﻻ ﻳﻄﻮل ﻓﺼﻞ ﻋﺮﻓﺎ وﺿﺒﻂ ﻃﻮﻟﻪ ﺑﻘﺪر رﻛﻌﺘﲔ ﺑﺄﺧﻒ ﳑﻜﻦ ﻓﺈن ﻧﻘﺺ ﻋﻦ ذﻟﻚ ﱂ ﻳﻀﺮ )و( ﺳﺎدﺳﻬﺎ اﻟﻮﻻء )ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ وﺑﲔ اﻟﺼﻼة( وﻫﻮ ﻛﻤﺎ ﺗﻘﺪم )و( ﺳﺎﺑﻌﻬﺎ )أن
ﻳﻜﻮﻧﺎ( اﳋﻄﺒﺘﺎن )ﺑﺎﻟﻌﺮﺑﻴﺔ(

Syarat-syarat dua khutbah Jumat ada 7 (tujuh), yaitu:

1)    Suci dari hadas kecil dan besar dan suci dari najis yang tidak dima’fu pada tubuh, tempat, dan barang yang dibawa, seperti; pakaian dan lainnya.
2)    Menutup aurat karena atas dasar pendapat bahwa khutbah merupakan pergantian dari dua rakaat (dari 4 rakaat Dzuhur).
3)    Berdiri di masing-masing dua khutbah jika khotib mampu berdiri karena mengikuti contoh dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Apabila khotib tidak mampu berdiri maka ia berkhutbah dengan posisi duduk, kemudian di antara dua khutbah, ia memisah mereka dengan diam sebentar, seperti yang difaedahkan oleh ar- Romli.
4)    Duduk di antara dua khutbah karena mengikuti Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Tumakninah di saat duduk adalah hal yang wajib. Apabila khotib tidak melakukan tumakninah pada saat duduk, kemudian ia terlanjur sudah berdiri lagi, maka ia wajib kembali duduk sambil bertumahkninah.
5)    Muwalah atau berturut-turut di antara dua khutbah, sekiranya khotib tidak memisah antara keduanya selama waktu yang menurut urf lama. Batasan memisah yang lama adalah seukuran kurang lebih melakukan dua rakaat sholat yang paling ringan. Maka apabila khotib memisah keduanya selama waktu yang lamanya masih dibawah seukuran dua rakaat sholat tersebut maka tidak apa-apa.
 
6)    Muwalah antara dua khutbah dan sholat Jumat, seperti yang telah disebutkan tentang pengertian dan batasan istilah muwalah.
7)    Dua khutbah dilakukan dengan menggunakan Bahasa Arab.
)ﺗﻨﺒﻴﻪ( ﻗﺎل أﲪﺪ اﻟﺰاﻫﺪ وﳏﻤﺪ اﻟﺮﻣﻠﻰ واﺧﺘﻠﻒ ﰱ اﳚﺎب أﻣﻮر ﰱ اﳋﻄﺒﺔ ﻣﻨﻬﺎ ﻛﻮن
اﻷرﻛﺎن اﳌﺸﱰط اﲰﺎﻋﻬﺎ )ﺑﺎﻟﻌﺮﺑﻴﺔ( واﳌﺮاد ﺑﺬﻟﻚ ﻏﲑ رﻛﻦ اﻟﻘﺮاءة أﻣﺎ ﻫﻰ ﻓﻼ ﺗﻜﻮن إﻻ ﺑﺎﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻗﻄﻌﺎ ﻓﻠﻮ ﱂ ﻳﻜﻦ ﻓﻴﻬﻢ ﻣﻦ ﳛﺴﻦ اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻓﻬﻮ ﻛﺎﻟﻌﺎﺟﺰ ﻋﻦ اﻟﺘﻜﺒﲑ ﻓﺈن ﻣﻀﺖ ﻣﺪة ﻻﻣﻜﺎن اﻟﺘﻌﻠﻢ وﱂ ﻳﺘﻌﻠﻤﻮا ﻋﺼﻮا ﻛﻠﻬﻢ وﻻ ﲨﻌﺔ ﳍﻢ وﻟﻮ ﲰﻌﻮا اﳋﻄﺒﺔ وﱂ ﻳﻔﻬﻤﻮا
ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ ﺻﺤﺖ وﻣﻨﻬﺎ ﻧﻴﺔ اﳋﻄﺒﺔ وﻧﻴﺔ ﻓﺮﺿﻴﺘﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻗﺎﻟﻪ اﻟﻘﺎﺿﻰ ﺣﺴﲔ واﻷﺻﺢ
ﺧﻼﻓﻪ وﻣﻨﻬﺎ اﻟﱰﺗﻴﺐ ﺑﲔ اﻷرﻛﺎن اﻟﺜﻼﺛﺔ ﺑﺄن ﻳﻜﻮن اﳌﺒﺪوء ﺑﻪ اﳊﻤﺪ ﷲ ﰒ اﻟﺼﻼة ﰒ اﻟﻮﺻﻴﺔ واﻷﺻﺢ ﻋﺪم ذﻟﻚ وﻻ ﳚﺐ اﻟﱰﺗﻴﺐ ﺑﲔ اﻟﻘﺮاءة واﻟﺪﻋﺎء وﻻ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ وﺑﲔ ﻏﲑﳘﺎ
اﻧﺘﻬﻰ
[TANBIH] Ahmad az-Zahid dan ar-Romli berkata, “Masih terdapat perselisihan di kalangan ulama tentang kewajiban beberapa hal di dalam dua khutbah Jumat, diantaranya adalah;
    Rukun-rukun yang disyaratkan memperdengarkannya kepada jamaah harus dengan Bahasa Arab, maksudnya, rukun-rukun selain membaca ayat. Adapun rukun membaca ayat maka tanpa adanya perselisihan pendapat di kalangan ulama, diwajibkan dengan Bahasa Arab. Apabila dari kalangan jamaah tidak ada seorangpun yang bagus berbahasa Arab maka ia dihukumi seperti orang yang tidak mampu bertakbiratul ihram dalam sholat dengan Bahasa Arab, artinya, ia wajib menerjemahkan ke bahasa lain. Andaikan masih ada waktu yang memungkinkan untuk belajar (rukun-rukun khutbah dengan Bahasa Arab) terlebih dahulu, tetapi mereka tidak belajar sama sekali, maka mereka semua berdosa dan tidak diwajibkan melakukan sholat Jumat. Apabila jamaah Jumat mendengar khutbah tetapi tidak paham isinya maka khutbah tetap sah.
    Berniat khutbah dan sifat kefardhuannya. Kewajiban ini menurut pendapat yang dikatakan oleh al-Qodhi Husain. Sedangkan menurut pendapat ashoh, berniat khutbah dan sifat kefardhuannya tidaklah wajib.
    Tertib antara 3 (tiga) rukun khutbah, yaitu mengawali dengan memuji Allah, kemudian bersholawat atas Nabi, kemudian berwasiat takwa dan taat. Menurut pendapat ashoh, tidak diwajibkan tertib antara 3
 
(tiga) rukun tersebut. Begitu juga tidak diwajibkan tertib antara rukun membaca ayat dan doa dan antara keduanya dan rukun-rukun lain.
Sampai sinilah, tanbih berakhir.

ﻓﺼﻞ( ﻓﻰ ﺷﺮوط اﻻﻗﺘﺪاء

 BAGIAN KEDUA PULUH (FASAL) SYARAT-SYARAT IQTIDAK (BERMAKMUM)
Syeh Nawawi al-Banteni rahimahullah berkata;

)ﳚﺐ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﻦ ﺻﻠﻰ ﻣﻘﺘﺪﻳﺎ ﰱ ﲨﻌﺔ أو ﻏﲑﻫﺎ( ﺳﺒﻌﺔ أﻣﻮر أﺣﺪﻫﺎ )أن ﻻ ﻳﺘﻘﺪم(
 
اﳌﺘﺼﻒ ﺑﻮاﺣﺪ ﻣﻦ
 
)ﻋﻠﻰ إﻣﺎﻣﻪ(
 
اﳌﺄﻣﻮم اﻟﻘﺎﺋﻢ أو اﻟﻘﺎﻋﺪ أو اﳌﻀﻄﺠﻊ أو اﳌﺴﺘﻠﻘﻰ
 
ﻫﺆﻻء اﻷرﺑﻊ ﻓﺎﳉﻤﻠﺔ ﺳﺖ ﻋﺸﺮة )ﰱ اﳌﻮﻗﻒ( أى ﰱ اﳌﻜﺎن اﻟﺬى وﻗﻒ ﻋﻠﻴﻪ

Diwajibkan bagi setiap musholli yang bermakmum, baik dalam sholat Jumat atau lainnya, 7 (tujuh) perkara, yaitu:
1.    Makmum tidak lebih maju posisinya daripada posisi imam Maksudnya, syarat iqtidak yang pertama adalah bahwa makmum
yang sholat dengan berdiri, atau duduk, atau tidur miring, atau berbaring,
tidak lebih maju posisinya daripada posisi imamnya yang juga sholat dengan berdiri, atau duduk, atau tidur miring, atau berbaring. Jadi, jumlah bentuk lebih majunya makmum daripada imamnya ada 16.

وﻻ ﺗﻀﺮ ﻣﺴﺎوﺗﻪ ﻟﻜﻨﻬﺎ ﺗﻜﺮﻩ وﺗﻔﻮت ﻓﻀﻴﻠﺔ اﳉﻤﺎﻋﺔ وﻫﻰ اﻟﺴﺒﻊ واﻟﻌﺸﺮون درﺟﺔ أى
ﺻﻼة
Apabila musholli mensejajarkan posisi sholatnya dengan posisi imamnya maka tidak apa-apa (tidak membatalkan), tetapi dimakruhkan dan menghilangkan keutamaan jamaah yang mana keutamaan tersebut adalah 27 derajat (sholatan).

)واﻻﺣﺮام( ﻓﻴﺤﺮم ﺗﻘﺪم اﺣﺮاﻣﻪ ﻋﻠﻰ اﺣﺮام إﻣﺎﻣﻪ )ﺑﻞ ﺗﺒﻄﻞ اﳌﻘﺎرﻧﺔ( وﲤﻨﻊ ﻣﻦ اﻻﻧﻌﻘﺎد
إذا ﻛﺎﻧﺖ )ﰱ اﻻﺣﺮام( وﻟﻮ ﺷﻜﺎ ﻓﻴﺠﺐ أن ﻳﺘﺄﺧﺮ اﺑﺘﺪاء ﲢﺮم اﳌﺄﻣﻮم ﻋﻦ ﲤﺎم ﲢﺮم
اﻹﻣﺎم ﻳﻘﻴﻨﺎ أو ﻇﻨﺎ أﻓﺎد ذﻟﻚ ﻋﻄﻴﺔ
Diharamkan bagi makmum mendahulukan takbiratul ihramnya daripada takbiratul ihram imam, bahkan apabila takbiratul ihramnya
 
berbarengan dengan takbiratul ihram imam maka sholatnya tidak sah, meskipun ia ragu apakah takbiratul ihramnya berbarengan dengan takbiratul ihram imam atau tidak. Oleh karena itu, makmum diwajibkan mengakhirkan takbiratul ihramnya, artinya, ia harus bertakbiratul ihram setelah ia yakin atau menyangka (dzon) bahwa imam telah selesai dari takbiratul ihramnya, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.

)وﺗﻜﺮﻩ( أى اﳌﻘﺎرﻧﺔ )ﰱ ﻏﲑﻩ( أى اﻻﺣﺮام ﻣﻦ اﻟﺴﻼم واﻷﻓﻌﺎل وﺗﻔﻮت ﻓﻀﻴﻠﺔ اﳉﻤﺎﻋﺔ ﻓﻴﻤﺎ ﻗﺎرن اﻹﻣﺎم ﻓﻴﻪ ﻓﻘﻂ ﻓﺈذا ﻗﺎرﻧﻪ ﰱ اﻟﺮﻛﻮع ﻣﺜﻼ ﻛﺎن ﻛﺮﻛﻮع اﻟﻔﺬ ﲞﻼف ﻏﲑﻩ
ﻛﺎﻟﺴﺠﻮد ﻓﺴﺒﻊ وﻋﺸﺮون أﻓﺎد ذﻟﻚ ﻋﻄﻴﺔ
Dimakruhkan bagi makmum membarengi imam di selain takbiratul ihram, seperti membarengi salam dan perbuatan-perbuatan sholat. Ketika berbarengan maka keutamaan jamaah hilang dari rukun yang dibarengkan itu. Jadi, ketika makmum membarengkan rukuk, misalnya, dengan rukuk imam, maka rukuk makmum tersebut seolah-olah rukuk yang dilakukan dalam sholat sendirian. Berbeda dengan sujud, karena apabila makmum membarengkan sujudnya dengan sujud imam maka sujud makmum tersebut masih memiliki 27 derajat, seperti yang difaedahkan oleh Athiah.

)إﻻ اﻟﺘﺄﻣﲔ( ﻓﺈن اﳌﻘﺎرﻧﺔ ﻓﻴﻪ ﻣﻨﺪوﺑﺔ

Berbeda dengan membaca amin, maka disunahkan makmum berbarengan dengan imam.

)وﳛﺮم ﺗﻘﺪﻣﻪ( أى اﳌﺄﻣﻮم ﻋﻠﻰ اﻹﻣﺎم )ﺑﺮﻛﻦ ﻓﻌﻠﻰ( ﺗﺎم ﻛﺄن رﻛﻊ ورﻓﻊ واﻹﻣﺎم ﻗﺎﺋﻢ

Diharamkan bagi makmum mendahului imam dengan satu rukun fi’li (rukun yang berupa perbuatan), misalnya; makmum telah selesai rukuk dan akan mengangkat kepalanya, sedangkan imam masih berdiri sebelum rukuk (dan hendak rukuk).
)وﺗﺒﻄﻞ( أى اﻟﺼﻼة ﺑﺎﻟﺘﻘﺪم ﻋﻠﻴﻪ )ﺑﺮﻛﻨﲔ( أى ﻓﻌﻠﻴﲔ وﻟﻮ ﻏﲑ ﻃﻮﻳﻠﲔ ﻛﺮﻛﻮع واﻋﺘﺪال واﻟﺘﻘﺪم  ﻤﺎ ﻳﻘﺎس ﰱ اﻟﺘﺼﻮﻳﺮ واﻟﺘﻤﺜﻴﻞ ﲟﺎ ﻳﺄﺗﻰ ﰱ اﻟﺘﺄﺧﺮ  ﻤﺎ ﺧﻼﻓﺎ ﻟﻠﻌﺮاﻗﻴﲔ ﻓﺈ ﻢ ﻣﺜﻠﻮا ذﻟﻚ ﲟﺎ إذا رﻛﻊ ﻗﺒﻞ اﻹﻣﺎم ﻓﻠﻤﺎ أراد أن ﻳﺮﻛﻊ رﻓﻊ ﻓﻠﻤﺎ أراد أن ﻳﺮﻓﻊ ﺳﺠﺪ وﻫﻮ
ﲤﺜﻴﻞ ﺿﻌﻴﻒ ﻓﻼ ﻳﺼﺢ ﻗﻴﺎس اﻟﺘﺨﻠﻒ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﺈﻧﻪ ﺗﻘﺪم ﺑﺮﻛﻦ ﻓﻘﻂ أﻓﺎد ذﻟﻚ ﻋﻄﻴﺔ
 
Apabila ia mendahului imam dengan dua rukun fi’li meskipun bukan termasuk rukun-rukun yang panjang (lama), seperti rukuk dan i’tidal, maka sholatnya batal. Dalam prakteknya, contoh mendahului dua rukun fi’li diqiyaskan (dianalogikan) dengan contoh melambatkan dua rukun fi’li dari gerakan imam, seperti yang akan dijelaskan. Berbeda dengan pendapat para ulama Irak, karena mereka mencontohkan kasus mendahului imam dengan dua rukun fi’li semisal; ada makmum rukuk sebelum imam, kemudian ketika imam hendak rukuk, makmum mengangkat kepalanya, kemudian ketika imam hendak mengangkat kepalanya dari rukuk, makmum mulai bersujud. Contoh yang mereka deskripsikan adalah contoh yang dhoif dan tidak sah mengqiyaskan padanya karena contoh tersebut merupakan contoh mendahului satu rukun saja, bukan dua rukun, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.
)وﻛﺬا اﻟﺘﺄﺧﺮ( أى اﻟﺘﺨﻠﻒ )ﻋﻨﻪ( أى اﻹﻣﺎم ) ﻤﺎ( أى ﺑﺮﻛﻨﲔ ﻓﻌﻠﻴﲔ وﻟﻮ ﻏﲑ ﻃﻮﻳﻠﲔ
ﻛﻤﺎ ﻣﺮ ﻛﺄن اﺑﺘﺪأ إﻣﺎﻣﻪ ﻫﻮى اﻟﺴﺠﻮد وﻫﻮ ﰱ ﻗﻴﺎم ﻟﻠﻘﺮاءة )ﻟﻐﲑ ﻋﺬر( ﻣﻦ ﲨﻠﺔ اﻟﻌﺬر
واﳉﻬﻞ واﻟﻨﺴﻴﺎن وﻏﲑﳘﺎ
Begitu juga sholat makmum menjadi batal apabila ia tertinggal dua rukun fi’li bukan karena udzur, meskipun rukun-rukun tersebut bukan rukun-rukun panjang (lama), misalnya; imam mulai turun melakukan sujud sedangkan makmum masih berdiri membaca al-Fatihah, maka sholat makmum menjadi batal karena tertinggal dua rukun fi’li, yaitu rukuk dan i’tidal. Termasuk udzur adalah tidak tahu (bodoh), lupa, sakit, atau yang lainnya.

 
ﻓﻼ ﻳﻌﺪ ﻣﻨﻬﺎ اﻻﻋﺘﺪال واﳉﻠﻮس ﺑﲔ
 
)ﺑﺄﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺛﻼﺛﺔ أرﻛﺎن ﻃﻮﻳﻠﺔ(
 
اﻟﺘﺄﺧﺮ
 
(و)
 
اﻟﺴﺠﺪﺗﲔ ﻷ ﺎ ﻗﺼﲑان )ﻟﻪ( أى اﻟﻌﺬر

Begitu juga sholat makmum menjadi batal apabila ia tertinggal lebih dari tiga rukun fi’li yang panjang (lama) karena udzur. Oleh karena itu, i’tidal dan duduk di antara dua sujud tidak dihitung karena keduanya merupakan rukun qosir (pendek).
 
2.    Makmum mengetahui pergantian gerakan-gerakan imamnya

)و( ﺛﺎﻧﻴﻬﺎ )أن ﻳﻌﻠﻢ ﺑﺎﻧﺘﻘﺎﻻت إﻣﺎﻣﻪ( ﻟﻴﺘﻤﻜﻦ ﻣﻦ ﻣﺘﺎﺑﻌﺘﻪ ﺑﺮؤﻳﺔ ﻟﻪ أو ﻟﺒﻌﺾ ﺻﻒ أو ﺑﺴﻤﺎع ﻟﺼﻮﺗﻪ أو ﺻﻮت ﻣﺒﻠﻎ ﺛﻘﺔ أى ﺑﺎﻟﻎ ﻋﺎﻗﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﻋﺪل رواﻳﺔ إن ﻛﺎن ﻏﲑ ﻣﺼﻞ ﻓﻼ ﻳﻜﻔﻰ اﻟﺼﱮ واﻟﻔﺎﺳﻖ إﻻ إن وﻗﻊ ﰱ اﻟﻘﻠﺐ ﺻﺪﻗﻬﻤﺎ أﻓﺎد ذﻟﻚ ﻋﻄﻴﺔ
Syarat berikutnya adalah makmum mengetahui pergantian gerakan- gerakan imamnya agar ia bisa mengikutinya dengan melihatnya secara langsung, atau dengan melihat sebagian shof, atau dengan mendengar suara imam atau suara muballigh yang tsiqoh, yaitu yang baligh, berakal, muslim, dan adil riwayat meskipun ia bukan orang yang ikut sholat, oleh karena itu tidak cukup jika muballighnya anak kecil (shobi) atau fasik, kecuali apabila hati makmum membenarkannya, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.

3.    Imam dan makmum berada di satu tempat

)و( ﺛﺎﻟﺜﻬﺎ )أن ﳚﺘﻤﻌﺎ( أى اﻹﻣﺎم واﳌﺄﻣﻮم )ﰱ ﻣﺴﺠﺪ( وﻣﻨﻪ ﺟﺪارﻩ ورﺣﺒﺘﻪ وﻫﻰ ﻫﻨﺎ ﻣﺎ
ﺧﺮج ﻋﻨﻪ ﻟﻜﻦ ﺣﺠﺮ ﻷﺟﻠﻪ إن ﱂ ﻳﻌﻠﻢ ﻛﻮﻧﻪ ﺷﺎرﻋﺎ ﻗﺒﻞ ذﻟﻚ وإن ﺟﻬﻠﺖ وﻗﻔﺘﻬﺎ وﻣﻨﺎرﺗﻪ اﻟﱴ ﺑﺎ ﺎ ﻓﻴﻪ أو ﰱ رﺣﺒﺘﻪ وﻻ ﻳﻀﺮ ﺑﻌﺪ اﳌﺴﺎﻓﺔ وﻫﻮ أﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺛﻠﺜﻤﺎﺋﺔ ذراع ﺗﻘﺮﻳﺒﺎ وﺣﻴﻠﻮﻟﺔ اﻷﺑﻨﻴﺔ اﻟﱴ ﰱ اﳌﺴﺠﺪ اﻟﻨﺎﻓﺬة اﻷﺑﻮاب إﻟﻴﻪ أو إﱃ ﺳﻄﺤﻪ وﺳﻮاء أﻏﻠﻘﺖ ﺗﻠﻚ
اﻷﺑﻮاب أم ﻻ ﲞﻼف ﻣﺎ إذا ﲰﺮت أﻓﺎد ذﻟﻚ ﳏﻤﺪ ﺑﻦ زﻳﺎد اﻟﻮﺿﺎﺣﻰ
Syarat berikutnya adalah bahwa imam dan makmum harus berada di satu masjid. Termasuk bagian dari masjid adalah tembok dan serambinya. Yang dimaksud dengan serambi disini adalah tempat yang berada di luar batas masjid tetapi masih dibatasi (semisal dengan tembok atau pagar) jika memang tidak diketahui kalau dulunya serambi tersebut adalah jalan sebelum dibatasi meskipun tidak diketahui status wakafnya. Termasuk bagian dari masjid adalah menara yang pintunya berada di dalam masjid atau serambinya. Jika imam berada di dalam masjid dan makmum berada di menara tersebut maka tidak apa-apa jika jarak antara keduanya lebih dari
±300 hasta (±100 meter) dan juga tidak apa-apa jika terhalang oleh bangunan-bangunan yang berada di dalam masjid yang pintu-pintunya tembus ke masjid itu sendiri atau lotengnya, baik pintu-pintu itu ditutup atau dibuka, yang penting tidak dipaku, seperti yang difaedahkan oleh Muhammad bin Ziyad al-Wadhahi.
 
)أو( ﰱ )ﺛﻠﺜﻤﺎﺋﺔ ذراع( أى ﺗﻘﺮﻳﺒﺎ ﺑﺬراع اﻵدﻣﻰ ﻓﻼ ﺗﻀﺮ زﻳﺎدة ﺛﻼﺛﺔ أذرع

Di tempat jamaah, disyaratkan jarak antara imam dan makmum tidak lebih dari ±300 hasta manusia. Karena ukurannya terbilang kurang lebih, maka jika jarak antara imam dan makmum adalah 303 hasta maka tidak apa-apa.

ﻓﺎﳊﺎﺻﻞ أن اﻷﺣﻮال ﺳﺒﻌﺔ ﻓﺄﺣﻮال اﳌﺴﺠﺪ ﺛﻼﺛﺔ ﻷﻧﻪ إﻣﺎ أن ﻳﻜﻮﻧﺎ ﰱ ﻣﺴﺠﺪ أو اﻹﻣﺎم ﰱ اﳌﺴﺠﺪ واﳌﺄﻣﻮم ﺧﺎرﺟﻪ أو ﺑﺎﻟﻌﻜﺲ وأﺣﻮال ﻏﲑﻩ أرﺑﻌﺔ ﻷﻧﻪ إﻣﺎ أن ﻳﻜﻮﻧﺎ ﰱ ﻓﻀﺎء أو
 
اﻟﻔﻀﺎء واﳌﺄﻣﻮم ﰱ اﻟﺒﻨﺎء أو ﺑﺎﻟﻌﻜﺲ ﻓﺈن ﻫﺬﻩ اﻷرﺑﻌﺔ ﺣﻜﻤﻬﺎ
 
ﰱ ﺑﻨﺎء أو اﻹﻣﺎم ﰱ
واﺣﺪ
 

Kesimpulannya, ahwal atau keadaan dalam berjamaah ada 7 (tujuh). Ahwal dari sisi masjid ada 3 (tiga), yaitu (1) ada kalanya imam dan makmum sama-sama berada di dalam masjid, (2) imam berada di masjid sedangkan makmum berada di luarnya, dan (3) makmum berada di dalam masjid sedangkan imam berada di luarnya. Ahwal dari sisi selain masjid ada 4 (empat), yaitu (1) imam dan makmum sama-sama berjamaah di tanah lapang, (2) imam dan makmum sama-sama berjamaah di satu suatu bangunan, (3) imam berada di tanah lapang sedangkan makmum berada di dalam bangunan, (4) imam berada di dalam bangunan sedangkan makmum berada di tanah lapang. Dan 4 (empat) ahwal ini hukumnya sama.
4.    Tidak ada penghalang antara imam dan makmum

)و( راﺑﻌﻬﺎ )أن ﻻ ﳛﻮل ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ( أى اﻹﻣﺎم واﳌﺄﻣﻮم )ﺣﺎﺋﻞ ﳝﻨﻊ اﻻﺳﺘﻄﺮاق( اى اﳌﺮور اﻟﻌﺎدى ﺑﺄن ﱂ ﻳﻜﻦ ﻟﻪ ﳓﻮ وﺛﺒﺔ ﻓﺎﺣﺸﺔ أو اﻟﻨﺰول اﳌﻌﺘﺎد إذا ﻛﺎن أﺣﺪﳘﺎ ﰱ اﻟﺴﻄﺢ ﺑﺄن ﻛﺎن ﻟﻪ ﻣﻦ اﻟﺴﻄﺢ ﻣﺎ ﻳﻌﺘﺎد اﳌﺮور إﻟﻴﻪ ﲞﻼف ﳓﻮ اﳌﺘﻌﻠﻖ ﻣﻨﻪ إﻟﻴﻪ أﻓﺎدﻩ ﳏﻤﺪ اﻟﻜﺮدى
ﻧﻘﻼ ﻋﻦ اﻟﻘﻠﻴﻮﰉ وﻋﻦ اﺑﻦ ﻗﺎﺳﻢ
Syarat berikutnya adalah bahwa antara imam dan makmum tidak ada penghalang yang menghalangi imam (atau makmum) untuk berjalan mendatangi makmum (atau imam), sekiranya jika imam (atau makmum) berjalan mendatangi makmum (atau imam) maka ia tidak perlu meloncat tinggi (yang dapat membatalkan sholat). Atau antara keduanya tidak ada penghalang yang menghalang-halangi imam (atau makmum) untuk berjalan
 
turun ketika salah satu dari mereka berada di dalam loteng sekiranya ia mendapati jalan yang dapat dilewati, bukan jalan yang menggantung pada loteng, seperti yang difaedahkan oleh Muhammad al-Kurdi dengan mengutip dari al-Qulyubi dan Ibnu Qosim.

ﻓﺎﳊﺎﺻﻞ إن ﻛﺎﻧﺎ ﲟﺴﺠﺪ ﻓﺎﻟﺸﺮط أن ﻻ ﻳﻜﻮن ﰒ ﻣﺎ ﳝﻨﻊ اﻻﺳﺘﻄﺮاق إﱃ اﻹﻣﺎم وإن ﻛﺎن ﻻ ﳝﻜﻨﻪ اﻟﺘﻮﺻﻞ إﱃ اﻹﻣﺎم إﻻ ﺑﺎزورار واﻧﻌﻄﺎف أى اﺳﺘﺪﺑﺎر ﻟﻠﻘﺒﻠﺔ
Kesimpulannya adalah bahwa apabila imam dan makmum sama- sama berjamaah di dalam masjid maka disyaratkan di dalam masjid tersebut tidak ada penghalang yang menghalang-halangi makmum untuk berjalan mendatangi imam meskipun kemungkinan mendatangi imam harus berbelok jalan dan membelakangi Kiblat terlebih dahulu.

وإن ﻛﺎﻧﺎ ﺑﻐﲑﻩ زﻳﺪ ﻋﻠﻰ ذﻟﻚ اﻟﻘﺮب وﻫﻮ ﺛﻠﺜﻤﺎﺋﺔ ذراع ﺗﻘﺮﻳﺒﺎ وأن ﻻ ﻳﻠﺰم ﻋﻠﻰ وﺻﻮل
اﳌﺄﻣﻮم ﻟﻺﻣﺎم ﻣﺎ ذﻛﺮ
Apabila mereka berdua berjamaah di tempat selain masjid maka selain disyaratkan tidak ada penghalang antara mereka, disyaratkan juga jarak antara mereka tidak lebih dari ±300 hasta (±100 meter) dan juga jika makmum mendatangi imam maka tidak menyebabkan jarak antara mereka berubah menjadi lebih dari ±300 hasta (±100 meter).
5.    Kesamaan susunan sholat yang dilakukan imam dan makmum

)و( ﺧﺎﻣﺴﻬﺎ )أن ﻳﺘﻮاﻓﻖ ﻧﻈﻢ ﺻﻼﺗﻴﻬﻤﺎ( أى ﻧﺴﻘﻬﻤﺎ ﰱ اﻷﻓﻌﺎل اﻟﻈﺎﻫﺮة وإن اﺧﺘﻠﻔﺎ
ﻋﺪدا
Syarat berikutnya adalah bahwa sholat yang dilakukan oleh imam dan makmum harus sama dari segi susunan gerakan-gerakan dzohir sholatnya meskipun jumlah rakaatnya berbeda.

وﺧﺮج ﺑﺎﺗﻔﺎق اﻟﻨﻈﻢ اﺧﺘﻼﻓﻪ ﻓﻴﻀﺮ ﻛﻤﻜﺘﻮﺑﺔ ﺧﻠﻒ ﻛﺴﻮف إن ﺻﻠﻰ ﺑﺮﻛﻮﻋﲔ وﻗﻴﺎﻣﲔ أﻣﺎ إن ﺻﻠﻰ ﻛﺴﻨﺔ اﻟﻈﻬﺮ ﻓﻴﺼﺢ اﻻﻗﺘﺪاء ﻓﻴﻪ أو ﻣﻜﺘﻮﺑﺔ ﺧﻠﻒ ﺟﻨﺎزة وﻟﻮ ﺑﻌﺪ اﻟﺘﻜﺒﲑة اﻟﺮاﺑﻌﺔ ﺧﻼﻓﺎ ﻻﺑﻦ ﺣﺠﺮ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺸﻴﺦ ﻋﻄﻴﺔ وﺧﺮج ﺑﺎﻷﻓﻌﺎل اﻻﺧﺘﻼف ﰱ اﻟﺼﻔﺎت ﻓﻼ ﻳﻀﺮ ﻛﺎﻗﺘﺪاء اﳌﻔﱰض ﺑﺎﳌﺘﻨﻔﻞ واﳌﺆدى ﺑﺎﻟﻘﺎﺿﻰ وﰱ ﻃﻮﻳﻠﺔ ﺑﻘﺼﲑة وﻣﻊ اﻟﻌﻜﻮس
 
وﺧﺮج ﺑﺎﻟﻈﺎﻫﺮة اﻻﺧﺘﻼف ﰱ اﻷﻓﻌﺎل اﻟﻘﻠﺒﻴﺔ وﻫﻰ اﻟﻨﻴﺔ ﻓﻼ ﻳﻀﺮ ﻛﺄن ﻧﻮى اﻹﻣﺎم اﻟﻈﻬﺮ
واﳌﺄﻣﻮم اﻟﻌﺼﺮ
Kesamaan dari segi susunan sholat mengecualikan perbedaan dari segi susunannya tersebut. Oleh karena itu, tidak sah jika susunan sholat makmum tidak sama dengan susunan sholat imamnya, seperti; makmum melakukan sholat fardhu atau maktubah sedangkan imam melakukan sholat kusuf (gerhana matahari) dengan bentuk susunan sholat yang mengandung dua rukuk dan dua berdiri, berbeda apabila sholat kusuf dilakukan oleh imam dengan susunan sholat seperti sholat sunah Dzuhur maka makmum yang sholat fardhu dibelakangnya boleh bermakmum dengannya, atau seperti; makmum melakukan sholat fardhu sedangkan imam melakukan sholat jenazah, meskipun imam telah selesai dari takbir yang keempat, berbeda dengan pendapat Ibnu Hajar yang mengatakan sah, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.

Kesamaan dari segi gerakan-gerakan sholat mengecualikan perbedaan dari segi sifat-sifat sholat, artinya; dihukumi sah jika makmum yang melakukan sholat fardhu bermakmum kepada imam yang melakukan sholat sunah, atau makmum yang melakukan sholat adak bermakmum kepada imam yang melakukan sholat qodho, atau makmum yang melakukan sholat towilah (lama) bermakmum kepada imam yang melakukan sholat qosiroh (sebentar), dan sebaliknya dari tiga contoh ini.
Kesamaan dari segi gerakan-gerakan dzohir mengecualikan perbedaan dari segi gerakan-gerakan qolbiah, yaitu niat. Artinya, dihukumi sah jika makmum yang berniat sholat Dzuhur bermakmum kepada imam yang berniat sholat Ashar.

