Prolog Buku Keabsahan Nasab Baalawi
Judul buku: Keabsahan Nasab Ba'alawi Membongkar Penyimpangan Pembatalnya
Tema: Anti tesis / sanggahan atas buku Terputusnya Nasab Baalawi oleh KH ImaduddinUtsman Al-Bantani
Bidang studi: sejarah, ilmu nasab
ISBN : 978-623-88920-6-8
Penulis : Tim Pengawal Persatuan Ummat, Muhamad Hanif Alatas
Rumail Abbas Ahmad Quddur Idrus Al Masyhur Maimun Nafis
Muhaimin Bahirudin M. Fuad A. Wafi.
Muhammad Assegaf
Daftar isi
- Kata Pengantar - KH Achmad Sa'dullah Abdul Alim dari Ponpes Sidogiri Jawa Timur
- Kata Sambutan - RKH Muhammad Rofii Baidhowi Ulama Madura
- Kata Pengantar - KH M Najih Maemoen Zubair Ulama Jawa Tengah
- Kata Pengantar - Abuya KH Abdullah Mukhtar Ulama Jawa Barat
- Kata Pengantar - Prof KH Syukron Makmun Ulama Jakarta
- Buya Tubagus KH Ahmad Qurtuby Jaelani Ulama Banten
- Kata Pengantar - Tuan Guru KH Muhammad Bakhiet Ulama Kalimantan
- Kata Pengantar - Tuan Guru KH Hasanuddin Badruddin Pimpinan Ponpes Darussalam Martapura Kalimantan Selatan
- Kata Pengantar - Prof KH Ust Abdul Somad, Le DESA, PhD Ulama Sumatra/Dai Nusantara
- PROLOG
- Kembali ke buku: Keabsahan Nasab Ba'alawi Membongkar Penyimpangan Pembatalnya
Kata Pengantar K.H. Achmad Sa'dullah Abdul Alim dari Ponpes Sidogiri Jawa
Timur
Sudah maklum bahwa pembahasan tentang nasab merupakan
tema yang sangat asing bagi kita dan bagi kebanyakan orang. Selama ini
kita juga tidak pernah termotivasi untuk mempelajari nasab siapa pun, kecuali
sedikit tentang nasab Baginda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang
dijadikan bahan hafalan waktu kita duduk di bangku Ibtidaiyah . Lagi pula,
guru-guru kita senantiasa mengajarkan untuk tidak mengukur kemuliaan dengan
nasab, melainkan dengan ilmu, amal saleh, dan akhlak mulia.
Di
samping itu, keberadaan ahli nasab (nassabah) sangat langka. Tidak seperti
ahli fikih, misalnya . Bahkan hingga saat ini kita tidak mengetahui adanya
pesantren yang mengajarkan kitab nasab tertentu, juga tidak ada perguruan
tinggi yang menjadikan ilmu nasab sebagai salah satu program studi mereka .
Agaknya, keilmuan tentang nasab ini hanya digeluti oleh beberapa unsur ahli
yang terafiliasi dengan sejumlah Naqabah Ansab (lembaga pencatat nasab) yang
berada di beberapa negara .
ltulah sebabnya ketika beberapa
tahun belakangan ini muncul syubhat (opini sesat) yang membatalkan
keabsahan nasab Ba 'Alawi, kebanyakan orang tergilas oleh gelombang opini itu,
sehingga sebagian dari mereka kebingungan tanpa mengetahui arah yang benar,
sebagian lagi terseret pada kubu-kubu yang berbeda bukan karena mengetahui
ilmunya, namun lebih karena mengikuti tokoh panutannya .
Tidak
hanya itu, sebagian tokoh yang dianggap alim sekalipun ada yang terbawa ams
ikut menyangsikan atau bahkan membatalkan nasab Ba 'Alawi, kendati
mereka bertopeng di balik retorika ilmiah, semisal meminta bukti tes DNA, atau
menuntut adanya catatan pada kitab sezaman, tanpa mau peduli jika DNA tidak
bisa dijadikan sebagai standar nasab, dan keberadaan kitab sezaman bukan
satu-satunya standar penetapan nasab. Hal demikian sama sekali tidak aneh,
karena orang yang alim di sejumlah disiplin ilmu keislaman sekalipun
belum tentu memahami standar-standar ilmu nasab.
Karena
itu, setelah melihat isi dari buku ini yang begitu lengkap; membahas
standar-standar penetapan nasab secara umum, dan menolak syubhat-syubhat
Saudara Imaduddin Banten secara khusus, saya sangat bersyukur dan gembira
sekali, karena ulasan tentang nasab pada buku ini didasarkan pada data-data
ilmiah yang kredibel, sesuai dengan standar-standar ilmu nasab yang diakui
oleh semua Naqabah Ansab di seluruh dunia, dan ditulis oleh para pakar nasab
dunia, baik di masa lalu maupun pada masa kini.
Kehadiran buku ini bisa
kita jadikan pegangan untuk mengetahui pendapat mana yang mestinya kita ikuti
dalam polemik seputar nasab ini. Karena selama ini, kebanyakan orang dalam hal
ini tidak memiliki pegangan, selain meme meme, tulisan-tulisan pendek, atau
potongan-potongan video tanpa referensi yang jelas, yang kebanyakan memang
dijadikan alat untuk mem-framing keterputusan nasab Ba 'Alawi, sehingga muncul
budaya saling caci-maki, yang mengarah pada perpecahan umat.
Akhiran,
saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada tim yang
tergabung dalam penulisan buku ini, yang telah
mencurahkan segenap
daya dan upaya mereka untuk
melakukan penelitian terhadap tema yang sangat pelik ini. Tentunya, itu adalah
kerja ilmiah yang tidak mudah, karena hams menelisik ke berbagai sumber
otoritatif, termasuk manuskrip-manuskrip yang begitu langka hingga hams
ditelusuri bahkan sampai ke luar negeri. Semoga segala lelah yang mereka
upayakan benar-benar didasari oleh niat liUah,
sehingga
berbuah pahala yang abadi hingga ke jannah . Amin ya Rabbal '<ilamin.
Pasuman,
24 Shafar 1446 H
H. Achmad Sa'dulloh Abd. Alim
(Pengums
Harian Pondok Pesantren Sidogiri & Ketua Pengums Pusat Ikatan Alumni
Santri Sidogiri)
KATA SAMBUTAN R.K.H. Muhammad Rofii Baidhowi Ulama Madura
Alhamdulillah, kami haturkan kepada Allah
Swt. atas limpahan berkah dan karunia- Nya.
Kami bergembira
dengan terbitnya buku ini. Kami berharap kepada oknum siapa pun untuk tidak
semena-mena men-tha'n nasab karena hal ini perbuatan tercela.
Kami juga
berharap hubungan baik antara Sadah Habaib dan S<idah Dzurriyah Walisongo
terus terjalin dengan baik sehingga sesama Dzurriyah Rasulullah Saw.
bersinergi dalam berkhidmat melayani masyarakat . Amin.
Banyuanyar,
1September 2024
Raden K.H. Muhammad Rofii Baidhowi
Pimpinan Ponpes
al-Hamidi, Banyuanyar Madura
KATA PENGANTAR K.H. M. Najih Maemoen Zubair Ulama Jawa Tengah
Dengan penuh rasa syukur dan terhormat, saya
menyambut kehadiran buku ini yang telah menyajikan pembahasan
mendalam mengenai nasab Bani 'Alawi. Buku ini hadir sebagai sebuah karya
penting yang membuktikan keabsahan nasab Bani 'Alawi, berdasarkan kajian
ilmiah fikih yang komprehensif .
