Putra Putri dan Cucu Rasulullah

Putra Putri dan Cucu Rasulullah ada tujuh anak Nabi Fatimah az-Zahro Zainab, Ruqoyyah, Hasan Husain cucu Nabi Qosim, Abdullah Ummu Kultsum

Putra Putri dan Cucu Rasulullah

Nama kitab: Terjemah Nuruzh Zhalam Syarah Aqidatul Awam, Nurudz Dholam, Nur al-Zholam
Nama kitab asal: Nur adz-Dzolam Syarah Aqidatul Awam
Nama lain kitab kuning: Hasyiyah al-Dasuqi
Ejaan lain:  Noor -ul-Zalaam, Nuuruzh Zhalaam, Nur adz-Dzolam, Nuruzh Zholam, Nuruzh Zhalam, Nurud Dhalam
Pengarang: Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi
Nama yang dikenal di Arab: محمد بن عمر بن عربي بن علي نووي الجاوي أبو عبد المعطي
Kelahiran: 1813 M, Kecamatan Tanara, Banten
Meninggal: 1897 M, Mekkah, Arab Saudi
Penerjemah:
Bidang studi:Tauhid, Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) Asy'ariyah, ilmu kalam, ushuluddin.

Daftar Isi  

  1. Nadzom ke-35, 36, 37, 38, 39, 40, 41: Putra Putri dan Cucu Rasulullah
  2. Kembali ke Terjemah Nurud Dholam 

NADZOM KETIGA PULUH LIMA, KETIGA PULUH ENAM, KETIGA PULUH TUJUH, KETIGA PULUH DELAPAN, KETIGA PULUH SEMBILAN, KEEMPAT PULUH, DAN KEEMPAT PULUH SATU

 وَسَـبْـعَةٌ أَوْلاَدُهُ فَمِـنْـهُمُ * ثَلاثَـةٌ مِـنَ الذُّكـُوْرِ تُـفْهَمُ

[35] Tujuh anak adalah anak-anak Rasulullah. Dari tujuh itu, ** 3 dari mereka adalah laki-laki.

قَاسِـمْ وَعَبْدُ اللهِ وَهْوَ الطَّيِّبُ * وَطَاهِـرٌ بِذَيْـنِ ذَا يُـلَـقَّبُ


[36][Mereka adalah] Qosim, Abdullah yang dipanggil  Toyib ** dan  Tohir.  Dengan  dua  nama  ini
Abdullah dijuluki.

أَتَاهُ إبْرَاهِـيْـمُ مِنْ سُـرِّيـَّهْ * فَأُمُّـهُ مَارِيَّةُ الْـقِـبْـطِـيَّـهْ

[37] Kemudian Ibrahim yang dari ibu Suriah, ** karena ibunya adalah Mariah al-Qibtiah.
 

وَغَيْـرُ إِبْرَاهِيْمَ مِنْ خَـدِيْجَهْ * هُمْ سِتَـةٌ فَخُـذْ بِهِمْ وَلِـيْجَهْ

[38] Selain Ibrahim yang dari Mariah tersebut, 6 anak dari 7 anak itu dari Khotijah.** Cintailah mereka dengan mengetahui mereka.

 وَأَرْبَعٌ مِـنَ اْلإِنَاثِ تُـذْكَـرُ * رِضْـوَانُ رَبِّي لِلْجَمِـيْعِ يُذْكَرُ


[39] 4 anak adalah perempuan yang akan disebutkan. ** Keridhoan Allah semoga tercurah kepada mereka.

فَاطِـمَـةُ الزَّهْرَاءُ بَعْلُهَا عَلِيْ * وَابْنَاهُمَا السِّـبْطَانِ فَضْلُهُمُ جَلِيْ

 
[40] [yaitu] Fatimah az-Zahro yang suaminya adalah Ali. ** Dua anak mereka [Fatimah dan Ali] adalah cucu-cucu    Rasulullah.    Keutamaan mereka [Fatimah, Ali, Dua cucu] adalah hal yang maklum bagi setiap muslim.

فَزَيْـنَبٌ وَبَعْـدَهَـا رُقَـيَّهْ * وَأُمُّ كُـلْـثُـومٍ زَكَـتْ رَضِيَّهْ

[41]   Kemudian   Zainab,   kemudian Ruqoyyah,    **    kemudian    Ummu Kultsum yang bagus dan diridhoi.
 
a.    Anak-anak Rasulullah
 
Syeh Muhammad al-Fadholi berkata dalam kitab Kifayatu al-Awam bahwa para ulama berkata, “Hendaknya seseorang mengetahui jumlah    anak-anak    Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama dan urutannya        menurut        kelahiran [maksudnya siapakah yang lebih dulu lahir dan siapa yang lebih akhir lahir], karena ia hendaknya mengetahui para pemimpinnya [dari segi jumlah dan urutan].” Akan tetapi para ulama yang berkata demikian tidak menjelaskan tentang apakah kata ‘hendaknya’ itu berarti wajib atau sunah. Mereka hanya menjelaskan dengan ‘hendaknya’ saja padahal kata ‘hendaknya’ mengandung kemungkinan ‘wajib’ dan ‘sunah’. Akan tetapi berdasarkan pada pengqiyasan hukum mengetahui nasab Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama maka mengetahui anak-anaknya adalah wajib.