6.    Tidak ada perbedaan yang parah antara imam dan makmum dalam kesunahan sholat.

 
)ﰱ ﺳﻨﺔ ﺗﻔﺤﺶ اﳌﺨﺎﻟﻔﺔ ﻓﻴﻬﺎ(
 
أى اﻹﻣﺎم واﳌﺄﻣﻮم
 
)أن ﻻ ﻳﺘﺨﺎﻟﻔﺎ(
 
ﺳﺎدﺳﻬﺎ
 
(و)
 
ﻛﺴﺠﺪة ﺗﻼوة وﺳﺠﻮد ﺳﻬﻮ وﺗﺸﻬﺪ أول ﲞﻼف ﻣﺎ ﻻ ﺗﻔﺤﺶ ﻓﻴﻪ اﳌﺨﺎﻟﻔﺔ ﻛﺠﻠﺴﺔ
اﻻﺳﱰاﺣﺔ وﻛﺎﻟﻘﻨﻮت واﻟﺘﺴﺒﻴﺤﺎت واﻟﺘﻜﺒﲑة
Syarat bermakmum berikutnya adalah bahwa makmum tidak boleh berbeda dari imam dalam kesunahan sholat yang menyebabkan adanya perbedaan parah antara mereka, seperti; sujud tilawah, sujud sahwi, dan tasyahud awal. Oleh karena itu, tidak sah jika imam melakukan tasyahud
 
awal sedangkan makmum tidak ikut melakukannya, atau sebaliknya. Berbeda dengan kesunahan sholat yang apabila imam melakukannya sedangkan makmum tidak melakukannya, atau sebaliknya, maka tidak akan menyebabkan perbedaan yang parah, seperti; duduk istirahat, doa qunut, membaca tasbih-tasbih, dan takbir. Oleh karena itu, jika imam membaca tasbih dalam rukuknya sedangkan makmum tidak membacanya maka tetap sah bermakmumnya.

 
7.    Makmum berniat menjadi makmum.

أو اﻻﺋﺘﻤﺎم ﺑﺎﻹﻣﺎم أو اﳌﺄﻣﻮﻣﻴﺔ أو اﳉﻤﺎﻋﺔ ﻓﻠﻠﻤﺄﻣﻮم
 

)و( ﺳﺎﺑﻌﻬﺎ )أن ﻳﻨﻮى اﻻﻗﺘﺪاء(
 
أرﺑﻊ ﻧﻴﺎت وﻻ ﻳﺸﱰط ﺗﻌﻴﲔ اﻹﻣﺎم وﻻ ﻳﺴﻦ ﺑﻞ اﻷوﱃ ﺗﺮﻛﻪ
Syarat berikutnya adalah bahwa makmum harus berniat iqtidaa-an (mengikuti), atau iktimaam bil imam (bermakmum kepada imam), atau makmumiah (menjadi makmum), atau jamaa’atan. Jadi, ia memiliki pilihan dari 4 (empat) niatan ini. Tidak disyaratkan mentakyin atau menentukan imam dalam niat dan tidak juga disunahkan, bahkan yang lebih utama adalah tidak perlu mentakyinnya.

وأﻣﺎ اﻹﻣﺎم ﻓﻠﻪ أن ﻳﻘﻮل إﻣﺎﻣﺎ أو ﲨﺎﻋﺔ ﻓﺠﻤﺎﻋﺔ ﻣﺸﱰﻛﺔ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ واﻟﻘﺮاﺋﻦ ﻛﺎﻟﺘﻘﺪم واﻟﺘﺄﺧﺮ
ﲣﺼﻴﺺ اﻟﻨﻴﺎت
Adapun imam boleh berniat imaaman, atau jamaa’atan. Dengan demikian, niat jamaa’atan boleh diniatkan bagi imam atau makmum. Dan qorinah, seperti; posisi yang lebih maju, posisi yang lebih ke belakang, berperan untuk mengkhususkan niat jamaa’atan tersebut, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

)ﻣﻊ اﻟﺘﺤﺮم ﰱ اﳉﻤﻌﺔ وﻗﺒﻞ اﳌﺘﺎﺑﻌﺔ( ﰱ ﻓﻌﻞ أو ﺳﻼم )و( ﻗﺒﻞ )ﻃﻮل اﻻﻧﺘﻈﺎر ﰱ ﻏﲑﻫﺎ( أى اﳉﻤﻌﺔ ﻓﻠﻮ ﺗﺮك ﻫﺬﻩ اﻟﻨﻴﺔ أو ﺷﻚ ﻓﻴﻬﺎ وﺗﺎﺑﻊ ﰱ ﻓﻌﻞ أو ﺳﻼم ﺑﻌﺪ اﻧﺘﻈﺎر ﻛﺜﲑ ﻟﻘﺼﺪ اﳌﺘﺎﺑﻌﺔ ﻛﺄن أﺣﺮم اﳌﺄﻣﻮم وﱂ ﻳﻨﻮ اﻻﻗﺘﺪاء ﺑﺎﻹﻣﺎم وﻗﺮأ اﻹﻣﺎم ﻣﺜﻼ ﺳﻮرة اﻟﺒﻘﺮة
واﳌﺄﻣﻮم ﻳﻨﺘﻈﺮﻩ ﻷﺟﻞ اﳌﺘﺎﺑﻌﺔ ﺑﻄﻠﺖ ﺻﻼﺗﻪ

Niat makmum harus disertakan dengan takbiratul ihram di dalam sholat Jumat. Begitu juga, niat harus ia lakukan sebelum mengikuti gerakan atau salam imamnya dan sebelum lamanya menunggu di dalam sholat selain
 
sholat Jumat. Maka apabila makmum tidak berniat menjadi makmum (atau 4 niat lainnya) atau ia ragu apakah ia sudah berniat atau belum dan ia telah mengikuti gerakan atau salam imam setelah menunggu lama karena ingin mengikutinya (mutaba’ah), maka sholatnya batal. (Agar lebih mudah dipahami, perhatikan) contohnya; ada makmum bertakbiratul ihram dan ia belum berniat mengikuti imam, (maksudnya, ia ragu apakah ia sudah berniat jama’ah atau belum), kemudian imam membaca, misalnya, Surat al- Baqoroh, sedangkan makmum menunggu imam selesai dari bacaannya tersebut karena makmum berkeinginan mengikutinya, maka sholat makmum menjadi batal.

)وﳚﺐ ﻋﻠﻰ اﻹﻣﺎم ﻧﻴﺔ اﻹﻣﺎﻣﺔ( أو اﳉﻤﺎﻋﺔ )ﰱ اﳉﻤﻌﺔ( ﻻﺷﱰاط اﳉﻤﺎﻋﺔ ﻓﻴﻬﺎ ﰱ اﻟﺮﻛﻌﺔ
اﻷوﱃ )واﳌﻌﺎداة( وﻫﻰ اﳌﻜﺘﻮﺑﺔ اﳌﺆاداة أو اﻟﻨﺎﻓﻠﺔ اﻟﱴ ﺗﺴﻦ ﻓﻴﻬﺎ اﳉﻤﺎﻋﺔ ﻷن اﳉﻤﺎﻋﺔ
ﻓﻴﻬﺎ ﻛﺎﻟﻄﻬﺎرة ﻓﻴﺠﺐ أن ﻳﻘﻊ ﻛﻠﻬﺎ ﲨﺎﻋﺔ ﻣﻦ أوﳍﺎ إﱃ آﺧﺮﻫﺎ ﺣﱴ ﻟﻮ ﺗﺄﺧﺮ ﺳﻼم اﳌﺄﻣﻮم ﻋﻦ ﺳﻼم اﻹﻣﺎم ﲝﻴﺚ ﻋﺪ ﻣﻨﻘﻄﻌﺎ ﻋﻨﻪ ﺑﻄﻠﺖ ﺻﻼﺗﻪ وﺣﱴ ﻟﻮ ﻛﺎن اﳌﻌﻴﺪ إﻣﺎﻣﺎ ﻓﺘﺒﺎﻃﺄ اﳌﺄﻣﻮم ﰱ اﺣﺮاﻣﻪ ﺑﻄﻠﺖ ﺻﻼة اﻹﻣﺎم وإن ﻛﺎن ﻳﻜﻔﻰ اﻻﻗﺘﺪاء ﺑﺎﻟﺮاﻛﻊ ﻷن ذﻟﻚ
أول ﺻﻼﺗﻪ

Adapun imam, ia diwajibkan berniat imamatan (menjadi imam) atau jamaa’atan di dalam sholat Jumat karena termasuk syarat sholat Jumat adalah dilakukan secara berjamaah di rakaat pertama. Dan juga, ia diwajibkan berniat demikian di dalam sholat mu’adah (sholat yang diulangi), yaitu mengulangi sholat fardhu yang adak atau sholat sunah yang disunahkan dilakukan secara berjamaah. Alasan mengapa dalam sholat mu’adah imam harus berniat imamatan adalah karena kedudukan jamaah di dalam sholat mu’aadah adalah seperti toharoh sehingga wajib melakukan sholat mu’adah secara berjamaah dari awal sampai akhir, bahkan apabila salam makmum terlambat dari salam imam sekiranya keterlambatan tersebut dianggap terputus (munqotik) maka sholat makmum yang mu’adah menjadi batal, atau apabila imam sholat mu’adah, kemudian makmum lamban dalam takbiratul ihramnya, maka sholat imam menjadi batal, meskipun sebenarnya iqtidak dicukupkan dengan kondisi imam masih rukuk sebab iqtidak tersebut adalah awal sholat imam.
 
)وﺗﺴﻦ( أى ﻧﻴﺔ اﻹﻣﺎﻣﺔ )ﰱ ﻏﲑﳘﺎ( ﻟﻴﺤﻮز ﻓﻀﻴﺔ اﳉﻤﺎﻋﺔ وﺗﺼﺢ ﻧﻴﺔ اﻹﻣﺎم ﻟﻺﻣﺎﻣﺔ ﻣﻊ ﲢﺮﻣﻪ وإن ﱂ ﻳﻜﻦ إﻣﺎﻣﺎ ﰱ اﳊﺎل ﻷﻧﻪ ﺳﻴﺼﲑ إﻣﺎم وﻳﺴﻦ ﻟﻪ ذﻟﻚ إذا رﺟﺎ ﻣﻦ ﻳﻘﺘﺪى ﺑﻪ
أﻓﺎد ذﻟﻚ ﻋﻄﻴﺔ
Imam disunahkan, tidak diwajibkan, berniat imamatan di sholat selain sholat Jumat dengan tujuan agar memperoleh fadhilah jamaah. Niat imamatan yang imam sertakan dengan takbiratul ihram adalah hal yang disunahkan meskipun ia belum menjadi imam saat itu, artinya ia masih sholat sendirian, karena ia akan menjadi imam.
Begitu juga, imam disunahkan berniat imamatan terlebih dahulu ketika ia mengharapkan adanya musholli yang bermakmum kepadanya, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.

وإذا ﻧﻮى اﻹﻣﺎم ﰱ ﻏﲑ اﳉﻤﻌﺔ اﻹﻣﺎﻣﺔ ﰱ أﺛﻨﺎء اﻟﺼﻼة ﺣﺎز اﻟﻔﻀﻴﻠﺔ ﻣﻦ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﲞﻼف اﳌﺄﻣﻮم ﻓﻴﻜﺮﻩ ﻟﻪ ذﻟﻚ وﻻ ﺛﻮاب ﻷﻧﻪ ﺑﻌﺪ أن ﻛﺎن ﻣﺴﺘﻘﻼ ﺻﺎر ﺗﺎﺑﻌﺎ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺸﻴﺦ
ﻋﻄﻴﺔ
Di selain sholat Jumat, ketika imam berniat imamatan di tengah- tengah sholat maka ia memperoleh fadhilah jamaah dari saat itu juga. Berbeda dengan makmum, maka ia dimakruhkan berniat iqtidak di tengah- tengah sholat dan ia tidak memperoleh pahala (fadhilah jamaah) karena sebelumnya ia sholat sendiri kemudian mengikuti imam, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.

 ﻓﺼﻞ( ﻓﻰ ﺗﺠﻬﻴﺰ اﻟﺠﻨﺎزة

BAGIAN KEDUA PULUH SATU (FASAL) MENGURUS JENAZAH
A.    Hukum Mengurus Jenazah
Syeh Nawawi al-Banteni rahimahullah berkata;

 

ﺑﻌﺪ ﻏﺴﻠﻪ
 
)وﺗﻜﻔﻴﻨﻪ( ﺑﻌﺪ ﻏﺴﻠﻪ )واﻟﺼﻼة ﻋﻠﻴﻪ(
 
أو ﺑﺪﻟﻪ وﻫﻮ اﻟﺘﻴﻤﻢ
 
)ﻏﺴﻞ اﳌﻴﺖ(
 
أﻳﻀﺎ وﲪﻠﻪ )ودﻓﻨﻪ( أى ﰱ اﻟﻘﱪ )ﻓﺮض ﻛﻔﺎﻳﺔ( ﺑﺎﻻﲨﺎع واﻟﻔﺮق ﺑﲔ ﻓﺮض اﻟﻌﲔ وﻓﺮض اﻟﻜﻔﺎﻳﺔ أن اﳋﻄﺎب ﰱ ﻓﺮض اﻟﻌﲔ ﻳﺘﻌﻠﻖ ﺑﻜﻞ أﺣﺪ ﺑﻌﻴﻨﻪ ﻛﺎﻟﺼﻠﻮات اﳋﻤﺲ وأﻣﺎ ﻓﺮض اﻟﻜﻔﺎﻳﺔ ﻓﻬﻮ اﻟﺬى ﻳﺘﻨﺎول ﺑﻌﻀﺎ ﻏﲑ ﻣﻌﲔ ﻛﺎﳉﻬﺎد وﲰﻰ ﻛﻔﺎﻳﺔ ﻷن ﻓﻌﻞ اﻟﺒﻌﺾ ﻛﺎف ﰱ

ﲢﺼﻴﻞ اﳌﻘﺼﻮد

Memandikan mayit (atau mentayamuminya), mengkafaninya setelah memandikan, mensholatinya setelah memandikan, menggotongnya, dan menguburnya di dalam kuburan adalah fardhu kifayah secara ijmak.
Perbedaan antara fardhu ain dan fardhu kifayah adalah bahwa khitob dalam fardhu ain berhubungan dengan setiap individu, seperti sholat fardhu 5 (lima) waktu. Adapun fardhu kifayah adalah kefardhuan yang dibebankan atas setiap individu yang tidak ditentukan, seperti; jihad. Disebut dengan istilah fardhu kifayah (mencukupi) adalah karena apabila sebagian telah melakukan kefardhuan tersebut maka sudah mencukupi dalam mewujudkan tujuannya. (Artinya, sebagian yang lain yang tidak melakukannya tidak terbebani dosa).

إذا ﻋﺮﻓﺖ ﻫﺬا ﻓﻤﱴ ﲢﻘﻖ ﻣﻮت اﳌﺴﻠﻢ اﺳﺘﺤﺐ اﳌﺒﺎدرة إﱃ ﲡﻬﻴﺰﻩ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﳊﺼﲎ ﻗﺎل ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ إذا ﻣﺎت أﺣﺪﻛﻢ ﻓﻼ ﲢﺒﺴﻮﻩ وأﺳﺮﻋﻮا ﺑﻪ إﱃ ﻗﱪﻩ رواﻩ اﻟﻄﱪاﱏ وﻏﲑﻩ وﻗﺎل ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻣﺎت ﺑﻜﺮة ﻓﻼ ﻳﻘﻴﻠﻦ إﻻ ﰱ ﻗﱪﻩ وﻣﻦ ﻣﺎت ﻋﺸﻴﺔ ﻓﻼ ﻳﺒﻴﱳ إﻻ ﰱ ﻗﱪﻩ رواﻩ اﻟﻄﱪاﱏ ذﻛﺮ ذﻟﻚ ﻋﺒﺪ اﻟﻮﻫﺎب ﺑﻦ أﲪﺪ ﰱ اﻟﺒﺪر اﳌﻨﲑ

Oleh karena kamu telah mengetahui pengertian fardhu kifayah maka kapanpun kematian orang muslim diketahui secara nyata maka disunahkan untuk bersegera mengurusnya, seperti yang difaedahkan oleh al-Hisni.
 
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Ketika salah satu dari kalian mati maka jangan menundanya dan bersegeralah membawanya ke kuburan.” (HR. At-Tabrani dan lainnya) Beliau shollallahu ‘alaihi wa sallama juga bersabda, “Barang siapa mati di pagi hari maka janganlah ia di siang hari kecuali telah di dalam kuburannya. Dan barang siapa mati di sore hari maka janganlah ia di malam hari kecuali telah berada di kuburannya.” (HR. At-Tabrani) Demikian ini disebutkan oleh Abdul Wahab bin Ahmad di dalam kitab al-Badru al-Munir.

B.    Sifat-sifat Mayit dan Masing-masing Pembagian Pengurusannya

)إذا ﻛﺎن( أى اﳌﻴﺖ )ﻣﺴﻠﻤﺎ( ﻛﺒﲑا أو ﻃﻔﻼ إذا )وﻟﺪ ﺣﻴﺎ( ﺑﺄن ﻋﻠﻤﺖ ﺣﻴﺎﺗﻪ ﺑﻨﺤﻮ ﺻﻴﺎح أو ﻇﻬﺮت ﻛﺎن اﺧﺘﻠﺞ أو ﲢﺮك ﺑﻌﺪ اﻧﻔﺼﺎﻟﻪ ﻗﺎل ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ اﻟﻄﻔﻞ ﻳﺼﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﻫﺬا إذا ﻧﺰل ﻗﺒﻞ ﲤﺎم ﺳﺘﺔ أﺷﻬﺮ وﳊﻈﺘﲔ أﻣﺎﻟﻨﺎزل ﺑﻌﺪ ذﻟﻚ ﻓﻜﺎﻟﻜﺒﲑ ﻣﻄﻠﻘﺎ
Ketika mayit adalah orang muslim yang sudah besar atau bayi yang lahir dalam kondisi hidup sekiranya diketahui tanda-tanda hidupnya, seperti; menjerit, bergerak-gerak, setelah terpisah dari farji ibunya maka diwajibkan 4 (empat) perkara dalam mengurusnya, yaitu memandikan, mengkafani, mensholati, dan mengubur. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Mayit bayi harus disholati.” Mayit bayi yang harus diketahui tanda hidupnya agar diurus dengan 4 (empat) perkara adalah ketika ia lahir sebelum berusia genap 6 (enam) bulan lebih 2 waktu sebentar, yaitu waktu sebentar saat jimak dan waktu sebentar saat melahirkan. Adapun mayit bayi yang lahir setelah usia tersebut maka dihukumi seperti mayit orang besar secara mutlak.112

112 Syarih menjelaskan di dalam kitabnya Kasyifah as-Saja, “Adapun siqtu, yaitu bayi yang lahir dari perut ibu sebelum genap berusia 6 (enam) bulan dan 2 (dua) waktu sebentar maka pengurusan mayitnya dirinci, yaitu;
    Apabila diketahui tanda-tanda hidup, seperti; bergerak-gerak, bernafas, atau menangis, meskipun sebelum terpisah utuh dari farji maka diwajibkan dimandikan, dikafani, disholat, dan dikuburkan, seperti mayit orang besar.
    Apabila tidak diketahui tanda-tanda hidup, tetapi diketahui bentuk penciptaannya sekiranya terlahir dalam wujud garis-garis, baik telah berusia 4 (empat) bulan atau belum, maka wajib mengurusnya tanpa disholati.
    Apabila tidak diketahui bentuk penciptaannya maka tidak diwajibkan memandikan, mengkafani, mensholati, dan menguburkan, bahkan diharamkan mensholatinya. Boleh membuangnya meskipun sebagai makanan anjing. Tetapi disunahkan menutupnya dengan kain dan menguburnya.
Adapun mayit anak yang lahir setelah genap berusia 6 (enam) bulan maka hukumnya seper mayit orang besar, artinya, wajib dimandikan, dikafani, disholati dan dikubur, meskipun lahir dalam kondisi mati dan tidak diketahui tanda hidupnya dan meskipun tidak jelas bentuk penciptaannya, karena mayit anak seperti ini tidak disebut dengan siqtu. Ibarotnya adalah:
 
)ووﺟﺐ ﻟﺬﻣﻰ ﺗﻜﻔﲔ( ﰱ ﺑﻴﺖ اﳌﺎل ﻓﺈن ﱂ ﻳﻜﻦ ﻓﻌﻠﻴﻨﺎ ﺣﻴﺚ ﻻ ﻣﺎل ﻟﻪ وﱂ ﻳﻜﻦ ﻟﻪ ﻣﻦ ﺗﻠﺰﻣﻪ ﻧﻔﻘﺘﻪ وﻓﺎء ﺑﺬﻣﺘﻪ ﻛﻤﺎ ﳚﺐ اﻃﻌﺎﻣﻪ وﻛﺴﻮﺗﻪ )ودﻓﻦ( ﳌﺎ ﻣﺮ
Mayit kafir dzimmi (yaitu kafir yang tunduk dibawah pemerintahan Islam) hanya wajib dikafani dan dikuburkan. Biaya kafan diambil dari harta Baitul Mal. Jika Baitul Mal tidak ada biaya maka biaya kafan dibebankan atas kita (orang-orang muslim) dengan catatan kalau memang mayit kafir dzimmi tidak memiliki harta dan tidak memiliki orang yang wajib menafkahinya. Tujuan kewajiban mengkafaninya adalah untuk memenuhi dzimmah atau tanggungannya sebagaimana wajib juga bagi pemerintahan Islam memberinya makan dan pakaian.

)و( وﺟﺐ )ﻟﺴﻘﻂ( وﻫﻮ اﻟﺬى ﺳﻘﻂ ﻣﻦ ﺑﻄﻦ أﻣﻪ ﻗﺒﻞ ﲤﺎم ﺳﺘﺔ أﺷﻬﺮ )ﻣﻴﺖ( وﻫﻮ اﻟﺬى ﱂ ﺗﻈﻬﺮ ﻓﻴﻪ أﻣﺎرة اﳊﻴﺎة وﻟﻜﻦ ﻇﻬﺮ ﺧﻠﻘﻪ ﺑﺄن ﲣﻄﻂ ﺳﻮاء ﺑﻠﻎ أرﺑﻌﺔ أﺷﻬﺮ أم ﻻ )ﻏﺴﻞ وﻛﻔﻦ ودﻓﻦ وﻻ ﻳﺼﻠﻰ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ( أى ﲢﺮم اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﻟﺬﻣﻰ واﻟﺴﻘﻂ اﳌﻴﺖ
Adapun siqtu, yaitu bayi yang lahir dari perut ibu sebelum usia hamil genap 6 (enam) bulan, yang mati dengan kondisi tidak diketahui tanda- tanda hidupnya, tetapi diketahui bentuk penciptaannya, misalnya; lahir dengan bentuk penciptaan yang sudah bergaris-garis, baik usia hamil telah mencapai 4 (empat) bulan atau belum, maka wajib dimandikan, dikafani, dan dikubur. Diharamkan mensholati mayit kafir dzimmi dan siqtu.

)وﻣﻦ ﻣﺎت ﰱ ﻗﺘﺎل اﻟﻜﻔﺎر( وﱂ ﺗﺒﻖ ﻓﻴﻪ ﺣﻴﺎة ﻣﺴﺘﻘﺮة )ﺑﺴﺒﺒﻪ ﻛﻔﻦ( ﺑﺜﻴﺎﺑﻪ اﳌﺘﻠﻄﺨﺔ ﺑﺎﻟﺪم وﻏﲑﻫﺎ ﻟﻜﻦ اﳌﺘﻠﻄﺨﺔ ﺑﺎﻟﺪم أوﱃ وﻟﺬﻟﻚ ﻗﺎل اﳌﺼﻨﻒ )ﰱ ﺛﻴﺎﺑﻪ( أى اﻟﱴ اﻋﺘﻴﺪ ﻟﺒﺴﻬﺎ وﻟﻮ ﻣﻦ ﺣﺮﻳﺮ ﺑﻌﺪ ﻧﺰﻋﻬﺎ ﻣﻨﻪ ﻋﻘﺐ ﻣﻮﺗﻪ وﻋﻮدﻫﺎ إﻟﻴﻪ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﻜﻔﲔ )ﻓﺈن ﱂ ﺗﻜﻔﻪ( ﺑﺄن ﱂ

وأﻣﺎ اﻟﺴﻘﻂ وﻫﻮ اﻟﺬى ﺳﻘﻂ ﻣﻦ ﺑﻄﻦ أﻣﻪ ﻗﺒﻞ ﲤﺎم أﺷﻬﺮﻩ وﻫﻰ ﺳﺘﺔ وﳊﻈﺘﺎن ﻓﻔﻴﻪ ﺗﻔﺼﻴﻞ ﻓﺈن ﻇﻬﺮت ﻓﻴﻪ أﻣﺎرة اﳊﻴﺎة ﻛﺎﺧﺘﻼج أو اﺿﻄﺮاب أو ﺗﻨﻔﺲ أو ﲢﺮك أو ﺑﻜﺎء وﻟﻮ ﻗﺒﻞ اﻧﻔﺼﺎﻟﻪ وﺟﺐ ﻓﻴﻪ ﻣﺎ ﰱ اﻟﻜﺒﲑ ﻣﻦ ﺻﻼة وﻏﲑﻫﺎ وإﻻ ﻓﺈن ﻇﻬﺮ ﺧﻠﻘﻪ ﺑﺄن ﲣﻄﻂ ﺳﻮاء ﺑﻠﻎ أرﺑﻌﺔ أﺷﻬﺮ أو ﻻ وﺟﺐ ﲡﻬﻴﺰﻩ ﺑﻼ ﺻﻼة وإﻻ ﻓﻼ ﺷﻴﺊ ﻓﻴﻪ ﺑﻞ ﲢﺮم اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻴﻪ وﳚﻮز رﻣﻴﻪ وﻟﻮ ﻟﻠﻜﻼب ﻟﻜﻦ ﻳﺴﻦ ﺳﱰﻩ ﲞﺮﻗﺔ ودﻓﻨﻪ – إﱃ أن ﻗﺎل – وأﻣﺎ اﻟﻮﻟﺪ اﻟﻨﺎزل ﺑﻌﺪ ﲤﺎم أﺷﻬﺮﻩ ﻓﺤﻜﻤﻪ ﻛﺎﻟﻜﺒﲑ ﻣﻦ ﺻﻼة وﻏﲑﻫﺎ وإن ﻧﺰل ﻣﻴﺘﺎ وﱂ ﻳﻌﻠﻢ ﻟﻪ ﺳﺒﻖ ﺣﻴﺎة وإن ﱂ ﻳﻈﻬﺮ ﺧﻠﻘﻪ وﻻ ﻳﺴﻤﻰ ﻫﺬا ﺳﻘﻄﺎ )ﻛﺎﺷﻔﺔ اﻟﺴﺠﺎ. ص: (١٠٠
 
ﺗﺴﱰ ﻛﻞ ﺑﺪﻧﻪ )زﻳﺪ ﻋﻠﻴﻬﺎ( إﱃ أن ﺗﺘﻢ وﺟﻮﺑﺎ وﳚﺎب ﻃﺎﻟﺐ ﻧﺰﻋﻬﺎ ﻣﻦ اﻟﻮرﺛﺔ ﻋﻠﻰ اﻷوﺟﻪ أﻓﺎدﻩ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ )ودﻓﻦ( ﻛﻐﲑﻩ ﻣﻦ اﻷﻣﻮات )و( ﻟﻜﻦ )ﻻ ﻳﻐﺴﻞ( وﻟﻮ ﺟﻨﺒﺎ وﺣﺎﺋﻀﺎ
وﻧﻔﺴﺎء )وﻻ ﻳﺼﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ( أى ﳛﺮم ﻏﺴﻠﻪ واﻟﺼﻼة ﻋﻠﻴﻪ ﺳﻮاء ﰱ ذﻟﻚ اﻟﺒﺎﻟﻎ واﻟﺼﱮ
واﳊﺮ واﻟﻌﺒﺪ واﻟﺮﺟﻞ واﳌﺮأة ﳌﺎ روى اﻟﺒﺨﺎرى ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ اﷲ رﺿﻰ اﷲ ﻋﻨﻪ أن اﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﱂ ﻳﻐﺴﻞ ﻗﺘﻠﻰ أﺣﺪ وﱂ ﻳﺼﻞ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺣﻜﻰ ذﻟﻚ اﳊﺼﲎ
Barang siapa mati dalam medan perang melawan orang-orang kafir (meskipun hanya satu orang kafir) dan kematiannya disebabkan oleh peperangan itu sendiri, bukan karena luka setelah peperangan selesai, maka wajib dikafani dengan pakaiannya yang terkotori darah atau lainnya, tetapi pakaian yang terkotori darah adalah lebih utama untuk dikafankannya. Oleh karena itu, mushonnif mengatakan bahwa syahid (orang yang mati dalam peperangan) dikafani dengan pakaian yang biasa ia pakai (saat peperangan), meskipun terbuat dari sutra, yaitu setelah pakaian tersebut dilepas darinya sesaat setelah kematiannya, kemudian dipakaikan lagi pada saat dikafani. Apabila pakaiannya tidak menutup seluruh badannya maka wajib ditambahi kain kafannya sampai menutupi. Apabila sebagian ahli waris menuntut untuk melepas pakaian mayit syahid maka tuntutannya diterima, menurut pendapat aujah, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Ibnu Hajar. Selain wajib dikafani, mayit syahid juga wajib dikubur sebagaimana mayit-mayit lainnya. Namun, diharamkan memandikannya meskipun ia adalah orang yang junub, haid, atau nifas, dan diharamkan mensholatinya, baik ia adalah orang baligh atau shobi, baik merdeka atau budak, dan baik laki-laki atau perempuan, karena ada hadis yang diriwayatkan dari Bukhori dari Jabir bin Abdullah rodhiyallah ‘anhu bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama tidak memandikan para syuhadak perang Uhud dan juga tidak mensholati mereka, seperti yang dikisahkan oleh al-Hisni.

1.    Memandikan

)وأﻗﻞ اﻟﻐﺴﻞ إزاﻟﺔ اﻟﻨﺠﺎﺳﺔ( ﻗﺒﻞ ﻏﺴﻠﻪ وﻫﺬا ﻣﺒﲎ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺻﺤﺤﻪ اﻟﺮاﻓﻌﻰ وﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻓﺮق ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺑﲔ اﳊﻰ واﳌﻴﺖ ﺑﺄن ﻫﺬا آﺧﺮ ﻋﻬﺪ اﳌﻴﺖ ﻓﺎﺣﺘﻴﻂ ﻟﻪ ﺑﺎﳚﺎب أﻛﻤﻞ أﺣﻮال اﻟﻄﻬﺎرة ﲞﻼف اﳊﻰ واﳌﻌﺘﻤﺪ أﻧﻪ ﻻ ﻳﺸﱰط ﺗﻘﺪم إزاﻟﺔ اﻟﻨﺠﺎﺳﺔ ﻋﻨﻪ ﻛﻤﺎ أﺷﺎر إﱃ ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ )وﺗﻌﻤﻴﻢ( أى اﺳﺘﻴﻌﺎب )ﲨﻴﻊ ﺑﺸﺮﻩ وﺷﻌﺮﻩ( ﻛﻤﺎ ﰱ ﻏﺴﻞ اﳊﻰ )وإن
 
ﻛﺜﻒ ﻣﺮة( إن أﻣﻜﻦ  ﺎ ﺟﻨﺒﺎ أو ﺣﺎﺋﻀﺎ أو ﻧﻔﺴﺎء وإﻻ ﻓﻴﺠﺐ اﻟﺘﻜﺮﻳﺮ إﱃ ﺣﺼﻮل
ﺗﻌﻤﻴﻤﻪ )ﺑﺎﳌﺎء اﳌﻄﻬﺮ( ﻷﻧﻪ ﻏﺴﻞ واﺟﺐ ﻓﺎﺷﱰط اﳌﺎء اﳌﻄﻠﻖ

Minimal dalam memandikan mayit adalah menghilangkan najis dari badannya dan meratai satu kali ke seluruh kulit dan rambut meskipun tebal dengan air suci mensucikan.
Menghilangkan najis harus dilakukan sebelum memandikan mayit. Hal ini berdasarkan pendapat yang dishohihkan oleh ar-Rofii dan pendapat sebagian ulama yang membedakan antara orang hidup dan mayit, maksudnya menghilangkan najis dari badan mayit harus didahulukan daripada memandikannya karena ini merupakan momen terakhir bagi mayit sehingga dituntut untuk lebih berhati-hati demi menciptakan haliah (keadaan) toharoh yang paling sempurna, berbeda dengan orang hidup dimana ia boleh mendahulukan atau mengakhirkan menghilangkan najis daripada mandi. Namun, menurut pendapat mu’tamad, mendahulukan menghilangkan najis dari badan mayit daripada memandikannya bukanlah termasuk syarat, seperti yang diisyaratkan oleh ar-Romli.

Meratakan air ke seluruh kulit dan rambut mayit, baik yang junub, haid, atau nifas, cukup dilakukan satu kali jika memang sudah merata, tetapi jika belum merata dengannya maka wajib ditambahi sampai merata.

2.    Mengkafani

)وأﻗﻞ اﻟﻜﻔﻦ ﺳﺎﺗﺮ ﲨﻴﻊ اﻟﺒﺪن( إن ﻛﻔﻦ ﻣﻦ ﻏﲑ ﻣﺎﻟﻪ ﺑﺄن ﻛﻔﻦ ﻣﻦ ﻣﺎل ﻣﻦ ﻋﻠﻴﻪ ﻧﻔﻘﺘﻪ أو ﻣﻦ ﺑﻴﺖ اﳌﺎل أو ﻣﻦ اﳌﻮﻗﻮف ﻋﻠﻰ ﲡﻬﻴﺰ اﳌﻮﺗﻰ أو ﻣﻦ أﻏﻨﻴﺎء اﳌﺴﻠﻤﲔ ﻓﻴﺴﺘﺜﲎ رأس
اﶈﺮم ووﺟﻪ اﶈﺮﻣﺔ
Minimal dalam mengkafani mayit adalah wajib dengan satu lapis kain kafan yang dapat menutup seluruh badannya jika memang biaya kafan diambil dari harta orang yang wajib menafkahinya, atau dari Baitul Mal, atau dari harta wakaf yang diperuntukkan dalam perawatan mayit, atau dari muslimin kaya.113 Dikecualikan adalah kepala muhrim (yang ihram) dan wajah muhrimah, maka tidak ditutup.


113 Ibarot tepatnya disebutkan oleh Syarih dalam kitabnya Tausyih ‘ala Ibni Qosim: Qut al-Habib al-Ghorib Ghorib:
 
)و( أﻛﻤﻠﻪ )ﺛﻼث ﻟﻔﺎﺋﻒ( ذﻛﺮا ﻛﺎن اﳌﻴﺖ أو أﻧﺜﻰ وﻻ ﺗﻜﻮن إﻻ )ﳌﻦ ﺗﺮك ﺗﺮﻛﺔ زاﺋﺪة
ﻋﻠﻰ دﻳﻨﻪ وﱂ ﻳﻮص ﺑﱰﻛﻬﺎ(

Mengkafani yang lebih sempurna adalah dengan 3 (tiga) lapis, baik mayit laki-laki atau perempuan. Kewajiban 3 (tiga) lapis kafan ini hanya diperuntukkan bagi mayit yang meninggalkan harta tinggalan yang lebih dari jumlah hutangnya dan yang tidak berwasiat agar jangan dikafani dengan 3 (tiga) lapis.