Dalam sistem peradilan Islam, berbagai
mazhab menerima kepopuleran (tasamu') sebagai bukti dalam jumlah kasus yang
berbeda-beda . Mazhab Hanafi mengakui kepopuleran dalam 4 kasus, yaitu
pernikahan, nasab, kematian, dan kepemilikan . Mazhab Maliki menerima
kepopuleran dalam 20 kasus, termasuk pernikahan, nasab, kematian,
pemecatan pejabat, dan lainnya. Mazhab Syafi'i dan
Hanbali sama-sama mengakui kepopuleran dalam 6 kasus, yaitu nasab, kematian,
kepemilikan, wakaf, wilayah, dan pernikahan . Meskipun ada perbedaan
jumlah kasus di mana kepopuleran diterima, semua mazhab sepakat
bahwa
kepopuleran dapat dijadikan dasar bukti dalam penetapan nasab1 Dan nasab para
Habaib, sebagaimana dijelaskan dalam buku ini, memenuhi unsur syuhrah dan
istifcidhah yang merupakan kriteria sah dalam perspektif fikih. Ini
sejatinya sudah sangat cukup untuk membantah berbagai tuduhan yang meragukan
keabsahan nasab mereka.
Selanjutnya, buku ini secara tegas
membuktikan bahwa klaim yang se ring diembuskan oleh
pihak-pihak pembatal nasab mengenai syarat kitab se zaman sebagai prasyarat
keabsahan nasab adalah omong kosong. Tidak ada referensi ilmiah yang
mendukung klaim tersebut, dan buku ini dengan cermat membuktikan kekeliruan
tersebut . Semua penulis dari kitab yang dijadikan rujukan oleh kalangan
ini (seperti Mufti Yaman, Ibrahim bin Manshur dan ad-Dailami) justru berbalik
menetapkan Bani 'Alawi dan menentang mereka. Alhamdulillcih .
Sebagai
bagian dari Ahlus-Sunnah wal-Jamci'ah, kita seharusnya meme lihara i'tiqcid
baik dan percaya penuh terhadap nasab para Habaib Bani 'Alawi. Menolak nasab
mereka berarti telah terjerumus dalam keharaman tha'nu finnasab (menuduh nasab
orang) yang dalam hadis dijelaskan sebagai kekufuran. Nabi Muhammad Saw.
bersabda :
Selain itu juga, menolak nasab para Habaib Bani 'Alawi sama
artinya dengan su'ul adab atau menolak kredibilitas para kiai
dan guru-guru kita yang telah mengakui dan menerima nasab tersebut
. Kita tahu guru-guru kita menunjukkan sikap ta'dzim pada para Habaib,
seperti; Sayid al-Zabidi, Sayid Bakri Syatha, Syaikh
Nawawi Banten, Syaikh Mahfudz Termas,
Syaikhana
Khalil Madura, Syaikh Shaleh Darat dalam kitabnya Minhaj
al-Atqiya' fi Syarhi
M a'rifat al-Adzkiya' (dalam kitab itu beliau
mengimbau para masyarakat umum
1
Al-Zuhaili, Wahbah. (2015). Al-Fiq h al-I slami wa Adillatuhu (Edisi ke-8).
Damaskus: Dar al Fikr. Jilid 8, Halaman 6033.
agar
mengamalkan Thariqah Ba 'Alawi dengan membaca R<itib al-Haddad setiap
hari), Hadhratussyaikh Hasyim Asy'ari, M asy<iyikh Pondok Sidogiri,
Lirboyo, Ploso, Sarang, Langitan, Syaikh Yasin bin Isa al-Fadani, Tuan Guru
Sekumpul, Kiai Hamid Pasuruan, Kiai Hasan Genggong, Kiai Maemoen Zubair, dan
masih banyak lagi.
K.H . Wahhab Hasbullah yang merupakan Rois Am NU,
tercatat pernah membela Habaib pada era Orde lama. Bahkan sejarah juga
mencatat Gus Dur pernah juga membela nasab Habaib pada era Orde Barn. Pada
tahun 1994, tuduhan yang dilontarkan oleh Ketua MUI saat itu, K.H. Hasan
Basri, yang me nyatakan bahwa keturunan Nabi Muhammad Saw. telah terputus di
Indonesia, memicu kemarahan di kalangan ulama, Habaib, dan umat Islam. Gus
Dur, langsung turun tangan untuk membela kehormatan para Habaib.
Dalam se buah pertemuan di Pondok Pesantren al-Fachriyah, Gus Dur
dengan tegas menyatakan, "Hanya orang bodoh yang mengatakan batu permata
dibilang batu koral dan yang paling bodoh batu permata kok dihargakan batu
kerikil, mereka para cucunya Rasulullah Saw. datang ke negeri ini merupakan
karunia Tuhan yang terbesar dan hanya orang yang kufur nikmat kalau tidak mau
mensyukurinya ."2
Untuk masa sekarang, ada banyak sekali orang yang
mengakui keabsahan nasab Bani 'Alawi, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Dari luar negeri ada sosok, keluarga s<idah al-M alikiyah dari Sayid Abbas
al-Maliki, Sayid Alwi al Maliki, Sayid Muhammad al-Maliki, dan Sayid Ahmad
al-Maliki, juga Syaikh Amin al-Syinqithi seorang ulama pakar fikih mazhab
Maliki yang menjadi pengajar di Rubath al-M aliki Makkah . Kelompok s<idah
Hasaniyyin al-Kattaniyin juga menetapkan nasab Bani 'Alawi. Dari dalam negeri
juga sangat banyak sekali, di antaranya adalah al-Faqihan al-Syafi 'iyan K.H.
Afifuddin Muhadjir Situbondo,
K.H. Muhibbul Aman Pasuruan, K.H. Miftahul
Akhyar selaku Rois Am PBNU, para
2 Lihat: Gus Dur:
"Mereka Cucu Rasulullah, Hormati Habaib". Fakta Kini, diakses 16 Agustus
2024, https://www.faktakini.info/202
3/04/bela-habaib-gus-dur-merek a-cucu-rasul.html. dan "Kisah Gus Dur
Menjadi Dewa Penolong Habaib". YouTube video, 10:05, diunggah oleh Padasuka
TV, diakses 16 Agustus 2024, https://youtu.be/ 9-dlji4BZgI?si=7ESNH66Hnh-
92c8g.
ahli bahtsul mas<iil seperti K.H. Muhyiddin
Abdussomad, K.H. Sadid Jauhari, K.H. Idrus Romli, K.H . Ma'ruf Khozin, dan
masih banyak lagi tokoh ulama Indonesia lainnya. Dari kalangan pemuda, salah
satunya adalah lora Ismail al-Khalili yang dengan terang benderang membuktikan
bahwa tulisan yang katanya ilmiah dari Imaduddin ternyata berdasar pada
pemikiran sosok-sosok khawarij seperti Murad Syukri, tokoh Wahabi seperti
al-Wadi'i, dan lain-lain .
Dalil ilmiah saya dalam masalah ini adalah
kenyataannya tidak ada satu pun dari ahli nasab pada masa lalu yang menafikan
keterhubungan nasab keluarga Bani 'Alawi dengan Rasulullah Saw. Oleh karena
itu, konsep dasar yang digunakan dalam fikih madz<ihib al-arba'ah adalah
mempertahankan sesuatu
berdasarkan apa yang telah ada, (.)lS'
L. .)\S' L. u.i J I yI)
yaitu
keadaan yang riil (yaqin). Keyakinan ini tidak bisa dihapus dengan
keraguan atau dengan upaya mempertanyakan, termasuk oleh penelitian Imaduddin
dan
lainnya ( J!:t':t I).