 Anak-anak    Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama ada 7 (tujuh), 3 laki-laki dan 4 perempuan, menurut pendapat yang shohih. Urutan kelahiran mereka adalah (1) al-Qosim, [Rasulullah dipanggil dengan nama kun-yah dengan Abu Qosim], (2) kemudian Zainab, (3) kemudian Ruqoyyah yang memiliki paras wajah cantik, (4) kemudian Fatimah, (5) kemudian Ummu Kultsum [Bajuri mengatakan bahwa alam ismi Ummu Kultsum tidak diketahui. Shoban mengatakan bahwa nama kun-yahnya adalah ‘alam isminya itu,] (6) kemudian Abdullah [yaitu yang dijuluki dengan julukan Toyyib dan Tohir. Dua julukan ini adalah julukan untuk Abdullah, bukan nama dua orang yang berbeda.] Semua yang telah disebutkan terlahir dari Ibu mereka, Khotijah, (7) kemudian Ibrahim yang terlahir dari ibunya, Mariah al-Qibtiah.” (Kifayatul Awam)
Sebagian    ulama    telah menadzomkan anak-anak Rasulullah secara urut dengan nadzom berbahar rojaz:
Anak-anak Rasulullah Thoha adalah Qosim, kemudian Zainab, ** kemudian Ruqoyyah yang memiliki paras cantik,
,,, kemudian Ummu Kultsum, kemudian Fatimah, kemudian Abdullah, ** kemudian Ibrahim yang terakhir.
Semuanya terlahir dari Khotijah kecuali Ibrahim karena ibunya adalah Mariah. Jadilah orang yang mengtahuinya!

Dalam nadzom ini disebutkan bahwa Ummu Kultsum lebih didahulukan daripada Fatimah, berbeda dengan yang dikutip dari Syeh Muhammad al-Fadholi.
 
Perkataan sebagian ulama dalam nadzom di atas ‘إﺑﺮھﻢ’ adalah dengan memasukkan     huruf     hamzah     dan membuang huruf alif yang jatuh setelah huruf roo dan membuang huruf yaa yang jatuh setelah huruf haa karena mengikuti wazan bait.
Adapun putra Rasulullah yang bernama Qosim maka ia meninggal dunia di Mekah ketika berusia 2 tahun.
Ada yang mengatakan bahwa ia meninggal di usia kurang dari 2 tahun, atau lebih dari 2 tahun. Ia adalah anak Rasulullah yang pertama kali meninggal dunia.

Kemudian disusul oleh putra beliau yang bernama Abdullah. Ia meninggal dunia di Mekah ketika  masih kecil. Ketika ia meninggal dunia maka al-Ash bin Wail berkata, “Abdullah telah terputus kebaikan-kebaikannya [atau yang terputus keturunannya]. Ia adalah abtar.” Kemudian Allah menurunkan wahyu, “Sungguh orang-orang yang membencimu dialah orang yang terputus [dari kebaikan atau dari keturunan].” (QS. Al-Kautsar: 3)

Adapun Ibrahim maka ia dilahirkan pada bulan Dzulhijah tahun 8 Hijriah. Rasulullah mengakikahinya pada hari ketujuh kelahirannya dengan 2 kambing gibas. Pada hari itu, beliau juga memberinya nama ‘Ibrahim’ dan memotong    rambutnya    dan mensedekahkan perak yang seukuran timbangan rambut terpotongnya. Kemudian para sahabat menguburkan rambutnya di tanah. Ibrahim meninggal dunia pada tahun 10 Hijriah. Ia meninggal dalam usia 1 tahun lebih 10 bulan. Ada yang mengatakan bahwa ia meninggal dunia dalam usia 1 tahun 6 bulan. Ia dikuburkan di tanah baqik.

Adapun Zainab maka ia dinikahi oleh anak bibinya yang bernama Abu al-Ash bin Robik yang ibunya adalah Halah binti Khuwailid. Kemudian Zainab dan Abu al-Ash melahirkan Ali dan Umamah. Pada saat itu Ali diboncengkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi  wa  sallama  dengan  duduk  dibelakang pada Yaumu al-Fathi  atau Hari Penaklukan Mekah. Dan ia meninggal dunia dalam usia mendekati baligh. Adapun Umamah maka ia dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib setelah Fatimah dengan wasiat dari Fatimah sendiri. Kemudian Umamah dinikahi oleh Mughiroh bin Naufal setelah kewafatan  Ali  dengan  wasiat  dari  Ali Umamah meninggal dunia di  saat bersama Mughiroh. Rasulullah sangat menyukai Umamah sampai-sampai beliau ikuti menggotong jenazahnya untuk disholati. Putri Rasulullah yang bernama Zainab dilahirkan pada saat Rasulullah berusia 30 tahun. Ia meninggal dunia pada tahun 8 Hijriah.