واﳊﺎﺻﻞ أن وﺟﻮب ﺳﱰ اﻟﻌﻮرة ﶈﺾ ﺣﻖ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ وﺑﻘﻴﺔ اﻟﺒﺪن ﻟﺸﺎﺋﺒﺔ ﺣﻘﻪ ﺗﻌﺎﱃ ﻓﻌﻠﻰ ﻫﺬا ﻟﻮ أوﺻﻰ ﺑﺎﺳﻘﺎﻃﻪ ﱂ ﺗﻨﻔﺬ وﺻﻴﺘﻪ ﲞﻼف اﻟﺜﻮب اﻟﺜﺎﱏ واﻟﺜﺎﻟﺚ ﻓﺈﻧﻪ ﺣﻖ اﳌﻴﺖ ﻓﻴﺠﺐ ﻓﻌﻠﻬﻤﺎ ﻣﻦ ﺗﺮﻛﺘﻪ ﻣﺎ ﱂ ﻳﻮص ﺑﺎﺳﻘﺎﻃﻤﺎ وﱂ ﳝﻨﻊ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻏﺮﱘ ﻣﺴﺘﻐﺮق ﻟﻠﱰﻛﺔ أﻓﺎد
ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ
Kesimpulannya adalah bahwa kewajiban mengkafani dengan satu lapis kain kafan yang menutup aurat saja dimaksudkan memenuhi hak murni Allah Ta’aala, sedangkan yang menutup selain bagian aurat dimaksudkan memenuhi hak-Nya yang tidak murni. Berdasarkan hal ini, maka andaikan mayit berwasiat agar jangan dikafani sama sekali maka wasiatnya tidak lestari, artinya, tidak perlu dikabulkan.

Berbeda dengan lapis kafan yang kedua dan ketiga, maka ia adalah hak mayit. Oleh karena itu wajib dipenuhi dengan mengambil dari harta tinggalannya selama ia tidak berwasiat agar jangan dikafani dengan lapis kafan kedua atau ketiga dan selama tidak dilarang oleh pihak yang memiliki piutang yang menghabiskan harta tinggalan mayit, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.
3.    Mensholati

وﻳﻜﻔﻦ اﳌﻴﺖ ذﻛﺮا ﻛﺎن أو أﻧﺜﻰ ﺑﺎﻟﻐﺎ ﻛﺎن أو ﻻ ﰱ ﺛﻼﺛﺔ أﺛﻮاب( وﺟﻮﺑﺎ ﺣﻴﺚ ﻻ دﻳﻦ وﻛﻔﻦ ﻣﻦ ﻣﺎﻟﻪ وﱂ ﻳﻮص ﺑﺎﺳﻘﺎط اﻟﺰاﺋﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻮاﺣﺪ وإﻻ وﺟﺐ اﻻﻗﺘﺼﺎر ﻋﻠﻰ ﺛﻮب ﺳﺎﺗﺮ ﻟﻜﻞ اﻟﺒﺪن إن ﻃﻠﺒﻪ ﻏﺮﱘ ﻣﺴﺘﻐﺮق أو ﻛﻔﻦ ﳑﻦ ﺗﻠﺰﻣﻪ ﻧﻔﻘﺘﻪ وﱂ ﻳﺘﱪع ﺑﺎﻟﺰاﺋﺪ أو ﻣﻦ ﺑﻴﺖ اﳌﺎل أو ﻣﻦ وﻗﻒ اﻷﻛﻔﺎن أو ﻣﻦ ﻣﺎل
اﳌﻮﺳﺮﻳﻦ ﻟﻔﻘﺪ ﻣﺎ ذﻛﺮ )ص. .٩٤ اﳌﻌﻬﺪ اﻹﺳﻼﻣﻰ اﻟﺴﻠﻔﻰ(
 
)وأﻗﻞ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻴﻪ( أى اﳌﻴﺖ اﳌﺴﻠﻢ ﻏﲑ ﺷﻬﻴﺪ اﳌﻌﺮﻛﺔ )أن ﻳﻨﻮى ﻓﻌﻞ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻴﻪ
واﻟﻔﺮض( اﳌﻄﻠﻖ وإن ﱂ ﻳﻘﻞ ﻛﻔﺎﻳﺔ )وﻳﻌﲔ( ﻣﻦ ﺣﺎﺿﺮ أو ﻏﺎﺋﺐ ﲝﻴﺚ ﳝﻴﺰﻩ ﻋﻦ ﻏﲑﻩ ﻛﻘﻮﻟﻪ ﻫﺬا أو اﳊﺎﺿﺮ أو ﻣﻦ ﻳﺼﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ اﻻﻣﺎم أو اﻟﺬى ﰱ اﶈﺮاب أو اﻟﺬى أﻣﺎم اﻹﻣﺎم
 
وﻻ إﱃ
 
ﻓﻼﺑﺪ ﻣﻦ ذﻟﻚ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺪﻣﲑى وﻻ ﳛﺘﺎج إﱃ ﺗﻌﻴﲔ اﳌﻴﺖ اﳊﺎﺿﺮ ﺑﺎﲰﻪ
ﻣﻌﺮﻓﺘﻪ وﻗﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻛﻐﲑ ﻫﺬﻩ اﻟﺼﻼة وﻫﺬا أول اﻷرﻛﺎن
 


Minimal dalam mensholati mayit selain yang mati syahid dalam peperangan adalah:
a)    Berniat.

Dalam berniat, diwajibkan 3 (tiga) perkara, yaitu:

a.    Menyengaja mensholati mayit sekiranya musholli berniat:
أُ َﺻﻠﱢﻰ َﻋﻠَﻰ ...
b.    Menyengaja fardhu meskipun hati tidak mengucapkan kifayah, seperti musholli berniat:
أُ َﺻﻠﱢﻰ َﻋﻠَﻰ ...... ﻓَـْﺮ ًﺿﺎ/ﻓَـْﺮ َض ﻛَِﻔﺎﻳٍَﺔ
c.    Mentakyin (menentukan) mayit dari segi mayit yang hadir atau gaib agar dapat dibedakan dari selain mayit yang disholati, seperti musholli berkata:
 
ِﺖ/ َﻋﻠَﻰ اﻟْ َﻤﻴﱢ ِﺖ ا ْﳊَﺎ ِﺿِﺮ/ َﻋﻠَﻰ َﻣ ْﻦ ﻳُ َﺼﻠﱢﻰ َﻋﻠَْﻴِﻪ اْ ِﻹَﻣﺎمُ/ َﻫ َﺬا اﻟْ َﻤﻴﱢ
 
َﻋﻠَﻰ
 
أُ َﺻﻠﱢﻰ
 
ِﰱ اﻟْ ِﻤ ْﺤَﺮا ِب/ َﻋﻠَﻰ اﻟﱠ ِﺬى أََﻣﺎَم اِْﻹَﻣﺎِم ﻓَـْﺮ ًﺿﺎ/ﻓَـْﺮ َض ﻛَِﻔﺎﻳٍَﺔ َﻋﻠَﻰ اﻟﱠ ِﺬى
Oleh karena itu, dalam niat diwajibkan salah satu dari contoh- contoh mentakyin mayit di atas, seperti yang difeadahkan oleh ad- Damiri. Tidak perlu mentakyin mayit dengan namanya dan juga tidak perlu mengetahuinya pada saat niat, sebagaimana juga tidak diperlukan dalam sholat-sholat lain.

Berniat adalah rukun pertama dalam mensholati mayit.
 
b)    Membaca takbir

)وﻳﻘﻮل اﷲ أﻛﱪ( أرﺑﻊ ﻣﺮات ﺑﺘﻜﺒﲑة اﻻﺣﺮام ﻛﻤﺎ ﻳﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﻧﻈﻢ ﻛﻼﻣﻪ ﻷﻧﻪ اﻵﺧﺮ ﻣﻦ
ﻓﻌﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ وﻫﺬا ﺛﺎﱏ اﻷرﻛﺎن
Membaca ‘أﻛﺒﺮ ﷲ’ sebanyak 4 (empat) kali beserta takbiratul ihram, seperti yang diketahui dari rangkaian pernyataan mushonnif, karena membacanya sebanyak 4 kali ini merupakan pelajaran terakhir dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli. Ini merupakan rukun kedua dalam mensholati mayit.

c)    Berdiri

)وﻫﻮ ﻗﺎﺋﻢ( ﻓﻼ ﳚﺰئ اﻟﻘﻌﻮد )إن ﻗﺪر( ﻋﻠﻰ اﻟﻘﻴﺎم ﻷ ﺎ ﻓﺮض ﻛﺎﳋﻤﺲ أى وﻟﻮ ﻛﺎن
ﺻﺒﻴﺎ واﻣﺮأة ﻣﻊ وﺟﻮد رﺟﺎل وإن وﻗﻌﺖ ﳍﻤﺎ ﻧﻔﻼ رﻋﺎﻳﺔ ﻟﺼﻮرة اﻟﻔﺮض وﻷن اﻟﻘﻴﺎم ﻫﻮ اﳌﻘﻮم ﻟﺼﻮر ﺎ ﻓﻔﻰ ﻋﺪﻣﻪ ﳏﻮ ﻟﺼﻮر ﺎ ﺑﺎﻟﻜﻠﻴﺔ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ وﻫﺬا ﺛﺎﻟﺚ اﻷرﻛﺎن
Orang yang mensholati berdiri jika ia mampu. Oleh karena itu, tidak cukup jika dilakukan dengan duduk padahal mampu berdiri karena mensholati mayit adalah fardhu, seperti sholat 5 (lima) waktu. Kewajiban berdiri ini adalah meskipun musholli itu shobi atau perempuan yang disertai adanya para laki-laki meskipun mensholati mayit bagi mereka berdua akan berstatus sebagai sholat sunah. Tujuan diwajibkan berdiri adalah karena untuk mempertahan bentuk sholat kefardhuan dan karena berdiri merupakan penguat bentuk sholatnya sehingga tidak berdiri dapat menyebabkan hilangnya bentuk tersebut, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Ibnu Hajar. Berdiri adalah rukun yang ketiga dalam mensholati mayit.

d)    Membaca Surat al-Fatihah

)ﰒ ﻳﻘﺮأ اﻟﻔﺎﲢﺔ( ﻓﺒﺪﳍﺎ ﻓﺎﻟﻮﻗﻮف ﺑﻘﺪرﻫﺎ وﳚﺰئ ذﻟﻚ ﰱ اﻟﺪﻋﺎء ﻟﻠﻤﻴﺖ ﻛﻤﺎ ﻧﻘﻠﻪ اﻟﻜﺮدى ﻋﻦ اﺑﻦ ﻗﺎﺳﻢ وﻻ ﺗﺘﻌﲔ ﰱ اﻟﺘﻜﺒﲑة اﻷوﱃ وإﳕﺎ ﻫﻰ ﻓﻴﻬﺎ اﻷﻓﻀﻞ ﺑﻞ ﲡﺰئ ﰱ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ أو اﻟﺜﺎﻟﺜﺔ أو اﻟﺮاﺑﻌﺔ أو ﺑﻌﺪ زﻳﺎدة ﺗﻜﺒﲑات ﻛﺜﲑة ﻛﺬا ﻧﻘﻠﻪ ﳏﻤﺪ اﻟﻜﺮدى ﻋﻦ اﺑﻦ ﻗﺎﺳﻢ وﻳﺴﺘﻔﺎد ﻣﻦ ذﻟﻚ ﺟﻮاز ﲨﻊ رﻛﻨﲔ ﰱ ﺗﻜﺒﲑة وﺧﻠﻮ اﻷوﱃ ﻋﻦ ذﻛﺮ وﻋﺪم اﻟﱰﺗﻴﺐ ﺑﲔ
اﻟﻔﺎﲢﺔ وﻏﲑﻫﺎ ﻛﻤﺎ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ أﻣﺎ ﻏﲑ اﻟﻔﺎﲢﺔ ﻣﻦ اﻟﺼﻼة ﰱ اﻟﺘﻜﺒﲑة اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ
 
واﻟﺪﻋﺎء ﰱ اﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﻓﻤﺘﻌﲔ ﻻ ﳚﻮز ﺧﻠﻮ ﳏﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻛﻤﺎ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ وﻫﺬا راﺑﻊ
اﻷرﻛﺎن
Membaca al-Fatihah, jika tidak mampu maka membaca bacaan penggantinya, jika tidak mampu juga maka berdiri selama seukuran waktu membaca al-Fatihah. Membaca al-Fatihah dirasa cukup sebagai bentuk perbuatan mendoakan mayit, seperti yang dikutip oleh al-Kurdi dari Ibnu Qosim. Membaca al-Fatihah tidak diwajibkan dilakukan setelah takbir pertama, tetapi boleh dibaca setelah takbir kedua, atau ketiga, atau keempat, atau setelah menambahkan takbir-takbir yang banyak. Adapun membacanya setelah takbir pertama merupakan hal yang paling utama. Demikian ini dikutip oleh Muhammad al-Kurdi dari Ibnu Qosim. Kemudian Syeh ar-Romli memberikan faedah bahwa dari kutipan tersebut dapat diambil pemahaman tentang kebolehan menggabungkan dua rukun dalam satu takbir, mengosongkan takbir pertama dari dzikir, dan tidak adanya tertib antara rukun membaca al-Fatihah dan rukun-rukun selainnya. Adapun membaca sholawat pada takbir kedua dan mendoakan mayit pada takbir ketiga merupakan suatu kewajiban, artinya, tidak boleh mengosongkan takbir kedua dari sholawat dan takbir ketiga dari mendoakan mayit, seperti yang difaedahkan oleh Ibnu Hajar. Membaca al-Fatihah merupakan rukun keempat dalam mensholati mayit.

e)    Membaca Takbir dan Sholawat

)ﰒ ﻳﻘﻮل اﷲ أﻛﱪ ﰒ ﻳﻘﻮل اﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ ﳏﻤﺪ( وﻫﻮ اﻟﻮاﺟﺐ ﻣﻦ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وﻳﺴﻦ ﻗﺮاءة ﺳﻮرة اﳊﻤﺪ ﷲ رب اﻟﻌﺎﳌﲔ ﻗﺒﻞ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﻟﻨﱮ واﻟﺪﻋﺎء ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﲔ واﳌﺆﻣﻨﺎت ﺑﻌﺪﻫﺎ ﺗﻘﺮﻳﺒﺎ ﻟﻺﺟﺎﺑﺔ وﻫﺬا ﻣﻦ ﺧﺎﻣﺲ اﻷرﻛﺎن
Membaca ‘أﻛﺒﺮ ﷲ’. Kemudian membaca ‘ﻣﺤﻤﺪ ﻋﻠﻰ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﮭﻢ’. Kalimat sholawat ini adalah kalimat yang wajib. Disunahkan membaca ‘اﻟﻌﺎﻟﻤﯿﻦ رب   اﻟﺤﻤﺪ’ sebelum bersholawat dan mendoakan mukminin dan mukminat setelah bersholawat agar lebih terkabulkan. Membaca sholawat disini adalah rukun yang kelima.114

114 Syarih menyebutkan di dalam kitabnya Qut al-Habib al-Ghorib bahwa bersholawat atas keluarga Nabi tidak diwajibkan tetapi disunahkan. Bersholawat dengan teks sholawat yang seperti dalam tasyahud adalah yang lebih utama. Disunahkan pula menyertakan memintakan salam dengan sholawat. Syarih melanjutkan bahwa disunahkan membaca ‘ اﻟﺣﻣد
اﻟﺣﻣد   رب اﻟﻌﺎﻟﻣﯾن اﻟﻠﮭم ﺻل “ mengucapkan, musholli sehingga bersholawat sebelum ’  رب اﻟﻌﺎﻟﻣﯾن
ﻣﺣﻣد ﺳﯾدﻧﺎ ﻋﻠﻰ وﺳﻠم”. Disunahkan mendoakan mukminin dan mukminat setelah bersholawat. Ibarot Syarih adalah:
 
f)    Membaca Takbir dan Doa Mayit

اﷲ أﻛﱪ اَﻟﻠﱠُﻬ ﱠﻢ ا ْﻏِﻔْﺮ ﻟَﻪُ َواْرَﲪْﻪُ( وﻳﺬﻛﺮ اﻟﻀﻤﲑ إن ﻛﺎن اﳌﻴﺖ ذﻛﺮا أو ﻳﺆﻧﺜﻪ إن )ﰒ ﻳﻘﻮل
ﻛﺎن أﻧﺜﻰ وﻫﺬا ﺳﺎدس اﻷرﻛﺎن
Membaca ‘أﻛﺒﺮ ﷲ’ dan disusul dengan membaca:
اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ا ْﻏِﻔْﺮ ﻟَﻪُ َواْرَﲪْﻪُ
Ya Allah. Ampunilah si mayit dan belas kasihanilah ia.

Musholli memudzakarkan isim dhomir (yaitu dengan ‘ه’) jika mayitnya laki- laki dan memuanaskannya (yaitu dengan ‘ھﺎ’) jika mayitnya perempuan. Mendoakan mayit disini adalah rukun yang keenam dalam mensholatinya.
g)    Membaca Takbir dan Salam

)ﰒ ﻳﻘﻮل اﷲ أﻛﱪ اﻟﺴﻼم ﻋﻠﻴﻜﻢ( وﻫﺬا ﺳﺎﺑﻊ اﻷرﻛﺎن وﻳﺴﻦ ﺗﻄﻮﻳﻞ اﻟﺪﻋﺎء ﺑﻌﺪ اﻟﺮاﺑﻌﺔ ﺑﻘﺪر ﻣﺎ ﺑﲔ اﻟﺘﻜﺒﲑات وﻣﺎ ﻳﻔﻌﻠﻪ أﻛﺜﺮ اﻟﻨﺎس ﻣﻦ اﻹﺳﺮاع ﺑﺎﻟﺴﻼم ﻋﻘﺒﻬﺎ ﻓﺨﻼف اﻟﺴﻨﺔ
 
ﺑـَْﻌ َﺪﻩُ أى ﺗَـْﻔﺘِﻨﱠﺎ
 
َوَﻻ
 
أَ ْﺟَﺮﻩُ َﲢِْﺮْﻣﻨَﺎ
 
ﻧﺒﻪ ﻋﻠﻰ ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ وﳑﺎ ﻳﺴﻦ ﻓﻴﻬﺎ اَﻟﻠﱠُﻬ ﱠﻢ َﻻ َوا ْﻏِﻔْﺮ ﻟَﻨَﺎ أى ﻣﺎ أى ﻣﺎ ﻋﻠﻤﺘﻪ ﻣﻦ ذﻧﻮﺑﻨﺎ ﻛﻤﺎ ﺑﺎﳌﻌﺎﺻﻰ
 
Membaca ‘أﻛﺒﺮ ﷲ’ dan disusul dengan salam ‘ﻋﻠﯿﻜﻢ اﻟﺴﻼم’.115
Membaca salam adalah rukun ketujuh dalam mensholati mayit. Disunahkan


وﻻ ﲡﺐ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﻵل ﺑﻞ ﺗﺴﻦ وﻛﻴﻔﻴﺔ ﺻﻼة اﻟﺘﺸﻬﺪ اﻟﺴﺎﺑﻘﺔ أﻓﻀﻞ ﻫﻨﺎ أﻳﻀﺎ وﻳﻨﺪب ﺿﻢ اﻟﺴﻼم ﻟﻠﺼﻼة وإﳕﺎ ﱂ ﳛﺘﺞ إﻟﻴﻪ ﰱ اﻟﺘﺸﻬﺪ ﻟﺘﻘﺪﻣﻪ ﻓﻴﻪ وﻫﻨﺎ ﱂ ﻳﺘﻘﺪم ﻓﻴﺴﻦ ﺧﺮوﺟﺎ ﻣﻦ اﻟﻜﺮاﻫﺔ ﻛﺬا ﰱ اﻟﺘﺤﻔﺔ وﻳﺴﻦ اﳊﻤﺪ ﷲ رب اﻟﻌﺎﳌﲔ ﻗﺒﻞ اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﻟﻨﱮ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻴﻘﻮل اﳊﻤﺪ ﷲ رب اﻟﻌﺎﳌﲔ اﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﻰ ﳏﻤﺪ وﻳﺴﻦ اﻟﺪﻋﺎء ﻟﻠﻤﺆﻣﻨﲔ واﳌﺆﻣﻨﺎت ﻋﻘﺒﻬﺎ )ص. (٩٥
 
115
 
Mengucapkan salam dalam mensholati mayit adalah seperti salam yang
 
diucapkan dalam sholat selainnya, artinya, musholli menolehkan wajah ke arah kanan pada
salam pertama dan ke arah kiri pada salam kedua. Dalam kalimat salam, disunahkan
menambahkan ‘ﷲ ُﺔ َﻣ ْﺣ َر َو’. Adapun menambahkan ‘ُﺗﮫ َﻛﺎ َر َﺑ َو ’ maka menurut Ibnu Hajar
disunahkan sedangkan menurut selainnya tidak disunahkan. Ibarotnya adalah:

واﻟﺴﻼم ﻫﻨﺎ ﻛﺎﻟﺴﻼم ﰱ ﺻﻼة ﻏﲑ اﳉﻨﺎزة ﰱ ﻛﻴﻔﻴﺘﻪ( ﻛﺎﻟﺘﻔﺎﺗﻪ ﰱ اﻟﺘﺴﻠﻴﻤﺔ اﻷوﱃ ﻋﻠﻰ ﳝﻴﻨﻪ وﰱ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻋﻠﻰ ﻳﺴﺎرﻩ )وﻋﺪدﻩ( أى ﻛﻮﻧﻪ ﻣﺮﺗﲔ )ﻟﻜﻦ ﻳﺴﺘﺤﺐ زﻳﺎدة( ﻛﻠﻤﺔ ﻫﻨﺎ ﺑﻌﺪ ﻗﻮﻟﻪ )ورﲪﺔ اﷲ( وﻫﻰ
 
memperlama mendoakan mayit setelah takbir yang keempat (sebelum salam) seukuran waktu antara takbir-takbir yang lain. Kebiasaan yang dilakukan oleh sebagian besar orang yang berupa mempercepat mengucapkan salam setelah takbir keempat tidaklah sesuai kesunahan, seperti yang ditanbihkan oleh ar-Romli. Termasuk doa yang disunahkan dibaca pada takbir keempat (sebelum salam) adalah;

اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َﻻ َﲢْ ِﺮْﻣﻨَﺎ أَ ْﺟَﺮﻩُ َوَﻻ ﺗَـْﻔﺘِﻨﱠﺎ ﺑـَ ْﻌ َﺪﻩُ َوا ْﻏِﻔْﺮ ﻟَﻨَﺎ116
Ya Allah. Janganlah Engkau mencegah pahala mayit dari kami dan janganlah Engkau memberikan cobaan fitnah dengan kemaksiatan- kemaksiatan terhadap kami setelah mayit dan ampunilah dosa-dosa kami.

 
َﻋ َﺬا َب اﻟﻨﱠﺎ ِر
 
َﺣ َﺴﻨَﺔً َوﻗِﻨَﺎ
 
َوِﰱ اْﻵ ِﺧَﺮةِ َﺣ َﺴﻨَﺔً
 
اﻟﺴﻠﻒ اَﻟﻠﱠُﻬ ﱠﻢ َرﺑـﱠﻨَﺎ آﺗِﻨَﺎ ِﰱ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ وزاد
 
وﻫﺬا وإن ﻛﺎن ﺣﺴﻨﺎ ﻟﻜﻦ ﱂ ﻳﺬﻛﺮﻩ اﻟﺸﺎﻓﻌﻰ ﺿﻰ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻛﺬا ﻗﺎﻟﻪ اﻟﺮﻣﻠﻰ وﺣﺴﻨﺔ اﻟﺪﻧﻴﺎ اﻟﻌﻠﻢ واﻟﻌﺒﺎدة أو اﻟﻌﺎﻓﻴﺔ أو اﳌﺎل أو اﳌﺮأة اﳉﻤﻴﻠﺔ أﻗﻮال وﺣﺴﻨﺔ اﻵﺧﺮة اﳉﻨﺔ اﲨﺎﻋﺎ أﻓﺎد
ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ
Sebagian ulama salaf menambahkan:

 
َب اﻟﻨﱠﺎ ِر
 
َﻋ َﺬا
 
َﺣ َﺴﻨَﺔً َوﻗِﻨَﺎ
 
َوِﰱ اْﻵ ِﺧَﺮِة َﺣ َﺴﻨَﺔً
 
اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َرﺑـﱠﻨَﺎ آﺗِﻨَﺎ ِﰱ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ
 


 
)وﺑﺮﻛﺎﺗﻪ( وﻫﺬا ﻣﻮاﻓﻖ ﻻﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﳐﺎﻟﻒ ﻟﻐﲑﻩ ﻛﺬا ﻛﺘﺒﻪ اﻟﺸﺎرح ﰱ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﻗﻮت اﳊﺒﻴﺐ اﻟﻐﺮﻳﺐ ص. .٩٧ وأﻳﻀﺎ ﰱ ﺷﺮﺣﻪ اﳌﺴﻤﻰ ﺑﺎﻟﺜﻤﺎر اﻟﻴﺎﻧﻌﺔ ﰱ اﻟﺮﻳﺎض اﻟﺒﺪﻳﻌﺔ ﻣﺎ ﻧﺼﻪ )و( اﻟﺴﺎﺑﻌﺔ اﻟﺘﺴﻠﻴﻤﺔ )اﻷوﱃ ﺑﻌﺪ اﻟﺘﻜﺒﲑة اﻟﺮاﺑﻌﺔ( ﻛﺴﺎﺋﺮ اﻟﺼﻠﻮات ﰱ ﻛﻴﻔﻴﺘﻬﺎ وﺟﻮﺑﺎ وﻧﺪﺑﺎ إﱃ ﰱ وﺑﺮﻛﺎﺗﻪ ﻓﺴﻨﺔ ﻫﻨﺎ ﻋﻨﺪ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ
٥١ .ص

116 Disebutkan oleh Syarih dalam Syarah Riyadh al-Badiah bahwa lebih lengkapnya bacaan setelah takbir keempat adalah:

 
َﺳﻴﱢ ِﺪﻧَﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ٍﺪ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ
 
َﺻ ﱢﻞ َو َﺳﻠﱢ ْﻢ َﻋﻠَﻰ
 
َﲢْ ِﺮْﻣﻨَﺎ أَ ْﺟَﺮﻩُ َوَﻻ ﺗَـْﻔﺘِﻨﱠﺎ ﺑَـ ْﻌ َﺪﻩُ َوا ْﻏِﻔْﺮ ﻟَﻨَﺎ َوﻟَﻪُ َوﻟِﻠْ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻤْ َﲔ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َﻻ
 
َواﻟْ ُﻤْﺆِﻣﻨَﺎ ِت َواﻟْ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻤْ َﲔ َواﻟْ ُﻤ ْﺴﻠِ َﻤﺎ ِت اَْﻷَ ْﺣﻴَﺎِء ِﻣﻨْـ ُﻬ ْﻢ َواْﻷَْﻣَﻮا ِت َو َﺳﻠﱢ ْﻤﻨَﺎ َوإِﻳﱠﺎ ُﻫ ْﻢ ِﻣ ْﻦ آﻓَﺎ ِت ا ْﻏِﻔْﺮ ﻟِﻠْ ُﻤْﺆِﻣﻨِ ْ َﲔ
 
َب اﻟﻨﱠﺎ ِر َرﺑﱠـﻨَﺎ َﻻ ﺗُِﺰْغ ﻗُـﻠُْﻮﺑَـﻨَﺎ ﺑَـ ْﻌ َﺪ إِ ْذ َﻋ َﺬا
 
َﺣ َﺴﻨَﺔً َوﻗِﻨَﺎ
 
َوِﰱ اﻵ ِﺧَﺮةِ َﺣ َﺴﻨَﺔً
 
ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ واﻵ ِﺧَﺮةِ َرﺑﱠـﻨَﺎ آﺗِﻨَﺎ ِﰱ اﻟ ّﺪﻧْـﻴَﺎ اﻟ
 
َوَﻫ ْﺐ ﻟَﻨَﺎ ِﻣ ْﻦ ﻟَ ُﺪﻧْ َﻚ َرْﲪَﺔً إِﻧﱠ َﻚ أَﻧْ َﺖ اﻟَْﻮﱠﻫﺎ ُب )ص. (٥١ َﻫ َﺪﻳْـﺘَـﻨَﺎ
 
Ya Allah. Ya Tuhan kami. Berilah kami kebaikan di dunia dan akhirat.
Dan hindarkanlah kami dari siksa api neraka.

Tambahan dari ulama salaf ini, meskipun bagus, tetapi tidak disebutkan oleh Imam Syafii rodhiyallahu ‘anhu, seperti yang dikatakan oleh ar-Romli. Maksud kebaikan di dunia adalah ilmu dan ibadah atau kesehatan atau harta atau istri yang cantik dan masih banyak lagi pendapat yang memaksudkan tentang kebaikan di dunia. Adapun kebaikan di akhirat adalah surga secara ijmak, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.

 
أى اﳋﻤﺲ وﻏﲑﻫﺎ ﻛﻄﻬﺮ
 
)ﻣﻦ ﺷﺮوط اﻟﺼﻼة(
 
أى اﻟﺼﻼة ﻋﻠﻰ اﳌﻴﺖ
 
)وﻻﺑﺪ ﻓﻴﻬﺎ(
 
وﺳﱰ ﻟﻠﻤﺼﻠﻰ وﻏﲑﳘﺎ )وﺗﺮك اﳌﺒﻄﻼت( ﻷ ﺎ ﺻﻼة ﺷﺮﻋﻴﺔ
Dalam mensholati mayit harus menjaga syarat-syarat yang telah ditetapkan di dalam sholat 5 (lima) waktu dan lainnya, seperti; suci dari najis pada tubuh, pakaian, dan barang yang dibawa, menutup aurat, dan lain-lainnya. Begitu juga harus meninggalkan perkara-perkara yang membatalkan sholat karena sholat jenazah merupakan sholat syariah.

4.    Mengubur

)وأﻗﻞ اﻟﺪﻓﻦ( أى اﻟﻘﱪ )ﺣﻔﺮة ﺗﻜﺘﻢ( ﺑﻌﺪ ﺑﻘﺪ ردﻣﻬﺎ )راﺋﺤﺘﻪ( أى ﻇﻬﻮرﻫﺎ ﻣﻨﻪ ﻓﺘﺆذى اﳊﻰ )وﲢﺮﺳﻪ ﻣﻦ اﻟﺴﺒﺎع( أى ﻣﻦ ﻧﺒﺸﻬﺎ ﳍﺎ ﻓﺘﺄﻛﻞ اﳌﻴﺖ ﻓﺘﻨﺘﻬﻚ ﺣﺮﻣﺘﻪ
Minimal dalam mengubur adalah lubang yang sekiranya setelah diratakan tanahnya dapat menutup bau mayit yang dapat menyebabkan orang-orang hidup terganggu, dan yang dapat menjaganya dari galian binatang buas yang hendak memangsanya.

)وﻳﺴﻦ أن ﻳﻌﻤﻖ ﻗﺪر ﻗﺎﻣﺔ وﺑﺴﻄﺔ( أى ﺑﺄن ﻳﻘﻮم ﻓﻴﻪ وﻳﺒﺴﻂ ﻳﺪﻩ ﻣﺮﺗﻔﻌﺔ )وﻳﻮﺳﻊ( أى ﻳﺰاد ﰱ ﻃﻮﻟﻪ وﻋﺮﺿﻪ واﳌﺮاد اﻟﺘﻮاﺳﻴﻊ ﺑﻘﺪر ﻣﺎ ﻳﺴﻊ اﳌﻴﺖ وﻣﻦ ﻳﻨﺰﻟﻪ وﻳﻌﻴﻨﻪ أﻓﺎد ذﻟﻚ
ﻋﻄﻴﺔ
Disunahkan bahwa lubang kuburan diperdalam sedalam ukuran manusia berdiri sambil membentangkan tangannya ke atas, dan diperluas seukuran luas yang muat untuk dimasuki mayit dan orang yang menurunkannya, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.
 
)وﳚﺐ ﺗﻮﺟﻴﻬﻪ( أى اﳌﻴﺖ )إﱃ اﻟﻘﺒﻠﺔ( ﺗﻨﺰﻳﻼ ﻟﻪ ﻣﻨﺰﻟﺔ اﳌﺼﻠﻰ ﻓﻠﻮ وﺟﻪ ﻟﻐﲑﻫﺎ ﻧﺒﺶ ﻣﺎ ﱂ ﻳﺘﻐﲑ وﻛﺬا ﻟﻮ وﺟﻪ ﳍﺎ ﻣﺴﺘﻠﻘﻴﺎ وﻟﻮ ﻣﺘﻮﺟﻬﺎ ﺑﻮﺟﻬﻪ وأﲬﺼﻴﻪ أﻓﺎد ذﻟﻚ ﻋﻄﻴﺔ
Diwajibkan menghadapkan mayit ke arah Kiblat karena memposisikannya seperti posisi orang sholat. Andai mayit dihadapkan ke arah selain Kiblat maka wajib digali lagi selama jasadnya belum berubah. Begitu juga, andai mayit dihadapkan ke arah Kiblat dalam posisi berbaring meskipun wajah dan dua bagian dalam kedua telapak kaki telah menghadapnya, maka wajib digali kembali selama jasadnya belum berubah, seperti yang difaedahkan oleh Syeh Athiah.

وﻧﺪب أن ﻳﺴﻨﺪ وﺟﻬﻪ إﱃ ﺟﺪار اﻟﻘﱪ وﻇﻬﺮﻩ ﺑﻠﺒﻨﺔ وﳓﻮﻫﺎ ﺣﱴ ﻻ ﻳﻨﻜﺐ وﻳﺴﺘﻠﻘﻰ وﻳﺮﻓﻊ رأﺳﻪ ﺑﻠﺒﻨﺔ وﳓﻮﻫﺎ وﻳﻔﻀﻰ ﲞﺪﻩ اﻷﳝﻦ ﻣﻜﺸﻮﻓﺎ إﻟﻴﻬﺎ أو إﱃ اﻟﱰاب وﳛﻞ رﺑﻂ أﻛﻔﺎﻧﻪ ﺑﻌﺪ وﺿﻌﻪ ﰱ ﻗﱪﻩ ﻷﻧﻪ ﻳﻜﺮﻩ أن ﻳﻜﻮن ﻣﻌﻪ ﻓﻴﻪ ﺷﻴﺊ ﻣﻌﻘﻮد ﻛﻤﺎ ﻧﺒﻪ ﻋﻠﻰ ذﻟﻚ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ وﻛﺮﻩ ﻓﺮش أو ﳐﺪة أو ﺻﻨﺪوق ﱂ ﳛﺘﺞ إﻟﻴﻪ وﻻ ﺗﻨﻔﺬ وﺻﻴﺘﻪ ﺑﺸﻴﺊ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ اﻟﺜﻼﺛﺔ أﻓﺎدﻩ
اﺑﻦ ﺣﺠﺮ
Disunahkan menyandarkan wajah mayit dan punggungnya ke tembok kuburan dengan diganjal dengan semacam bata agar tidak telungkup dan berbaring. Disunahkan meninggikan kepala mayit, yaitu dengan dibantali dengan semacam bata dan pipi kanannya yang terbuka ditempelkan pada bata tersebut atau pada tanah. Disunahkan pula melepaskan tali-tali kafan setelah mayit usai diletakkan di dalam kuburan karena dimakruhkan meninggalkannya dalam kondisi jasadnya masih terikat, seperti yang ditanbihkan oleh Ibnu Hajar.