Adapun tidak
adanya penyebutan silsilah nasab mereka dalam buku buku sebelum al-Burqah
al-Musyiqah bukanlah bukti putusnya nasab mereka, karena sudah adanya dokumen
silsilah mereka yang dimiliki dan disebutkannya Ubaidullah dalam
dokumen tersebut. Kemudian, ketika al-Janadi dalam
kitabnya,
al-SulUk fi Thabaqat al-MulUk menyebutkan nasab keturunan Ali bin
Jadid
dan menyebutkan nama Abdullah setelah nama Jadid di antara
nama nama leluhurnya, penulis al-Burqah (Habib Ali al-Sakran) memahami bahwa
Abdullah dalam kitab ini adalah Ubaidullah yang disebutkan dalam dokumen nasab
mereka yang ada di tangan mereka .Allah lebih mengetahui kebenarannya .
Tidak dapat dimungkiri bahwa bisa
dipastikan, argumen apa pun yang membela nasab Bani
'Alawi akan mendapat kecaman dari mereka yang mem batalkan nasab-di mana
penolakan itu terkesan sangat masif dan terorganisasi baik dengan gaya yang
sok ilmiah maupun dengan narasi caci-maki. Sikap ini menunjukkan
keangkuhan dan ketidakmauan untuk menerima kebenaran . Ini
seperti Iblis yang angkuh dan selalu mencari celah untuk menolak kebenaran
.
Saya teringat guru saya Abuya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki beliau
sering melantunkan syair:
"Iblis dulunya adalah sosok yang sangat berilmu, Namun ia telah menyesatkan
banyak sekali umat manusia."
Keangkuhan yang tergambar begitu nyata
saat Imaduddin melontarkan pernyataan, "Meskipun ulama sedunia menetapkan Ba
'Alawi, saya, Imaduddin Utsman akan tetap menolaknya. Saya siap bertanggung
jawab dunia-ak hirat". Yang dilakukan justru hanya membela orang-orang yang
membelanya, hingga menukil bahwa seorang awam/fasik seperti pemusik bisa
menjadi wali. Sosok yang menulis I i_i }:AJI, sebuah buku
yang hanya hasil menukil dari situs situs Wahabi.
Saya merasa prihatin
dan heran melihat kelompok-kelompok ini begitu sigap menolak argumen tentang
nasab Bani 'Alawi, namun acuh tak acuh pada
kemungkaran yang lebih nyata di sekitar kita . Kasus-kasus seperti judi
online, riba, kejahatan-kejahatan pemerintah, yang terbaru pelarangan jilbab
bagi Paskibraka tahun 2024, dan manipulasi hukum terkait usia pencalonan
pemilu, seharusnya menjadi fokus utama, bukan sekadar perdebatan tentang
nasab. Ke mana mereka, padahal itu nyata-nyata mungkar? Ke mana mereka saat
diterbitkannya PP kesehatan yang memfasilitasi kondom untuk remaja, melegalkan
aborsi, melarang sunat bagi wanita, dan melarang penjualan rokok eceran yang
jadi penghidupan rakyat-rakyat kecil dan justru menguntungkan toko-toko besar
saja? Ke mana meraka saat seorang Mama Ghufron mengaku ngaku bisa berbicara
dengan Malaikat Jibril merasa bisa memprotes malaikat, dan keanehan-keanehan
lainnya yang ia munculkan? Ke mana mereka saat rezim ini justru mendatangkan
ratusan ribu pekerja dari Cina, serta Komunis Cina menguras ekonomi dan
kekayaan alam kita? Kita perlu mencurigai adanya agenda tersembunyi di
balik penolakan nasab tersebut.
Sudah dua tahun lamanya (hingga tulisan
ini dibuat) polemik ini dipelihara terus-menerus . Kita layak bertanya, apa
jangan-jangan ada pendanaan di balik polemik yang subur dan
bertahan lama ini? Atau memang ada pihak yang menikmati polemik ini sebagai
pengalihan isu atas banyak hal penting lain seperti utang negara yang sudah
tembus 8.000 triliun yang pengalokasiannya sangat terkesan
menguntungkan asing dan aseng?
Maka sangat benar jika buku ini
tidak perlu diniatkan untuk membungkam pihak-pihak yang tidak akan pernah
menerima kebenaran, meskipun sejelas apa pun fakta yang
disajikan . Apa pun yang kita sampaikan pasti akan dibantahnya dengan segala
cara. Sebaliknya, buku ini hadir sebagai media untuk menyelamatkan umat dari
fitnah besar yang sedang berkembang, yaitu tha'nu finnasab (tuduhan terhadap
nasab) dan bughdhu wa sabbu ahlil bait (membenci dan mencaci Ahlul Bait) agar
kita bisa jauh dari bughdhu wa sabbu Nabi, ulama, sahabat, Al-Qur'an, yang
merupakan ciri khas Ahlus-Sunnah wal-Jam<i'ah. Dengan memberikan
pemahaman yang mendalam dan bukti yang jelas, buku ini
bertujuan untuk mengedukasi umat menuju kebenaran .
Sebagaimana nasab
Bani 'Alawi yang sah, melalui isu ini akhirnya kita juga menemukan bahwa nasab
Wali Songojuga sah. Jika menurut catatan manuskrip kerajaan-kerajaan, para
pakar nasab dan fikih seperti Habib Dhiya'uddin Syahab, pakar sejarah seperti,
Habib Ahmad Assegaaf, Sayid Naquib al-Attas dan Buya Hamka3 serta ahli kasyf
dan ahli fikih seperti Habib Alwi bin Thohir Mufti Johor, nasab ini tersambung
melalui Adzamatkhan yang artinya mereka juga bagian dari Bani 'Alawi melalui
'Ammul Faqih. Kalaupun bukan melalui jalur itu, mungkin saja Wali Songo
tersambung nasabnya melalui Bani Qudaim ataupun Bani Ahdal yang juga turut
serta hijrah ke Yaman bersama Ahmad al-Muhajir. Sebagaimana dijelaskan oleh
al-walid K.H. Maimoen Zubair bahwa "mayoritas Wali Songo itu habaib yang tidak
dihabibkan (disamarkan)"4• Wall<ihu a'lam.
3
Habib Dhiya'uddin Syahab dalam karyanya , Tahqiqat
Kitab Syams al-Dzahirah, menukil dari catatan nasab wali
songo manuskrip Nusantara, Habib Ahmad Asegaf dalam karyanya , Khidmah
al-'Asyirah , Buya Hamka dalam tulisannya di majalah Panji M asyarakat, 15
Februari 1975.
4 Lihat:
SANTRI MAKENDUT. 2023. "Mbah
Moen I Wali Songo !tu Adalah
Habib
#KHMaimunZubair ", https://youtu.be/hVZQn GwAKnw, diakses
pada 22 Agustus 2024 pukul 18.00.
Yang pasti tidak seperti
klaim bahwa Wali Songo bukan dari Yaman . Dalam banyak manuskrip cucu Wali
Songo, tertulis bahwa putra Sayid Jamaluddin al Husaini al-Akbar (Jumadil
Kubro) Ibrahim al-Asmar (Asmoro) bukan Ibrahim Samarqandi (Uzbekistan), namun
dalam tulisan-tulisan orang-orang sekarang menjadi bernisbah
al-Samarqandi.
Di luar itu, melalui polemik ini saya berharap masyarakat
kita makin bangga karena negara kita dihuni oleh banyak keturunan Baginda
Nabi. Semoga Indonesia menjadi seperti Mesir kedua, yang banyak Ahlul Bait di
dalamnya dan masyarakat menghormati dan mencintai mereka. Sayajuga berharap
agar para Habaib muda mengontrol diri saat tampil di publik dan tidak
mengeluarkan statement yang belum mereka kuasai betul. Jangan juga sering
melontarkan kalimat-kalimat kasar dan caci-maki yang tidak pantas.