Adapun Ruqoyyah maka ia dinikahi oleh Usman bin Affan. Ruqoyyah dan Usman    melahirkan    putra    bernama Abdullah.  Abdullah  meninggal   dunia setelah  ibunya,  Ruqoyyah,  meninggal.
 
Abdullah meninggal di usia 6 tahun. Ia meninggal dunia karena kecelakaan, yaitu ada ayam jago yang mencocok dengan paruh pada mata Abdullah. Kemudian matanya menjadi bengkak dan akhirnya meninggal. Ruqoyyah dilahirkan pada saat Rasulullah berusia 33 tahun dan meninggal dunia ketika kedatangan Zaid bin Haritsah ke Madinah dengan membawa tawanan- tawanan musyrikin dari perang Badar. Ketika Rasulullah bertakziah  ke jenazah Ruqoyyah maka beliau berkata, “Segala puji adalah milik Allah. Semoga putriku dikuburkan sebagai termasuk orang-orang yang dimuliakan.”
 
Adapun Ummu Kultsum maka ia dinikahi oleh Usman bin Affan sepeninggal   Ruqoyyah.   Oleh   karena Usman menikahi dua putri Rasulullah maka ia dijuluki sebagai Dzun Nuroin. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hiban dari Abu Huroirah bahwa  ia berkata, “Rasulullah mendatangi Usman di pintu masjid. Beliau berkata kepada Usman, ‘Sesungguhnya Jibril telah memintaku untuk menikahkanmu dengan Ummu Kultsum dengan mahar yang sama seperti mahar yang kamu gunakan untuk menikahi Ruqoyyah.” Ummu Kultsum dan Usman tidak melahirkan seorang anak. Ummu Kultsum meninggal dunia pada tahun 9 Hijriah. Ketika ia meninggal dunia maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama berkata, “Nikahkanlah [putri- putri kalian] dengan Usman. Andaikan aku memiliki putri lain niscaya aku akan menikahkan Usman dengannya. Aku tidak menikahkan Usman kecuali dengan perintah wahyu dari Allah.”

Adapun Fatimah maka ia dinikahi oleh Ali bin Abi Tholib yang saat itu berusia 21 tahun 5 bulan. Sedangkan Fatimah berusia 15 tahun 5 bulan. Ali menikahi Fatimah setelah kepulangannya dari perang Badar. Fatimah meninggal dunia setelah kewafatan ayahnya, Rasulullah, selisih 6 bulan, menurut pendapat   yang   shohih,   pada   malam
Selasa tanggal 13 Ramadhan tahun 11 Hijriah.    Kemudian    Ali menguburkannya di malam hari.
 
Dikisahkan bahwa ketika  Fatimah, putri Rasulullah, meninggal dunia maka ada 4 orang yang menggotong jenazahnya. Mereka adalah Ali; suaminya, Hasan dan Husein, dan Abu Dzar al-Ghifari rodhiyallahu ta’ala ‘anhum. Ketika mereka meletakkan Fatimah di sisi kuburan maka Abu Dzar berdiri dan berkata, “Hai kuburan! Apakah kamu tahu siapa jenazah perempuan  yang  kami  bawa  ini?  Ini adalah    Fatimah    az-Zahro,    putri Rasulullah    shollallahu    ‘alaihi        wa sallama, istri Ali al-Murtadho, dan ibu Hasan dan Husein.” Kemudian mereka mendengar seruan dari kuburan yang berucap, “Saya bukan tempatnya hubungan keluarga dan nasab tetapi saya ini hanyalah tempat amal yang salih. Oleh karena itu, tidak ada orang yang selamat dariku kecuali orang yang banyak kebaikannya, yang selamat hatinya, dan ikhlas amalnya.”

Pernah suatu ketika Abu Bakar, kemudian Umar bin Khattab melamar Fatimah tetapi Rasulullah tidak memberi mereka jawaban. Kemudian ketika Ali melamarnya maka Rasulullah menerimanya. Ali menjadikan zirah perangnya sebagai mahar. Ali tidak memiliki      harta      selain      zirahnya tersebut.    Kemudian    zirah    tersebut dijual    dengan    harga    480    drham.
 
Fatimah dan Ali melahirkan 6 anak, 3 laki-laki dan 3 perempuan. Anak-anak mereka yang laki-laki adalah Hasan, Husein, dan Muhassin. Sedangkan mereka yang perempuan adalah Zainab, Ummu Kultsum, dan Ruqoyyah. Demikian ini adalah rincian anak-anak mereka dengan menambahkan nama Ruqoyyah menurut Lais bin Sa’ad. Ruqoyyah meninggal dunia sebelum ia mencapai baligh, seperti yang dikutip oleh Ibnu Jauzi.

Syeh Hasan Adawi mengutip dari kitab Mawahib ad-Diniah bahwa Fatimah dan Ali    melahirkan    Hasan,    Husein, Muhassin yang meninggal dunia saat masih kecil, Ummu Kultsum, dan Zainab. Jadi, jumlah anak-anak mereka ada 5 anak. Adapun Sayyid Hasan maka ia adalah cucu Rasulullah shollallahu ‘alaihi    wa    sallama.    Ia    dilahirkan sebelum kewafatan beliau selisih 7 tahun. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Sayyid Husein dilahirkan pada tanggal 5 Syakban tahun 4 Hijriah, menurut pendapat yang ashoh. Fatimah menggendong Husein selama 50 hari sejak kelahirannya. Rasulullah adalah yang  mencethaki  Husein  dengan  air rambutnya, memberinya nama ‘Husein’ pada hari ketujuh kelahirannya, dan mengakikahinya.