Dimakruhkan memasangkan alas (tikar) pada mayit, bantal, atau peti yang tidak diperlukan. Andai mayit berwasiat agar dipasangi alas, atau bantal, atau dimasukkan di dalam peti, maka wasiatnya tidak perlu dikabulkan, seperti yang difaedahkan oleh Ibnu Hajar.

 ﻓﺼﻞ( ﻓﻰ اﻟﺰﻛﺎة

BAGIAN KEDUA PULUH DUA (FASAL) ZAKAT
A.    Pengertian Zakat dan Dalil Zakat
Zakat menurut bahasa berarti mensucikan, memperbaiki, seperti Firman Allah;
ﻗَ ْﺪ أَﻓْـﻠَ َﺢ َﻣ ْﻦ َزﱠﻛﺎ َﻫﺎ
Sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan (dan memperbaiki) jiwa itu.117
Selain itu, zakat menurut bahasa juga berarti bertambah dan memuji, seperti Firman Allah;
ﻓَﻼَ ﺗُـَﺰﱡﻛﻮاْ أَﻧُﻔ َﺴ ُﻜ ْﻢ
Maka janganlah kamu memuji dirimu sendiri.118
Sedangkan menurut istilah, zakat berarti nama harta atau badan yang dikeluarkan dengan cara tertentu.

Dasar pensyariatan zakat adalah al-Quran, al-hadis, dan ijmak. Zakat merupakan aturan hukum syariat yang maklum min ad-din bi ad- dorurot, artinya, diketahui oleh siapapun, baik oleh orang alim atau awam. Oleh karena itu, orang yang mengingkari asal kewajibannya atau sebagian dari juziat zakat yang doruri dihukumi telah kufur.

Berbeda dengan perkara-perkara tentang zakat yang masih diperselisihkan di kalangan para ulama, seperti kewajiban zakat dalam harta shobi dan tijaroh (dagangan), maka mengingkarinya tidak dihukumi kufur. Begitu juga, perkara-perkara tentang zakat yang tidak maklum min ad-din bi ad-dorurot, maka mengingkarinya juga tidak dihukumi kufur.

Zakat difardhukan pada bulan Syakban tahun 2 Hijriah bersamaan dengan zakat fitrah. Pendapat masyhur dikalangan ulama muhaddisin adalah bahwa zakat difardhukan pada bulan Syawal tahun 2 Hijriah, sedangkan zakat fitrah difardhukan pada bulan syawal tersebut sebelum hari raya idul fitri kurang 2 hari dimana keduanya sama–sama difardhukan setelah puasa Ramadhan difardhukan.
Demikian ini semua dijelaskan dalam kitab Busyro al-Karim.119

117 QS. As-Syams: 9
118 QS. An-Najm: 32
 
B.    Harta-harta yang Wajib Dizakati
(Secara ringkas), zakat diwajibkan dalam 8 (delapan) jenis harta yang diberikan kepada 8 (delapan) jenis mustahik zakat. Disunahkan bagi orang yang mengambil zakat untuk mendoakan pemberinya. Menurut pendapat qiil, ia diwajibkan mendoakannya. Dan orang yang memberi zakat disunahkan membaca;
َرﺑـﱠﻨَﺎ ﺗَـَﻘﺒﱠ ْﻞ ِﻣﻨﱠﺎ إِﻧﱠ َﻚ أَﻧْ َﺖ اﻟ ﱠﺴ ِﻤْﻴ ُﻊ اﻟْﻌَﻠِْﻴﻢ
Ya Tuhan kami. Terimalah amal ibadah dari kami. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Mengetahui.120
Syarat-syarat orang yang wajib mengeluarkan zakat adalah;
1.    Merdeka
2.    Islam
3.    Menyandang status memiliki secara kuat (milku at-tam) atas harta.
4.    Takyin al-Malik atau pemilik harta berstatus pribadi (bukan harta masjid dan juga bukan harta wakaf)
5.    Pemilik harta benar-benar ada secara nyata atau yakin. (Mengecualikan pemilik harta adalah masih berupa janin yang meskipun menerima seluruh warisan).121
Ketika syarat-syarat ini terpenuhi maka harta, baik berupa barang yang sudah ada di tangan atau piutang, baik berupa harta yang digosop, atau hilang, atau yang diingkari, meskipun sulit untuk memperolehkanya kembali.122

(Masalah) Apabila seseorang memiliki harta yang benar-benar mepet, sedangkan ia sendiri memiliki kewajiban zakat dan juga membayar hutang, maka apabila ia bukanlah mahjur ‘alaih (orang yang ditahan pentasarrufannya), ia harus mengeluarkan zakat terlebih dahulu. Sebaliknya, apabila ia adalah mahjur ‘alaih maka harus didahulukan pelunasan hutangnya selama harta mepet tersebut jika digunakan untuk melunasi hutang terlebih dahulu maka sisanya tidak kurang dari nishob zakat. Jika sisa hartanya menjadi kurang dari nishob zakat setelah pelunasan hutang maka jelas harus didahulukan pembayaran zakatnnya.123

119 Hal, 40. Jilid, 2
120 Ibid.
121 Ibid. Diringkas.
122 Ibid, hal, 41. Jilid 2
123 Ibid. Ibarotnya adalah;
وﺧﺮج ﺑﱰﻛﺔ اﺟﺘﻤﺎﻋﻬﻤﺎ ﻋﻠﻰ ﺣﻲ ﺿﺎق ﻣﺎﻟﻪ ﻓﺈن ﱂ ﳛﺠﺮ ﻋﻠﻴﻪ ﻗﺪﻣﺖ اﻟﺰﻛﺎة ﺟﺰﻣﺎ وإﻻ ﻗﺪم دﻳﻦ
اﻵدﻣﻰ ﺟﺰﻣﺎ ﻣﺎ ﱂ ﺗﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﻟﻌﲔ وإﻻ ﻓﺘﻘﺪم ﻣﻄﻠﻘﺎ اﻩ ﺑﺸﺮى اﻟﻜﺮﱘ
 
Syeh Nawawi al-Banteni berkata;

)وﲡﺐ اﻟﺰﻛﺎة ﰱ اﻹﺑﻞ( ﻋﺮاﺑﺎ وﲞﺎﺗﻰ وﻫﻰ إﺑﻞ اﻟﱰك )واﻟﺒﻘﺮ( ﻋﺮاﺑﺎ وﺟﻮاﻣﻴﺲ )واﻟﻐﻨﻢ( ﺿﺄﻧﺎ وﻣﻌﺰا )واﻟﺘﻤﺮ واﻟﺰﺑﻴﺐ( إذ ﳘﺎ ﻣﻦ اﻷﻗﻮات اﳌﺪﺧﺮة )واﻟﺰروع اﳌﻘﺘﺎﺗﺔ ﺣﺎﻟﺔ اﻻﺧﺘﻴﺎر( أى ﰱ وﻗﺖ اﳋﺼﺐ وﻟﻮ ﻧﺎدرا )واﻟﺬﻫﺐ( وإن ﱂ ﻳﻜﻦ ﻣﻀﺮوﺑﺎ ﻛﺘﱪ وﻗﺮاﺿﺔ )واﻟﻔﻀﺔ( وإن ﱂ ﺗﻀﺮب )واﳌﻌﺪن( ﺑﻔﺘﺢ اﳌﻴﻢ وﻛﺴﺮ اﻟﺪال اﺳﻢ ﳌﺎ أﺳﻜﻨﻪ اﷲ ﰱ ﻃﺒﺎق اﻷرض ﲰﻰ ﺑﺬﻟﻚ ﻟﻌﺪوﻧﻪ أى ﺳﻜﻮﻧﻪ ﻓﻴﻬﺎ وﻫﻮ ﻣﺎ اﺳﺘﺨﺮج ﻣﻦ ذﻫﺐ أو ﻓﻀﺔ وأن ﻳﺘﺼﻞ ﻧﻴﻠﻪ وﻳﻀﻢ ﺑﻌﻀﻪ إﱃ ﺑﻌﺾ إن اﲢﺪ ﳏﻞ وﺗﺘﺎﺑﻊ ﻋﻤﻞ أو ﻗﻄﻌﻪ ﺑﻌﺬر وإﻻ ﻓﻼ ﺿﻢ ﳌﺎ ﻣﻠﻜﻪ ﲜﻬﺔ أﺧﺮى وﻳﺰﻛﻰ اﻟﺜﺎﱏ ﻓﻘﻂ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ )واﻟﺮﻛﺎز( وﻫﻮ دﻓﲔ اﳉﺎﻫﻠﻴﺔ وﺿﺮ ﻢ )ﻣﻨﻬﻤﺎ( اى اﻟﺬﻫﺐ واﻟﻔﻀﺔ )وأﻣﻮال اﻟﺘﺠﺎرة( وﻫﻰ ﺗﻘﻠﺐ اﳌﺎل ﺑﺎﳌﻌﺎوﺿﺔ ﻟﻐﺮض اﻟﺮﺑﺢ

ﺑﻨﻴﺔ اﻟﺘﺠﺎرة ﻋﻨﺪ ﻛﻞ ﺗﺼﺮف )واﻟﻔﻄﺮة( وﻫﻮ اﻟﺒﺪن


Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah:

1)    Unta Arab dan unta Turki (Bukhoti).
2)    Sapi Arab dan kerbau.
3)    Domba dan kambing kacang.
4)    Kurma dan anggur kering (kismis) karena keduanya termasuk makanan pokok yang disimpan sebagai cadangan kebutuhan (muddakhoroh).
5)    Tanaman-tanaman yang dijadikan sebagai makanan pokok pada musim subur meskipun langka, bukan pada musim paceklik.
6)    Emas, meskipun belum dicetak, seperti; biji emas dan remukan emas.
7)    Perak, meskipun belum dicetak.
8)    Ma’din (barang tambang), yaitu nama harta yang ditempatkan oleh Allah di dalam lapisan bumi. Disebut dengan nama ma’din karena ‘udun atau bertempatnya di dalam bumi. Ma’din adalah barang tambang dari emas atau perak yang cara perolehannya melalui pencarian terus menerus. Sebagian dari barang tambang tersebut digabungkan dengan sebagian yang lain jika berada di dalam satu tempat dan perolehannya dilakukan dengan kerja secara terus menerus atau tidak secara terus menerus karena ada udzur, jika tidak maka tidak perlu digabungkan dan hanya sebagian yang lain itu yang dizakati, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.
9)    Rikaz, yaitu harta emas atau perak yang dipendam oleh orang-orang Jahiliah.
 
10)    Harta perdagangan. Pengertian perdagangan adalah proses pengembangan harta dengan cara saling menukar (mu’awadhoh) dengan tujuan memperoleh keuntungan dengan niatan berdagang di setiap transaksinya.
11)    Fitrah, yaitu zakat badan.

Gambar Kurma (ْﻤﺮ اﻟﺘَ)    Gambar Kismis (اﻟﺰﺑﯿﺐ)    Gambar Biji Emas (اﻟﺘﺒﺮ)
           
 
Gambar Kambing Kacang    Gambar Barang Tambang
)اﻟﻤﻌﺪن(

Gambar Unta Turki (Bukhoti)


Tambahan:
 
Gambar Unta Arab
 
Kesimpulannya adalah bahwa kewajiban zakat harta adakalanya berhubungan dengan benda harta tersebut (al-‘ain), seperti; zakat binatang ternak, tanaman, rikaz, dan ma’din, atau berhubungan dengan nilai harganya (al-qimah), seperti; zakat tijaroh (dagangan).124





124 Ibid.
 
C.    Zakat Binatang Ternak (al-Na’am)
Binatang ternak yang dizakati hanya terdiri dari jenis unta, sapi (termasuk kerbau), dan kambing. (Binatang-binatang ini disebut dengan binatang zakawi). Adapun binatang-binatang lain dan binatang peranakan antara binatang zakawi dengan yang lain, misalnya; peranakan sapi dan kijang, maka tidak wajib dizakati kecuali apabila diperdagangkan. Adapun peranakan antara binatang zakawi jenis satu dengan zakawi jenis lain, seperti; peranakan antara sapi dan kambing, maka wajib dizakati, tetapi peranakan tersebut diikutkan pada jumlah nishob teringan. Dalam contoh peranakan antara sapi dan kambing maka nishob peranakan tersebut diikutkan pada nishob kambing.

Pengertian Nishob adalah jumlah minimal harta yang wajib
dizakati.

Syeh Nawawi al-Banteni berkata,
1.    Nishob Binatang Ternak (Zakawi)

)وأول ﻧﺼﺎب اﻹﺑﻞ ﲬﺲ و( أول اﻟﻨﺼﺎب )ﻣﻦ اﻟﺒﻘﺮ ﺛﻼﺛﻮن و( أول اﻟﻨﺼﺎب )ﻣﻦ اﻟﻐﻨﻢ أرﺑﻌﻮن ﻓﻼ زﻛﺎة ﻗﺒﻞ ذﻟﻚ( ﳊﺪﻳﺚ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻤﺎ دون ﲬﺲ ﻣﻦ اﻹﺑﻞ زﻛﺎة ﳌﺎ روى اﻟﱰﻣﺬى وﻏﲑﻩ ﻋﻦ ﻣﻌﺎذ ﻗﺎل ﺑﻌﺜﲎ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻲ وﺳﻠﻢ اﻟﻴﻤﻦ ﻓﺄﻣﺮﱏ أن آﺧﺬ ﻣﻦ ﻛﻞ أرﺑﻌﲔ ﺑﻘﺮة ﻣﺴﻨﺔ وﻣﻦ ﻛﻞ ﺛﻼﺛﲔ ﺗﺒﻴﻌﺎ وﳌﺎ ﻧﻘﻞ اﻟﺸﺎﻓﻌﻰ أن أﻫﻞ اﻟﻌﻠﻢ ﻻ
ﳜﺘﻠﻔﻮن ﰱ ﻧﺼﺎب اﻟﻐﻨﻢ
Permulaan nishob unta adalah 5 (lima). Permulaan nishob sapi adalah 30 (tiga puluh). Permulaan nishob kambing adalah 40 (empat puluh). Oleh karena itu, tidak wajib mengeluarkan zakat jika harta yang dimiliki masih kurang dari permulaan nishobnya karena berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan lainnya, “Tidak ada kewajiban zakat pada unta yang kurang dari 5 (lima),” dan hadis dari Mu’adz yang berkata, “Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama telah mengutusku ke Yaman. Kemudian beliau memerintahkanku untuk mengambil (zakat) sapi musinnah125 dari (nishob) 40 sapi dan mengambil (zakat) sapi tabik dari


125 Musinnah adalah anak sapi yang telah berusia 2 tahun dan masuk ke usia 3 tahun. Tabik adalah anak sapi yang telah berusia satu tahun dan masuk ke usia 2 tahun. Ibarotnya adalah:
 
(nishob) 30 sapi,” dan kutipan dari Imam Syafii, “Sesungguhnya ahli ilmu
tidak berselisih pendapat tentang batas jumlah nishob kambing.”

2.    Syarat-syarat Zakat Harta Binatang (al-Naam)

)وﻻﺑﺪ( ﰱ وﺟﻮب اﻟﺰﻛﺎة )ﻣﻦ اﳊﻮل( وﻫﻮ ﺳﻨﺔ ﻛﺎﻣﻠﺔ ﻓﻼ ﲡﺐ ﻗﺒﻞ ﲤﺎﻣﻪ وﻟﻮ ﺑﻠﺤﻈﺔ )ﺑﻌﺪ ذﻟﻚ( أى اﻟﻨﺼﺎب )وﻻﺑﺪ( أﻳﻀﺎ )ﻣﻦ اﻟﺴﻮم( ﺑﻔﺘﺢ اﻟﺴﲔ اﳌﻬﻤﻠﺔ وﻫﻮ اﻟﺮﻋﻰ )ﰱ ﻛﻸ ﻣﺒﺎح( ﻓﻼ زﻛﺎة ﰱ اﳌﻌﻠﻮﻓﺔ ﻛﻞ اﳊﻮل أو أﻛﺜﺮﻩ ﻧﻌﻢ إن ﻋﻠﻔﺖ ﻗﺪرا ﺗﻌﻴﺶ ﺑﺪوﻧﻪ ﺑﻼ ﺿﺮر ﺑﲔ وﺟﺒﺖ وإﻻ ﻓﻼ ﻓﺈن ﻋﻠﻔﺖ ﻗﺪرا ﻳﺴﲑا ﻏﲑ ﻣﺘﻤﻮل ﱂ ﻳﺆﺛﺮ ﰱ اﻟﺴﻮم )و( ﻻﺑﺪ ﻣﻦ )أن ﻻ ﺗﻜﻮن( أى اﻟﺴﺎﺋﻤﺔ )ﻋﺎﻣﻠﺔ( أى ﰱ ﺣﺮث اﻷرض وﻧﻀﺞ اﳌﺎء ﻓﻼ زﻛﺎة ﻓﻴﻬﺎ
اﳊﺎﻗﺎ ﳍﺎ ﺑﺜﻴﺎب اﻟﺒﺪن وأﻣﺘﻌﺔ اﻟﺪار
Setelah binatang-binatang tersebut mencapai nishob, maka diwajibkan haul, yaitu kepemilikan nishob genap berusia 1 (satu) tahun, oleh karena itu jika belum mencapai 1 (satu) tahun, meskipun kurang sebentar) maka tidak wajib berzakat.

Selain telah berusia haul, diwajibkan pula saum, yaitu digembalakan di padang rumput yang diperbolehkan, oleh karena itu, jika binatang- binatang tersebut diberi makanan (yang butuh biaya) dikandang selama satu tahun utuh atau sebagian besarnya maka tidak wajib dizakati. Adapun apabila mereka diberi makanan yang andai tanpa makanan tersebut mereka masih bisa hidup tanpa mengalami sakit parah maka tetap wajib berzakat, jika tidak maka tidak wajib. Apabila mereka diberi makanan dengan jumlah sedikit sekiranya tidak didapat dinilai mata uang maka tidak berpengaruh sama sekali dalam saumnya, artinya, tetap berkewajiban zakat.
Diwajibkan pula binatang-binatang tersebut tidak dipekerjakan di sawah untuk membajak dan mengairi. Jika dipekerjakan maka tidak berkewajiban zakat karena disamakan dari segi difungsikan atau dipakai dengan harta pakaian dan perabot rumah.




وﻓﻴﻪ أى اﻟﻨﺼﺎب )ﺗﺒﻴﻊ( اﺑﻦ ﺳﻨﺔ ودﺧﻞ ﰱ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﲰﻰ ﺑﺬﻟﻚ ﻟﺘﺒﻴﻌﺘﻪ أﻣﻪ ﰱ اﳌﺮﻋﻰ – إﱃ أن ﻗﺎل – )و( ﳚﺐ )ﰱ أرﺑﻌﲔ ﻣﺴﻨﺔ( ﳍﺎ ﺳﻨﺘﺎن ودﺧﻠﺖ ﰱ اﻟﺜﺎﻟﺜﺔ ﻛﺬا ﰱ ﻓﺘﺢ اﻟﻘﺮﻳﺐ
 
3.    Zakat Binatang Unta

ﻓﻴﺠﺐ ﰱ ﻛﻞ ﲬﺲ ﻣﻦ اﻹﺑﻞ( إﱃ ﲬﺲ وﻋﺸﺮﻳﻦ )ﺷﺎة( ﺿﺎﺋﻦ ذو ﺳﻨﺔ أو ﻣﺎ ﻋﺰ ذو
ﺳﻨﺘﲔ وﻟﻮ ذﻛﺮا وﳚﺰئ ﻋﻨﻬﺎ ﺑﻌﲑ اﻟﺰﻛﺎة
Memiliki 5-9 unta, diwajibkan mengeluarkan zakat berupa 1 (satu) kambing dhoknu (domba berumur 1 tahun lebih) atau 1 (satu) ma’zu (kambing kacang berumur 2 tahun lebih) meskipun kambing kacang jantan. Apabila seseorang mengeluarkan satu unta sebagai ganti dari 1 dhoknu atau 1 ma’zu maka sudah mencukupi.

Memiliki 10-14 unta, diwajibkan mengeluarkan zakat berupa 2 (dua)
dhoknu atau 2 (dua) ma’zu.
Memiliki 15-19 unta, diwajibkan mengeluarkan zakat berupa 3 (tiga)
dhoknu atau 3 (tiga) ma’zu.

Memiliki 20-24 unta, diwajibkan mengeluarkan zakat berupa 4 (empat) dhoknu atau 4 (empat) ma’zu.
Memiliki 25-35 unta, diwajibkan mengeluarkan zakat berupa 1 (satu)
bintu makhod (unta berumur 1 tahun lebih).126

Tambahan:
Syarat kambing dhoknu atau ma’zu adalah;
a.    Termasuk jenis kambing dari negara zakat, misal; orang Indonesia berarti mengeluarkan zakat unta dengan jenis kambing di Indonesia, atau dengan termasuk jenis kambing dari negara lain tetapi harus lebih mahal harganya.
b.    Kambing harus dalam kondisi sehat meskipun unta-unta yang dimiliki dalam kondisi sakit atau cacat. Apabila seseorang tidak

126 Memiliki 36-45 unta, diwajibkan mengeluarkan zakat berupa 1 bintu labun (unta berumur 2 tahun lebih).
Memiliki 46-60 unta diwajibkan mengeluarkan zakat berupa 1 hiqoh (unta berumur 3 tahun lebih).
Memiliki 61-75 unta diwajibkan mengeluarkan zakat 1 jadz’ah (unta berumur 4 tahun
 
lebih).
 

Memiliki 76-90 unta diwajibkan mengeluarkan zakat berupa 2 binta labun. Memiliki 91-120 unta diwajibkan mengeluarkan zakat berupa 2 hiqoh.
Memiliki 121 unta diwajibkan mengeluarkan zakat berupa 3 bintu labun. Untuk
 
selebih 121 unta, lihat rincian yang dijelaskan dalam Fathul Qorib.
 
mendapat kambing yang sehat maka ia mengeluarkan zakat dengan nilai harganya karena dhorurot.127
4.    Zakat Binatang Kambing

)وﰱ أرﺑﻌﲔ ﻣﻦ اﻟﻐﻨﻢ( إﱃ ﻣﺎﺋﺔ واﺣﺪى وﻋﺸﺮﻳﻦ )ﺷﺎة ﺟﺬع ﺿﺄن( وﻫﻮ ﻣﺎ ﻟﻪ ﺳﻨﺔ )أو ﺛﲎ ﻣﻌﺰ( وﻫﻮ ﻣﺎ ﻟﻪ ﺳﻨﺘﺎن وﻟﻪ أن ﳜﺮج ﻋﻦ ﺿﺄن ﻣﻌﺰا أو ﻋﻜﺴﻪ إن ﺗﺴﻮﻳﺎ ﻗﻴﻤﺔ ﻻﲢﺎد اﳉﻨﺲ وﻛﺬا ﺳﺎﺋﺮ أﻧﻮاع اﻟﻨﻌﻢ ﻻ ﳚﺰئ ﻧﻮع ﻋﻦ ﻧﻮع إﻻ ﺑﺮﻋﺎﻳﺔ اﻟﻘﻴﻤﺔ وﻣﺎ ﺑﲔ اﻟﻨﺼﺎﺑﲔ
ﻳﺴﻤﻰ وﻗﺼﺎ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ
Memiliki kambing 40-120 diwajibkan mengeluarkan zakat berupa 1 (satu) domba betina jadz’u (domba yang berumur 1 tahun lebih) atau berupa kambing kacang betina tsaniah (kambing kacang berumur 2 tahun lebih).128 Diperbolehkan mengeluarkan zakat berupa kambing kacang (ma’zu) sebagai ganti dari domba (dhoknu) atau sebaliknya jika harga keduanya sama karena sejenis. Mengganti jenis harta zakat binatang dengan jenis lain juga berlaku pada binatang-binatang ternak lain, misalnya; mengeluarkan zakat unta berupa binta makhod sebagai ganti dari binta labun, dengan syarat harganya sama. Jumlah binatang antara 2 nishob disebut dengan waqos, seperti yang difaedahkan oleh Ibnu Hajar.

5.    Zakat Binatang Sapi (dan Kerbau)

)وﰱ ﻛﻞ ﺛﻼﺛﲔ ﻣﻦ اﻟﺒﻘﺮ( إﱃ أرﺑﻌﲔ )ﺗﺒﻴﻊ( ذو ﺳﻨﺔ ﻛﺎﻣﻠﺔ وﰱ ﻛﻞ أرﺑﻌﲔ ﺑﻘﺮة إﱃ ﺳﺘﲔ
ﻣﺴﻨﺔ ذات ﺳﻨﺘﲔ ﻛﺎﻣﻠﺘﲔ وﻫﻜﺬا



127 Ibid.
128Memiliki 121-200 kambing diwajibkan mengeluarkan zakat berupa 2 domba be na (berumur 1 tahun lebih) atau 2 kambing kacang be na (umur 2 tahun lebih).
Memliki 201-399 kambing diwajibkan mengeluarkan zakat berupa 3 domba be na (berumur 1 tahun lebih) atau 3 kambing kacang be na (berumur 2 tahun lebih).
Memiliki 400 kambing diwajibkan mengeluarkan zakat berupa 4 domba be na (berumur 1 tahun lebih) atau 4 kambing kacang be na (berumur 2 tahun lebih).
Se ap bertambah 100 kambing maka bertambah 1 ekor domba be na atau 1 ekor kambing kacang be na yang dikeluarkan sebagai zakat. Ke ka memiliki 410 atau 425 atau 480 maka zakat yang dikeluarkan mengiku  nishob 400, sedangkan kelebihan 10, 25, 80  dak memberikan pengaruh sama sekali. Kelebihan ini disebut dengan waqos, yaitu hitungan yang berada di antara 2 nishob. Jadi, kelebihan 10, 25, 80 dalam contoh tersebut terjadi di antara nishob 400 dan nishob 500.
 
Memiliki 30-39 sapi/kerbau diwajibkan mengeluarkan zakat berupa
tabik, yaitu anak sapi/kerbau jantan yang berumur 1 (satu) tahun lebih.129

Memiliki 40-59 sapi/kerbau diwajibkan mengeluarkan zakat berupa musinnah, yaitu anak sapi/kerbau yang berumur 2 (dua) tahun lebih. Dan seterusnya.130

 
ﻓﻘﺪ زاد ﺧﲑا وﻟﻮ أﺧﺮج ﺑﺪل اﳌﺴﻨﺔ ﺗﺒﻴﻌﲔ ﺟﺎز ﻋﻠﻰ
 
ﻓﻠﻮ أﺧﺮج ﺑﺪل اﻟﺘﺒﻴﻊ ﺗﺒﻴﻌﺔ
اﻟﺼﺤﻴﺢ
 

Apabila seseorang mengeluarkan zakat berupa tabiah, yaitu anak sapi/kerbau betina yang berumur 1 (satu) tahun lebih sebagai ganti dari tabik maka lebih baik. Apabila ia mengeluarkan zakat berupa 2 ekor tabik sebagai ganti dari 1 ekor musinnah maka boleh menurut pendapat yang shohih.

وﲰﻰ اﻟﺘﺒﻴﻊ ﺑﺬﻟﻚ ﻷﻧﻪ ﻳﺘﺒﻊ أﻣﻪ ﰱ اﳌﺮﻋﻰ وﻗﻴﻞ ﻷن ﻗﺮﻧﻪ ﻳﺘﺒﻊ أذﻧﻪ أى ﻳﺴﺎوﻳﻬﺎ وﲰﻴﺖ اﳌﺴﻨﺔ  ﺎ ﻟﺘﻜﺎﻣﻞ أﺳﻨﺎ ﺎ وﻗﺎل اﻷزﻫﺮى ﻟﻄﻠﻮع ﺳﻨﻬﺎ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﳊﺼﲎ
Anak sapi/kerbau yang berumur 1 tahun lebih disebut dengan tabik (yang mengikuti) karena ia mengikuti induknya di tempat penggembalaan. Ada yang mengatakan bahwa alasan disebut dengan tabik adalah karena

129 Berbeda dengan keterangan yang disebutkan dalam buku Fiqih Islam karya Sulaiman Rasyid, disana disebutkan bahwa kambing yang dikeluarkan sebagai zakat ketika memiliki sapi/kerbau 30-39 adalah berumur 2 (dua) tahun lebih. Kemungkinan, ini hanya kesalahan ketik saja, Wallahu a’lam, atau menginginkan berbuat kebaikan, yaitu mengeluarkan zakat berupa musinnah sebagai ganti dari tabik.
130 Jenis zakat yang dikeluarkan akan berubah-ubah setelah hitungan 40 dengan menambahkan 10, dan akan berubah lagi dengan menambahkan 10 lagi. Ke ka sapi/kerbau yang dimiliki 60 (30+30), sedangkan saat nishob 30 diwajibkan mengeluarkan zakat 1 (satu) ekor tabik, maka zakat yang dikeluarkan pada 60 sapi/kerbau adalah 2 ekor tabik. Dan ketika sapi/kerbau yang dimiliki 70 (30+40), sedangkan saat nishob 30 diwajibkan mengeluarkan 1 ekor tabik dan saat nishob 40 mengeluarkan zakat 1 ekor musinnah, maka zakat yang dikeluarkan pada 70 sapi/kerbau adalah 1 ekor tabik dan 1 ekor musinnah.
Memiliki 80 (40+40) sapi/kerbau diwajibkan mengeluarkan zakat 2 ekor musinnah. Memiliki 90 (30+30+30) sapi/kerbau diwajibkan mengeluarkan zakat 3 ekor tabik.
Memiliki 100 (40+30+30) sapi/kerbau diwajibkan mengeluarkan zakat 1 ekor
musinnah dan 2 ekor tabik.
Memiliki 110 (40+40+30) sapi/kerbau diwajibkan mengeluarkan zakat 2 ekor
musinnah dan 1 ekor tabik.
Memiliki 120 (40+40+40) atau (30+30+30+30) sapi/kerbau diwajibkan mengeluarkan zakat 3 ekor musinnah atau 4 ekor tabik.
Demikian ini disebutkan oleh Syarih dalam kitabnya Qut al-Habib al-Ghorib.
 
tanduknya mengikuti telinganya, maksudnya, tanduknya sejajar dengan telinganya. Adapun anak sapi/kerbau yang berumur 2 tahun lebih disebut dengan musinnah karena asnan (gigi-gigi)nya telah komplit. Al-Azhari mengatakan bahwa alasannya adalah karena telah keluar sinnu (gigi)nya. Demikian ini difaedahkan oleh al-Hisni.

)ﰒ إن زادت ﻣﺎﺷﻴﺘﻪ ﻋﻠﻰ ذﻟﻚ( اﳌﺬﻛﻮر )ﻓﻔﻰ ذﻟﻚ اﻟﺰاﺋﺪ( ﺗﻔﺼﻴﻞ إﻣﺎ أن ﻳﺼﻞ إﱃ ﻓﺮﻳﻀﺔ ﺛﺎﻧﻴﺔ أم ﻻ ﻓﺈن ﱂ ﻳﺼﻞ اﻟﺰاﺋﺪ إﻟﻴﻬﺎ ﻓﻼ زﻛﺎة ﻓﻴﻪ وإن وﺻﻞ إﻟﻴﻬﺎ وﺟﺒﺖ اﻟﺰﻛﺎة )وﳚﺐ ﻋﻠﻴﻪ أن ﻳﺘﻌﻠﻢ ﻣﺎ أوﺟﺒﻪ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻴﻬﺎ( أى اﳌﺎﺷﻴﺔ
Kemudian apabila binatang zakat melebihi bilangan nishob maka kewajiban berzakatnya dirinci, sebab kelebihan tersebut adakalanya mencapai bilangan nishob kedua dan adakalanya tidak. Apabila kelebihannya tidak mencapainya maka tidak ada kewajiban zakat sama sekali pada bilangan kelebihan tersebut dan apabila mencapainya maka wajib dizakati.131

Diwajibkan bagi mukallaf mempelajari segala kewajiban yang berkaitan dengan binatang-binatang ternaknya.

6.    Zakat Kurma, Anggur Kering (Kismis), dan Tanaman
a.    Nishob Kurma, Anggur Kering, dan Tanaman

)وأﻣﺎ اﻟﺘﻤﺮ واﻟﺰﺑﻴﺐ واﻟﺰروع ﻓﺄول ﻧﺼﺎ ﺎ ﲬﺴﺔ أوﺳﻖ وﻫﻰ( ﺑﺎﻟﻮزن أﻟﻒ وﺳﺘﻤﺎﺋﺔ رﻃﻞ ﺑﻐﺪادى ورﻃﻞ ﺑﻐﺪاد ﻣﺎﺋﺔ درﻫﻢ وﲦﺎﻧﻴﺔ وﻋﺸﺮون درﳘﺎ وأرﺑﻌﺔ أﺳﺒﺎع درﻫﻢ ﻷن اﻟﻮﺳﻖ
ﺳﺘﻮن ﺻﺎﻋﺎ واﻟﺼﺎع أرﺑﻌﺔ أﻣﺪاد واﳌﺪ رﻃﻞ وﺛﻠﺚ ﺑﺎﻟﺒﻐﺪادى ﻓﺠﻤﻠﺔ ذﻟﻚ ﺑﺎﻟﻜﻴﻞ
)ﺛﻼﲦﺎﺋﺔ ﺻﺎع ﺑﺼﺎﻋﻪ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم

Adapun awal nishob kurma, anggur kering, dan tanaman yang dijadikan sebagai makanan pokok adalah 5 (lima) wasak. Berdasarkan timbangan, 5 wasak adalah 1.600 kati baghdadi. Sedangkan 1 (satu) kati baghdadi adalah 180 lebih 4/7 dirham karena 1 (satu) wasak adalah 60 shok.