Kegaduhan
yang ditimbulkan oleh isu ini berupa kekerasan dan pelanggaran hukum,
pengeroyokan, pemalsuan makam, asusila, pemerasan/pemalakan ber kedok jual
barang, dan persekusi. Tindakan-tindakan tersebut tidak hanya melanggar hukum
tetapi juga mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat . Oleh karena itu,
adalah kewajiban aparat keamanan untuk segera menindaklanjuti semua
pelanggaran ini dengan tegas dan profesional siapa pun pelakunya dan juga
dalang-dalang di balik semua itu. Mungkin saja para Habaib terkena fitnah atas
apa yang sebenarnya tidak mereka lakukan. Tanpa adanya penanganan
yang cepat dan efektif, situasi ini berpotensi meluas menjadi kekacauan yang
lebih serius, merusak kedamaian dan stabilitas yang kita jaga bersama .
Sarang,
Rembang, 27 Agustus 2024
K.H. Muhammad Najih Maemoen Zubair
Pengasuh
Pondok Pesantren al-Anwar 1, Rembang
KATA PENGANTAR Abuya K.H. Abdullah Mukhtar Ulama Jawa Barat
Alhamdulillah puji dan syukur dipanjatkan
kepada Allah Swt., shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada Baginda Rasul Muhammad bin Abdullah
beserta keluarga, para sahabat dan semua dzurriyah-nya yang disucikan Allah
dan kepada semua yang cinta kepadanya sampai yaumul qiy<imah. Amma ba'du.
Kami merasa gundah dan sedih yang tidak terhingga disebabkan gejolak
fitnah yang besar melanda seantero
bumi Nusantara bahkan sampai ke
mancanegara . Penghuni bumi Nusantara ini mayoritas Muslim, yang mayoritas
Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah berakidah Asy'ariyyah
Maturidiyyah dan dalam pelaksanaan syariatnya
mayoritas mazhab Syafi'i. Sementara Imam Syafi'i
sendiri merupakan Imam mazhab dari golongan Quraisy. Nabi sudah memberi
isyarat
tentang imam Syafi'i dengan sabdanya:
"Seorang alim dari golongan Quraisy yang ilmunya memenuhi jagat raya."
Imam
Ahmad bin Hanbal sebagai salah satu imam mazhab mengatakan bahwa hadis
tersebut isyarat untuk Imam Syafi'i. Dan Imam Syafi'i tergolong yang paling
menonjol dalam memperlihatkan kecintaannya kepada Ahlul Bait yang mungkin
jarang dimiliki oleh orang lain, beliau dalam syairnya berkata:
Kalau
dibedah hatiku maka akan jelas
Ada tulisan dua jajar yang ditulis tanpa
tangan
Agama dan tauhid di sebelahnya
Dan cinta
kepada Ahlul Bait di belahan lainnya
Dan kita menyadari, juga
berharap hidup kita bahagia dan jauh dari celaka yang tentu jalan utamanya
ialah mengikuti ajaran Rasulullah Saw. Sedangkan Rasul dalam hadisnya
memberikan wasiat tentang syarat selamat serta bahagia di dunia dan akhirat
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih nya dari Yazid bin
Hibban dalam Riwayat Zaid bin Arqom r.a.:
Dalam
hadis tersebut yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim di dalam Shahih-nya dan juga oleh Imam
Ahmad, Rasul Saw. memberi wasiat untuk meraih
keselamatan dunia dan kebahagiaan hams
berpegang pada dua hal: pertama, Al-Qur'an yang menjadi
ikatan kuat umat Islam, dan kedua, berpegang teguh pada Ahlul Bait (keluarga
Rasul) tergolong di dalamnya adalah Bani 'Alawi. Rasul memastikan pada para
sahabat dan penemsnya termasuk kepada kita sekalian untuk memegang dua hal
tadi, yaitu Al-Qur'an dan mengikuti apa yang
dibawa oleh Ahlul Bait. Dan
hadis tersebut tidak bertentangan dengan hadis
· J
0l;J1 .:.tri fJ d;
Bahkan hadis tersebut saling menguatkan, karena hadis Ahlul Bait adalah hadis
yang lebih akhir dalam tarikhnya daripada hadis Al-Qur'an wa sunnati,
karena Rasulullah Saw. menitipkan wasiat saat beliau telah diberi isyarat oleh
Allah Swt. akan meninggalkan dunia. Hadis tersebut disampaikan Rasul sewaktu
beliau pulang dari Hajjatul Wada', juga hadis tersebut memberi isyarat
bahwa tidak akan lepasnya Al-Qur'an dan Ahlul Bait sampai hari kiamat bahkan
sampai waktu mendatangi Telaganya. Dan tentu saja kita hams
menghindarkan rasa
dengki dan benci kepada Ahlul Bait Rasul.
Dan
sungguh sangat ironis sekali ada seseorang yang ia telah dimabukkan oleh
pujian dan ketenaran yang memiliki otak
yang sinting berkata bahwa di Indonesia tidak ada sedikit pun jasa
Ahlul Bait bahkan dia berkata bahwa Ahlul Bait (Ba 'Alawi) adalah antek-antek
penjajah Belanda. Orang tersebut semakin berani memperlihatkan kebencian yang
di luar batas. Terlebih lagi dia menghilangkan jasa-jasa Ahlul Bait yang
menyebarluaskan agama datuknya Rasulullah Saw., baik itu dengan mengarang
kitab atau mengajarkan aurad dan dzikir juga hizib yang tentu saja sangat
perlu untuk diamalkan oleh umat Rasul demi terciptanya kebahagiaan dunia
dan akhirat.
Kita juga merasa pedih hati bagai diiris sembilu karena ada
gejolak fitnah yang luar biasa dari seseorang yang dengan bangganya
memperlihatkan kebencian terhadap Ahlul Bait yang bahkan sampai berani
membatalkan nasab
Ba 'Alawi, mengeluarkan penghinaan yang
keji dan kotor hingga melemparkan tuduhan bahwa di Indonesia ini tidak ada
seorang pun yang memiliki keturunan Rasulullah Saw., padahal kita tidak
meragukan nasab Ahlul Bait dalam kasus ini Ba 'Alawi yang bersambung nasabnya
pada Sayidina Husein melalui perantara Sayid Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin
Isa al-Muhajir yang mana ketersambungan nasab Ba 'Alawi ini sudah sangat
popular. Maka orang yang meragukan tersambungnya nasab Alwi bin Ubaidillah dan
Ubaidillah bin Ahmad adalah perilaku yang keji dan menyakiti khususnya kepada
para muh.ibbin juga kepada kaum Muslimin .
Adapun sebutan Alawi itu pada
awalnya disematkan pada mereka yang nasabnya tersambung pada Imam Ali bin Abi
Thalib baik itu dari keturunan Sayidina Hasan atau Sayidina Husein, lalu pada
akhirnya karena semakin tersebar luasnya keturunannya maka sebutan Alawi
disematkan untuk dzurriyah-nya Imam Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa
Al-Muhajir, juga terkadang diucapkan dengan sebutan Ali Bani 'Alawi, dan untuk
istilah pinggir Jazirah Arab disebut Alu Ba'alawi tetapi pada keumumannya
mereka lebih dikenal dengan sebutan Alawiyyin.