Syeh Zarqoni mengutip keterangan dari Syeh Ibnu Atsir bahwa Zainab dilahirkan pada saat kakeknya, Rasulullah, masih hidup. Zainab adalah perempuan yang cerdas dan teguh pendirian. Ibnu Abdul Bar berkata, “Ummu Kultsum dilahirkan sebelum kewafatan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. 

Ketahuilah!    Sesungguhnya Ummu Kultsum dinikahi oleh Umar bin Khattab. Ia dan Umar melahirkan Zaid dan Ruqoyyah. Pada saat itu, Umar bin Khattab mendatangi Ali bin Abi Thalib untuk melamar putrinya, Ummu Kultsum.    Kemudian    Ali memberitahunya kalau putrinya itu masih kecil. Kemudian Umar pun pergi meninggalkan Ali. Sebelum Umar pergi, Ali berkata, “Aku akan memerintah Ummu Kultsum untuk mendatangimu. Apabila ia bersedia maka ia adalah istimu.” Kemudian Ali pun memerintahkan putrinya menemui Umar. Setelah Ummu  Kultsum menemui Umar, kemudian Umar membuka bagian betis Ummu Kultsum. Kemudian Ummu Kultsum berkata, “Jangan! Andaikan kamu bukan Amirul Mukminin niscaya aku sudah mencolok matamu.”

Dalam satu riwayat disebutkan, “Ketika Umar melamar Ummu Kultsum dari Ali maka Ali berkata,  ‘Sesungguhnya Ummu Kultsum masih anak kecil.’ Kemudian    Umar    menjawab, ‘Nikahkanlah aku dengan Ummu Kultsum lah! Wahai Abu Hasan! Aku itu mengagumi kemuliaan  Ummu Kultsum.’ Setelah Umar berkata ini dan itu kepada Ali, akhirnya Ali berkata, ‘Aku akan memerintahkan Ummu Kultsum menemuimu. Apabila ia bersedia maka sungguh aku menikahkanmu dengannya.’ Kemudian Ali mengirim Ummu Kultsum menemui Umar. Sebelum mengirimnya, Ali berkata kepada putrinya, ‘Katakan kepada Umar; Anak kecil ini adalah istrimu.’ Kemudian Ummu Kultsum menemui Umar dan berkata kepada Umar   dan   berkata,   ‘Anak   kecil   ini adalah istrimu.’ Kemudian Umar menjawab, ‘Katakan kepada ayahmu, Ali; Semoga Allah meridhoimu.’ Kemudian Umar meletakkan tangannya pada bagian betis Ummu Kultsum dan membukanya. Ummu Kultsum berkata, ‘Apa yang sedang kamu lakukan ini? Andaikan kamu bukan Amirul Mukminin niscaya sudah aku colok matamu.’ Kemudian Ummu  Kultsum keluar dari rumah Umar dan pulang menemui ayahnya, Ali. Kemudian Ummu Kultsum menceritakan kejadian itu kepada ayahnya dan berkata, ‘Wahai Ayahku! Anda  telah mengirimku kepada orang tua yang buruk kelakukannya.’ Ali menjawab, ‘Wahai putri kecilku! Umar itu adalah suamimu!’”

Setelah Umar wafat, Ummu Kultsum dinikahi oleh Aun bin Ja’far bin Abi Tholib. Setelah Aun wafat, ia dinikahi oleh Muhammad, saudara laki-laki Aun. Setelah Muhammad wafat, ia dinikahi oleh Abdullah bin Ja’far, saudara laki- laki Muhammad. Setelah Ummu Kultsum meninggal dunia saat bersama Abdullah bin Ja’far maka Abdullah pun menikahi saudari perempuan Ummu Kultsum yang bernama Zainab. Abdullah dan Zainab melahirkan anak- anak yang bernama Ali, Aun Akbar, Abas, Muhammad, dan Ummu Kultsum. Keturunan mereka ini masih ada sampai sekarang.