131 Contoh: Nishob pertama unta adalah 5 (lima). Nishob kedua unta adalah 10 (sepuluh). Jadi apabila seseorang memiliki 8 unta maka ia hanya wajib mengeluarkan zakat dengan dasar nishob pertama. Adapun 3 kelebihannya maka  dak ada kewajiban zakatnya. Sebagiamana telah disebutkan bahwa bilangan yang terletak antara nishob pertama dan berikutnya disebut waqos.
 
Sedangkan 1 (satu) shoknya adalah 4 mud. Dan 1 (satu) mud sama dengan 1 lebih 1/3 kati baghdadi. Jadi, berdasarkan takarannya, 5 wasak adalah 300 shok ± 930    )132  (dengan ukuran shoknya Rasulullah shollallahu
‘alaihi wa sallama.

وﻳﻀﻢ زرع اﻟﻌﺎم( أى أﻧﻮاع زرع اﻟﻌﺎم )ﺑﻌﻀﻪ إﱃ ﺑﻌﺾ( ﰱ اﻛﻤﺎل اﻟﻨﺼﺎب إن اﲢﺪ اﳉﻨﺲ ووﻗﻊ اﳊﺼﺎد ﰱ ﻋﺎم واﺣﺪ اﺛﲎ ﻋﺸﺮ ﺷﻬﺮا ﻋﺮﺑﻴﺔ وإن ﱂ ﻳﻘﻊ اﻟﺰرﻋﺎن ﰱ ﺳﻨﺔ إذ
اﳊﺼﺎد ﻫﻮ اﳌﻘﺼﻮد

Macam-macam tanaman dalam setahun harus digabungkan agar mencapai ukuran nishob, dengan catatan kalau memang tanaman tersebut sejenis dan panen keduanya terjadi dalam setahun, sekiranya antara panen pertama dan panen kedua berjarak kurang dari 12 bulan Hijriah meskipun jarak menanam keduanya adalah 12 bulan Hijriah, karena panen adalah inti penekanannya.133 (Perlu diingat bahwa yang dimaksud dengan terjadinya panen dua tanaman disini adalah sekiranya dua tanaman tersebut telah sampai pada masa panennya meskipun tidak terjadi secara nyata.)





132 1 shok = 3,1 liter.
300 x 3,1 = 930 liter.
Menurut yang tertulis dalam buku Sullamut Taufik Berikut Penjelasannya yang diterjemahkan oleh KH. Moch. Anwar dan H. Anwar Abubakar, 5 wasak adalah ± 1860   atau ± 1125 kg.
133 Contoh 1: Awal bulan pertama tahun 1530 Hijriah, Ihsan menanam biji beras ketan. Pada awal bulan keenam tahun 1530 Hijriah, ia menanam biji beras lele. Beras ketan dan beras lele adalah dua macam tanaman yang masih sejenis. Kemudian pada bulan kelima tahun 1530 Hijriah, ia memanen beras ketan dan pada bulan kesepuluh, ia memanen beras lele. Karena jarak antara masa panen pertama dan masa panen kedua kurang dari 12 bulan maka hasil panen beras ketan dan beras lele digabungkan agar mencapai nishob, yaitu 5 wasak.
Contoh 2: Awal bulan pertama tahun 1530 Hijriah, Ihsan menanam kurma Mesir. Pada awal bulan kedua tahun 1531 Hijriah, ia menanam kurma Syam. Kurma Mesir dan kurma Syam adalah dua macam tanaman yang masih sejenis. Kemudian pada awal bulan keempat tahun 1531 Hijriah, ia memanen kurma Mesir dan pada pertengahan bulan kesembilan tahun 1531 Hijriah, ia memanen kurma Syam. Maka hasil panen kurma Mesir digabungkan dengan hasil panen kurma Syam untuk mencapai nishob, karena jarak masa panen pertama dan kedua kurang dari 12 bulan meskipun jarak menanam antara keduanya lebih dari 12 bulan.
 
)وﻻ ﻳﻜﻤﻞ ﺟﻨﺲ ﲜﻨﺲ( أى ﻻ ﻳﻀﻢ ﰱ اﻛﻤﺎل اﻟﻨﺼﺎب ﻓﱪ وﺳﻠﺖ أو ﺷﻌﲑ وﺳﻠﺖ ﺟﻨﺴﺎن ﻷن ﺗﺮﻛﺐ اﻟﺴﻠﺖ ﻣﻦ ﺷﺒﻪ اﻟﱪ ﻟﻮﻧﺎ وﻧﻌﻮﻣﺔ وﻣﻦ ﺷﺒﻪ اﻟﺸﻌﲑ ﻃﺒﻌﺎ ﻳﻘﺘﻀﻰ ﻛﻮﻧﻪ ﺟﻨﺴﺎ ﺑﺮأﺳﻪ وأﻣﺎ اﻟﱪ واﻟﻌﻠﺲ ﻓﻬﻤﺎ ﻧﻮﻋﺎن ﻻ ﺟﻨﺴﺎن ﻓﻴﻜﻤﻞ ﻧﺼﺎب أﺣﺪﳘﺎ ﺑﺎﻵﺧﺮ
Tidak diperbolehkan menggabungkan dua tanaman yang berbeda jenis untuk mencapai ukuran nishob.134 Oleh karena itu, zat gandum biasa dan gandum hitam atau gandum merah dan gandum hitam tidak dapat digabungkan karena berbeda jenis, sebab kemiripan gandum hitam dengan gandum biasa dari segi warna dan kehalusan dan kemiripannya dengan gandum merah dari segi tabiat melatar belakangi kalau gandum hitam adalah jenis tersendiri. Adapun gandum biasa dan gandum ‘alas adalah dua macam tanaman yang sejenis, bukan dua tanaman yang berbeda jenis, sehingga gandum biasa digabungkan dengan gandum ‘alas agar mencapai nishob.

b.    Syarat Wajib Zakat Tanaman

 
أى ﺻﻼح ﺑﻌﻀﻪ وإن ﻗﻞ وﻫﻮ ﰱ
 
وﺟﻮب اﻻﺳﺘﻘﺮار )ﺑﺒﺪو اﻟﺼﻼح(
 
)وﲡﺐ اﻟﺰﻛﺎة(
 
ﰱ ﻣﻠﻜﻪ ﻓﺤﻴﻨﺌﺬ ﲡﺐ
 
)واﺷﺘﺪاد اﳊﺐ(
 
واﳊﻼوة واﻟﺘﻠﻮن
 
اﻟﺘﻤﺮ ﻇﻬﻮر ﻣﺒﺎدى اﻟﻨﻀﺞ
 
اﻟﺰﻛﺎة ﻷ ﻤﺎ ﻗﺪ ﺻﺎر ﻗﻮﺗﲔ وﻗﺒﻠﻬﻤﺎ ﻛﺎﻧﺎ ﻣﻦ اﳋﻀﺮوات ﻓﻼ زﻛﺎة ﰱ ﻧﺼﺎب أﺧﺬﻩ ﻣﻦ
ﻣﺒﺎح
Kewajiban mengeluarkan zakat tanaman yang masih menjadi kepemilikan pribadi harus disertai dengan terlihatnya kematangan pada sebagian tanaman buah tersebut meskipun sedikit. Kematangan yang ada dalam kurma kering diciri-cirikan dengan terlihatnya tanda-tanda awal kematangan, rasa manis, dan perubahan warna. Adapun dalam tanaman biji yang masih menjadi kepemilikan pribadi, maka harus disertai dengan kerasnya biji tersebut. Ketika buah sudah matang atau biji sudah keras maka diwajibkan berzakat karena keduanya sudah kuat. Berbeda dengan sebelum matang atau keras, maka keduanya masih dikategorikan mentah atau masih kecut. Maka tidak ada kewajiban berzakat jika tanaman yang telah mencapai nishob masih dalam kondisi mentah.


134 Apabila selama setahun, Ihsan panen padi dan kacang. Maka hasil panen padi tidak bisa digabungkan dengan hasil panen kacang untuk mencapai nishob karena keduanya berlainan jenis.
 
وﻟﻮ ﺑﺪا ﺻﻼح ﰱ ﻣﻠﻚ ﻣﺸﱰ زﻛﺎﻩ ﻫﻮ أى اﳌﺸﱰ ﻻ ﺑﺎﺋﻌﻪ ﻓﺈن ﺑﺪا ﰱ ﻣﺪة اﳋﻴﺎر ﻟﺰﻣﺖ ﻣﻦ ﻛﺎن اﳌﻠﻚ ﻟﻪ وإن ﱂ ﻳﺴﺘﻤﺮ وﻟﻮ ﺑﺪا ﰱ ﻣﻠﻚ ﻣﺸﱰ ﻛﺎﻓﺮ ﻣﺜﻼ ﰒ رد ﺑﻨﺤﻮ ﻋﻴﺐ ﱂ
ﲡﺐ زﻛﺎة ﻋﻠﻰ أﺣﺪ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ
Apabila penjual menjual tanaman mentah (yang sudah mencapi ukuran nishob) kepada pembeli, kemudian tanaman tersebut menjadi matang pada saat sudah berada di bawah kepemilikan pembeli, maka yang berkewajiban zakat adalah si pembeli, bukan si penjual. Apabila perubahan matang tanaman terjadi di tengah-tengah masa khiyar, maka zakat diwajibkan atas pihak yang memilikinya (penjual) meskipun status kepemilikannya tidak tetap. Apabila perubahan matang tanaman terjadi di bawah kepemilikan pembeli yang kafir, misalnya, kemudian tanaman tersebut dikembalikan kepada si penjual karena cacat, misalnya, maka zakat tidak diwajibkan atas masing-masing dua belah pihak, seperti yang difaedahkan oleh Ibnu Hajar.

وأﻣﺎ وﺟﻮب أداء اﻟﺰﻛﺎة ﻓﺒﺎﻟﺘﻤﻜﻦ ﻣﻦ اﻷداء وﳛﺼﻞ اﻟﺘﻤﻜﻦ ﲝﻀﻮر ﻣﺎل وﻣﺴﺘﺤﻖ ﻟﻘﺒﺾ اﻟﺰﻛﺎة وﲝﺼﻮل ﺟﻔﺎف ﰱ اﻟﺘﻤﺮ وﺗﻨﻘﻴﺔ ﻣﻦ ﺗﱭ وﻗﺸﺮ ﻻ ﻳﺆﻛﻞ ﻣﻌﻪ ﻏﺎﻟﺒﺎ وﻏﲑﳘﺎ
ﰱ ﺣﺐ
Adapun kewajiban membayarkan zakat (adak az-zakah) maka harus disertai dengan tamakkun (kesempatan). Sedangkan tamakkun sendiri muncul saat adanya atau hadirnya harta zakat, mustahik yang menerimanya, kondisi kering bagi harta zakat berupa kurma, dan bersih dari jerami dan kulit yang pada umumnya tidak bisa ikut dimakan bagi harta zakat berupa biji-bijian.

c.    Besar Zakat Kurma, Anggur Kering, dan Tanaman
)وﳚﺐ ﻓﻴﻬﺎ( أى اﻟﺘﻤﺮ واﻟﺰﺑﻴﺐ واﻟﺰروع )اﻟﻌﺸﺮ إن ﱂ ﺗﺴﻖ ﲟﺆﻧﺔ( ﻛﻤﺎ إذا ﺳﻘﻴﺖ ﲟﺎء اﻟﺴﻤﺎء أو اﻟﺴﻴﺢ )وﻧﺼﻔﻪ إن ﺳﻘﻴﺖ  ﺎ( أى ﺑﺎﳌﺆﻧﺔ ﻛﻤﺎ إذا ﺳﻘﻴﺖ ﲟﺎء ﻣﺸﱰى أو
ﻣﻐﺼﻮب أو ﺑﺪوﻻب وﻫﻮ ﻣﺎ ﻳﺪﻳﺮﻩ اﳊﻴﻮان أو اﻵدﻣﻴﻮن أو ﻧﻀﺢ وﻫﻮ ﻧﻘﻞ اﳌﺎء ﻣﻦ ﳏﻠﻪ
إﱃ اﻟﺰرع ﲝﻴﻮان ﺑﺄن ﳛﻤﻞ اﳌﺎء ﻋﻠﻰ ﻇﻬﺮﻩ ﺳﻮاء ﻛﺎﻧﺖ اﻷرض ﺧﺮاﺟﻴﺔ أم ﻻ إﻻ اﻷرض اﳌﻮﻗﻮﻓﺔ ﻋﻠﻰ ﻏﲑ ﻣﻌﲔ ﻓﻼ زﻛﺎة ﰱ زرﻋﻬﺎ وﲦﺎرﻫﺎ ﻟﻌﺪم اﳌﻠﻚ اﳌﻌﲔ
 
Zakat yang wajib dikeluarkan dari kurma, anggur kering, dan tanaman yang dijadikan makanan pokok adalah 1/10 (sepersepuluh) jika pengairannya tidak membutuhkan biaya, misalnya; pengairan berasal dari air hujan atau air yang mengaliri dengan sendirinya, dan 1/20 (seperduapuluh) jika pengairannya membutuhkan biaya, misalnya; pengairan dengan menggunakan air yang dibeli atau yang digosob, atau dengan alat dulab, yaitu kincir yang diputar-putar dengan tenaga hewan atau manusia, atau dengan nadhoh, yaitu memindah air dari tempatnya (sumur, sungai, sumber air) ke ladang tanaman dengan perantara hewan yang menggotong air tersebut. Zakat sebesar 1/10 atau 1/20 bersifat umum, artinya baik tanah yang ditanami itu berpajak atau tidak, kecuali tanah yang berstatus wakaf ghoiru muayyan (tidak ditentukan siapa yang menerima wakaf) maka tanaman dan buah-buahan yang tumbuh di atasnya tidak wajib dizakatkan karena tidak adanya status kepemilikan tertentu.135

)وﻣﺎ زاد ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺼﺎب( ﲬﺴﺔ أوﺳﻖ )أﺧﺮج ﻣﻨﻪ( أى اﻟﺰاﺋﺪ )ﺑﻘﺴﻄﻪ( وﻟﻮ ﻳﺴﲑا ﻷﻧﻪ ﻻ
وﻗﺺ ﰱ ﻏﲑ اﳌﺎﺷﻴﺔ
Sedangkan ukuran yang melebihi nishob maka wajib diikutkan penghitungannya, meskipun sedikit, karena tidak ada waqos kecuali dalam harta binatang-binatang ternak. Artinya, kelebihan tersebut ikut dihitung saat dikalikan dengan 1/10 atau 1/20.

)وﻻ زﻛﺎة ﻓﻴﻤﺎ دون اﻟﻨﺼﺎب( ﳋﱪ اﻟﺸﻴﺨﲔ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻤﺎ دون ﲬﺴﺔ أوﺳﻖ ﺻﺪﻗﺔ )إﻻ أن ﻳﺘﻄﻮع( ﻗﺎل اﷲ ﺗﻌﺎﱃ وﻣﻦ ﺗﻄﻮع ﺧﲑا ﻓﺈن اﷲ ﺷﺎﻛﺮ ﻋﻠﻴﻢ أى ﻣﻦ ﻓﻌﻞ ﻏﲑ اﳌﻔﱰض ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ زﻛﺎة وﺻﻼة وﻃﻮاف وﻏﲑﻫﺎ ﻣﻦ أﻧﻮاع اﻟﻄﺎﻋﺎت ﻓﺈن اﷲ ﳎﺎز ﺑﻌﻤﻠﻪ ﻋﻠﻴﻢ ﺑﻨﻴﺘﻪ واﻟﺸﻜﺮ ﻣﻦ اﷲ ﺗﻌﺎﱃ أن ﻳﻌﻄﻰ ﻓﻮق ﻣﺎ ﻳﺴﺘﺤﻖ ﻳﺸﻜﺮ اﻟﻴﺴﲑ وﻳﻌﻄﻰ اﻟﻜﺜﲑ أﻓﺎد ذﻟﻚ
اﻟﺒﻐﻮى

135 Seperti yang telah diketahui bahwa nishob zakat kurma kering, anggur, dan tanaman yang dijadikan sebagai makanan pokok dalam hitungan kilogram, menurut satu pendapat, adalah ±1125 kg.
Misalnya; Ihsan memiliki beras 1125 kg yang telah memenuhi syarat untuk dikeluarkan zakatnya. Maka jika  dak diairi dengan biaya maka zakatnya adalah 1125 x 1/10= 112,5 kg. Jika diairi dengan biaya maka zakatnya adalah 1125 x 1/20= 56,25 kg.
Sedangkan apabila Ihsan memiliki harta beras sebesar 1500 kg, ar nya lebih dari ukuran nishob, dan telah memenuhi syarat untuk dizakatkan, maka jika tidak diairi dengan biaya maka zakatnya adalah 1500 x 1/10= 150 kg. Jika diairi dengan biaya maka zakatnya adalah 1500 x 1/20= 75 kg.
 
Tidak ada kewajiban zakat pada kurma, anggur kering, dan tanaman- tanaman yang dijadikan sebagai makanan pokok jika mereka kurang dari ukuran nishob, yaitu 5 wasak, karena adanya hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim, “Tidak ada kewajiban zakat pada harta tanaman yang masih kurang dari 5 wasak kecuali apabila berbuat kebaikan (tatowwuk).” Allah berfirman, “Barang siapa berbuat kebaikan maka Allah adalah Dzat Yang Maha Syakir dan ‘Alim,”136 maksudnya, barang siapa melakukan ibadah selain yang diwajibkan atasnya, yaitu macam-macam ketaatan seperti zakat, sholat, towaf, dan lain-lainnya, maka sesungguhnya Allah adalah Dzat yang membalas amalnya dan yang mengetahui niatnya. Pengertian syukur dari sisi Allah adalah bahwa Dia memberikan nikmat kepada hamba lebih dari bagian nikmat yang menjadi haknya. Ada
 
َوﯾُ ْﻌ ِﻄﻰ ا ْﻟ َﻜﺜِ ْﯿ َﺮ‘ ungkapan,
Baghowi.
 
ا ْﻟﯿَ ِﺴ ْﯿ َﺮ
 
ُﺮ ُﻜ ْﺸ ﯾَ’, seperti yang difaedahkan oleh al-
 

7.    Zakat Emas dan Perak

a.    Nishob Emas dan Perak

)وأﻣﺎ اﻟﺬﻫﺐ ﻓﻨﺼﺎﺑﻪ ﻋﺸﺮون ﻣﺜﻘﺎﻻ( ﺧﺎﻟﺼﺔ ﺑﻮزن ﻣﻜﺔ ﲢﺪﻳﺪا واﳌﺜﻘﺎل اﺛﻨﺘﺎن وﺳﺒﻌﻮن
ﺣﺒﺔ ﻣﻦ اﻟﺸﻌﲑ وﻫﻮ أرﺑﻌﺔ وﻋﺸﺮون ﻗﲑاﻃﺎ ﻗﺎل اﳊﺼﲎ واﳌﺜﻘﺎل ﱂ ﳜﺘﻠﻒ ﻗﺪرﻩ ﰱ
اﳉﺎﻫﻠﻴﺔ وﻻ ﰱ اﻹﺳﻼم وﻫﺬا اﻟﺘﻘﺪﻳﺮ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﺘﺤﺪﻳﺪ ﺣﱴ ﻟﻮ ﻧﻘﺺ ﺣﺒﺔ أو ﺑﻌﺾ ﺣﺒﺔ ﻓﻼ زﻛﺎة وإن راج رواج اﻟﻨﺼﺎب اﻟﺘﺎم أو زاد ﻋﻠﻰ اﻟﺘﺎم ﳉﻮدة ﻧﻮﻋﻪ وﻟﻮ ﻧﻘﺺ ﰱ
ﺑﻌﺾ اﳌﻮازﻳﻦ وﰎ ﰱ ﺑﻌﻀﻬﺎ ﻓﺎﻟﺼﺤﻴﺢ أﻧﻪ ﻻ زﻛﺎة ﻓﻴﻪ وﻗﻄﻊ ﺑﻪ ﲨﺎﻋﺔ وﻻ زﻛﺎة ﰱ
اﳌﻐﺸﻮش ﻣﻦ اﻟﺬﻫﺐ ﺣﱴ ﻳﺒﻠﻎ اﳋﺎﻟﺺ ﻣﻨﻪ ﻋﺸﺮﻳﻦ ﻣﺜﻘﺎﻻ وﺣﻴﻨﺌﺬ ﻓﺘﺠﺐ وﳜﺮج ﻣﻦ اﳋﺎﻟﺺ ﻓﻠﻮ أﺧﺮج ﻣﻦ اﳌﻐﺸﻮش ﻓﺎﻟﺸﺮط أن ﻳﺒﻠﻎ اﳋﺎﻟﺺ ﻣﻨﻪ ﻗﺪر اﻟﻮاﺟﺐ اﻧﺘﻬﻰ
Adapun harta emas maka nishobnya adalah 20 mitsqol137 murni dengan ketepatan timbangan Mekah. 1 (satu) mistqol sama beratnya dengan 72 biji gandum merah. 1 (satu) mistqol sama dengan 24 kirat. Al-Hisni berkata, “Ukuran berat 1 (satu) mistqol tidak ada perbedaan di saat zaman Jahiliah dan Islam. Ukuran berat tersebut berdasarkan ukuran ketepatan atau

136 QS. Al-Baqoroh: 158
137 Dalam buku Sullam taufik Berikut Penjelasannya disebutkan bahwa 20 mitsqol sama dengan 94 gram, yaitu berdasarkan penyesuaian  mbangan menurut Instruksi Menteri Agama RI. No. 16 tahun 1968. Sedangkan dalam buku Fiqih Islam dari Sulaiman Rasyid disebutkan bahwa 20 mitsqol adalah 93,6 gram.
 
pas, artinya, jika berat (20 mitsqol) kurang dari 1 (satu) biji (gandum merah) saja atau sebagian kecil biji maka tidak ada kewajiban zakat meskipun jika dijual akan laku senilai 20 mitsqol tepat atau bahkan lebih, mungkin karena berkualitas baik. Apabila ada emas ditimbang di beberapa timbangan memiliki berat 20 mitsqol kurang, kemudian ditimbang di timbangan lain memiliki berat 20 mitsqol pas, maka menurut pendapat shohih, tidak ada kewajiban zakat. Jamaah ulama menetapkan pendapat shohih ini. Tidak ada kewajiban zakat pada emas yang telah dicampur dengan logam lain kecuali jika ukuran murni dari emas tersebut mencapai 20 mitsqol maka baru diwajibkan zakat. Kemudian apabila bagian emas yang murni telah dipisahkan maka disyaratkan mencapai ukuran nishob wajib, yaitu 20 mitsqol.”

)واﻟﻔﻀﺔ( ﻧﺼﺎ ﺎ )ﻣﺎﺋﺘﺎ درﻫﻢ( ﺧﺎﻟﺼﺔ ﺑﻮزن ﻣﻜﺔ ﲢﺪﻳﺪا أﻳﻀﺎ واﻟﺪرﻫﻢ ﲬﺴﻮن ﺣﺒﺔ ﻣﻦ
اﻟﺸﻌﲑ وﲬﺴﺎ ﺣﺒﺔ وﻫﻮ ﺳﺒﻌﺔ ﻋﺸﺮ ﻗﲑاﻃﺎ إﻻ ﲬﺲ ﻗﲑاط ﻓﻤﱴ زﻳﺪ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺛﻼﺛﺔ
أﺳﺒﺎﻋﻬﺎ ﻛﺎن ﻣﺜﻘﺎل ﻗﺎل اﳊﺼﲎ واﻟﺪرﻫﻢ ﺳﺘﺔ دواﻣﻨﻖ ﻓﻜﻞ ﻋﺸﺮة دراﻫﻢ ﺳﺒﻌﺔ ﻣﺜﺎﻗﻴﻞ ﻣﻦ ذﻫﺐ وادﻋﻰ اﺑﻦ اﳌﻨﺬر أن اﻻﲨﺎع ﻣﻨﻌﻘﺪ ﻋﻠﻰ أن اﻟﻨﺼﺎب اﻟﻔﻀﺔ ﻣﺎﺋﺘﺎ درﻫﻢ وﻋﻠﻰ أن ﻧﺼﺎب اﻟﺬﻫﺐ ﻋﺸﺮون ﻣﺜﻘﺎﻻ إذا ﺑﻠﻐﺖ ﻗﻴﻤﺘﻬﺎ ﻣﺎﺋﱴ درﻫﻢ وﻻ زﻛﺎة ﰱ اﳌﻐﺸﻮش ﻣﻦ اﻟﻔﻀﺔ ﺣﱴ ﻳﺒﻠﻎ اﳋﺎﻟﺺ ﻣﻨﻬﺎ ﻣﺎﺋﱴ درﻫﻢ وﺣﻴﻨﺌﺬ ﻓﺘﺠﺐ وﲣﺮج ﻣﻦ اﳋﺎﻟﺺ ﻓﻠﻮ أﺧﺮج ﲬﺴﺔ ﻣﻐﺸﻮش ﻋﻦ ﻣﺎﺋﱴ درﻫﻢ ﺧﺎﻟﺼﺔ ﱂ ﳚﺰﺋﻪ وﻟﻮ ﻣﻠﻚ ﻣﺎﺋﱴ درﻫﻢ ﻣﻐﺸﻮﺷﺔ ﻓﻼ زﻛﺎة ﻓﺈذا ﺑﻠﻐﺖ ﻗﺪرا ﻳﻜﻮن اﳋﺎﻟﺺ ﻗﺪر ﻧﺼﺎب وﺟﺒﺖ وإذا أﺧﺮج ﻣﻨﻬﺎ ﻓﻴﺠﺐ أن ﻳﻜﻮن
اﳌﺨﺮج ﻓﻴﻪ ﻣﻦ اﳋﺎﻟﺺ ﻗﺪر رﺑﻊ اﻟﻌﺸﺮ اﻧﺘﻬﻰ
Nishob perak adalah 200 dirham murni dengan ketepatan timbangan Mekah. 1 (satu) dirham seberat 50 biji gandum merah lebih 2/5 satu bijinya.
1 (satu) dirham sama dengan 17 kirat kurang 1/5 kirat yang apabila ditambahi 3/7 nya maka akan senilai 1 (satu) mitsqol.138 Al-Hisni berkata, “1 (satu) dirham sama dengan 6 (enam) danik. Maka setiap 10 dirham sama dengan 7 mitsqol emas. Ibnu Mundzir mengaku kalau ijmak telah bersepakat bahwa nishob perak adalah 200 dirham dan nishob emas adalah 20 mitsqol ketika harganya mencapai 200 dirham. Tidak ada kewajiban zakat pada perak yang telah tercampur dengan logam lain kecuali apabila bagian perak yang murni mencapai 200 dirham maka baru diwajibkan zakat. Kemudian bagian perak yang murni tersebut dipisahkan. Apabila

138 Menurut Sullam Taufik Berikut Penjelasannya disebutkan bahwa 200 dirham sama dengan 672 gram. Sedangkan Fiqih Islam menyebutkan bahwa 20 dirham adalah 624 gram.
 
seseorang mengeluarkan zakat berupa 5 perak yang sudah tercampur dengan logam lain dengan tujuan sebagai ganti dari perak seukuran 200 dirham murni maka belum mencukupi. Apabila ia memiliki 200 dirham yang tercampur dengan logam lain maka tidak ada kewajiban zakat dan apabila bagian perak murni dari 200 dirham tersebut mencapai ukuran nishob maka wajib zakat. Apabila seseorang mengeluarkan bagian perak murni yang mencapai nishob maka yang wajib dikeluarkan adalah 1/40-nya (2 ½ %).”
b.    Besar Zakat Emas dan Perak

)وﳚﺐ ﻓﻴﻬﻤﺎ( أى اﻟﺬﻫﺐ واﻟﻔﻀﺔ )رﺑﻊ اﻟﻌﺸﺮ( ﻟﻘﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻟﻴﺲ ﰱ أﻗﻞ ﻣﻦ ﻋﺸﺮﻳﻦ دﻳﻨﺎرا ﺷﻴﺊ وﰱ ﻋﺸﺮﻳﻦ ﻧﺼﻒ دﻳﻨﺎر وﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وﰱ اﻟﺮﻗﺔ
ورﺑﻊ اﻟﻌﺸﺮ وﻻ زﻛﺎة ﰱ ﺣﻠﻰ ﻣﺒﺎح ﻷﻧﻪ ﻣﻌﺪ ﻻﺳﺘﻌﻤﺎل ﻣﺒﺎح
Zakat yang wajib dikeluarkan dari harta emas dan perak adalah 1/40 (2 ½%)139 berdasarkan sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, “Tidak ada kewajiban zakat pada dinar yang kurang dari 20 dinar. Dan apabila mencapai 20 dinar maka wajib mengeluarkan zakat ½ (setengah) dinar,” dan sabda beliau shollallahu ‘alaihi wa sallama, “Wajib zakat sebesar 1/40 (2 ½%) pada harta emas. Tidak ada kewajiban mengeluarkan zakat pada perhiasan yang diperbolehkan dipakai (yang bukan bahan emas dan perak) karena ia disediakan untuk digunakan dalam perkara yang mubah.”

 
وﻟﻮ ﻗﻞ ﲞﻼف اﻟﺰاﺋﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺼﺎب ﰱ اﳌﻮاﺷﻰ
 
)ﻓﺒﺤﺴﺎﺑﻪ(
 
ﻋﻠﻰ اﻟﻨﺼﺎب
 
)وﻣﺎ زاد(
 
ﺣﻴﺚ ﻛﺎﻧﺖ اﻷوﻗﺎص ﻋﻔﻮا اﻟﻔﺮق ﺿﺮر اﳌﺸﺎرﻛﺔ ﰱ اﳌﻮاﺷﻰ وﻫﻨﺎ ﻻ ﻣﺸﺎرﻛﺔ أﻓﺎد ذﻟﻚ
اﳊﺼﲎ
Adapun harta emas atau perak yang melebihi ukuran nishob maka diikut sertakan penghitungannya, meskipun kelebihan tersebut sedikit.140


139 Jadi, jika nishob emas adalah 20 mitsqol atau 93,6 gram maka besar zakat yang dikeluarkan adalah ½ mitsqol atau 2,125 gram. Sedangkan nishob perak adalah 200 dirham atau 625 gram maka besar zakat yang dikeluarkan adalah 5 dirham atau 15,6 gram. Ini adalah menurut keterangan yang tertulis dalam buku Fiqih Islam karya Sulaiman Rasyid. Akan tetapi, menurut hitungan matema ka, nishob emas yang 93,6 gram, seharusnya 2 ½ % -nya adalah senilai 2,335 gram. Wallahu a’lam.
140 Contoh: Ihsan memiliki emas yang melebihi batas nishob, yaitu ia memiliki 125 gram. Emas tersebut sudah memenuhi syarat untuk dikeluarkan zakatnya. Maka zakat yang ia
 
Berbeda dengan bilangan yang melebihi nishob dalam harta binatang- binatang ternak maka kelebihan tersebut (disebut waqos, seperti yang dijelaskan sebelumnya) adalah hal yang dima’fu, artinya, tidak diikut sertakan dalam penghitungan, melainkan dikembalikan pada nishob yang dilebihinya. Perbedaan antara perlakuan hukum dalam kelebihan pada harta emas dan perak dan binatang-binatang ternak adalah karena bahayanya perserikatan dalam binatang-binatang ternak (artinya, ketika dua orang atau lebih berserikat pada binatang-binatang ternak maka dalam urusan zakat status binatang-binatang tersebut dianggap milik satu orang dalam penghitungannya), berbeda dengan perserikatan dalam emas dan perak, seperti yang difaedahkan oleh al-Hisni.
c.    Syarat Wajib Zakat Emas dan Perak

 
أى ذﻫﺒﺎ وﻓﻀﺔ )ﺣﺼﻞ( أى
 
اﳊﻮل إﻻ ﻣﺎ(
 
أى اﻟﺬﻫﺐ واﻟﻔﻀﺔ )ﻣﻦ
 
)وﻻﺑﺪ ﻓﻴﻬﻤﺎ(
 
أﺣﺪﳘﺎ )ﻣﻦ ﻣﻌﺪن أو رﻛﺎز( ﻓﻼ ﻳﺸﱰط ﰱ ذﻟﻚ اﳊﻮل ﻟﻨﻤﻮﻩ ﰱ ﻧﻔﺴﻪ ﻛﻤﺎ أﺷﺎر إﱃ ذﻟﻚ ﺑﻘﻮﻟﻪ )ﻓﻴﺨﺮﺟﻬﺎ( أى اﻟﺰﻛﺎة )ﺣﺎﻻ( وﺑﻌﺪ اﻟﺘﻨﻘﻴﺔ ﻣﻦ اﻟﱰاب ﰱ ﻣﻌﺪن
Disyaratkan harta emas dan perak yang sudah mencapai nishob sudah dimiliki selama haul atau 1 (satu) tahun,141 kecuali emas dan perak yang dihasilkan dari ma’din (tambang) atau rikaz maka tidak disyaratkan haul karena keduanya dapat berkembang dengan sendirinya, seperti yang diisyaratkan oleh mushonnif dengan pernyataannya, “Zakat emas dan perak yang dihasilkan dari ma’din dan rikaz wajib seketika itu, artinya, tidak perlu menunggu selama haul, dengan catatan apabila emas dan perak yang dari ma’din maka setelah membersihkannya dari tanah.”


keluarkan adalah 2 ½% dari 125 gram, bukan 2 ½% dari nishob 93,6 gram, ar nya, kelebihan harus diikut sertakan dalam penghitungan. Jadi yang wajib ia keluarkan adalah 3,125 gram.
Berbeda dengan kelebihan dalam binatang ternak, misalnya; Ihsan memiliki 8 unta. Nishob pertama unta adalah 5 (lima). Maka ia wajib mengeluarkan zakat senilai saat ia memiliki 5 unta. 3 kelebihannya disebut waqos, artinya, tidak perlu diperhitungkan.
141 Apabila seseorang sudah memiliki emas atau perak yang masing-masing telah mencapai nishob selama 6 bulan, kemudian ia menghutangkan sebagiannya kepada orang lain, maka haul  dak terputus, ar nya, hitungan 1 tahun tetap dilanjutkan dari 6 bulan tersebut, bukan mengulangi dari awal. Oleh karena itu, ketika ia masih kaya (emas atau peraknya tetap mencapai nishob) atau harta yang dihutangkannya dikembalikan kepadanya maka ia wajib mengeluarkan zakat setelah usainya 6 bulan kedua. Ibarotnya adalah:
ﻧﻌﻢ ﻟﻮ ﻣﻠﻚ ﻧﻘﺪا ﻧﺼﺎﺑﺎ ﺳﺘﺔ أﺷﻬﺮ ﰒ أﻗﺮﺿﻪ ﻵﺧﺮ ﱂ ﻳﻨﻘﻄﻊ اﳊﻮل ﻓﺈذا ﻛﺎن ﻣﻮﺳﺮا أو ﻋﺎد إﻟﻴﻪ زﻛﺎﻩ
ﻋﻨﺪ ﲤﺎم اﻟﺴﺘﺔ اﻷﺷﻬﺮ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻛﺬا ﰱ ﻗﻮت اﳊﺒﻴﺐ اﻟﻐﺮﻳﺐ ﻟﻠﺸﺎرح ص. ١٠١
 
8.    Zakat Rikaz

)و( ﳚﺐ )ﰱ اﻟﺮﻛﺎز اﳋﻤﺲ( رواﻩ اﻟﺸﻴﺨﺎن وﻓﺎرق وﺟﻮب رﺑﻊ اﻟﻌﺸﺮ ﰱ اﳌﻌﺪن ﻟﻌﺪم
اﳌﺆﻧﺔ أو ﺧﻔﺘﻬﺎ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ
Adapun harta emas atau perak yang didapat dari rikaz142 maka besar zakat yang harus dikeluarkan adalah 1/5 jika telah mencapai nishob emas dan perak,143 seperti keterangan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.144 Alasan mengapa emas perak dari harta ma’din besar zakatnya adalah 1/40 (2 ½%) sedangkan dari harta rikaz adalah 1/5 (20%) karena dalam menghasilkan emas perak rikaz tidak membutuhkan biaya (misalnya; karena tersapu banjir besar) atau membutuhkan biaya tetapi sedikit, seperti yang difaedahkan oleh Ibnu Hajar. Perlu diingat bahwa dalam mengeluarkan zakat harta rikaz tidak disyaratkan harus haul, seperti yang telah disebutkan.
9.    Zakat Dagangan

a.    Nishob Harta Dagangan

)وأﻣﺎ زﻛﺎة اﻟﺘﺠﺎرة ﻓﻨﺼﺎ ﺎ ﻧﺼﺎب ﻣﺎ اﺷﱰﻳﺖ( أى اﻟﺘﺠﺎرة )ﺑﻪ ﻣﻦ اﻟﻨﻘﺪﻳﻦ( ﺳﻮاء ﻛﺎن ﲦﻦ ﻣﺎل اﻟﺘﺠﺎرة ﻧﺼﺎﺑﺎ أم ﻻ ﻓﺈن ﺑﻠﻎ  ﻤﺎ ﲣﲑ اﳌﺎﻟﻚ ﰱ ﺗﻘﻮﻣﻪ ﺑﺄﻳﻬﻤﺎ ﺷﺎء ﻋﻠﻰ اﳌﻌﺘﻤﺪ



142 Rikaz adalah harta pendaman orang-orang Jahiliah. Mereka adalah orang-orang yang hidup sebelum Islam datang. Mereka disebut dengan Jahiliah karena parahnya kebodohan mereka. Apabila harta tersebut tidak terpendam, melainkan muncul berada di atas permukaan tanah, maka apabila kemunculannya disebabkan oleh semisal banjir bandang maka disebut juga dengan harta rikaz, sedangkan apabila kemunculannya tidak disebabkan oleh semisal demikian maka disebut dengan harta luqotoh atau temuan. Demikian dijelaskan oleh Syarih. Ibarotnya adalah:
)وﻣﺎ ﻳﻮﺟﺪ ﻣﻦ اﻟﺮﻛﺎز وﻫﻮ دﻓﲔ اﳉﺎﻫﻠﻴﺔ( وﻫﻢ اﻟﻨﺎس اﻟﺬﻳﻦ ﻗﺒﻞ اﻹﺳﻼم ﲰﻮا ﺑﺬﻟﻚ ﻟﻜﺜﺮة ﺟﻬﺎﻟﺘﻬﻢ وﻫﺬا ﻫﻮ اﳌﺸﻬﻮر ﻛﺬا ﰱ ﻗﻮت اﳊﺒﻴﺐ اﻟﻐﺮﻳﺐ وﻗﺎل ﰱ ﻛﺎﺷﻔﺔ اﻟﺴﺠﺎ ﻓﺈن ﱂ ﻳﻜﻦ ﻣﺪﻓﻮﻧﺎ ﺑﻞ ﻛﺎن ﻇﺎﻫﺮا ﻓﺈن ﻋﻠﻢ أﻧﻪ ﻇﻬﺮ ﺑﻨﺤﻮ ﺳﻴﻞ ﻓﻬﻮ رﻛﺎز أﻳﻀﺎ ﻷﻧﻪ دﻓﲔ ﲝﺴﺐ ﻣﺎ ﻛﺎن وإﻻ ﻓﻬﻮ ﻟﻘﻄﺔ
143 Contoh: Ihsan menemukan harta rikaz berupa emas senilai 150 gram. Maka
seke ka itu juga ia berkewajiban berzakat. Adapun besar zakatnya adalah 1/5 x 150 gram = 30 gram.
 