Dan menafikan
ketersambungan nasab Ba 'Alawi termasuk qadzaf (menuding berzina) . Yang mana
pelaku qadzaf itu sendiri hams diberi had qadzaf :
Maka orang
yang menafikan nasab kepada seseorang yang
sudah pasti nasabnya itu wajib dilakukan had dengan 80
cambukan, dan itu untuk yang menuduh kepada orang
biasa apalagi jika yang dituduh adalah Ummahatul
Mu'minin dari kalangan Ba 'Alawi , bukan seratus atau dua ratus bahkan sampai
jutaan, maka pelakunya berhak diberikan had qadzaf setimpal dengan
dosanya. Oleh karena itu kita jangan tergiur untuk ikut
kepada yang bughud dan benci kepada Ahlul Bait, mengikuti orang yang
otaknya sinting yang memvonis seorang wali kepada orang yang tidak cocok
akhlak dan perbuatannya dalam agama, sedangkan dalam hadis Nabi dan
termaktub dalam kitab Syaraful Muabbad karya Syaikh Yusuf Annabhani dijelaskan
tentang benci terhadap Ahlul Bait:
"Ketahuilah barang siapa mati dalam keadaan BENCI kepada keluarga Nabi
Muhammad, ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tertulis di antara
kedua matanya, "Telah berputus asa dari rahmat Allah, ketahuilah barang siapa
mati dalam keadaan BENCI kepada keluarga Nabi Muhammad, ia mati dalam keadaan
KAFIR. Ketahuilah barang siapa mati dalam keadaan BENCI kepada keluarga Nabi
Muhammad, ia tak akan mencium bau surga'."
Hamba adalah orang tua yang
memiliki umur hampir mendekati satu abad dan mudah-mudahan Allah panjangkan,
barn kali ini mendengar gejolak fitnah yang keji yang tersebar sampai seantero
Nusantara, yaitu ada orang yang tega membatalkan dan menafikan nasab Ba 'Alawi
dan bahkan sampai melarang amalan dari Bani 'Alawi baik itu ratib dan hizib
dan belajar kitab pun tidak usah dari Bani 'Alawi.
Hamba ingin bertanya
mau jalan manakah jika Anda melarang untuk tidak usah menimba ilmu dari Bani
'Alawi?
Siapa ulama di Indonesia yang ilmunya sudah di atas yang tidak
membaca karangan Bani 'Alawi? Seperti karangan dari Habib Abdullah bin Alwi
al-Haddad seperti Ris<ilatul Mu'<iwanah,
Annash<iih.ud-Diniyyah, dan yang lainnya. Di dalam fikih pun siapa yang
tidak belajar fatawi yang ada dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin yang mana
redakturnya adalah golongan Bani 'Alawi? Dan siapa yang tidak kenal dengan
Ibnu Hajar yang mana ilmu dan ibadahnya sudah tidak bisa diungkapkan dengan
kata-kata lagi, sedangkan guru Ibnu Hajar itu sendiri
tersambung
kepada Bani 'Alawi? Dan hampir semua yang dikaji di pesantren erat sekali
hubungannya dengan Bani 'Alawi.
Anda jangan mengaku Nahdhatul Ulama,
justru Nahdhatul Ulama adalah yang paling dekat dan paling erat dengan Ahlul
Bait. Hamba sendiri adalah anggota syuriah Jawa Barat yang mana dari waktu
Muktamar Semarang, Muktamar ke-26, hamba menjadi juru bicaranya Jawa Barat
yang kala itu dihadiri oleh Syaikh Yasin Padang dan ketua saat itu adalah Kiai
Bisri Syansuri, Nahdhatul Ulama adalah organisasi masyarakat yang
betul-betul bagaikan gula dan semut, tidak bisa dipisahkan, tapi oleh
orang tersebut sekarang ingin dijadikan ormas yang anti Ba 'Alawi, mungkin
saja ada antek-antek Yahudi di balik ini untuk memecah Islam dari dalam.
Hamba
gelisah siang dan malam memikirkan peristiwa yang terjadi, takut peristiwa ini
terns berkepanjangan dan tidak ada yang bisa menutup. Alhamdulillah hamba
sendiri telah melaksanakan penelitian yang lebih akurat dengan menziarahi
makam Bani 'Alawi yang pusatnya di Hadramaut Yaman khususnya Kota Tarim .
Hamba menziarahi dharih al-Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa di Husaisah yang
terakhir ziarah itu pada 12 Muharram 1445 H atau 11 Agustus 2023 M. Hamba
melihat dalam lauhah dorih-nya (papan kuburan) Imam Ahmad bin Isa ditulis
dengan ukiran, tertulis nasabnya sampai pada Rasulullah Saw. Beliau lahir pada
tahun 273 H di Basrah dan wafat pada 14 Muharram 319 H di Husaisah kota antara
Tarim dan Sewun.
Begitu pula hamba menziarahi Imam Ubaidillah bin Ahmad
di Buur dan juga di sana tertulis di lauhah-nya dengan ukiran di batu nama
beliau sampai Sayidina Rasulullah Saw. Beliau wafat pada 373 H. Hamba juga
menziarahi makam Imam Alwi bin Ubaidillah di Taribeh. Tertulis tarikh beliau
wafat 412 H dan tertulis nasab sampai Rasulullah Saw.
Maka, semakin
tenang dan semakin kuat akidah hamba bahwa betul orang yang dihujat oleh
manusia yang kotor itu bukan orang biasa dan betul orang yang hams diikuti.
Dan
alhamdulillah kita bersyukur dalam kegundahan yangsukar ditenangkan ini
sampailah ke tangan hamba sebuah kitab yang berjudul Keabsahan Nasab Ba'alawi
Membongkar Penyimpangan Pembatalnya, yang disusun oleh para cendekiawan Muslim
yang tergabung dalam Tim Pengawal Persatuan Ummat . Dan kebetulan salah satu
penulisnya adalah Ba'alawi . Seorang yang alim, 'all<imah, adda'
ilall<ih yang dakwahnya selalu menggugah hati pendengar untuk semangat
beribadah dan semangat menimba ilmu. Seorang anak muda yang berakhlak layaknya
akhlak Rasul, dan marganya sama dengan guru hamba, al Attas, ialah: Assayid
al-Habib Muhammad Hanif al-Attas.
Maka dengan membaca kitab tersebut
terutama dalam Bab ke-2 yang membeberkan secara faktual mengenai nasab
Ba'alawi, hamba merasa optimis fitnah yang bergejolak bisa diredam dengan
membaca kitab ini. Terlebih akan lebih memberi lmanfaat bagi
para muh.ibbin agar semakin kuat dalam kecintaannya . Kalau sebelumnya
keistimewaan Ba 'Alawi banyak yang masih samar, dengan membaca kitab ini akan
semakin jelas . Semoga kitab ini menggugah para pembaca untuk semakin yakin
dalam mencintai Ahlul Bait.
Buku ini sudah menggambarkan data-data yang
autentik dan dengan paparan yang enak dibaca dan dengan telaten kitab ini
menyuguhkan pada kita dalil-dalil baik tentang ketersambungan nasab atau
yang lainnya .
Kita berdoa kepada Allah Swt. semoga dengan hadirnya kitab
ini bisa membalikkan dari rasa benci terhadap Ahlul Bait menjadi cinta padanya
. Dan membuat yang sudah cinta jadi semakin tambah cintanya. Semoga Allah Swt.
memberi taufik dan hidayah pada siapa saja yang sudah salah dalam memilih
jalan agar ditunjukkan pada jalan yang benar. Dan seandainya orang tersebut
tetap bersikeras benci dan bughud pada dzurriyah Rasul, semoga Allah Swt.
memperlihatkan pembalasannya demi untuk kuat iman dan ketenangan umat
Islam.
Mudah-mudahan kita bisa membalas budi dan mensyukuri jasa
Rasulullah Saw. yang telah menuduhkan kita dari jalan kesesatan menuju
petunjuk Allah, salah satunya dengan semakin
mawaddah dan cinta pada Ahlul Bait-nya
sebagaimana firman Allah Swt.:
Sukabumi, 26 Agustus 2024
K.H.