b.    I’rob Nadzom 1

[TANBIH]
Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘وﺳﺒﻌﺔ’ menjadi khobar muqoddam dan perkataannya ‘أوﻻده’ menjadi mubtadak muakhor.   Perkataannya   ‘ﺗﻔﮭﻢ’   adalah untuk melengkapi bait. Perkataannya ‘ﺳﺮﯾﺔ ﻣﻦ’ adalah dengan dhommah pada huruf siin. Kata ‘ﺳﺮﯾﺔ’ adalah umat yang dinisbatkan pada ‘اﻟﺴﺮ’ dengan kasroh pada huruf sin yang berarti jimak. Kata ‘اﻟﺴﺮ’ merupakan bentuk merubah penisbatan, seperti yang disebutkan dalam Qomus. Disebutkan dalam kitab Misbah bahwa kata ‘ﺳﺮﯾﺔ’ berasal dari kata ‘اﻟﺴﺮ’ yang berarti nikah. Sedangkan mendhommah huruf siin pada kata ‘اﻟﺴﺮ’ adalah tidak berdasarkan aturan qiyas karena ada tujuan membedakan antaranya dan ‘اﻟﺤﺮة’ yang  berarti  perempuan merdeka.    Dikatakan
‘ﺳﺮا ﻧﻜﺤﺖ إذا’. Sedangkan menurut aturan Qiyas adalah disebutkan dengan ‘ﺳﺮﯾﺔ’ dengan kasroh pada huruf sin. Ada yang mengatakan bahwa kata ‘ﺳﺮﯾﺔ’ berasal dari ‘اﻟﺴﺮ’ yang berarti bahagia karena pemiliknya    bahagia    dengan keberadaan Maria Suriah. Asal kata ini adalah menurut aturan qiyas.

c.    Istri    Rasulullah,    Mariah    al- Qibtiah

Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘اﻟﻘﺒﻄﯿﺔ ﻣﺎرﯾﺔ ﻓﺄﻣﮫ’ bermaksud  bahwa Sayyidah Mariah Suriah mula-mula adalak budak perempuan milik Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Mariah Suriah dihadiahkan untuk Rasulullah oleh al-Muqouqis al- Qibti, Raja Mesir dan Askandaria. Selain Mariah Suriah yang dihadiahkan kepada    Rasulullah,    Muqouqis menghadiahkan        saudari perempuannya yang bernama Sirin, budak laki-laki yang dikebiri yang bernama Makbur, 1000 mitsqol emas,
20    pakaian halus, seekor bighol berwarna   kelabu,   dan   himar   yang berwarna kelabu yang diberi nama Ufair atau Yakfur. Kemudian Rasulullah shollallahu       ‘alaihi       wa       sallama menghibahkan Sirin kepada Hisan bin Tsabit al-Anshori. Saat itu Rasulullah kagum dengan Mariah Suriah karena ia berkulit putih dan cantik. Maria Suriah wafat pada zaman kekhalifahan Amirul Mukmin Umar bin  Khattab radhiyallahu ‘anhu. Ia wafat pada bulan Muharram.  saat  kewafatannya,  Umar ikut    serta    mengiring    jenazahnya bersama    orang-orang        dan    ia mensholatinya.

d.    Istri    Rasulullah,    Sayyidah Khodijah
 
Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘ﺧﺪﯾﺠﺔ’ menjelaskan bahwa Khotijah adalah   Khotijah   binti   Khuwailid.   Ia adalah istri pertama Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Usia Rasulullah ketika menikahinya adalah
21    tahun, atau 25 tahun. Sebagian besar para ulama sependapat bahwa usia beliau ketika menikahinya adalah 25 tahun. Sedangkan usia Khotijah saat itu adalah 40 tahun.

Rasulullah melamar Khotijah karena Khotijah sendirilah yang minta dinikahi oleh beliau. Khotijah berkata, “Wahai anak pamanku! Sesungguhnya aku menyukaimu karena kedekatan keluargamu [dengan keluargaku], sikap adilmu di antara orang-orang, kebaikan akhlak-akhlakmu, kejujuran bicaramu.” Kemudian Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama memberitahukan perihal tersebut kepada  paman-pamannya. Kemudian paman beliau, Hamzah, datang bersama beliau menemui Khuwailid        bin        Asad.        Setelah menemuinya, kemudian Hamzah yang melamarkan Khotijah untuk beliau shollallahu ‘alaihi wa sallama.” Kronologi di atas adalah menurut Syeh Ibnu Ishak.

Atau kronologi pernikahan Rasulullah dan Khotijah adalah dengan perantara, seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari sanad al-Wafidi dari Nafisah binti Munabbih;

Pada saat itu Khotijah adalah perempuan yang kuat dan mulia. Ia memiliki kemuliaan dan kebaikan sesuai dengan yang diberikan oleh Allah. Saat itu, ia adalah orang yang paling tinggi nasabnya di kalangan kaum Quraisy, paling mulia, dan paling berharta. Setiap laki-laki dari kaum Quraisy ingin sekali menikahinya. Andaikan mereka mampu mampu mendekatinya niscaya mereka akan melamarnya dan bersedia memberikan semua harta yang mereka miliki kepadanya. Kemudian Khotijah mengutus seseorang untuk menemui Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallama setelah kepulangan beliau dengan mengendarai unta dari Syam. Utusan itu bertanya kepada beliau, “Hai Muhammad! Apa yang membuatmu tidak segera menikah?” Beliau menjawab, “Aku tidak memiliki biaya untuk menikah.” Utusan itu berkata, “Apabila ada perempuan yang mau menerimamu dengan keadaanmu seperti ini dan ia memiliki harta, kecantikan, kemuliaan, sepadan, maka apakah kamu mau?” Beliau menjawab, “Siapa perempuan itu?” Utusan menjawab, “Perempuan itu adalah Khotijah.” Beliau berkata, “Ya, aku mau.”        Kemudian        utusan        itu memberitahukan kepada Khotijah. Kemudian Khotijah mengutusnya untuk meminta Muhammad datang segera menemuinya.
 