144 ُﺲ
 
ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ َوِﰱ اﻟﱢﺮَﻛﺎ ِز ا ْﳋُُﻤ
 
وﻗﻮم ﻣﺎ ﻗﺎﺑﻞ اﻟﻨﻘﺪ ﺑﻪ وﻣﺎ ﻗﺎﺑﻞ اﻟﻌﺮض ﺑﻐﺎﻟﺐ ﻧﻘﺪ اﻟﺒﻠﺪ145 وﻳﻀﻢ اﻟﺮﺑﺢ إﱃ اﻷﺻﻞ إن
ﱂ ﻳﻨﺾ
Nishob zakat tijaroh atau perdagangan adalah senilai nishob emas atau perak yang digunakan untuk membeli dagangan, baik harga dagangan yang ia beli dengan emas atau perak tersebut mencapai nishob atau tidak. Ketika di negara pemilik dagangan berlaku mata uang emas dan perak, maka apabila harga dagangan mencapai nishob emas dan juga nishob perak maka pemilik boleh memilih antara ia akan menilai harga dagangannya dengan harga nishob emas atau harga nishob perak, ini adalah menurut pendapat mu’tamad.

Apabila awal dagangan dimiliki oleh pedagang dengan nilai harga emas atau perak dan dengan selainnya (misal; karena nikah atau khuluk dengan niatan tijaroh) maka dagangan yang dinilai dengan emas atau perak dikalkulasi dengan nilai harga emas atau perak itu, sedangkan dagangan yang dinilai harga dengan selainnya maka dikalkulasi dengan nilai harga mata uang yang berlaku pada saat itu. (yaitu emas atau perak).
Keuntungan yang diperoleh di tengah-tengah haul digabungkan dengan modal awal dagangan jika memang keuntungan tersebut tidak berupa uang tunai (dirham dan dinar). Jika keuntungannya berupa uang tunai dirham atau dinar maka tidak digabungkan dengan modal dagangan melainkan dipisah, artinya, modal dagangan dizakatkan di akhir haulnya dan keuntungannya dizakatkan sendiri di saat haulnya.
واﻟﺰﻛﺎة ﺗﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﳌﺎل ﺗﻌﻠﻖ ﺷﺮﻛﺔ ﻓﻼ ﳚﺰئ أﺣﺪ اﻟﻨﻘﺪﻳﻦ ﻋﻦ اﻵﺧﺮ وإن ﺗﱪع ﺑﺎﻷﻋﻠﻰ وﻳﻌﻠﻢ ﻣﻨﻪ ﻋﺪم اﺟﺰاء اﻟﻔﻠﻮس ﺑﺎﻷوﱃ ﻋﻠﻰ أ ﺎ ﻋﺮوض أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ ﰱ ﺷﺮح ﻫﺪﻳﺔ
اﻟﻨﺎﺻﺢ
Hakikat zakat dagangan adalah berhubungan dengan harta dengan bentuk hubungan perserikatan, sehingga salah satu dari emas atau perak tidak dapat mencukupi lainnya, artinya, emas tidak bisa mencukupi perak dan perak tidak bisa mencukupi emas, meskipun seseorang membayarkan zakat dengan yang lebih tinggi nilai harganya. Dari sini dapat dipahami bahwa fulus (mata uang kuno) lebih utama untuk tidak mencukupi padahal ia adalah harta, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.

وﻋﺒﺎرﺗﻪ ﰱ ﻛﺎﺷﻔﺔ اﻟﺴﺠﺎ وإن ﻣﻠﻜﺖ ﺑﻨﻘﺪ وﻏﲑﻩ ﻗﻮم ﻣﺎ ﻗﺎﺑﻞ اﻟﻨﻘﺪ وﻣﺎ ﻗﺎﺑﻞ ﻏﲑﻩ ﺑﻐﺎﻟﺐ ﻧﻘﺪ اﻟﺒﻠﺪ 145
 
)وﻻ ﻳﻌﺘﱪ( أى اﻟﻨﺼﺎب )إﻻ آﺧﺮ اﳊﻮل( ﻋﻠﻰ اﻟﺼﺤﻴﺢ ﻷن اﻟﻮﺟﻮب ﻳﺘﻌﻠﻖ ﺑﺎﻟﻘﻴﻤﺔ ﻻ ﺑﺎﻟﻌﲔ وﺗﻘﺪﻳﺮ اﻟﻌﺮض ﰱ ﻛﻞ ﳊﻈﺔ ﻳﺸﻖ وﳛﻮج إﱃ ﻣﺪاوﻣﺔ اﻷﺳﻮاق وﻣﺮاﻗﺒﺔ ذﻟﻚ ﻓﺎﻋﺘﱪ ﰱ اﻟﻮﻗﺖ اﻟﻮﺟﻮب وﻫﻮ آﺧﺮ اﳊﻮل وﻗﻴﻞ ﻳﻌﺘﱪ ﲜﻤﻴﻌﻪ وﻗﻴﻞ ﺑﻄﺮﻓﻴﻪ ﻓﻌﻠﻰ اﻟﺼﺤﻴﺢ إن
ﻛﺎن ﻣﺎل اﻟﺘﺠﺎرة اﺷﱰاﻩ ﺑﺪراﻫﻢ أو دﻧﺎﻧﲑ وﻛﺎن اﻟﻨﻘﺪ ﻧﺼﺎﺑﺎ ﻗﻮم ﺑﻪ آﺧﺮ اﳊﻮل ﻓﺈن
ﺑﻠﻐﺖ ﻗﻴﻤﺘﻪ ﻧﺼﺎﺑﺎ زﻛﺎﻩ وإﻻ ﻓﻼ وﻟﻮ ﻛﺎن رأس اﳌﺎل ﻧﻘﺪا وﻟﻜﻨﻪ دون اﻟﻨﺼﺎب ﻗﻮم ﺑﺎﻟﻨﻘﺪ
أﻳﻀﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﺼﺤﻴﺢ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﳊﺼﲎ
Nishob dagangan hanya diberlakukan (dihitung) di akhir tahun, menurut pendapat shohih, karena kewajiban zakat dagangan berhubungan dengan harga, bukan zat harta dagangan. Lagi pula, menaksir harga dagangan di setiap waktu merupakan hal yang sulit dan butuh berkecinampung lama di dunia pasar dan mengetahui siklus harga. Karena inilah nishob dagangan diberlakukan di waktu wajibnya, yaitu akhir tahun. Menurut pendapat qiil, diberlakukan di seluruh satu tahun. Menurut qiil, diberlakukan pada awal dan akhir setahun. Jika berdasarkan pendapat shohih, maka apabila dagangan dibeli dengan dirham atau dinar (mata uang emas) maka apabila emasnya mencapai nishob saat pembeliannya maka di akhir tahun dagangannya dikalkukasi berdasarkan nilai harga emas, maka apabila nilai harga dagangan mencapai nishob maka dizakati jika tidak maka tidak dizakati. Apabila modal untuk membeli dagangan adalah emas yang tidak mencapai nishob maka di akhir tahun dagangannya dikalkulasi berdasarkan nilai harga emas juga, ini adalah menurut pendapat shohih, seperti yang difaedahkan oleh al-Hisni.
b.    Besar Zakat Dagangan yang Harus Dikeluarkan

)وﳚﺐ ﻓﻴﻬﺎ( أى اﻟﺘﺠﺎرة )رﺑﻊ ﻋﺸﺮ اﻟﻘﻴﻤﺔ( أﻣﺎ أ ﺎ رﺑﻊ اﻟﻌﺸﺮ ﻓﻜﻤﺎ ﰱ اﻟﻨﻘﺪﻳﻦ وأﻣﺎ أﻧﻪ ﻣﻦ اﻟﻘﻴﻤﺔ ﻓﻸ ﺎ اﳌﻨﻀﺒﻄﺔ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ وﻷن ﻋﻤﺮ رﺿﻰ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل ﳌﻦ ﻳﺒﻴﻊ
اﻷدم ﻗﻮﻣﻪ وأد زﻛﺎﺗﻪ رواﻩ اﻟﺸﺎﻓﻌﻰ رﺿﻰ اﷲ ﻋﻨﻪ
Besar zakat yang wajib dikeluarkan pada harta dagangan adalah 1/40 (2 ½%) nilai harga total dagangan. Besar zakat dagangan sama dengan besar zakat emas dan perak. Adapun mengapa besar zakat 1/40 (2 ½%) diambil dari nilai harga totalnya adalah karena nilai harganya itulah yang dapat diketahui, seperti yang difaedahkan oleh Ibnu Hajar, dan karena Umar rodhiyallahu ‘anhu berkata kepada orang yang menjual tulang-tulang,
 
“Kalkulasi harga tulang-tulang itu dengan nilai harga emas dan perak. Kemudian tunaikan zakatnya,” hadis ini diriwayatkan oleh Imam Syafii rodhiyallahu ‘anhu.
c.    Zakat Perserikatan
)وﻣﺎل( اﻟﺸﺨﺼﲔ )اﳋﻠﻴﻄﲔ( أى اﻟﺸﺮﻳﻜﲔ ﺑﺎﻟﺸﻴﻮع أو ا ﺎورﻳﻦ ﳎﺎورة اﳌﺎل اﻟﻮاﺣﺪ )أو( اﻷﺷﺨﺎص )اﳋﻠﻄﺎء ﻛﻤﺎل( اﻟﺸﺨﺺ )اﳌﻨﻔﺮد ﰱ اﻟﻨﺼﺎب واﳌﺨﺮج( ﻟﻘﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ وﻻ ﳚﻤﻊ ﺑﲔ ﻣﺘﻔﺮق وﻻ ﻳﻔﺮق ﺑﲔ ﳎﺘﻤﻊ ﺧﺸﻴﺔ اﻟﺼﺪﻗﺔ أى ﺧﺸﻴﺔ ﻗﻠﺘﻬﺎ أو
 
ﺑﺄن اﲢﺪ ﻣﺮاح وﻣﺴﺮاح وﻣﺮﻋﻰ وﻓﺤﻞ وﻣﺸﺮب
 
)إذا ﻛﻤﻠﺖ ﺷﺮوط اﳋﻠﻄﺔ(
 
ﻛﺜﺮ ﺎ
 
وﺣﺎﻟﺐ وﻣﻮﺿﻊ ﺣﻠﺐ وﺑﺄن ﻛﺎن اﻟﺸﺨﺼﺎن ﻣﻦ أﻫﻞ اﻟﺰﻛﺎة وﺑﺄن ﻣﻀﻰ اﳊﻮل ﻣﻦ وﻗﺖ
ﺧﻠﻄﻬﺎ إذا ﻛﺎن اﳌﺎل ﺣﻮﻟﻴﺎ وﺑﺄن ﻛﺎن اﳌﺎﺷﻴﺘﺎن ﻧﺼﺎﺑﺎ ﻛﺎﻣﻼ أو أﻗﻞ ﻣﻦ ﻧﺼﺎب
وﻷﺣﺪﳘﺎ ﻧﺼﺎب ﻫﺬا ﰱ اﳌﻮاﺷﻰ وأﻣﺎ ﰱ اﳌﻌﺸﺮات ﻓﻴﺸﱰط أن ﻻ ﻳﺘﻤﻴﺰ اﻟﻨﺎﻃﻮر واﻷﻛﺎر
وﻫﻮ اﻟﻔﻼح واﻟﻌﻤﺎل واﳌﻠﻘﺢ واﻟﻠﻘﺎط واﻟﻨﻬﺮ واﳉﺮﻳﻦ واﻟﺒﺬر

Harta perserikatan antara dua orang, baik perserikatan syuyuk atau perserikatan jiwar,146 atau antara beberapa orang dihukumi seperti harta seseorang dalam ukuran nishob dan besar zakat yang harus dikeluarkan. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Tidak dikumpulkan antara harta-harta yang terpisah dan tidak dipisahkan antara harta-harta yang terkumpul karena takut shodaqoh,” maksudnya, takut sedikit atau banyaknya zakat.


146 Perserikatan syuyuk adalah perserikatan harta yang mana harta masing-masing pihak yang berserikat tidak dapat dibedakan. Sedangkan perserikatan jiwar adalah perserikatan harta yang mana harta masing-masing pihak yang berserikat dapat dibedakan. Dalam istilah Fiqih, perserikatan syuyuk disebut dengan khiltoh a’yaan dan perserikatan jiwar disebut dengan khiltoh aushof.

وﺣﺎﺻﻠﻪ أن اﻟﺸﺮﻛﺔ ﻫﻨﺎ ﰲ أن ﻳﻜﻮن اﳌﺎل اﻟﺰﻛﻮي ﺑﲔ ﻣﺎﻟﻜﲔ ﻣﺜﻼ وﺗﻨﻘﺴﻢ ﻗﺴﻤﲔ ﺷﺮﻛﺔ ﺷﻴﻮع وﺷﺮﻛﺔ ﺟﻮار وﻳﻌﱪ ﻋﻦ اﻷوﱃ ﲞﻠﻄﺔ اﻷﻋﻴﺎن وﻋﻦ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﲞﻠﻄﺔ اﻷوﺻﺎف وﺿﺎﺑﻂ اﻷوﱃ أن ﻻ ﻳﺘﻤﻴﺰ ﻣﺎل أﺣﺪ اﻟﺸﺮﻳﻜﲔ ﻋﻦ ﻣﺎل اﻵﺧﺮ ﺑﻞ ﻳﺴﺘﺤﻖ ﻛﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﰲ ﲨﻴﻊ اﳌﺎل ﺟﺰءا ﺷﺎﺋﻌﺎ وذﻟﻚ ﻛﺄن ورث اﺛﻨﺎن ﻣﺜﻼ ﻧﺼﺎﺑﺎ أو أوﺻﻲ ﳍﻤﺎ ﺑﻪ أو وﻫﺐ ﳍﻤﺎ وﺿﺎﺑﻂ اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ أن ﻳﺘﻤﻴﺰ ﻣﺎل ﻛﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻋﻦ اﻵﺧﺮ ﻓﻴﺰﻛﻰ اﳌﺎﻻن ﰲ اﻟﻘﺴﻤﲔﻛﻤﺎل واﺣﺪﻛﺬا ﰱ إﻋﺎﻧﺔ اﻟﻄﺎﻟﺒﲔ ص. ١٨٣ ﻳﻄﻠﺐ ﻣﻦ ﻃﻪ ﻓﻮﺗﺮا
 
Harta perserikatan dihukumi seperti harta milik satu orang dari segi nishob dan besar zakat yang dikeluarkan dengan syarat-syarat:
    Harta yang diserikatkan mencapai nishob, atau lebih sedikit dari nishob tetapi salah satu harta pihak yang berserikat telah mencapai nishob.
    Harta yang diserikatkan adalah harta yang sejenis, bukan seperti; sapi diserikatkan dengan kambing, atau kerbau diserikatkan dengan unta.
    Pihak yang berserikat adalah orang-orang yang ahli zakat, seperti; Islam, merdeka, dan lain-lain.
    Perserikatan berlangsung selama setahun utuh.
Apabila harta yang diserikatkan adalah binatang-binatang ternak maka disyaratkan harus sama kandangnya, tempat berkumpul sebelum digiring untuk digembalakan, tempat digembalakan, penggembalanya, tempat minum, tempat memerah susu.

Apabila harta yang diserikatkan adalah tanaman-tanaman yang dijadikan sebagai makanan pokok maka disyaratkan harus sama penjaga tanamannya, petaninya, buruhnya, yang mengawinkan, tempat pengairannya, tempat menjemurnya, dan bijinya.

وأﻣﺎ ﰱ اﻟﻨﻘﺪ وﻋﺮوض اﻟﺘﺠﺎرة ﻓﻴﺸﱰط أن ﻻ ﻳﺘﻤﻴﺰ اﻟﺪﻛﺎن واﳊﺎرس واﳌﻴﺰان واﻟﻮزان واﻟﻨﻘﺎد واﳌﻨﺎدى واﳊﻤﺎل ﻓﺈذا ﻛﺎن ﻟﻜﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻛﻴﺲ ﻓﻴﻪ ﻧﻘﻮد ﰱ ﺻﻨﺪوق واﺣﺪ أو ﻛﺎن ﻟﻜﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ أﻣﺘﻌﺔ ﲡﺎرة ﰱ ﳐﺰن واﺣﺪ وﱂ ﻳﺘﻤﻴﺰ أﺣﺪﳘﺎ ﻋﻦ اﻵﺧﺮ ﺑﺸﻴﺊ ﳑﺎ ﺳﺒﻖ ﺛﺒﺘﺖ
ﺑﻪ اﳋﻠﻄﺔ
Apabila harta yang diserikatkan adalah emas atau perak atau barang dagangan maka disyaratkan harus sama tokonya, penjaganya, timbangannya, yang menimbang, yang meneliti timbangan, yang mempromosikan, dan yang mengangkut.

Apabila masing-masing dari dua pihak yang berserikat memiliki sebuah kantong (karung) yang berisi emas dan perak dimana masing- masing kantong tersebut berada dalam satu peti, atau masing-masing dari mereka memiliki harta dagangan yang berada di tempat yang sama, dan tidak dapat dibedakan manakah yang milik si A dan yang milik si B, maka terjadilah perserikatan.
 
10.    Zakat Fitrah

)وزﻛﺎة اﻟﻔﻄﺮ( أى ﻓﻄﺮ ﺷﻬﺮ رﻣﻀﺎن )ﲡﺐ( اﲨﺎﻋﺎ وﻻ اﻋﺘﺒﺎر ﲟﻦ ﺷﺬ ﰱ ذﻟﻚ ووﺟﻮ ﺎ )ﺑﺎدراك ﺟﺰء ﻣﻦ رﻣﻀﺎن وﺟﺰء ﻣﻦ ﺷﻮال( وﺣﻴﻨﺌﺬ ﻓﻴﺨﺮج ﻋﻦ ﻣﺎت ﺑﻌﺪ اﻟﻐﺮوب وﻛﺎن ﻋﻨﺪﻩ ﻓﻴﻪ ﺣﻴﺎة ﻣﺴﺘﻘﺮة ﻛﻤﺎ ﻧﺒﻪ ﻋﻠﻴﻪ اﻷذرﻋﻰ دون ﻣﻦ وﻟﺪ ﺑﻌﺪﻩ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ
Zakat fitrah diwajibkan secara ijmak. Kewajibannya disebabkan mendapati sebagian waktu dari bulan Ramadhan dan bulan Syawal, maksudnya, mendapati waktu tenggelamnya matahari secara utuh di hari terakhir bulan Ramadhan disertai mendapati sebagian waktu Ramadhan sebelum matahari terbenam. Oleh karena itu, zakat fitrah wajib dikeluarkan dari orang yang mati setelah tenggelam matahari di hari terakhir Ramadhan dimana saat tenggelamnya matahari ia masih hidup, seperti yang ditanbihkan oleh al-Adzroi.

Adapun anak yang dilahirkan setelah tenggelam matahari di hari terakhir bulan Ramadhan maka tidak wajib dikeluarkan zakat fitrahnya, (karena ia tidak mendapati sebagian waktu bulan Ramadhan), seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.
a.    Orang-orang yang Wajib Dikeluarkan Zakat Fitrahnya

)ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ( أى ﻋﻦ ﻧﻔﺲ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ )وﻋﻠﻰ ﻣﻦ( أى ﻋﻦ أﺷﺨﺎص وﺟﺒﺖ )ﻋﻠﻴﻪ( أى ﻋﻠﻰ ﻣﺴﻠﻢ )ﻧﻔﻘﺘﻬﻢ( وﺟﻮب ﻋﲔ ﺑﺰوﺟﻴﺔ أو ﻣﻠﻚ أو ﻗﺮاﺑﺔ ﻓﻘﻮﻟﻪ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﻣﺴﻠﻢ ﻣﺘﻌﻠﻖ ﺑﻘﻮﻟﻪ ﲡﺐ واﳌﺮاد ﺑﻜﻞ ﻣﺴﻠﻢ اﳌﺨﺮﺟﻮن وﻗﻮﻟﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻋﻠﻴﻪ ﻧﻔﻘﺘﻬﻢ
ﺑﻴﺎن ﻟﻠﻤﺨﺮج ﻋﻨﻪ ﻓﻌﻠﻰ اﻷول واﻟﺜﺎﱏ ﲟﻌﲎ ﻋﻦ

Zakat fitrah difardhu ainkan atas setiap orang muslim dari dirinya sendiri dan dari orang-orang muslim yang wajib ia nafkahi sebab hubungan pernikahan, kepemilikan, atau kerabat.147 Karena pernyataannya demikian,


147Apabila seseorang memiki ayah dan ibu yang wajib ia nafkahi dan hartanya terbatas sehingga hanya cukup untuk menafkahi salah satu dari keduanya, maka yang didahulukan adalah ibu karena ibu adalah yang lebih membutuhkan. Berbeda dalam bab zakat fitrah, apabila ia hanya memiliki harta fitrah yang terbatas sehingga hanya cukup untuk mengeluarkan zakat dari salah satu dari keduanya, maka yang didahulukan adalah ayah. Ibarotnya adalah:
 
maka perkataan mushonnif, ‘ﻣﺴﻠﻢ ﻛﻞ ﻋﻠﻰ’ memiliki ta’alluk dengan
perkataannya, ‘ُﺐ ِﺠ ﺗَ’.148 Yang dimaksud dengan, ‘ﻣﺴﻠﻢ ﻛﻞ’ (setiap muslim)
adalah pihak yang mengeluarkan zakat fitrah (al-mukhrij). Dan ‘ ﻣﻦ وﻋﻠﻰ ﻋﻠﯿﮫ ﻧﻔﻘﺘﮭﻢ ﻋﻠﯿﮫ’ (atas dirinya sendiri dan orang-orang muslim yang wajib ia nafkahi) adalah pihak yang dikeluarkan zakatnya (mukhroj ‘anhu). Dengan demikian, kalimah huruf ‘ﻋﻠﻰ’ berarti ‘ﻋﻦ’.

)إذا ﻛﺎﻧﻮا( أى ﻣﻦ وﺟﺒﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﻧﻔﻘﺘﻬﻢ )ﻣﺴﻠﻤﲔ( ﲞﻼف اﻟﻘﺮﻳﺐ اﻟﻜﺎﻓﺮ اﻟﺬى ﲡﺐ ﻧﻔﻘﺘﻪ واﻟﻌﺒﺪ اﻟﻜﺎﻓﺮ واﻷﻣﺔ اﻟﻜﺎﻓﺮة واﻟﺰوﺟﺔ اﻟﻜﺎﻓﺮة ﲡﺐ ﻧﻔﻘﺘﻬﻢ دون ﻓﻄﺮ ﻢ
Syarat mengeluarkan zakat dari orang-orang yang dinafkahi adalah keislaman mereka.149 Berbeda dengan masalah apabila seseorang memiliki kerabat kafir, atau budak laki-laki kafir, atau amat (budak perempuan) kafir, atau istri kafir, maka ia hanya wajib menafkahi mereka saja, bukan mengeluarkan zakat fitrah mereka.

b.    Besar Zakat Fitrah yang Harus Dikeluarkan

)ﻋﻠﻰ ﻛﻞ واﺣﺪ ﺻﺎع( أى ﻣﻌﺎﻳﺮ ﺑﺎﻟﺼﺎع اﻟﺬى ﻛﺎن ﳜﺮج ﺑﻪ ﰱ زﻣﻦ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻤﻦ ﱂ ﳚﺪﻩ وﺟﺐ ﻋﻠﻴﻪ أن ﳜﺮج ﻗﺪرا ﻳﺘﻴﻘﻦ أﻧﻪ ﻻ ﻳﻨﻘﺺ ﻋﻨﻪ

وإﳕﺎ ﻗﺪم اﻷب ﻋﻠﻰ اﻷم ﻫﻨﺎ ﻋﻜﺲ ﻣﺎ ﰱ اﻟﻨﻔﻘﺎت ﻷن اﻟﻨﻔﻘﺎت ﻟﻠﺤﺎﺟﺔ واﻷم أﺣﻮج واﻟﻔﻄﺮة ﻟﻠﺸﺮف
واﻷب أﺷﺮف ﻷﻧﻪ ﻣﻨﺴﻮب إﻟﻴﻪ وﻳﺸﺮف ﺑﺸﺮﻓﻪ ﻛﺬا ﰱ ﺣﺎﺷﻴﺔ اﻟﺒﺎﺟﻮرى ﻋﻠﻰ اﺑﻦ ﻗﺎﺳﻢ اﻟﻐﺰى ص.
٢٨٠-٢٧٩ ﻃﻪ ﻓﻮﺗﺮا ﲰﺎراع
148Dzorof dan jar majrur harus memiliki ta’alluk (hubungan) dengan fi’il atau bentuk kalimah yang mencakup makna fi’il, seperti; isim sifat, isim maf’ul, dan masdar. Dalam perkataan mushonnif, lafadz ‘ﻣﺳﻠم ﻛل ﻋﻠﻰ’ adalah jar majrur dan memiliki ta’alluk dengan fi’il, yaitu lafadz ‘ﺗﺟب’. Ibarotnya adalah:
)وﻋﻠﻖ اﻟﻈﺮف وﻣﺎ ﺿﺎﻫﺎﻩ( أى ﻣﻦ اﳉﺎر وا ﺮور )ﺑﺎﻟﻔﻌﻞ أو ﳛﺘﻮى ﻣﻌﻨﺎﻩ( إﱃ أن ﻗﺎل واﳌﺮاد اﻟﺘﻀﻤﲎ وﻫﻮ اﳊﺪث ﻣﻦ ﻣﺼﺪر وﻫﻮ اﺳﻢ اﳊﺪث اﻵﺗﻰ ﺛﺎﻟﺜﺎ ﰱ ﺗﺼﺮﻳﻒ اﻟﻔﻌﻞ ﻛﻀﺮب واﺳﺘﻘﺮار أو وﺻﻒ ﻛﺬا
ﰱ ﻛﻔﺎﻳﺔ اﻷﺻﺤﺎب ص. ١٩-١٨ اﳌﻌﻬﺪ اﻹﺳﻼﻣﻰ اﻟﺴﻠﻔﻰ

149Apabila ada istri kaya yang taat kepada suami yang melarat maka si istri tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah dari dirinya sendiri, tetapi ia disunahkan berzakat fitrah dari dirinya sendiri.
واﻟﺜﺎﱏ اﻣﺮأة ﻏﻨﻴﺔ ﳍﺎ زوج ﻣﻌﺴﺮ وﻫﻰ ﰱ ﻃﺎﻋﺘﻪ ﻓﻼ ﺗﻠﺰﻣﻬﺎ ﻓﻄﺮ ﺎ ﻟﻜﻦ ﻳﺴﻦ أن ﲣﺮﺟﻬﺎ ﻋﻦ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻛﺬا
ﰱ ﻛﺎﺷﻔﺔ اﻟﺴﺠﺎ ﻟﻠﺸﺎرح ص. ١١٢ اﻟﱪﻛﺔ ﲰﺎراع
 
وﻗﺎل ﲨﺎﻋﺔ ﻣﻦ اﻟﻌﻠﻤﺎء أﻧﻪ ﻗﺪر أرﺑﻊ ﺣﻔﻨﺎت ﺑﻜﻔﻰ رﺟﻞ ﻣﻌﺘﺪل اﻟﻜﻔﲔ أﻓﺎد ذﻟﻚ
اﳊﺼﲎ
Ukuran zakat fitrah yang wajib dikeluarkan adalah 1 (satu) shok dengan takaran shok yang dikeluarkan pada zaman Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Barang siapa tidak mengetahui takaran shok tersebut maka ia wajib mengeluarkan zakat fitrah dengan ukuran yang ia yakini tidak kurang darinya.150

Menurut buku Sullamut Taufiq: Berikut Penjelasannya, 1 (satu) shok
adalah 3 ¼ liter. Sedangkan menurut Fiqih Islam, ia berukuran 3,1 liter.