Abdullah Mukhtar
Pimpinan Ponpes an-Nidzhom
KATA PENGANTAR Prof. K.H. Syukron Makmun Ulama Jakarta
Alhamdulillah mudah-mudahan dengan terbitnya kitab ini menjadi
pencerahan bagi orang yang mencari kebenaran bukan pembenaran yang tidak
benar, maka kami di sini akan menyampaikan beberapa hal:
1.
Masalah keabsahan Bani 'Alawiyah sebagai Ahli Bait Rasulullah Saw. sudah
selesai. Karena Ulama Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah secara ijmak dengan thariqah
Syuhrah wal-Istifcidhah telah mengakui keabsahan Bani 'Alawiyah sebagai Ahli
Bait Rasulullah Saw. dan tidak ada yang menyangkal. Seperti panasnya matahari
tidak perlu itsbat, karena panasnya matahari sudah syuhrah
wal-istifcidhah.
2. Masalah sejarah atau nasab yang
sudah berjalan ratusan bahkan ribuan tahun termasuk (· :;ii j l) berita yang
kita tidak menyaksikan dengan mata kita. Kita hanya
mendapat berita dari dongeng, katanya. Sejarah
manuskrip yang tidak mungkin kita sampai pada h.aqqul yaqin atau 'ainul yaqin,
kecuali kalau riwayat itu mutawatir syuhrah wal-istifcidhah. Penulis sejarah
hanya menulis apa yang ia tahu, apa yang ia tidak tahu bukan berarti tidak
ada. Bisa saja, informasinya belum sampai kepadanya . Maka, sejarah yang lebih
sempurna adalah sejarah yang datang kemudian sebab informasinya lebih
lengkap.
3. Untuk menerima (·.:;h jt;.J..f) berita yang
kita tidak menyaksikan dan sudah
berjalan ratusan bahkan ribuan tahun
kita hams hati-hati siapa pembawa cerita itu. Kita hanya menerima berita dari
para ulama, para auliyciullcih, dan para habaib yang tidak diragukan
keilmuannya, ak hlciqul karimah-nya, zuhud-nya, wara', dan bersifat dhabit dan
adil. Mereka itu, seperti:
a. Syaikh Murtadha az-Zabidi
pensyarah kitab Ihyci' 'Ulumuddin.
b. Syaikh Ibnu Hajar
al-Haitami seorang ulama fikih mazhab Syafi'i.
c.
Syaikh Ali Jum'ah mufti di Mesir.
d. Syaikh Ramadhan
al-Buthi seorang ulama besar di Syiria.
e. Sayid
Muhammad bin Alwy al-Maliki di Makkah al-Mukarramah .
f.
Syaikh Maulana al-Sya'rani Mesir.
g. Syaikh Nawawi
Banten.
h. Syaikh K.H. Cholil Bangkalan .
i.
K.H. Hasyim Asy'ari Jombang. j . K.H. Sholeh Darat
Semarang.
k. Syaikh Yasin Padani Makkah.
1.
Syaikh Moh. Chotib al-Minangkabawi.
m. Syaikh Moh. Mahfudz
al-Turmusi.
Dan banyak lagi yang tidak kami sebutkan. Barang
siapa yang membatalkan nasab Ba'alawi berarti sudah tidak percaya lagi kepada
para ulama dan para auliyciullcih yang saya sebutkan di atas.
4.
Kami bukan ahli DNA, kami punya keyakinan bahwa DNA yang sudah berjalan
ratusan bahkan ribuan tahun sudah tidak bisa dijadikan ukuran nasab, karena
terjadinya pencampuran darah sekian ratus atau ribu tahun . Buktinya DNA Nabi
Adam sudah menjadi beberapa jenis DNA, sekiranya pencampuran darah tidak
mengubah DNA mestinya kita semua satu jenis DNA, yaitu DNA Nabi Adam a.s. Yang
perlu ditanyakan adalah DNA Darwin yang ia berkeyakinan dengan teori
evolusi manusia dari monyet.
5. (Seiring dengan
keyakinan tentang keabsahan nasab Ba'alawi yang sudah ijmak), jika ada
yang datang ke rumah saya, berhidung mancung atau tidak mancung,
selama dia mengaku Ahlu Bait Rasulullah Saw., maka saya hormati. Apabila dia
palsu atau berbohong bukan urusan saya, itu urusan dia dengan Allah. Saya
tidak mengurusi nasab orang lain, yang saya urusi nasib saya di dunia dan
nasib saya di akhirat.
6. Kita hanya berdoa:
Jakarta,
28 Safar 1446 H/2 September 2024
K.H. Syukron Makmun
Pengasuh Ponpes
Darurrahman
KATA PENGANTAR Buya Tubagus K.H. Ahmad Qurtuby Jaelani Ulama Banten
Keabsahan Nasab Sadah Ba 'Alawi semenjak berabad-abad yang lalu
sudah diakui oleh para Ulama Besar Ahli Syariat, Ahli Nasab, dan Ahli Sejarah.
Jika dirunut, tidak kurang dari 100 kitab karya ulama non-Ba 'Alawi yang di
dalamnya terdapat pengakuan terhadap keabsahan nasab Ba 'Alawi atau status Ba
'Alawi sebagai al-Husaini (Keturunan Sayidina Husain) atau Asyr<if atau
Sadah. Ulama ulama tersebut berasal dari berbagai negara dan berbagai mazhab
Ahlus Sunnah wal-Jama'ah (Aswaja), bahkan di luar Aswaja . Sehingga tidak
heran jika sebagian ulama-seperti al-Imam al-Muhibbi, al-Imam an-Nabhani dan
al 'Allamah Syaikh Ali Jum'ah-sampai berani menyatakan bahwa kesahihan Nasab
Ba 'Alawi diakui secara ijmak (konsensus).
Anehnya, setelah lebih dari 1.000 tahun,
barulah muncul Imaduddin bin Sarman mengatakan bahwa Ubaidillah
kakek Ba 'Alawi bukanlah anak dari Ahmad bin Isa,
sehingga nasab Ba 'Alawi batal sebagai dzurriyah Nabi Muhammad Saw.!? Lebih
dashyatnya lagi, orang tersebut merasa hanya dirinya yang benar dan semua
ulama besar yang mengakui nasab Ba 'Alawi adalah salah! Belum lagi ditambah
dengan narasi-narasi kebencian dan diskriminasi rasis yang diembuskan
oleh Imaduddin dan kroninya! La haula wala quwwata illa billah.
Jangankan
Kiai yang sudah bergelut dengan kitab-kitab selama puluhan
tahun, santri tingkat dasar
pun pasti tahu bahwa
jika seseorang punya pendapat yang menabrak ratusan ulama,
bahkan menyalahkan mereka semua, maka sudah pasti pendapat tersebut
keliru dan menyesatkan . Namun, di mana titik kekeliruan dan
penyimpangannya??? Di sinlah pentingnya kehadiran buku berjudul Keabsahan
Nasab Ba'alawi Membongkar Penyimpangan Pembatalnya ini. Penulisnya, Tim
Pengawal Persatuan Ummat, berhasil mengungkap secara ilmiah,
sistematis, dan konstruktif berbagai
penyimpangan Imaduddin bin Sarman dalam pembatalan Nasab Ba
'Alawi. Siapa pun yang membaca buku ini dengan objektif serta
pikiran dan hati yang jernih, akan menemukan secara
jelas betapa rancu dan menyimpangnya
pembatalan Nasab Ba 'Alawi yang dilakukan
oleh Imaduddin cs. Klaim yang digembar-gemborkan
bahwa apa yang dikemukakan Imaduddin merupakan "tesis" ilmiah yang tak
terbantahkan kini menjadi isapan jempol belaka usai menyimak uraian ilmiah
dalam buku ini. Di sisi lain, buku ini pada hakikatnya bukan sekadar membela
keabsahan Nasab Ba 'Alawi, namun juga
menunjukkan betapa dalam dan akuratnya keilmuan
para ulama yang sejak dulu sudah mengakui keabsahan Nasab Ba
'Alawi sebagai dzurriyah Nabi Muhammad Saw., sebab semakin terbuka bahwa apa
yang mereka yakini dan kemukakan tentang keabsahan Nasab Ba 'Alawi
betul-betul sesuai dengan Ilmu Nasab, Ilmu Sejarah, dan Ilmu Syariah. Justru
pembatalnyalah yang terbukti menabrak semua ilmu tersebut .