e.    Istri    Rasulullah    yang    Paling Utama

Syaikhul Islam berkata dalam kitab Syarah Bahjah tentang istri-istri Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, “Istri Rasulullah yang paling utama adalah Khotijah dan Aisyah. Mengenai siapa yang  lebih utama antara keduanya maka masih terdapat perbedaan pendapat. Ibnu Imad meshohihkan bahwa yang lebih utama adalah Khotijah, karena ada hadis yang berasal dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bahwa ketika Aisyah berkata kepada beliau, ‘Sesungguhnya Allah telah memberikan rizki [Aisyah] yang lebih baik daripada Khotijah.’ Beliau menjawab, ‘Tidak. Demi Allah! Allah tidaklah memberikan rizki [istri] yang lebih baik daripada Khotijah. Ia mempercayaiku ketika orang-orang menganggapku    berbohong.    Ia memberiku harta ketika orang-orang enggan memberiku. Ia memberikanku anak sedangkan istri-istriku selainnya tidak memberikan anak.’

Imam Abu Bakar bin Imam Mujtahid ditanya tentang manakah yang lebih utama, apakah Khotijah atau Aisyah. Ia menjawab, ‘Adapun Aisyah maka Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama diminta menikahinya  oleh Jibril sendiri. Sedangkan Khotijah maka beliau menikahinya melalui perintah dari Jibril yang diutus oleh Allah.’ Kemudian Imam Abu Bakar ditanya lagi tentang siapakah yang lebih utama antara Khotijah, Aisyah, dan Fatimah. Ia menjawab, ‘Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama mengatakan bahwa Fatimah adalah termasuk dari darah daging beliau sehingga apakah ada orang lain yang lebih utama daripada darah daging beliau?’ Syeh Suhaili berkata, ‘Jawaban ini adalah yang lebih kuat dan baik.’
Sayyid bin Malik bin Sanan berkata, “Tidak ada seorangpun yang dapat mengungguli darah daging Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Demikianlah ini [Fatimah adalah yang paling utama daripada mereka] adalah pendapat yang wajib diyakini dan yang insya Allah benar.
Diriwayatkan bahwa Aisyah berkata kepada Fatimah, “Hai Fatimah! Aku adalah lebih baik daripada ibumu, Khotijah, karena Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama menikahi ibumu yang telah janda sedangkan beliau menikahiku yang masih perawan.” Kemudian Fatimah merasa gimana gitu. Kemudian Fatimah mendatangi ayahnya, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, dan memberitahukan apa yang telah dikatakan Aisyah kepadanya. Kemudian Rasulullah menjawab, “Katakan kepada Aisyah kalau Rasulullah memang benar menikahi Khotijah yang janda dan menikahinya yang perawan tetapi Rasulullah menikahi Khotijah dengan kondisi beliau masih berjaka dan menikahinya sudah dengan kondisi duda. Jadi, Keberjakaan Rasulullah adalah lebih baik daripada keperawanannya.” Kemudian Fatimah mengatakan apa yang telah disampaikan Rasulullah kepada Aisyah. Kemudian Aisyah menjawab, “Hai Fatimah!  Berterima  kasihlah  kepadaorang    [Rasulullah]    yang    mengajari jawaban yang telah kamu katakan.”
Syeh Syarqowi berkata, “Perempuan yang paling utama di dunia adalah Maryam binti Imran, kemudian Fatimah binti Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama, kemudian Khotijah, kemudian Aisyah.”
Syeh Burhan al-Khalabi berkata,“Para ulama tidak menjelaskan tentang siapakah   yang   lebih   utama   setelah Khotijah dan Aisyah. Pendapat yang jelas mengenai hal ini adalah bahwa yang lebih utama dari istri-istri Rasulullah setelah Khotijah dan Aisyah adalah Zainab binti Jahsyi.”

f.    I’rob Nadzom 2

Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘وﻟﯿﺠﺔ ﺑﮭﻢ ﻓﺨﺬ’ berarti bahwa Jadikanlah pengetahuan        tentang        anak-anak Rasulullah    shollallahu    ‘alaihi    wa sallama sebagai rasa cinta yang terus ada sampai mati. Arti kata ‘اﻟﻮﻟﯿﺠﺔ’ adalah ‘اﻟﺒﻄﺎﻧﺔ’ yang berarti cinta secara dzohir dan batin. Perkataannya ‘وأرﺑﻊ’ adalah diatofkan pada perkataannya ‘ﺛﻼﺛﺔ’.        Perkataannya        ‘اﻹﻧﺎث       ﻣﻦ’ berhubungan    dengan    lafadz    yang terbuang yang menjadi sifat bagi lafadz ‘اﻹﻧﺎث   ﻣﻦ’.   Perkatannya   ‘ﺗﺬﻛﺮ’   adalah pelengkap  bait  karena  untuk  tujuan qofiah   atau   menyesuaikan   sajak   di akhir  bait.  Perkataannya  ‘رﺑﻰ  رﺿﻮان’ adalah mubtadak dan mudhof. Perkataannya ‘ﻟﻠﺠﻤﯿﻊ’ berhubungan dengan lafadz yang terbuang yang menjadi khobar dari mubtadak ‘  رﺑﻰ’. Huruf laam berarti ‘ﻋﻦ’ atau ‘ﻋﻠﻰ’. Disebutkan    dalam    kitab    Misbah,
 