Al-Hisni menfaedahkan, “Segolongan jamaah ulama berkata, ‘Satu shok seukuran 4 kali cakupan kedua telapak tangan laki-laki yang memiliki kedua telapak tangan seperti pada umumnya.’”
c.    Jenis Harta untuk Zakat Fitrah

وﻳﻜﻮن اﻟﺼﺎع )ﻣﻦ ﻏﺎﻟﺐ ﻗﻮت اﻟﺒﻠﺪ( أى ﺑﻠﺪ اﳌﺨﺮج ﻋﻦ ﻧﻔﺴﻪ وﻋﻤﻦ ﺗﻠﺰﻣﻪ ﻣﺆﻧﺘﻪ إذا ﻛﺎن ﺣﺎﺿﺮا وإﻻ ﻓﺎﻟﻌﱪة ﺑﻘﻮت اﳌﺆدى ﻋﻨﻪ ﰒ ﻳﺘﺤﻤﻠﻬﺎ ﻋﻨﻪ اﳌﺆدى ﲢﻤﻞ ﺣﻮاﻟﺔ ﻻ ﺿﻤﺎن واﳌﺮاد ﺑﻘﻮت اﻟﺒﻠﺪ ﲨﻴﻊ اﻟﺴﻨﺔ ﻻ وﻗﺖ اﻟﻮﺟﻮب ﻓﻘﻂ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ
Ukuran satu shok tersebut berupa makanan pokok negara al-mukhrij (orang yang mengeluarkan zakat) dari dirinya sendiri atau dari al-mukhroj ‘anhu (orang-orang yang wajib ia keluarkan zakat fitrahnya) jika memang al-muhkrij ada di negara tersebut. Jika al-mukhrij tidak berada di negara tersebut maka yang menjadi patokan adalah makanan pokok negara al- mukhroj ‘anhu. 151 Kemudian al-mukhrij menanggung zakat fitrah dari al-

150Barang siapa memiliki harta zakat fitrah yang kurang dari satu shok maka ia tetap wajib mengeluarkannya. Ibarotnya:
وﻣﻦ ﱂ ﻳﻮﺳﺮ ﺑﺼﺎع ﺑﻞ ﺑﺒﻌﻀﻪ ﻟﺰﻣﻪ ذﻟﻚ اﻟﺒﻌﺾ ﻛﺬا ﰱ ﻓﺘﺢ اﻟﻘﺮﻳﺐ ا ﻴﺐ ص. ٢٨٠ ﻃﻪ ﻓﻮﺗﺮا
ﲰﺎراع
151Contoh: Ada seseorang bernama Ihsan. Ia memiliki seorang anak yang wajib dinafkahi bernama Muhsin. Mereka berdua berkewarganegaraan A yang makanan pokoknya adalah beras. Dalam hal zakat fitrah, Ihsan berstatus sebagai al-mukhrij karena ia memiliki tanggungan untuk mengeluarkan zakat dari dirinya sendiri dan dari Muhsin yang dinafkahinya, sedangkan Muhsin berstatus sebagai al-Mukhroj ‘anhu karena zakat fitrahnya ditanggung oleh Ihsan. Pada saatnya mengeluarkan zakat fitrah maka:
 
mukhroj ‘anhu dengan bentuk tanggungan yang berlaku dalam Hiwalah, bukan Dhoman. Yang dimaksud dengan makanan pokok suatu negara

a.    Apabila Ihsan berada di negara A dan Muhsin juga berada di negara A maka Ihsan wajib mengeluarkan zakat fitrah berupa beras dari dirinya sendiri dan dari Muhsin.
b.    Apabila Ihsan berada di negara B yang makanan pokoknya adalah biji gandum, sedangkan Muhsin berada di negara A, maka Ihsan wajib mengeluarkan zakat fitrah biji gandum dari dirinya sendiri dan fitrah beras dari diri Muhsin.
c.    Apabila Ihsan berada di negara A, sedangkan Muhsin berada di negara B yang makanan pokoknya adalah biji gandum, maka Ihsan wajib mengeluarkan zakat fitrah beras dari dirinya sendiri dan fitrah biji gandum dari Muhsin.
Apabila Ihsan berada di negara A, sedangkan Muhsin tidak diketahui keberadaannya, maka rincian kemungkinannya sebagai berikut:
a.    Apabila Ihsan berada di negara A, sedangkan Muhsin tidak diketahui keberadaannya tetapi kabar terakhir ia diberitakan berada di negara C yang makanan pokoknya adalah jagung, maka Ihsan wajib mengeluarkan zakat fitrah beras dari dirinya sendiri dan fitrah jagung dari Muhsin. Kemudian Ihsan tidak boleh memberikan zakat Muhsin ke mustahik zakat yang berada di negara A, tetapi ia memberikannya ke hakim karena hakim diperbolehkan naqlu az-zakah (memindah zakat).
b.    Apabila Ihsan berada di negara A, sedangkan Muhsin tidak diketahui sama sekali kabar keberadaannya, maka Ihsan wajib mengeluarkan zakat fitrah beras dari dirinya sendiri dan dari Muhsin.
Apabila di suatu negara memiliki dua jenis makanan pokok, misalnya; beras dan jagung, maka jika sebagian besar penduduk tersebut lebih sering mengkonsumsi beras di setiap tahunnya, maka yang wajib dizakat fitrahkan adalah beras, sedangkan jika mereka sama-sama sering mengkonsumsi beras dan jagung di setiap tahunnya, maka mereka boleh memilih antara mengeluarkan zakat fitrah beras atau jagung, tetapi yang lebih utama adalah yang lebih berkualitas.

)ﻗﻮﻟﻪ ﻣﻦ ﻗﻮت ﺑﻠﺪﻩ( أى ﺑﻠﺪ اﳌﺨﺮج إن أﺧﺮج ﻋﻦ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﺈن أﺧﺮج ﻋﻦ ﻏﲑﻩ ﻓﺈن ﻛﺎن اﳌﺨﺮج ﻋﻨﻪ ﰱ ﺑﻠﺪ اﳌﺨﺮج ﻓﺎﻷﻣﺮ ﻇﺎﻫﺮ وإن ﻛﺎن ﰱ ﺑﻠﺪ أﺧﺮى ﻓﺎﳌﻌﺘﱪ ﺑﻠﺪ اﳌﺨﺮج ﻋﻨﻪ ﺑﻨﺎء ﻋﻠﻰ اﻷﺻﺢ ﻣﻦ أن اﻟﻔﻄﺮة ﲡﺐ أوﻻ ﻋﻠﻰ اﳌﺨﺮج ﻋﻨﻪ ﰒ ﻳﺘﺤﻤﻠﻬﺎ ﻋﻨﻪ اﳌﺨﺮج ﻫﺬا إن ﻋﺮف ﳏﻠﻪ ﻓﺈن ﱂ ﻳﻌﺮف ﻛﻌﺒﺪ آﺑﻖ ﻓﻴﺤﺘﻤﻞ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﲨﺎﻋﺔ اﺳﺘﺜﻨﺎء ﻣﻦ اﻋﺘﺒﺎر ﻗﻮت ﺑﻠﺪ اﳌﺨﺮج ﻋﻨﻪ ﻓﻴﻌﺘﱪ ﻓﻴﻬﺎ ﻗﻮت ﺑﻠﺪ اﳌﺨﺮج وﳛﺘﻤﻞ أن ﻳﻘﺎل ﳜﺮﺟﻬﺎ ﻣﻦ ﻗﻮت آﺧﺮ ﳏﻞ ﻋﻬﺪ وﺻﻮﻟﻪ إﻟﻴﻪ ﻷن اﻷﺻﻞ أﻧﻪ ﻓﻴﻪ وﻻ ﻳﺪﻓﻌﻬﺎ ﻟﻔﻘﺮاء ﺑﻠﺪﻩ ﺑﻞ ﻳﺪﻓﻌﻬﺎ ﻟﻠﺤﺎﻛﻢ ﻷن ﻟﻪ ﻧﻘﻞ اﻟﺰﻛﺎة – إﱃ أن ﻗﺎل – وﻗﻮﻟﻪ ﻏﻠﺐ ﺑﻌﻀﻬﺎ أى ﺑﺄن ﻛﺎن ﻳﺘﻌﺎﻃﺎﻩ ﻏﺎﻟﺐ أﻫﻞ اﻟﺒﻠﺪ ﰱ ﻏﺎﻟﺐ اﻟﺴﻨﺔ ﻓﺎﳌﻌﺘﱪ ﰱ ﻏﺎﻟﺐ ﻗﻮت اﻟﺒﻠﺪ ﻏﺎﻟﺐ ﻗﻮت اﻟﺴﻨﺔ ﻻ ﻏﺎﻟﺐ ﻗﻮت وﻗﺖ اﻹﺧﺮاج ﺧﻼﻓﺎ ﻟﻠﻐﺰاﱃ ﰱ وﺳﻴﻄﻪ ﻓﺈن ﱂ ﻳﻐﻠﺐ ﺑﻌﻀﻬﺎ ﺑﺄن ﻛﺎن ﰱ اﻟﺒﻠﺪ أﻗﻮات وﻻ ﻏﺎﻟﺐ ﲣﲑ ﺑﻴﻨﻬﺎ واﻷﻓﻀﻞ أﻋﻼﻫﺎ
ﻟﻘﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﱃ ﻟﻦ ﺗﻨﺎﻟﻮا اﻟﱪ ﺣﱴ ﺗﻨﻔﻘﻮن ﳑﺎ ﲢﺒﻮن ﻛﺬا ﰱ ﺣﺎﺷﻴﺔ اﻟﺒﺎﺟﻮرى ﻋﻠﻰ اﺑﻦ ﻗﺎﺳﻢ اﻟﻐﺰى ص.
٢٨٠ ﻃﻪ ﻓﻮﺗﺮا ﲰﺎراع
 
adalah makanan pokok yang sering dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk di setiap tahunnya, bukan di tahun tertentu saat berkewajiban zakat saja, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.

d.    Syarat-syarat makanan pokok yang dizakatkan.

واﻋﻠﻢ أن ﺷﺮط اﳌﺨﺮج أن ﻻ ﻳﻜﻮن ﻣﺴﻮﺳﺎ وﻻ ﻣﻌﻴﺒﺎ ﻛﺎﻟﺬى ﳊﻘﻪ ﻣﺎء أو ﻧﺪاوة اﻷرض وﳓﻮ ذﻟﻚ ﻛﺎﻟﻌﺘﻴﻖ اﳌﺘﻐﲑ اﻟﻠﻮن واﻟﺮاﺋﺤﺔ ﻛﺬا اﳌﺪود وأن ﻳﻜﻮن ﺣﺒﺎ ﻓﻼ ﲡﺰئ اﻟﻘﻴﻤﺔ ﺑﻼ ﺧﻼف وﻛﺬا ﻻ ﳚﺠﺰئ اﻟﺪﻗﻴﻖ وﻻ اﻟﺴﻮﻳﻖ وﻻ ﺧﺒﺰ ﻷن اﳊﺐ ﻳﺼﻠﺢ ﳌﺎ ﺗﺼﻠﺢ ﻟﻪ ﻫﺬﻩ
اﻟﺜﺎﺛﺔ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﳊﺼﲎ
Syarat-syarat makanan pokok yang dizakatkan adalah:

1)    Tidak banyak kutu dan tidak cacat, misalnya; berair, basah, dan lain- lain, sehingga seperti basi yang berubah warna, bau, atau berulat.
2)    Berupa makanan pokok biji-bijian, seperti; beras, jagung, biji gandum, ‘adas, dan lain-lain. Oleh karena itu, tanpa ada perbedaan pendapat, tidak dicukupkan mengeluarkan zakat fitrah dalam bentuk uang. Begitu juga, tidak cukup berzakat fitrah dengan tepung hintoh, tepung sawik, dan roti, karena apa yang bisa dibuat dengan 3 bahan tersebut juga bisa dibuat dengan makanan berbiji, seperti yang difaedahkan oleh al-Hisni.

وﲡﺐ زﻛﺎة اﻟﻔﻄﺮ ﻋﻠﻰ اﻟﻜﺎﻓﺮ ﻋﻦ ﳑﻮﻧﻪ اﳌﺴﻠﻢ ﻛﺰوﺟﺘﻪ ﺑﺄن أﺳﻠﻤﺖ وﲣﻠﻒ وﲡﺰئ ﻋﻨﻬﺎ ﺑﻼ ﻧﻴﺔ ﻟﺘﻌﺬرﻫﺎ ﻣﻦ اﳌﺆدى ﻋﻨﻪ داﺋﻤﺎ وﻣﻦ اﳌﺆدى ﻫﻨﺎ ﻓﻐﻠﺐ ﻓﻴﻪ ﺳﺪا ﻟﻠﺤﺎﺟﺔ ﻫﺬا ﰱ
ﻛﺎﻓﺮ أﺻﻠﻰ
Zakat fitrah wajib dikeluarkan oleh orang kafir dari orang-orang islam yang wajib ia biayai, seperti; istri yang telah masuk Islam sedangkan si kafir masuk Islam belakangan (di masa-masa iddah). Ketika si kafir mengeluarkan zakat fitrah dari si istri muslimah maka ia diwajibkan berniat karena untuk tujuan tamyiz (membedakan dari siapa zakat itu.) Rincian ini dimaksudkan pada orang kafir asli.

أﻣﺎ اﳌﺮﺗﺪ ﻓﺈن أﺳﻠﻢ ﻟﺰﻣﺘﻪ ﻋﻦ ﻧﻔﺴﻪ وﳑﻮﻧﻪ وإﻻ ﻓﻼ ﻋﻠﻰ اﳌﻌﺘﻤﺪ وﻛﺬا ﳑﻮن ﻣﺮﺗﺪ ﻓﻼ
ﲡﺐ ﻋﻨﻪ إﻻ أن ﻳﺴﻠﻢ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﰱ ﻓﺘﺢ اﳉﻮاد
 
Adapun orang murtad, jika ia kembali masuk Islam maka ia wajib berzakat fitrah dari dirinya sendiri dan dari orang-orang yang ia biayai, sedangkan jika ia tidak masuk Islam maka ia tidak wajib berzakat fitrah dari dirinya dan juga dari mereka. Zakat fitrah juga tidak dikeluarkan dari orang murtad yang dibiayai kecuali jika ia kembali masuk Islam, seperti yang difaedahkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathu al-Jawad.

إﳕﺎ ﲡﺐ زﻛﺎة اﻟﻔﻄﺮ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﳝﻠﻚ ذﻟﻚ اﻟﺼﺎع )إذا ﻓﻀﻠﺖ ﻋﻦ دﻳﻨﻪ( ﻓﺈﻧﻪ ﳝﻨﻊ وﺟﻮ ﺎ
وﻟﻮ ﻣﺆﺟﻼ وإن رﺿﻰ ﺻﺎﺣﺒﻪ ﺑﺎﻟﺘﺄﺧﲑ ﻛﻤﺎ أن اﳊﺎﺟﺔ إﱃ ﻧﻔﻘﺔ اﻟﻘﺮﻳﺐ ﲤﻨﻊ وﺟﻮ ﺎ ﻫﺬا ﻣﺎ اﻋﺘﻤﺪﻩ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ وﻗﻴﻞ ﻻ ﻳﻌﺘﱪ اﻟﻔﻀﻞ ﻋﻦ اﻟﺪﻳﻦ واﻵدﻣﻰ ﻷﻧﻪ ﻻ ﳝﻨﻊ اﳚﺎب اﻟﻨﻔﻘﺔ ﻓﺎﻟﻔﻄﺮة اﻟﺘﺎﺑﻌﺔ ﳍﺎ ﻛﺬﻟﻚ ﻫﺬا ﻣﺎ اﻋﺘﻤﺪﻩ اﻷذرﻋﻰ )وﻛﺴﻮﺗﻪ( وﻛﺴﻮة ﳑﻮﻧﻪ )وﻣﺴﻜﻨﻪ(
 
آدﻣﻴﺎ ﻛﺎن أو ﻏﲑﻩ ﻧﺒﻪ ﻋﻠﻰ ذﻟﻚ
 
)وﻗﻮت ﻣﻦ ﻋﻠﻴﻪ ﻧﻔﻘﺘﻬﻢ(
 
ﺑﻔﺘﺢ اﻟﻜﺎف وﻛﺴﺮﻫﺎ
 
اﳊﺼﲎ )ﻳﻮم اﻟﻌﻴﺪ وﻟﻴﻠﺘﻪ( ﻷن اﻟﻘﻮت ﰱ ﻫﺬا اﻟﺰﻣﻦ ﺿﺮورى ﻓﺎﻋﺘﱪ اﻟﻔﻀﻞ ﻋﻨﻪ

Zakat fitrah hanya wajib dikeluarkan oleh seseorang yang memiliki satu shok makanan pokok yang melebihi kebutuhan dari membayar hutangnya, karena hutang bisa mencegah kewajiban berzakat fitrah meskipun hutangnya ditangguhkan dan meskipun pihak yang berpiutang rela kalau hutangnya diakhirkan pembayarannya, sebagaimana hajat menafkahi kerabat bisa mencegah kewajiban berzakat fitrah. Ini adalah pendapat yang dipedomani oleh Ibnu Hajar.

Menurut pendapat qiil, tidak disyaratkan satu shok makanan pokok harus melebihi kebutuhan membayar hutang dan menafkahi anak Adam karena demikian ini tidak mencegah kewajiban menafkahi, sedangkan zakat fitrah mengikuti hukum menafkahi dalam hal tidak tercegahnya kewajiban. Pendapat qiil ini dipedomani oleh al-Adzroi.

Selain disyaratkan harus lebih dari kebutuhan membayar hutang, satu shok fitrah harus melebihi kebutuhan dari biaya memberi pakaian dan tempat tinggal kepada orang-orang yang harus dibiayai, dan dari memberi makanan, baik kepada manusia atau lainnya, seperti yang ditanbihkan oleh al-Hisni. Syarat-syarat ini hanya berlaku pada malam dan siang hari raya idul fitri karena pada waktu tersebut makanan pokok menjadi sangat dibutuhkan.
 
ﻗﺎل اﺑﻦ ﺣﺠﺮ وﺣﻜﻤﺔ اﳚﺎب اﻟﺼﺎع أن اﻟﻔﻘﲑ ﻻ ﳚﺪ ﻣﻦ ﻳﺴﺘﻌﻤﻠﻪ ﺑﺎﻷﺟﺮة وﺛﻼﺛﺔ أﻳﺎم ﺑﻌﺪﻩ ودﻗﻴﻖ اﻟﺼﺎع ﻣﻊ ﻣﺎء ﻳﻌﺠﻦ ﺑﻪ ﻳﺘﺤﺼﻞ ﻣﻨﻪ ﲦﺎﻧﻴﺔ أرﻃﺎل وﻫﻰ ﺗﻜﻔﻴﻪ ﺗﻠﻚ اﻷﻳﺎم
اﻷرﺑﻌﺔ اﻧﺘﻬﻰ
Ibnu Hajar berkata, “Hikmah alasan mengapa satu shok makanan diwajibkan untuk dizakat fitrahkan adalah karena orang fakir tidak bisa menemukan pekerjaan dari juragan yang mengupahinya pada hari raya idul fitri dan 3 (tiga) hari setelahnya. Sedangkan tepung satu shok yang dicampur dengan air untuk dijadikan adonan akan menghasilkan 8 (delapan) kati yang bisa mencukupi orang fakir tersebut selama 4 (empat) hari itu.”

 
11.    Niat Zakat.

ﻗﺎل اﻟﺮﻣﻠﻰ ﰱ اﻟﻨﻬﺎﻳﺔ وﻟﻮ ﻋﺰل ﻣﻘﺪار
 

)وﲡﺐ اﻟﻨﻴﺔ ﰱ ﲨﻴﻊ أﻧﻮاع اﻟﺰﻛﺎة ﺑﻌﺪ اﻻﻓﺮاز(
 
اﻟﺰﻛﺎة وﻧﻮى ﻋﻦ اﻟﻌﺰل ﺟﺎز وﻻ ﻳﻀﺮ ﺗﻘﺪﳝﻬﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﺘﻔﺮﻗﺔ ﻛﺎﻟﺼﻮم ﻟﻌﺴﺮ اﻻﻗﱰان ﺑﺎﻋﻄﺎء ﻛﻞ ﻣﺴﺘﺤﻖ وﻷن اﻟﻘﺼﺪ ﻣﻦ اﻟﺰﻛﺎة ﺳﺪ ﺣﺎﺟﺔ ﻣﺴﺘﺤﻘﻬﺎ وﻟﻮ ﻧﻮى ﺑﻌﺪ اﻟﻌﺰل وﻗﺒﻞ
اﻟﺘﻔﺮﻗﺔ أﺟﺰأﻩ أﻳﻀﺎ وإن ﱂ ﺗﻘﺎرن اﻟﻨﻴﺔ أﺧﺬﻫﺎ اﻧﺘﻬﻰ
Niat zakat fitrah atau zakat selainnya wajib dilakukan setelah ‘azl atau memisahkan harta zakat. Ar-Romli berkata dalam Nihayah, “Apabila seseorang telah ‘azl (memisahkan) seukuran harta zakat, kemudian setelah ‘azl ia berniat (artinya tidak bersamaan dengan ‘azl) maka diperbolehkan. Boleh mendahulukan niat zakat sebelum tafriqoh atau membagikannya kepada para mustahik karena sulitnya membarengkan niat dengan waktu memberikannya kepada masing-masing dari mereka, lagi pula tujuan dari zakat adalah untuk menutupi kebutuhan mereka. Apabila seseorang berniat zakat setelah ‘azl dan sebelum tafriqoh kepada para mustahik maka sudah mencukupi meskipun niatnya tidak berbarengan dengan saat para mustahik mengambilnya.”152


152Niat berzakat adalah seperti seseorang berniat, “Ini adalah zakat,” atau “Ini adalah shodaqoh fardhu,” atau “Ini adalah shodaqoh hartaku yang difardhukan.” Apabila seseorang berniat, “Ini adalah kefardhuan hartaku,” atau “Ini adalah shodaqoh hartaku,” maka belum mencukupi niatnya.
وﲡﺐ ﻧﻴﺔ ﰱ اﻟﺰﻛﺎة ﻛﻬﺬا زﻛﺎة أو ﻓﺮض ﺻﺪﻗﺔ أو ﺻﺪﻗﺔ ﻣﺎﱃ اﳌﻔﺮوﺿﺔ وﻻ ﻳﻜﻔﻰ ﻓﺮض ﻣﺎﱃ ﻷﻧﻪ ﻗﺪ
ﻳﻜﻮن ﻛﻔﺎرة أو ﻧﺬرا وﻻ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﺎﱃ ﻷ ﺎ ﻗﺪ ﺗﻜﻮن ﻧﺎﻓﻠﺔ ﻛﺬا ﰱ ﻛﺎﺷﻔﺔ اﻟﺴﺠﺎ ﻟﻠﺸﺎرح ص. ١١٣
 
ﻗﺎل ﺻﺎﺣﺐ اﻓﺸﺎء اﻟﺴﺮ اﳌﺼﻮن ﰱ ﺷﺮح ﻣﻨﻬﺎج اﻟﺮاﻏﺒﲔ ﻻﺑﻦ ﻗﺎﺿﻰ ﻋﺠﻠﻮن اﻷﺻﺢ أن ﳏﻞ ﻧﻴﺔ اﻟﺰﻛﺎة اﻟﻘﻠﺐ ﻛﻤﺎ ﰱ ﻏﲑﻫﺎ وﻗﻴﻞ ﻳﻜﻔﻰ اﻟﻠﺴﺎن ﻟﺸﺒﻪ اﻟﺰﻛﺎة ﺑﺎﳌﻌﺎوﺿﺎت وﻻﺑﺪ ﻣﻦ ﻛﻮ ﺎ ﺟﺎزﻣﺔ أو ﻣﻌﻀﺪة ﺑﺄﺻﻞ ﻓﻠﻮ ﻋﻠﻘﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﻮت ﻣﻮرﺛﻪ ﻋﻦ ﻣﺎﻟﻪ ﻓﺒﺎن ﻛﺬﻟﻚ ﱂ
ﳚﺰئ وﻛﺬا ﻟﻮ ﺟﺰﻣﻬﺎ وﻫﻮ ﻻ ﻳﻌﻠﻢ ﻣﻮﺗﻪ ﲞﻼف ﻣﺎ ﻟﻮ ﻗﺎل ﻫﺬﻩ زﻛﺎة ﻣﺎل اﻟﻐﺎﺋﺐ ﺣﻴﺚ ﳚﺰﺋﻪ إن ﻛﺎن ﺑﺎﻗﻴﺎ واﻟﻔﺮق أن اﻷﺻﻞ ﺑﻘﺎء اﳌﺎل ﰱ ﻫﺬﻩ وﺑﻘﺎء اﳊﻴﺎة وﻋﺪم اﻹرث ﰱ اﻟﱴ ﻗﺒﻠﻬﺎ وﻧﻈﲑﻩ أن ﻳﻘﻮل ﰱ آﺧﺮ ﺷﻬﺮ رﻣﻀﺎن أﺻﻮم ﻏﺪا ﻋﻦ ﺷﻬﺮ رﻣﻀﺎن إن ﻛﺎن ﻣﻨﻪ ﻓﻴﺼﺢ وﻟﻮ ﻗﺎل ﰱ أوﻟﻪ أﺻﻮم ﻏﺪا إن ﻣﻦ ﺷﻬﺮ رﻣﻀﺎن ﱂ ﻳﺼﺢ اﻧﺘﻬﻰ
Penyusun kitab Ifsya as-Sirri al-Mashun dalam Syarah Minhaj ar- Roghibin karya Ibnu Qodhi Ijlun berkata, “Pendapat ashoh mengatakan bahwa tempat niat zakat adalah hati seperti niat-niat selainnya. Pendapat qiil menyebutkan bahwa niat zakat cukup di lisan karena kesamaannya dengan praktek mu’awadhoh (seperti; jual beli, pesan, dan lain-lain). Diwajibkan niat zakat dilakukan dengan mantap dan dikukuhkan dengan hukum asal, artinya, apabila seseorang menta’lik atau menggantungkan niat zakat dengan kematian pewaris harta, kemudian terbukti nyata kematiannya, maka tidak mencukupi, begitu juga tidak mencukupi apabila ia memantapkan niat tetapi ia tidak mengetahui kematiannya, karena hukum asal dalam contoh ini adalah tetapnya hidup dan tidak adanya mewarisi. Berbeda dengan apabila ia berkata, ‘Ini adalah zakat harta yang gaib (tidak ada di tangan pengeluar zakat) maka dihukumi cukup sekiranya harta tersebut masih ada, karena hukum asalnya adalah tetapnya harta. Sama halnya dengan apabila seseorang berkata di akhir bulan Ramadhan, ‘Saya akan berpuasa besok dimana besok sudah tidak lagi termasuk bulan Ramadhan,’ maka apabila ternyata besok masih termasuk bulan Ramadhan maka puasanya sah, karena hukum asalnya adalah tetapnya bulan Ramadhan, berbeda apabila ia berkata di awal bulan, “Saya akan berpuasa besok jika besok termasuk bulan Ramadhan,” maka apabila ternyata besok termasuk bulan Ramadhan maka tidak sah puasanya karena hukum asalnya adalah tidak tetapnya bulan Ramadhan.

12.    Mustahik Zakat.

)وﳚﺐ ﺻﺮﻓﻬﺎ( أى اﻟﺰﻛﺎة )إﱃ ﻣﻦ وﺟﺪ ﻣﻦ اﻟﻔﻘﺮاء( ﲨﻊ ﻓﻘﲑ وﻫﻮ ﻣﻦ ﻻ ﻣﺎل ﻟﻪ وﻻ ﻛﺴﺐ ﻳﻘﻊ ﻣﻮﻗﻌﺎ ﻣﻦ ﻛﻔﺎﻳﺘﻪ ﻛﻤﻦ ﳛﺘﺎج إﱃ ﻋﺸﺮة وﻻ ﳚﺪ إﻻ ﺑﻨﺤﻮ درﳘﲔ وﻻ ﳝﻨﻊ
 
اﻟﻔﻘﺮ ﻣﺴﻜﻨﻪ وﺧﺎدﻣﻪ وﻣﻠﺒﺴﻪ ﻟﻠﺘﺠﻤﻞ وإن ﺗﻌﺪد أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ ﰱ ﺷﺮح ﻫﺪﻳﺔ
اﻟﻨﺎﺻﺢ
Diwajibkan membagikan zakat kepada golongan-golongan berikut:

a.    Fuqoro.
Kata fuqoro (اﻟﻔﻘﺮاء) adalah bentuk jamak dari kata fakir (اﻟﻔﻘﯿﺮ). Ia adalah orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan yang dapat mencukupi kebutuhannya, seperti; orang yang membutuhkan 10 dirham, tetapi ia hanya mendapati 2 dirham saja.153 Status kefakiran tidak tercegah


153Kesimpulannya adalah bahwa seseorang bisa disebut dengan fakir jika:
    Ia tidak memiliki harta dan pekerjaan sama sekali. Atau;
    Ia tidak memiliki harta tetapi ia memiliki pekerjaan. Namun, profesi pekerjaan tersebut tidak pantas atau layak baginya. Atau;
    Ia memiliki harta dan juga pekerjaan yang layak tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan orang-orang yang dibiayainya.
Syarat harta dan pekerjaan adalah halal. Jadi, apabila ada orang kaya tetapi harta kekayaannya haram, maka ia boleh mengambil zakat dengan catatan ketika ia memang kesulitan untuk menghalalkan harta kekayaannya tersebut, seperti yang difatwakan oleh Ibnu Sholah.
Apabila ada orang tidak memiliki harta dan juga pekerjaan, tetapi ia dinafkahi oleh kerabat yang wajib menafkahinya, maka ia bukan tergolong fakir. Begitu juga apabila ada orang yang pandai bekerja tetapi ia tidak bekerja, maka tidak tergolong fakir.
Maksudnya harta atau pekerjaan yang tidak memenuhi kebutuhan hidup adalah sekiranya harta tidak dapat memenuhi separuh kebutuhan seumur hidup.
Contoh 1; ada orang  dak memiliki harta sama sekali tetapi memiki pekerjaan yang penghasilannya hanya Rp. 30.000. Padahal kebutuhan sehari-harinya adalah Rp.100.000, maka ia tergolong fakir dan boleh mengambil zakat karena 30.000 kurang dari 50.000, yaitu separuh dari 100.000.
Contoh 2: ada pemuda yang berusia 25 tahun memiliki harta yang jika dikalkulasi bertotal 100 juta. Kebutuhan sehari-harinya adalah 100.000. Usia manusia pada umumnya hanya sampai pada 60 tahun. Jika dihitung-hitung, 100 juta hanya mencapai 30.000 (kurang dari separuh 100.000) per harinya selama 35 tahun (60-25), maka ia tergolong fakir, dengan catatan apabila 100 juta  dak ia gunakan untuk berdagang.

) ﻗﻮﻟﻪ ﻣﻦ ﻟﻴﺲ ﻟﻪ ﻣﺎل إﱁ ( أي ﺑﺄن ﱂ ﻳﻜﻦ ﻋﻨﺪﻩ ﻣﺎل وﻻ ﻛﺴﺐ أﺻﻼ أو ﻛﺎن ﻋﻨﺪﻩ ﻛﺴﺐ ﻻ ﻳﻠﻴﻖ ﺑﻪ أو ﻛﺎن ﻟﻪ ﻣﺎل أو ﻛﺴﺐ ﻳﻠﻴﻖ ﻟﻜﻦ ﻻ ﻳﻘﻌﺎن ﻣﻮﻗﻌﺎ ﻣﻦ ﻛﻔﺎﻳﺘﻪ وﻛﻔﺎﻳﺔ ﳑﻮﻧﻪ
ﻓﻜﻼﻣﻪ ﺻﺎدق ﺑﺜﻼث ﺻﻮر وﻻ ﺑﺪ ﰲ اﳌﺎل واﻟﻜﺴﺐ أن ﻳﻜﻮﻧﺎ ﺣﻼﻟﲔ ﻓﻼ ﻋﱪة ﺑﺎﳊﺮاﻣﲔ ﻛﺎﳌﻜﺲ وﻏﲑﻩ ﻣﻦ أﻧﻮاع اﻟﻈﻠﻢ وأﻓﱴ اﺑﻦ اﻟﺼﻼح ﺑﺄن ﻣﻦ ﰲ ﻳﺪﻩ ﻣﺎل ﺣﺮام وﻫﻮ ﰲ ﺳﻌﺔ ﻣﻨﻪ ﳛﻞ ﻟﻪ أﺧﺬ اﻟﺰﻛﺎة إذا ﺗﻌﺬر ﻋﻠﻴﻪ وﺟﻪ إﺣﻼﻟﻪ ) وﻗﻮﻟﻪ ﻻﺋﻖ ( ﺻﻔﺔ ﻟﻜﺴﺐ ﻓﻼ ﻋﱪة ﺑﻐﲑ اﻟﻼﺋﻖ وﻟﺬﻟﻚ أﻓﱴ اﻟﻐﺰاﱄ ﺑﺄن
 
oleh rumah, pembantu, dan pakaian yang digunakan untuk berhias di momen-momen tertentu (misalnya: hari raya, hari Jumat) meskipun banyak, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli dalam Syarah Hadiah an- Nashih.

)واﳌﺴﺎﻛﲔ( ﲨﻊ ﻣﺴﻜﲔ وﻫﻮ ﻣﻦ ﻟﻪ ﻣﺎل أو ﻛﺴﺐ ﺣﻼل ﻻﺋﻖ ﻳﻘﻊ ﻣﻮﻗﻌﺎ ﻣﻦ ﻛﻔﺎﻳﺘﻪ وﻻ ﻳﻜﻔﻰ ﻛﻤﻦ ﳛﺘﺎج إﱃ ﻋﺸﺮة وﻻ ﳚﺪ إﻻ ﺳﺒﻌﺔ أو ﲦﺎﻧﻴﺔ وﺳﻮاء ﻛﺎن ﻣﺎﻟﻪ ﻧﺼﺎﺑﺎ أم ﻻ واﳌﺮاد ﺑﺎﻟﻜﻔﺎﻳﺔ ﻛﻔﺎﻳﺔ اﻟﻌﻤﺮ اﻟﻐﺎﻟﺐ154 وﺑﺎﻟﻔﻘﲑ واﳌﺴﻜﲔ ﻛﺎﻣﻞ اﳊﺮﻳﺔ ﻟﻴﺨﺮج اﳌﺒﻌﺾ
ﻛﻤﺎ ﺣﻜﺎﻩ اﻟﺒﻠﻘﻴﲎ ﻋﻦ اﻟﻨﺺ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ
b.    Masakin

Kata masakin adalah bentuk jamak dari kata miskin. Ia adalah orang yang memiliki harta halal atau pekerjaan halal yang layak baginya tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan seumur hidupnya (lebih dari separuhnya), baik mencapai nishob atau tidak, misalnya; orang yang setiap harinya berkebutuhan 10 dirham, tetapi ia hanya mendapati 7 atau 8 dirham saja.