"Setiap
kebaikan ada dalam mengikuti Ulama Salaf # dan Setiap keburukan ada dalam
bid'ahnya generasi khalaf ."
Insya Allah, buku ini menjadi
"ensiklopedia mini" yang menjawab syubhat dan tuduhan menyimpang terhadap
nasab mulia S<idah Ba 'Alawi. Bagi mereka yang ingin mencari jawaban maka
buku ini sudah lebih dari cukup, namun bagi hati yang sudah dipenuhi
kebencian, maka jawaban dalam 1.000jilid kitab pun tidak akan memuaskan . Yang
cinta akan semakin cinta, adapun hati yang benci tidak membutuhkan jawaban,
yang dibutuhkan adalah hidayah .
Banten, 26 Agustus 2024
Buya
K.H. Ahmad Qurthubi Jaelani
Pengasuh Ponpes Salafiyah al-Futuhiyyah
KATA PENGANTAR Tuan Guru K.H. Muhammad Bakhiet Ulama Kalimantan
Hams disadari bahwa kita berada di penghujung zaman di mana ilmu
pengetahuan banyak disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab guna
menimbulkan kekacauan atau mafsadah. Umat yang kebanyakan berstatus awam
menjadi sasaran empuk sebagai korban, sehingga tidak mustahil perpecahan di
antara umat Islam tidak terhindarkan . Seperti ter jadinya polemik pembatalan
nasab Ba 'Alawi sebagai dzurriyah Baginda Nabi Saw. oleh sekelompok golongan
yang mengatasnamakan tesis ilmiah akhir akhir ini. Sementara para pendahulu
kita- yang tidak diragukan lagi eksistensi keilmuan, kesalehan, ketakwaan,
kewaraan, bahkan kewalian mereka dari masa ke masa yang tidak terhitung
jumlahnya-meyakini dengan h.aqqul yaqin bahwa kaum Ba'alawi tersambung nasab
mereka kepada junjungan kita Baginda Nabi Saw. Lalu, atas dasar apa kita
meragukan keyakinan pendahulu kita yang sudah pasti pengetahuan dan segala
keterkaitannya melebihi kapasitas pengetahuan orang-orang saat ini?!
Maka
dengan ditulisnya buku Keabsahan Nasab Ba'alawi Membongkar Penyimpangan
Pembatalnya, yang dilengkapi dengan dalil-dalil dan pem
buktian-pembuktian, sangat jelas memaparkan keabsahan
nasab Ba'alawi kepada Nabi Muhammad Saw. Dan kepercayaan terhadap
keabsahan nasab Ba'alawi ini merupakan keyakinan tokoh-tokoh ulama di Banua
kita Banjarmasin . Kami juga melihat, di samping buku ini menyuguhkan
dalil-dalil dan alasan keabsahan nasab Ba'alawi berdasarkan pendapat pakar
ahli nasab, ilmu fikih, sejarah, maupun pakar DNA, buku ini juga membantah
kelompok pembatalnya .
Dengan demikian, kami sangat mengapresiasi
ditulisnya buku ini. Dan kami berharap buku ini memberi
pencerahan pengetahuan bagi umat generasi sekarang dan selanjutnya,
kemudian polemik di tengah-tengah masyarakat saat ini
meredup atau bahkan hilang, tidak ada lagi saling olok-olok, ujaran
kebencian, saling merendahkan di media sosial maupun di dalam kehidupan nyata
sehari-hari. Dan kesudahannya menjadi pemersatu bagi habaib, para ulama dan
seluruh umat Islam seperti sediakala.
Semoga Allah Swt. senantiasa
menganugerahkan kepada kita semua hidayah, taufik, dan istiqamah sampai akhir
hayat kita dalam keadaan husnul khatimah bihaqqin Nabi, wa alin Nabi wa
ashhabin Nabi
Barabai, 21 Safar 1446 H/26 Agustus 2024 M Ttd
K.H.
M. BAKHIET A.M.
Pengasuh Pon-Pes dan Majelis Ta'lim Nurul Muhibbin,
Barabai,
Kalimantan Selatan
KATA PENGANTAR Tuan Guru K.H. Hasanuddin Badruddin Pimpinan Ponpes
Darussalam5 Martapura Kalimantan Selatan
Alhamdulillah wasyukru lillcih, kita ucapkan puji syukur ke hadirat Allah Swt.
Dengan terbitnya buku Keabsahan Nasab Ba'alawi M embongkar Penyimpangan
Pembatalnya .
Dengan adanya buku ini, mudah-mudahan semua lapisan
masyarakat dari kalangan mana pun yang membacanya melakukan muthala'ah, agar
dapat memahami dan meyakini bahwa nasab keturunan Rasulullah Saw. itu memang
benar- benar ada, dan nasab yang berasal dari Al Ba'alawi adalah sahih.
Dan saya meyakininya seratus persen nasab Al Ba'alawi benar dan sahih, saya dan saudara-saudara saya sejak kecil sudah ditanamkan oleh orang tua saya Alm. K.H. Badruddin untuk mencintai para Habaib Dzurriat Rasulullah Saw. dan para Habaib banyak yang datang ke rumah abah, di antaranya Alhabib Muhammad bin 'Alwi bin Abbas al-Maliki Makkah . Danjuga Abah Guru Sekumpul (K.H. Muhammad Zaini Abd. Ghani) selalu menanamkan kepada masyarakat Kalimantan, Khususnya Martapura Kabupaten Banjar untuk mencintai Habaib Dzurriat Rasulullah Saw. dan beliau sangat menghormati dan memuliakan para Habaib yang datang ke tempat beliau. Kesimpulannya, para ulama, guru-guru, khususnya di pondok pesantren Darussalam Martapura, mereka meyakini keberadaan Habaib itu Dzurriyat Rasulullah Saw.
5 Ponpes Darussalam Martapura merupakan tempat almarhum Guru
Sekumpul menuntut ilmu.
KATA PENGANTAR Prof. K.H. Ust. Abdul Somad, Le. D.E.S.A., Ph.D. Ulama
Sumatra/Dai Nusantara
Isu nasab yang bergulir lebih dua tahun ini hanya cara Allah Swt.
untuk memperlihatkan kekuatan nasab S<idah al-Ba'alawi dalam menghadapi
pukulan ombak dan terjangan gelombang, sekaligus membungkam dan menyingkap
kajahilan para pembenci S<idah al-Ba'alawi . Dalam buku ini diungkap
kesaksian lebih dari 100 ulama dunia dan lebih dari 100 referensi klasik dan
kontemporer dari kalangan non- Ba 'Alawi yang mengakui validitas dan
otentisitas nasab S<idah al-Ba'alawi .
Buku ini seperti pisau bermata
dua, tidak hanya membuktikan kesahihan nasab Sadah
al-Ba'alawi, tapi juga menyingkap kedustaan,
fitnah, plagiat, pengkhianatan ilmiah dan tipu muslihat yang
direkayasa oleh Haddam al-Din.