“Lafadz ‘ﻋﻨﮫ ورﺿﯿﺖ’ dan ‘ﻋﻠﯿﮫ ورﺿﯿﺖ’ adalah bahasa penduduk Hijaz. Lafadz ‘اﻟﺮﺿﻮان’ dengan kasrah pada huruf roo
 
dan dhommah padanya adalah bahasa dari Qois dan Tamim yang  berarti ‘اﻟﺮﺿﺎ’ atau ridho. Ridho sendiri adalah kebalikan dari ‘اﻟﺴﺨﻂ’ atau marah/benci. Maksud dari nadzom adalah mencari atau meminta keridhoan dari Allah untuk 7 anak-anak Rasulullah.” Perkataannya ‘ﯾﺬﻛﺮ’ adalah pelengkap bait dan tidak memiliki maksud tertentu dalam bait.
Perkataannya ‘ﻓﺎطﻤﺔ’ adalah badal dari lafadz ‘أرﺑﻊ’ dengan bentuk badal ba’du min kul, atau menjadi khobar dari mubtadak yang terbuang. Takdirnya adalah ‘ﻓﺎطﻤﺔ وھﻰ’. Perkataannya ‘اﻟﺰھﺮاء’ adalah sifat atau badal atau atof bayan yang berarti yang berwajah putih. Perkataannya ‘ﺑﻌﻠﮭﺎ’ adalah menjadi mubtadak dan khobar. Perkataannya ‘واﺑﻨﺎھﻤﺎ’ adalah menjadi mubtadak dan khobar. Artinya adalah bahwa Dua putra Fatimah,yaitu Hasan dan Husein, adalah cucu Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Yang dimaksud dengan   cucu   adalah   anaknya   anak.
 
Perkataannya    ‘ﺟﻠﻰ    ﻓﻀﻠﮭﻢ’    adalah menjadi mubtadak dan khobar. Artinya adalah   bahwa   keutamaan   4   orang, yaitu Ali, Fatimah, Hasan, dan Husein, adalah  hal  yang  maklum  bagi  setiap muslim.

g.    Keutamaan Sayyidah Fatimah

Diriwayatkan, “Fatimah disebut dengan nama Fatimah karena Allah telah fathoma atau melindunginya dan keturunannya dari neraka. Dan ia disebut dengan az-Zahro karena selama hidupnya ia tidak mengalami haid. Ia disebut dengan nama al-Batuul yang berasal dari kata ‘اﻟﺒﺘﻞ’ yang berarti memutus karena terputusnya dari dunia [ia tidak suka duniawi], ada yang mengatakan    bahwa        karena terputusnya    dari    perempuan- perempuan lain dari segi nasab dan agama. Fatimah adalah anggota keluarga yang paling dicintai oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama. Ketika Rasulullah  hendak pergi maka Fatimah adalah yang lebih lama beliau peluk dan ketika beliau pulang maka Fatimah adalah yang pertama kali ia temui.

h.    Keutamaan Sayyidina Ali

Diriwayatkan    pula    bahwa sesungguhnya Rasulullah ‘alaihi as- salaam berkata dalam menjelaskan tentang perihal Ali bin Abi Tholib, “Aku telah memberikan sebaik-baiknya perempuan kepada sebaik-baiknya laki-laki.” Rasulullah juga bersabda, “Barang siapa ingin melihat Adam ‘alaihi as-Salam, melihat Yusuf dan ketampanannya, melihat Musa dan sholatnya, melihat Isa dan kezuhudannya,    dan    melihat Muhammad dan fisiknya, maka lihatlah Ali.”
 
Tabrani    meriwayatkan    hadis, “Sesungguhnya Allah telah menjadikan keturunan setiap nabi di tulang iganya, dan telah menjadikan keturunanku [Muhammad] di tulang iga Ali bin Abi Tholib.”

Ali bin Abi Tholib wafat di usia 63 tahun. Ia ditebas pedang oleh Ibnu Muljam di bagian dahi pada malam Jumat tanggal 17 Ramadhan tahun 40 Hijriah. Ia ditebas oleh Ibnu Muljam ketika ia sedang keluar menuju masjid untuk mendirikan sholat Subuh. Ia wafat   pada   malam   Ahad.   Mengenai tempat dimana ia dikubur terjadi perbedaan pendapat karena tempatnya disamarkan agar tidak digali oleh kaum Khowarij. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa mereka membawa jenazah Ali untuk dikuburkan bersama Rasulullah     shollallahu     ‘alaihi     wa sallama.    Kemudian    unta    yang digunakan  menggotongnya  lepas  dan tidak diketahui kemana perginya unta itu. Oleh karena riwayat inilah, Ahli Irak berkata bahwa Ali berada di awan. Diriwayatkan dari Sayyidi Ali Wafa, “Sesungguhnya Ali bin Abi Tholib telah diangkat ke langit sebagaimana Isa juga diangkat kesana.Nanti Ali akan  turun ke bumi sebagaimana Isa turun.”