Yang dimaksud dengan kebutuhan disini adalah kebutuhan seumur hidup (sisanya). Yang dimaksud dengan fakir dan miskin adalah mereka yang merdeka agar mengecualikan budak muba’ad sebagaimana yang


أرﺑﺎب اﻟﺒﻴﻮت اﻟﺬﻳﻦ ﱂ ﲡﺮ ﻋﺎد ﻢ ﺑﺎﻟﻜﺴﺐ ﳚﻮز ﳍﻢ أﺧﺬ اﻟﺰﻛﺎة -- إﱃ أن ﻗﺎل -- واﳌﻌﲎ أﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻋﻨﺪﻩ ﻣﺎل ﻳﻘﻊ ﻣﻮﻗﻌﺎ وﻻ ﻛﺴﺐ ﻳﻘﻊ ﻣﻮﻗﻌﺎ أي ﻳﺴﺪان ﻣﺴﺪا وﻳﻐﻨﻴﺎن ﻏﲎ ﻗﺎل ﰲ اﳌﺼﺒﺎح وﻗﻊ ﻣﻮﻗﻌﺎ
ﻣﻦ ﻛﻔﺎﻳﺘﻪ أي أﻏﲎ ﻏﲎ اﻩ وذﻟﻚ ﻛﻤﻦ ﳛﺘﺎج إﱃ ﻋﺸﺮة ﻣﺜﻼ وﻋﻨﺪﻩ ﻣﺎﻻ ﻳﺒﻠﻎ اﻟﻨﺼﻒ أو ﻳﻜﺘﺴﺐ ﻣﺎ ﻻ ﻳﺒﻠﻎ ذﻟﻚ ﻛﺄرﺑﻌﺔ أو ﺛﻼﺛﺔ أو اﺛﻨﲔ ﻛﺬا ﰱ إﻋﺎﻧﺔ اﻟﻄﺎﻟﺒﲔ وﻗﺎل اﻟﺸﺎرح ﰱ ﻛﺘﺎﺑﻪ اﳌﺴﻤﻰ ﺑﻜﺎﺋﻔﺔ اﻷول ﻓﻘﲑ وﺣﺪﻩ ﻫﻮ اﻟﺬي ﻻ ﻣﺎل ﻟﻪ أﺻﻼً وﻻ ﻛﺴﺐ ﻛﺬﻟﻚ ﺣﻼﻟﲔ واﳌﺮاد ﺑﺎﻟﻜﺴﺐ ﻫﻨﺎ ﻫﻮ أو ﻟﻪ ﻣﺎل ﻓﻘﻂ ﺣﻼل ﻻ ﻳﺴﺪ ﻣﻦ ﺟﻮﻋﺘﻪ ﻣﺴﺪاً ﻣﻦ ﻛﻔﺎﻳﺔ اﻟﻌﻤﺮ اﻟﻐﺎﻟﺐ ﻋﻠﻰ اﳌﻌﺘﻤﺪ اﻟﺴﺠﺎ إن ﱂ ﻳﺘﺠﺮ ﻓﻴﻪ ﲝﻴﺚ ﻻ ﻳﺒﻠﻎ اﻟﻨﺼﻒ ﻛﺄن ﳛﺘﺎج إﱃ ﻋﺸﺮة دراﻫﻢ وﻟﻮ وزع اﳌﺎل اﻟﺬي ﻃﻠﺐ اﳌﻌﻴﺸﺔ اﻟﻐﺎﻟﺐ ﳋﺺ ﻛﻞ ﻳﻮم أرﺑﻌﺔ أو أﻗﻞ ﲞﻼف ﻣﻦ ﻗﺪر ﻋﻠﻰ ﻧﺼﻒ ﻛﺎﻓﻴﻪ ﻓﺈﻧﻪ ﻣﺴﻜﲔ ﻋﻨﺪ ﺗﻮزﻳﻌﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﻗﻀﻴﺘﻪ أن اﻟﻜﺴﻮب ﻏﲑ ﻓﻘﲑ وإن ﱂ ﻳﻜﺘﺴﺐ وﻫﻮ ﻛﺬﻟﻚ ﻫﻨﺎ وﻓﻴﻤﻦ ﺗﻠﺰﻣﻪ ﻋﻨﺪﻩ ﻋﻠﻰ اﻟﻌﻤﺮ ﻧﻔﻘﺔ ﺑﻌﻀﻪ ﻟﻜﻦ اﻷﺻﻞ اﻟﻔﻘﲑ ﲡﺐ ﻣﺆﻧﺘﻪ وإن ﻗﺪر ﻋﻠﻰ اﻟﻜﺴﺐ ﳊﺮﻣﺘﻪ وﻗﺎل ﰱ ﺑﺸﺮى اﻟﻜﺮﱘ
154أى ﻣﺎ ﺑﻘﻰ ﻣﻨﻪ ﺑﺎﻋﺘﺒﺎر اﻷﺧﺬ ﻻ ﳑﻮﻧﻪ ﻛﺬا ﰱ ﺑﺸﺮى اﻟﻜﺮﱘ
 
diceritakan oleh al-Balqoini dari nash, seperti yang difaedahkan oleh ar- Romli.

)واﻟﻌﺎﻣﻠﲔ ﻋﻠﻴﻬﺎ( ﲨﻊ ﻋﺎﻣﻞ وﻫﻮ اﻟﺬى ﻳﺒﻌﺜﻪ اﻹﻣﺎم ﻷﺧﺬ اﻟﺰﻛﺎة ﻓﻴﻌﻄﻰ وﻟﻮ ﻏﻨﻴﺎ ﻷ ﺎ أﺟﺮة وﻋﻠﻢ ﻣﻦ ﺗﺴﻤﻴﺘﻪ ﻋﺪم اﺳﺘﺤﻘﺎﻗﻬﺎ ﻟﻮ ﻓﺮﻗﻬﺎ اﳌﺎﻟﻚ أو دﻓﻌﻬﺎ ﻟﻺﻣﺎم وﺗﻮﻻﻫﺎ اﻷﻣﺎم
ﺑﻨﻔﺴﻪ ﻓﻴﺴﻘﻂ ﺳﻬﻤﻪ وﻟﻮ ﱂ ﻳﺄﺧﺬﻩ اﻷﻣﺎم
c.    Amilin

Kata amilin adalah bentuk jamak dari kata amil. Ia adalah orang yang diutus oleh imam untuk mengambil zakat. Ia berhak diberi zakat meskipun ia adalah kaya karena zakat baginya adalah upah.
Dari namanya saja, amil, ia tidak berhak atas zakat apabila:
    pemilik zakat langsung memberikannya kepada mustahik tanpa melalui perantara amil, atau;
    pemilik zakat langsung menyerahkan zakatnya kepada imam, sedangkan imam sendiri langsung memberikannya kepada mustahik,
dengan demikian, zakat yang bagian amil menjadi gugur meskipun imam belum mengambilnya.

)واﳌﺆﻟﻔﺔ ﻗﻠﻮ ﻢ( وﻫﻮ ﻣﻦ أﺳﻠﻢ وﻧﻴﺘﻪ ﺿﻌﻴﻔﺔ ﰱ أﻫﻞ اﻹﺳﻠﻢ أو ﻟﻪ ﺷﺮف ﻳﺘﻮﻗﻊ ﺑﺈﻋﻄﺎﺋﻪ إﺳﻼم ﻏﲑﻩ أو ﻛﺎن ﻳﻘﺎﺗﻞ ﻣﻦ وراءﻩ ﻣﻦ اﻟﻜﻔﺎر أو ﻣﺎﻧﻌﻰ اﻟﺰﻛﺎة ﻓﻜﻞ ﻫﺆﻻء اﻷرﺑﻌﺔ
ﻳﻌﻄﻰ ﻣﻦ اﻟﺰﻛﺎة
d.    Muallaf

Ia adalah orang yang baru masuk Islam. Kategori muallaf yang diberi zakat adalah muallaf yang baru masuk Islam dan niatnya untuk menjadi ahli Islam masih lemah, atau baru masuk Islam dan ia memiliki kemuliaan di antara kaumnya sehingga dengan memberinya zakat akan diharapkan orang lain akan masuk Islam, atau orang yang baru masuk Islam dan dengan memberinya zakat ia dapat memerangi teman-temannya yang kafir atau yang enggan membayar zakat.
 
)وﰱ اﻟﺮﻗﺎب( وﻫﻢ اﳌﻜﺎﺗﺒﻮن ﻟﻐﲑ اﳌﺰﻛﻰ ﻛﺘﺎﺑﺔ ﺻﺤﻴﺤﺔ ﻓﻴﺪﻓﻊ ﳍﻢ ﻹﻋﺎﻧﺘﻬﻢ ﻋﻠﻰ اﳊﺮﻳﺔ إن ﱂ ﻳﻜﻦ ﻣﻌﻬﻢ ﻣﺎ ﻳﻔﻰ ﺑﺎﻟﻨﺠﻮم وﻟﻮ ﻗﺒﻞ ﺣﻠﻮل اﻟﻨﺠﻮم وإن ﱂ ﻳﺄذن اﻟﺴﻴﺪ أﻓﺎد ذﻟﻚ
اﻟﺮﻣﻠﻰ
e.    Riqob
Yang dimaksud dengan riqob adalah budak-budak yang melakukan akad kitabah yang sah155 dengan selain muzakki (pemberi zakat). Mereka

155Budak Mukatab adalah budak yang terikat transaksi kitabah. Transaksi kitabah adalah transaksi merdeka (dari status budak) atas dasar kesepakatan harta dalam jumlah tertentu yang dicicil sebanyak dua kali atau lebih dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, tuan berkata, “Saya melakukan akad kitabah kepadamu dengan biaya dua dinar yang dapat kamu bayar/cicil selama dua bulan. Apabila kamu membayarnya maka kamu merdeka.” (Tausyih ‘Ala Ibni Qosim al-Ghozi. Syeh Nawawi al-Banteni. Hal. 297)

Disyaratkan mereka adalah budak-budak mukatab yang melakukan transaksi kitabah yang sah, sekiranya transaksi tersebut memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukunnya. Rukun-rukun kitabah ada 4 (empat), yaitu;
1    Budak.
Disyaratkan dalam budak adalah ikhtiar atau tidak dipaksa untuk melakukan akad kitabah, bukan anak kecil atau orang gila, dan ia tidak terikat dengan hak yang wajib, misalnya; ia adalah budak yang digadaikan.
2    Sighot.
Disyaratkan dalam sighot adalah lafadz atau pernyataan yang mengandung pengertian kitabah, dari segi Ijab, seperti tuan berkata; “Aku melakukan akad kitabah denganmu,” atau, “kamu adalah budak mukatab atas biaya dua dinar yang dapat kamu bayar selama dua bulan. Kemudian apabila kamu membayarnya kepadaku maka kamu adalah merdeka,” dan dari segi qobul, seperti; “Saya menerimanya.”
3    Biaya atau ‘Iwadh.
Disyaratkan dalam biaya adalah berupa hutang atau manfaat atau jasa yang ditangguhkan dengan dua kali cicilan atau lebih. Oleh karena itu tidak diperbolehkan cicilan yang dilakukan kurang dari dua kali. Begitu juga harus menjelaskan jumlah biaya, sifat biaya (seperti dalam Bab Pesanan atau Salam), berapa kali cicilan dilakukan (seperti dua bulan atau tiga bulan), dan menjelaskan jumlah biaya dalam setiap kali cicilan (seper  5 dirham dalam se ap cicilan).
4    Tuan/sayyid.
Disyaratkan bagi tuan adalah mukhtar atau tidak dipaksa, ahli tabarruk, dan ahli menjadi wali. Oleh karena itu akad kitabah tidak sah dari tuan yang dipaksa atau dari budak mukatab, meskipun si tuan mengizinkan budak mukatab tersebut untuk melakukan transaksi kitabah. Begitu juga akad kitabah tidak sah dari anak kecil, orang gila, mahjur Lis Safih, dan wali-wali mereka. Adapun akad kitabah dari Mahjur Lil Falasi atau dari orang murtad maka akadnya sah karena sifat kepemilikan mereka terhadap harta adalah mauquf atau hanya diberhentikan, bukan dihilangkan.

Boleh memberikan zakat kepada budak-budak mukatab sebelum jatuh tempo pembayaran cicilan, menurut pendapat yang Ashoh. Tidak diperbolehkan memberikan zakat kepada tuan mereka kecuali apabila ada izin dari mereka. Namun, apabila zakat
 
diberi zakat agar terbantu untuk merdeka dengan syarat mereka memang tidak memiliki biaya untuk melunasi cicilan, meskipun sebelum jatuh tempo membayar cicilan dan tanpa seizin tuan.

)واﻟﻐﺎرﻣﲔ( ﲨﻊ ﻏﺎرم وﻫﻮ ﻣﻦ اﺳﺘﺪان ﰱ ﻏﲑ اﳌﻌﺼﻴﺔ ﻓﻴﻌﻄﻰ ﻣﺎ ﻳﻘﻀﻰ ﺑﻪ دﻳﻨﻪ ﺣﻴﺚ اﺣﺘﺎج إﱃ وﻓﺎﺋﻪ ﻣﻊ ﺣﻠﻮﻟﻪ ﻓﻼ ﻳﻌﻄﻰ اﳌﺆﺟﻞ وﻳﻔﺎرق ﺟﻮاز إﻋﻄﺎء اﳌﻜﺎﺗﺐ ﻗﺒﻞ ﺣﻠﻮل
اﻟﻨﺠﻢ ﺑﺄن اﻟﺸﺎرع ﻣﻨﺘﻈﺮ إﱃ ﻓﻚ اﻟﺮﻗﺎب ﻣﻦ اﻟﺮق

f.    Ghorimin
Kata ghorimin (اﻟﻐﺎرﻣﯿﻦ) adalah bentuk jamak dari ghorim (اﻟﻐﺮﯾﻢ). Ia adalah orang yang berhutang karena tujuan yang bukan maksiat. Ia diberi zakat agar terbantu untuk melunasi hutang, sekiranya ia butuh untuk membayar hutang karena telah jatuh tempo pembayaran. Sedangkan ghorim yang hutangnya belum jatuh tempo maka tidak diberi zakat. Hal ini berbeda

diberikan kepada tuan maka tanggungan cicilan yang wajib mereka bayar akan berkurang sesuai dengan nilai harga zakat yang diberikan kepada tuan tersebut, karena orang yang membayarkan hutang orang lain tanpa ada izin dari orang lain tersebut maka ia yang berhutang bebas dari tanggungan hutang.
Adapun budak mukatab yang melakukan akad kitabah fasidah atau yang tidak sah, yaitu yang tidak memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun kitabah, maka tidak berhak menerima zakat.

Demikian ini disebutkan oleh Syarih dalam Kasyifah as-Saja.

وﻳﺸﱰط ﻛﻮن اﻟﻜﺘﺎﺑﺔ ﺻﺤﻴﺤﺔ ﺑﺄن ﺗﺴﺘﻮﰲ ﺷﺮوﻃﻬﺎ وأرﻛﺎ ﺎ ﻓﺄرﻛﺎ ﺎ أرﺑﻌﺔ :أﺣﺪﻫﺎ رﻗﻴﻖ وﺷﺮط ﻓﻴﻪ اﺧﺘﻴﺎر وﻋﺪم ﺻﺒﺎ وﺟﻨﻮن وأن ﻻ ﻳﺘﻌﻠﻖ ﺑﻪ ﺣﻖ ﻻزم ﻛﺎﳌﺮﻫﻮن وﺛﺎﻧﻴﻬﺎ :ﺻﻴﻐﺔ وﺷﺮط ﻓﻴﻬﺎ ﻟﻔﻆ ﻳﺸﻌﺮ
ﺑﺎﻟﻜﺘﺎﺑﺔ إﳚﺎﺑﺎً ﻛﻜﺎﺗﺒﺘﻚ أو أﻧﺖ ﻣﻜﺎﺗﺐ ﻋﻠﻰ دﻳﻨﺎرﻳﻦ ﺗﺄﰐ ﻤﺎ ﰲ ﺷﻬﺮﻳﻦ ﻓﺈن أدﻳﺘﻬﻤﺎ إﱄ ﻓﺄﻧﺖ ﺣﺮ
ﻛﻘﺒﻠﺖ ذﻟﻚ وﺛﺎﻟﺜﻬﺎ :ﻋﻮض وﺷﺮط ﻓﻴﻪ ﻛﻮﻧﻪ دﻳﻨﺎً أو ﻣﻨﻔﻌﺔ ﻣﺆﺟﻼً ﺑﻨﺠﻤﲔ ﻓﺄﻛﺜﺮ وﻻ ﳚﻮز أﻗﻞ وﻻ ﺑﺪ ﻣﻦ ﺑﻴﺎن ﻗﺪر اﻟﻌﻮض وﺻﻔﺘﻪ وﻋﺪد اﻟﻨﺠﻮم وﻗﺴﻂ ﻛﻞ ﳒﻢ وراﺑﻌﻬﺎ :ﺳﻴﺪ وﺷﺮط ﻓﻴﻪ وﻗﺒﻮﻻً أﻫﻞ ﺗﱪع ووﻻء ﻓﻼ ﺗﺼﺢ ﻣﻦ ﻣﻜﺮﻩ وﻣﻜﺎﺗﺐ وإن أذن ﻟﻪ ﺳﻴﺪﻩ، وﻻ ﻣﻦ ﺻﱯ وﳎﻨﻮن ﻣﻦ ﳒﻤﲔ ﻻ ﻣﻦ ﳏﺠﻮر ﻓﻠﺲ وﻻ ﻣﻦ ﻣﺮﺗﺪ ﻷن ﻣﻠﻜﻪ ﻣﻮﻗﻮف وﳚﻮز ﺻﺮف اﻟﺰﻛﺎة إﻟﻴﻬﻢ ﻛﻮﻧﻪ ﳐﺘﺎراً اﻷﺻﺢ وﻻ ﳚﻮز ﺻﺮف ذﻟﻚ إﱃ ﺳﻴﺪﻫﻢ إﻻ ﺑﺈذن اﳌﻜﺎﺗﺒﲔ، ﻟﻜﻦ إن دﻓﻊ إﱃ وﳏﺠﻮر ﺳﻔﻪ وأوﻟﻴﺎﺋﻬﻢ اﳌﺼﺮوف إﱃ اﻟﺴﻴﺪ ﻷن ﻣﻦ أدى دﻳﻦ ﻏﲑﻩ ﺑﻐﲑ إذﻧﻪ ﺑﺮﺋﺖ ذﻣﺘﻪ أﻣﺎ ﻗﺒﻞ ﺣﻠﻮل اﻟﻨﺠﻮم ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﱂ ﻳﺴﺘﻮ ف ﺗﻠﻚ اﻷرﻛﺎن واﻟﺸﺮوط ﻓﻼ ﻳﻌﻄﻲ ﺷﻴﺌﺎً ﻣﻦ اﻟﺰﻛﺎة اﻟﺴﻴﺪ ﺳﻘﻂ ﻋﻦ اﳌﻜﺎﺗﺐ ﺑﻘﺪر اﳌﻜﺎﺗﺐ ﻛﺘﺎﺑﺔ ﻓﺎﺳﺪة وﻫﻮ
 
dengan diperbolehkannya memberikan zakat kepada budak mukatab meskipun sebelum jatuh tempo pembayaran. Perbedaan tersebut dikarenakan syarik (Rasulullah) menanti para budak terbebas dari status budak.
ﻓﺈن اﺳﺘﺪان ﰱ ﻣﻌﺼﻴﺔ ﰒ ﺗﺎب أﻋﻄﻰ وإﻻ ﻓﻼ وﻻﺑﺪ ﻹﻋﻄﺎء اﳌﻜﺎﺗﺐ واﻟﻐﺎرم ﻋﻨﺪ ﻋﺪم ﺛﺒﻮت ﻣﺪﻋﺎﳘﺎ ﻣﻦ أﺧﺒﺎر ﻋﺪﻟﲔ إﻻ اﻟﻐﺎر ﻹﺻﻼح اﻟﻔﺴﺎدﻳﻴﲔ اﻟﻘﻮم ﻓﺸﻬﺮﺗﻪ ﻣﻐﻨﻴﺔ ﻋﻦ اﻟﺒﻴﻨﺔ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ
Apabila ghorim berhutang karena tujuan maksiat, kemudian ia bertaubat, maka ia diberi zakat, jika tidak bertaubat maka tidak diberinya.
Dalam memberikan zakat kepada budak mukatab atau ghorim disyaratkan tidak adanya dakwaan menurut berita dari dua orang adil tentang kebohongan mereka dalam hal kitabah atau ghorim, kecuali ghorim yang berhutang dengan tujuan untuk mendamaikan perselisihan yang terjadi di antara kaumnya, maka tidak disyaratkan adanya bukti tentang hutangnya, seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.

)وﰱ ﺳﺒﻴﻞ اﷲ( وﻫﻮ اﻟﻐﺰاة اﻟﺬﻳﻦ ﻻ رزق ﳍﻢ ﰱ اﻟﻔﻴﺊ ﻓﻴﻌﻄﻮن وﻟﻮ ﻣﻊ ﻏﻨﺎﻫﻢ وﻳﻌﻄﻰ
اﻟﻐﺎزى ﻗﺪر ﺣﺎﺟﺘﻪ

g.    Fi Sabilillah

Mereka adalah orang-orang yang berperang yang tidak memiliki jatah harta dari harta faik, meskipun mereka adalah kaya. Mereka diberi zakat sesuai dengan kadar kebutuhan.

)واﺑﻦ اﻟﺴﺒﻴﻞ( وﻫﻮ ﻣﻦ أﻧﺸﺄ ﺳﻔﺮا ﻣﺒﺎﺣﺎ ﻣﻦ ﺑﻠﺪﻩ أو ﻣﻦ ﺑﻠﺪ ﻛﺎن ﻣﻘﻴﻤﺎ  ﺎ ﻓﻴﻌﻄﻰ ﻗﺪر
ﺣﺎﺟﺘﻪ وﻻ ﻳﺘﻘﺪر اﳌﻌﻄﻰ ﻣﻦ اﻟﺰﻛﺎة ﺑﻨﺼﻒ درﻫﻢ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ وﻗﺎل اﳊﺼﲎ وﻳﺸﱰط أن ﻻ ﻳﻜﻮن ﻣﻌﻪ ﻣﺎ ﳛﺘﺎج إﻟﻴﻪ ﻓﻴﻌﻄﻰ ﻣﻦ ﻻ ﻣﻞ ﻟﻪ أﺻﻼ وﻛﺬا ﻣﻦ ﻟﻪ ﻣﺎل ﰱ
ﻏﲑ اﻟﺒﻠﺪ اﳌﻨﺘﻘﻞ ﻣﻨﻪ اﻧﺘﻬﻰ
 
h.    Ibnu Sabil
Mereka adalah musafir yang melakukan perjalanan mubah (bukan maksiat) dari daerahnya sendiri atau dari daerah dimana ia bermukim. Mereka diberi zakat sesuai kadar kebutuhannya.

Ar-Romli memberikan faedah bahwa bagian zakat yang diberikan kepada ibnu sabil tidak perlu ditentukan kadarnya senilai setengah dirham. Al-Hisni berkata, “Disyaratkan ibnu sabil yang menerima zakat adalah mereka yang tidak memiliki bekal yang dibutuhkan. Oleh karena itu, zakat diberikan kepada ibnu sabil yang memang tidak memiliki bekal sama sekali, atau yang memiliki bekal (harta) tetapi bekal tersebut tidak berada di tempat dimana ibnu sabil berada.”
)ﺗﻨﺒﻴﻪ( وﳝﺘﻨﻊ اﻻﻗﺘﺼﺎر ﻋﻠﻰ أﻗﻞ ﻣﻦ ﺛﻼﺛﺔ ﻣﻦ ﻛﻞ ﺻﻨﻒ ﻷن اﷲ ﺗﻌﺎﱃ ذﻛﺮﻫﻢ ﺑﻠﻔﻆ اﳉﻤﻊ وأﻗﻠﻪ ﺛﻼﺛﺔ وﺷﺮط اﻹﺟﺰاء ﻛﻮ ﻢ ﺑﺒﻠﺪ اﳌﺎل وإن ﻛﺎﻧﻮا ﻏﺮﺑﺎء ﺣﻴﺚ وﺟﺪوا ﻓﻴﻪ اﻣﺘﻨﻊ
ﻧﻘﻠﻬﺎ وﻻ ﳚﺰئ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ
[TANBIH PERTAMA] Tidak diperbolehkan memberikan zakat hanya kepada 1 atau 2 individu dari masing-masing golongan. Maksudnya, tidak boleh memberikan zakat kepada 1 atau 2 orang fakir saja, 1 atau 2 orang miskin saja, 1 atau 2 ghorim saja, dan seterusnya, karena Allah menyebutkan masing-masing mustahik zakat dengan lafadz jamak, sedangkan minimal sesuatu yang bisa disebut dengan jamak adalah yang berjumlah 3 (tiga).

Syarat membagikan zakat kepada para mustahik adalah sekiranya mereka berada di wilayah harta zakat, meskipun mereka adalah para pengelana. Ketika mereka berada di wilayah harta zakat maka tidak diperbolehkan naql az-zakah (memindah zakat ke wilayah lain), seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.
)ﺗﻨﺒﻴﻪ ﺛﺎن( ﻗﺎل أﲪﺪ اﻟﺰاﻫﺪ وﳏﻤﺪ اﻟﺮﻣﻠﻰ وﺣﻜﻢ زﻛﺎة اﻟﻔﻄﺮ ﰱ اﻟﺼﺮف ﻟﻸﺻﻨﺎف
ﻛﺰﻛﺎة اﳌﺎل ﺑﺄن ﳚﻤﻊ ﲨﺎﻋﺔ ﻓﻄﺮ ﻢ وﺗﺼﺮف ﳍﻢ واﺧﺘﺎر ﲨﺎﻋﺔ ﻣﻦ اﳌﺘﺄﺧﺮﻳﻦ ﺻﺮﻓﻬﺎ إﱃ ﺛﻼﺛﺔ ﻣﻦ اﻟﻔﻘﺮاء واﳌﺴﻜﲔ وﻟﻮ ﻣﻊ وﺟﻮد ﺑﻘﻴﺔ اﻷﺻﻨﺎف وﻋﻠﻴﻪ ﻳﻌﻤﻞ ﰱ اﻷﻋﺼﺎر وﻛﻞ
اﻷﻣﺼﺎر ﻟﻌﺴﺮ ﺗﻔﺮﻗﺔ اﻟﺼﺎع ﻋﻠﻰ ﲨﻴﻌﻬﻢ وﻗﺪ ﻻ ﳚﺪ ﻣﻦ ﳚﻤﻊ ﻓﻄﺮﺗﻪ ﻣﻌﻪ واﻷول ﻫﻮ
اﳌﺬﻫﺐ أى ان ﻣﺼﺮﻓﻬﺎ ﻣﺼﺮف زﻛﺎة اﳌﺎل اﻧﺘﻬﻰ
 
[TANBIH KEDUA] Ahmad az-Zahid dan Muhammad ar-Romli berkata, “Pendapat madzhab mengatakan bahwa hukum zakat fitrah dalam hal membagikannya kepada para mustahik adalah seperti hukum zakat mal, yaitu para muzakki (yang berzakat) mengumpulkan zakat fitrah, kemudian baru diberikan kepada seluruh mustahik. Pendapat kedua mengatakan bahwa segolongan ulama dari kalangan mutakhirin memilih membagikan zakat fitrah kepada 3 orang fakir dan 3 orang miskin meskipun para mustahik lain ada di wilayah harta zakat. Pendapat kedua inilah yang diamalkan akhir-akhir ini di setiap kota karena sulitnya membagikan zakat fitrah kepada seluruh mustahik, dan juga terkadang tidak ditemukan orang yang mengumpulkan fitrahnya.”

 
اﻷﺻﻨﺎف اﻟﺜﻤﺎﻧﻴﺔ
 
أى اﳌﺬﻛﻮرﻳﻦ ﻣﻦ
 
أى اﻟﺰﻛﺎة )ﻟﻐﲑﻫﻢ(
 
)وﻻ ﳚﻮز وﻻ ﳚﺰئ ﺻﺮﻓﻬﺎ(
 
ﻛﻤﻦ ﻳﻨﺘﺴﺐ ﻟﺒﲎ ﻫﺎﺷﻢ وﺑﲎ اﳌﻄﻠﺐ وﻟﻮ ﻋﺎﻣﻼ ﳋﱪ إﳕﺎ اﻟﺼﺪﻗﺎت أوﺳﺦ اﻟﻨﺎس وإ ﺎ
ﻻ ﲢﻞ ﶈﻤﺪ وﻻ ﻵل ﳏﻤﺪ أﻓﺎد ذﻟﻚ اﻟﺮﻣﻠﻰ
Tidak diperbolehkan dan tidak mencukupi membagikan zakat kepada selain 8 (delapan) dari para mustahik yang telah disebutkan, seperti; dibagikan kepada orang yang berketurunan Hasyim dan Muthollib meskipun ia adalah seorang amil zakat, karena ada hadis, “Zakat-zakat ini adalah kotoran manusia. Mereka tidak halal bagi Muhammad dan keluarganya,” seperti yang difaedahkan oleh ar-Romli.

 
ﺘﺎزون ﺎ
 
ﻗﺎل اﺑﻦ ﻣﺰروع ﰱ ﻓﺘﺎوﻳﻪ إن ﻛﺎن اﻟﻐﺮﺑﺎء اﳌﻘﻴﻤﻮن ﺑﺒﻠﺪ اﻟﺰﻛﺎة وا
 
)ﻓﺮع(
 
ﻣﻮﺟﻮدﻳﻦ ﰱ اﻟﺒﻠﺪ ﺣﺎل وﺟﻮب اﻟﺰﻛﺎة ﻓﻠﻬﻢ ﺣﻜﻢ أﻫﻠﻬﺎ ﻓﻴﺠﻮز اﻟﺪﻓﻊ إﻟﻴﻢ وإن ﺣﺪﺛﻮا ﰱ اﻟﺒﻠﺪ ﺑﻌﺪ وﺟﻮب اﻟﺰﻛﺎة وﻗﺒﻞ اﻟﻘﺴﻤﺔ ﱂ ﳚﺰ اﻟﺪﻓﻊ إﻟﻴﻬﻢ ﺑﻞ ﳜﺘﺺ ﺑﺎﳌﻮﺟﻮدﻳﻦ اﶈﺼﻮرﻳﻦ ﺣﺎﻟﺔ اﻟﻮﺟﻮب وﻟﻴﺲ ﻫﺬا اﳊﻜﻢ ﺧﺎﺻﺎ ﺑﺎﻟﻐﺮﺑﺎء ﺑﻞ اﳌﺴﺎﻓﺮون ﻣﻦ أﻫﻞ اﻟﺒﻠﺪ إذا ﻗﺪﻣﻮا إﻟﻴﻬﺎ ﻓﺤﻜﻤﻬﻢ ﻛﺬﻟﻚ وﻳﻔﺮق ﺑﲔ وﺟﻮدﻫﻢ ﰱ اﻟﺒﻠﺪ ﺣﺎﻟﺔ اﻟﻮﺟﻮب وﺣﺪوﺛﻬﻢ ﺑﻌﺪﻩ ﻓﻴﻬﺎ ﻫﺬا ﻛﻠﻪ إذا ﻛﺎن اﳌﺴﺘﺤﻘﻮن ﻣﻦ أﻫﻞ اﻟﺒﻠﺪ ﳏﺼﻮرﻳﻦ ﻓﺄﻣﺎ إذا ﻛﺎﻧﻮا ﻏﲑ ﳏﺼﻮرﻳﻦ ﻓﻴﺠﻮز
اﻟﺪﻓﻊ إﱃ اﻟﻐﺮﺑﺎء اﳌﻘﻴﻤﲔ ﺑﺎﻟﺒﻠﺪ واﶈﺘﺎزﻳﻦ  ﺎ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﻣﻦ ﻏﲑ ﺗﻔﺼﻴﻞ وإن ﻛﺎن اﻟﺪﻓﻊ إﱃ اﳌﺴﺘﻮﻃﻨﲔ أﻓﻀﻞ ﺻﺮح ﺑﺬﻟﻚ ﰱ زﻳﺎدة اﻟﺮوﺿﺔ ﻧﻘﻼ ﻋﻦ اﻷﺻﺤﺎب واﷲ أﻋﻠﻢ اﻧﺘﻬﻰ

[CABANG] Ibnu Mazruk berkata dalam Fatawinya bahwa ada dua rincian tentang membagikan zakat kepada para pengelana di wilayah zakat, yaitu:
 
1)    Apabila para pengelana yang mukim di wilayah zakat dan yang melewatinya ada di wilayah tersebut di waktu berkewajiban zakat156 maka mereka dihukumi seperti penduduk asli, oleh karena itu boleh membagikan zakat kepada mereka.
2)    Apabila para pengelana tersebut baru hadir di wilayah zakat setelah waktu berkewajiban zakat tetapi sebelum dibagikannya kepada para mustahik maka tidak boleh membagikannya kepada para pengelana tersebut, melainkan hanya dibagikan kepada para mustahik mahsurin (yang telah ditentukan jumlah mereka) yang ada pada saat waktu berkewajiban zakat.
Rincian hukum di atas tidak hanya berlaku bagi para pengelana saja, tetapi juga bagi para musafir yang datang ke wilayah zakat tersebut. Dengan demikian pembagian zakat kepada para pengelana atau musafir dibedakan dari segi kehadiran mereka pada saat waktu berkewajiban zakat dan setelahnya di wilayah zakat. Selain itu, dua rincian di atas ditetapkan ketika memang para penduduk yang menjadi mustahik zakat telah ditentukan jumlahnya (mahsurin). Jika belum, maka diperbolehkan membagikan zakat kepada para pengelana, (dan juga musafir) yang mukim di wilayah zakat dan yang melewatinya secara mutlak, artinya, baik kehadiran mereka pada saat waktu berkewajiban zakat atau setelahnya, meskipun membagikannya kepada para mustahik penduduk asli adalah yang lebih utama, demikian ini dishorihkan dalam tambahan kitab Roudhoh dengan mengutip dari para ashab. Wallahu a’lam.



156Waktu berkewajiban zakat ada 4 (empat), yaitu:
1)    Apabila zakat rikaz dan ma’din maka waktu wajib menzakatkannya adalah setelah mengeluarkan rikaz dari dalam tanah dan membersihkan ma’din dari tanah.
2)    Apabila zakat tanaman maka waktu wajib menzakatkannya adalah setelah mengeringkan, membersihkan, menggiling, dan lain-lain.
3)    Apabila zakat emas perak, binatang-binatang ternak, dan tijaroh (dagangan) maka waktu wajib menzakatkannya adalah setelah haul (setahun) dimiliki.
4)    Apabila zakat fitrah maka waktu wajib menzakatkannya adalah awal malam hari raya idul fitri.

)ﺗﻨﺒﻴﻬﺎت( وأوﻗﺎت وﺟﻮب اﻟﺰﻛﺎة أرﺑﻌﺔ اﻷول وﻗﺖ اﺧﺮاج اﳌﻘﺼﻮد وﺗﺼﻔﻴﺘﻪ ﻣﻦ اﻟﺮﻛﺎز واﳌﻌﺪن وأﻣﺎ وﻗﺖ وﺟﻮب اﺧﺮاﺟﻬﺎ ﻓﻌﻘﺐ ذﻟﻚ واﻟﺜﺎﱏ ﺑﺪو اﻟﺼﻼح واﺷﺘﺪاد اﳊﺐ ﻛﻼ أو ﺑﻌﻀﺎ ﰱ اﳌﺴﺘﻨﺒﺖ وأﻣﺎ وﻗﺖ وﺟﻮب اﺧﺮاﺟﻬﺎ ﻓﻬﻮ ﺑﻌﺪ اﳉﻔﺎف واﻟﺘﻨﻘﻴﺔ وﻏﲑ ذﻟﻚ واﻟﺜﺎﻟﺚ اﳊﻮل ﰱ اﻟﻨﺎﻗﺾ واﻟﻨﻌﻢ واﻟﺘﺠﺎرة
واﻟﺮاﺑﻊ أول ﻟﻴﻠﺔ اﻟﻌﻴﺪ ﰱ زﻛﺎة اﻟﻔﻄﺮ ﻛﺬا ﻛﺘﺒﻪ اﻟﺸﺎرح ﰱ ﻛﺎﺷﻔﺔ اﻟﺴﺠﺎ ص. ١١٣

 

LihatTutupKomentar