Semoga buku ini bermanfaat untuk umat dan
bangsa, menjadi amal jariah pagi penulisnya . Amin ya Rabbal 'alamin.
Rimbo
Panjang, Shafar 1446H/21 Agustus 2024
Datuk Sri Prof. Abdul Somad, Le.,
D.E.S.A., Ph.D.
(Pengasuh Ma'had az-Zahra Riau. Visitting Professor pada
Universiti Sultan Sharif Ali Brunei Darussalam . Profesor Adjung pada
Universiti Malaysia Sabah dan Universiti Islam Malaka)
PROLOG
Keabsahan mata rantai nasab dzurriyah Nabi Saw. dari jalur
Sayidina Alwi bin Ubaidillah/ Abdillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa al-Rumi
atau yang dikenal Ba'alawi sangat masyhur dan populer. Saking masyhurnya,
seorang ulama terkemuka dari Lebanon, al-Imam al-'Allamah Yusuf bin Ismail
al-Nabhani (wafat 1350 H) menyatakan adanya ijmak bahwa S<idah Ba'alawi
termasuk ahli bait Nabi Saw. yang paling absah nasabnya .
Kemudian, jauh sebelumnya, seorang muarrik h terkemuka dari Damaskus, Suriah,
al-'Allamah Amin bin Fadhlullah al-Muhibbi al-Dimasyqi (wafat 1111 H)
mengatakan bahwa keabsahan nasab S<idah Ba'alawi ini "mujmi'un 'alaih ahlu
al-tah_qiq" , yaitu sudah disepakati (diijmak) para ulama ahli tah_qiq :
Bahkan,
pengarang kitab Subulu al-Salam yang sangat populer di Indonesia, al-Imam
al-Amir al-Shan'ani (wafat 1182 H) menegaskan bahwa Sadah Ba'alawi adalah ahli
bait tanpa keraguan sedikit pun, baik menurut syariat, logika, atau 'uruf :
Tentu,
apa yang disampaikan para ulama di atas bukan omong kosong, apalagi karangan
tak berdasar yang lahir dari ruang hampa. Menisbahkan nasab sekelompok orang
kepada selain datuknya, apalagi penisbahan palsu kepada Rasulullah Saw.
adalah sebuah dosa besar, perbuatan terlaknat bahkan diancam masuk neraka oleh
Rasulullah Saw. Rasulullah Saw. bersabda :
"Tidaklah seseorang
mengaku-ngaku sebagai keturunan selain ayahnya sedang kan dia mengetahui itu
terkecuali dia melakukan kekufuran (dosa besar), dan siapa yang mengaku-ngaku
sebagai bagian dari sebuah kaum/ kabilah padahal ia bukan bagian dari kabilah
tersebut, bersiaplah tempatnya di neraka."
Dalam hadis lain, Rasulullah
Saw. bersabda :
"Sungguh, bohong atas namaku tidak sama dengan bohong
atas nama siapa pun. Barang siapa yang berbohong atas namaku, bersiap
tempatnya di neraka."
Para ulama yang saleh akan sangat
berhati-hati berbicara tentang nasab, terlebih nasab ahli bait Rasulullah Saw.
Mereka yang memiliki rasa takut kepada Allah tidak akan bicara tentang hal ini
(Nafyan wa Itsbatan), kecuali berdasarkan sumber data dan fakta yang sesuai
standar syariat, ilmu nasab, dan sejarah.
Selain didata secara detail dan
cermat secara turun-temurun oleh para nuqaba di internal Ba'alawi 6, banyak
ulama nasab (nassabah) dan ahli sejarah (muarrik h) serta ahli fikih (fuqaha)
non-Ba'alawi dari generasi ke generasi juga memberikan kesaksian atas
keabsahan nasab Habaib Ba'alawi. Pengakuan itu datang bukan hanya dari para
ulama yang bermazhab Syafi'i sesuai dengan mazhab fikih mayoritas S<idah
Ba'alawi. Para ulama yang bermazhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali pun
mengakuinya . Bahkan, pengakuan itu bukan hanya datang dari banyak ulama
aswaja. Saking populernya, banyak ulama dari luar aswaja-seperti
Zaidiyyah-yang turut mengakui keabsahan nasab S<idah Ba'alawi sebagai
dzurriyah Rasulullah Saw., sebagaimana akan kami uraikan dalam buku ini.
Anehnya,
setelah hampir 1.000 tahun eksistensi keberadaan S<idah Ba'alawi, mulai
dari kakeknya Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad sampai tersebar ke ber bagai
belahan dunia, khususnya Nusantara, tiba-tiba ada seseorang bernama Imaduddin
bin Sarman menyatakan nasab Ba'alawi tidak sah sebagai dzurriyah Nabi Saw.,
dan menuduh Ubaidillah bukan anak Ahmad bin Isa dengan berbagai dalih yang
dikesankan "ilmiah". Tuduhan itu dipropagandakan secara masif dan menimbulkan
kegaduhan rasial, khususnya di media sosial.
Jika melihat Imaduddin yang
meyakini pandangannya benar secara absolut (qath'i), timbul pertanyaan
sederhana: apakah puluhan sampai ratusan ulama besar Islam dari masa ke masa
seperti al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami, al-Hafidz al-Sakhawi, al-Shan'ani,
Sayid Bakri Syatha, al-Syarqawi, al-Hafidz Murtadha al-Zabidi, al-Nabhani,
Syaikh Nawawi al-Bantani, dan lainnya telah secara kompak Salah Berjamaah
dalam meyakini dan menyatakan ketersambungan nasab Ba'alawi sebagai dzurriyah
Rasulullah Saw. dan hanya Imaduddin yang benar?
Buku ini, insya Allah,
akan membahas tuntas keabsahan nasab Ba'alawi menurut ilmu nasab, fikih, dan
sejarah, serta membongkar titik-titik penyim pangan Imaduddin dalam
pembatalan nasab Ba'alawi dan dampak negatif yang ditimbulkan di tengah umat
akibat penyimpangan tersebut. Buku ini ditujukan kepada mereka yang mencari
jawaban dan kebenaran, bukan yang menutup hati dengan kebencian .
Wallahul
muwaffiq ila aqwamitthariq .
Footnote
1 Yusuf bin Isma'il
al-Nabhani, Riyadh al-Jannah fi al-Adzkar al-Kitab
wa al-Sunnah,
(Lebanon: Dar al-Fikr al-'Arabi, 1990), hal. 25.
2 Muhammad Amin bin Fadhlullah bin Muhibbuddin bin Muhammad al-Muhibbi
al-Hamwi al-Dimasyqi, Khatashah al-Atsar fi A'yan al-Qarn al-Had'i 'Asyar ,
(dokumen pribadi).
3 Muhammad bin Isma'il al-Amir al-Shan'ani ,
al-Masa'il al-M ardhiyyah Fittifaqi Ahlissunnah wa al-Zaidiyyah, (dokumen
pribadi). hal. 4. Naskah ini berada di universitas di Shana'a, Yaman, pada
himpunan Qaf 1-5, al-Fiqh al-islami wa Ushulihi.
4
S hahih al-Bukhari, bab "Nisbah al-Yaman ila' Isma'il", 3/1292, no. 3317.
5 Ibid., bab "Ma Yukrahu min al-Niyahah
ila' al-Mayyit", 1/434, no. 1229.
6 Lihat di
kitab al-Tashawwur al-Waqi' fi Dzikri Ba'di Man Qama Bikhidmati Nasabi Bani
'Alawi al-Abyadh al-Fashi' karya Amjad bin Salim Abu Futhaim Baalawi,
Tarim.