i.    Keutamaan Sayyidina Hasan

Diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair bahwa ia berkata, “Keluarga Rasulullah yang paling mirip dengan beliau dan yang paling beliau cintai adalah Hasan. Aku pernah melihat Hasan sedang sujud. Kemudian ia naik kendaraan.  Kemudian  ia  tidak  turun dari kendaraan itu sampai kendaraan itu   menurunkannya.   Dan   juga   aku pernah melihat Hasan. Saat itu Rasulullah sedang rukuk sedangkan Hasan merangkak di antara kedua kaki Rasulullah.” Riwayat ini adalah riwayat tentang Sayyid Hasan.

j.    Keutamaan Sayyidina Husein

Adapun tentang Sayyid Husein maka diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Barang siapa ingin merasa senang dengan melihat       seorang       laki-laki       dari penduduk surga maka lihatlah Husein bin Ali.” Diriwayatkan juga, “Hasan adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama dari bagian kepala sampai dada. Sedangkan Husein adalah yang paling mirip dengan beliau shollallahu ‘alaihi wa sallama dari bagian dada sampai kedua kaki.” Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Dua cucuku, Hasan dan Husein, adalah pemimpin para pemuda penduduk surga. Sedangkan ayah mereka [Ali] adalah lebih baik daripada mereka.” Dalam hadis terakhir ini terdapat suatu dalil atau bukti yang dijadikan sebagai hujjah oleh ahli sunah bahwa 4 Imam [Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi  Tholib] adalah lebih baik daripada ahlul bait. Unsur darah daging Rasulullah yang ada di ahlul bait tidak dapat disamai dan dibandingi oleh seorangpun dengan    amal-amal    sholehnya. Demikian ini disebutkan oleh Syeh Sulaiman Jamal.
 
[CABANG]    tentang    riwayat- riwayat 3 Imam, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Usman.

k.    Keutamaan    Sayyidina    Abu Bakar

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda dalam menjelaskan perihal Abu Bakar, “Barang siapa ingin melihat dada al-Kholil Ibrahim maka lihatlah dada Abu Bakar as-Siddiq.” Beliau juga bersabda, “Ketika Hari Kiamat telah datang, Ridwan Sang penjaga surga akan datang membawa kunci-kunci surga dan kunci-kunci neraka. Kemudian ia berkata, ‘Hai Abu Bakar! Allah Yang Maha Agung telah menitipkan salam untukmu. Dia berfirman; Ini adalah kunci-kunci surga dan neraka. Perintahkanlah orang- orang yang kamu kehendaki untuk menuju surga dan perintahkanlah orang-orang yang kamu kehendaki untuk menuju neraka.’” Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama juga bersabda, “Sesungguhnya penduduk langit, yaitu para malaikat karubiun, malaikat ruhaniun, dan golongan malaikat banyak lain, melihat Abu Bakar as-Siddiq setiap hari.”
Semoga Allah meridhoi Abu Bakar as- Siddiq dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendapatkan syafaatnya.

l.    Keutamaan Sayyidina Umar bin Khattab

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda dalam menjelaskan tentang   perihal   Umar   bin   Khattab, “Umar    adalah    lampu    bagi    para penduduk   surga.”   Beliau   shollallahu ‘alaihi wa sallama juga bersabda, “Sebaik-baiknya laki-laki adalah Umar. Ia selalu mencari perempuan- perempuan janda dan anak-anak yatim yang tidak terurus dan membawakan mereka makanan di saat mereka sedang tidur.” Beliau shollallahu ‘alaihi wa sallama juga bersabda, “Allah membuat Islam menjadi besar dengan perantara Umar bin Khattab.”

m.    Keutamaan    Sayyidina    Usman bin Affan

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda tentang perihal Usman bin Affan, “Sebaik-baiknya laki-laki adalah Usman yang menjadi menantuku dan yang telah aku nikahkan    dengan    putriku. Sesungguhnya        Allah        telah mengumpulkan cahayaku bersama Usman.” Beliau shollallahu ‘alaihi wa sallama juga bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengumpulkan cahayaku bersama Usman. Ia adalah orang yang beruntung di masa hidupnya dan yang syahid di saat kematiannya.” Beliau shollallahu ‘alaihi wa sallama juga bersabda, “Para malaikat merasa sungkan dengan Usman.”
 
Perkataan Syeh Ahmad Marzuki ‘ زﻛﺖ
رﺿﯿﮫ’ adalah pelengkap bait. Arti ‘زﻛﺖ’ adalah bagus. Arti ‘راﺿﯿﮫ’ adalah yang diridhoi.
  at di Mekah setelah diangkat sebagai rasul selama 10 tahun. Dengan demikian usia beliau adalah 63 tahun. Demikian ini disebutkan oleh Syeh al-Baijuri dalam kitab Mawahib ad-Diniah.

LihatTutupKomentar