Sifat Jaiz Allah | Tauhid Asy'ariyah
Nama kitab: Terjemah Nuruzh Zhalam Syarah Aqidatul Awam, Nurudz Dholam, Nur al-Zholam
Nama kitab asal: Nur adz-Dzolam Syarah Aqidatul Awam
Nama lain kitab kuning: Hasyiyah al-Dasuqi
Ejaan lain: Noor -ul-Zalaam, Nuuruzh Zhalaam, Nur adz-Dzolam, Nuruzh Zholam, Nuruzh Zhalam, Nurud Dhalam
Pengarang: Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi
Nama yang dikenal di Arab: محمد بن عمر بن عربي بن علي نووي الجاوي أبو عبد المعطي
Kelahiran: 1813 M, Kecamatan Tanara, Banten
Meninggal: 1897 M, Mekkah, Arab Saudi
Penerjemah:
Bidang studi:Tauhid, Akidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) Asy'ariyah, ilmu kalam, ushuluddin.
Daftar Isi
7. NADZOM KESEPULUH
وَجَائـِزٌ بِـفَـضْـلِهِ وَ عَدْلِهِ * تَـرْكٌ لـِكُلِّ مُمْـكِـنٍ كَفِعْلِهِ
[10] [Allah memiliki sifat jaiz, yaitu Dia] boleh [menciptakan] segala sesuatu
yang mungkin dan [tidak menciptakannya] dengan anugerah- Nya dan
keadilan-Nya.
a. Sifat Jaiz Allah
Maksudnya adalah bahwa wajib bagi setiap mukallaf meyakini
bahwa Allah boleh saja menciptakan kebaikan dan keburukan, dan Dia boleh
saja menciptakan keislaman pada diri Zaid dan kekufuran pada diri Umar, dan
Dia boleh saja menciptakan berilmu pada diri salah satu dari Zaid dan Umar dan
kebodohan pada salah satu yang lainnya dari mereka. Pemberian pahala dari
Allah Ta’aala kepada hamba yang taat adalah bentuk anugerah dari-Nya dan
pemberian siksa dari-Nya kepada hamba yang durhaka adalah bentuk keadilan
dari-Nya karena Dia adalah Yang memberikan manfaat dan Yang memberikan bahaya.
Adapun ketaatan dan kemaksiatan-kemaksiatan hanya sebatas tanda bahwa Allah akan memberikan pahala dan siksaan bagi hamba yang bersifatan dengan mereka. Barang siapa yang Allah inginkan keberuntungannya maka Dia akan memberikan taufik kepadanya dengan ketaatan kepada-Nya. Dan barang siapa yang Dia inginkan celakanya maka Dia akan menciptakan kemaksiatan pada dirinya.
Dengan demikian segala sesuatu yang berupa perbuatan- perbuatan baik dan buruk adalah atas dasar ciptaan Allah karena Dia Ta’aala menciptakan hamba dan amal yang hamba lakukan. Allah Ta’aala berfirman, “Allah telah menciptakan kalian dan amal yang kalian lakukan.” (QS. As-Shooffaat: 96) Dengan demikian Allah adalah Dzat yang menjadi sumber bagi kemanfaatan dan keburukan.
Oleh karena itu tidak ada kebaikan, keburukan, kemanfaatan, dan bahaya,
kecuali dinisbatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala. Jadi, seorang hamba
hendaknya hanya berpedoman kepada Allah saja dan tidak berharap dan tidak
takut kepada selain-Nya.
b. Nabi Musa Menderita Sakit Gigi
Dikisahkan dari sayyidina Musa ‘alaihi as-sholatu wa as-salaamu
bahwa ia mengeluhkan sakit gigi kepada Allah. Kemudian Allah berkata
kepadanya, “Ambillah rumput jenis ini! Kemudian letakkan rumput itu di atas
gigimu yang sakit!” Kemudian ia pun mengambil rumput itu dan meletakkannya di
atas giginya yang sakit. Tiba-tiba rasa sakitnya hilang seketika. Beberapa
saat kemudian, rasa sakit itu kambuh lagi.
Kemudian ia mengambil rumput itu
lagi dan meletakkannya di atas giginya yang sakit tetapi rasa sakitnya malah
bertambah. Kemudian ia meminta tolong kepada Allah, “Ya Allah! Ya Tuhanku!
Bukankah Engkau telah memerintahkanku untuk
meletakkan rumput ini di atas gigiku dan bukankah Engkau yang telah
menunjukkanku untuk melakukan ini?” Allah menjawab, “Hai Musa! Aku adalah Dzat
yang menyembuhkan. Aku adalah Dzat yang melindungi dari penyakit. Aku adalah
Dzat yang memberi bahaya. Dan Aku adalah Dzat yang memberi manfaat.
Mula-mula kamu menuju-Ku. Kemudian Aku
menghilangkan rasa sakitmu. Tetapi kini kamu menuju rumput itu dan tidak
menuju-Ku.”