Terjemah kitab Qomi' At-Tughyan

Nama kitab: Terjemah Kitab Qomi'ut Tughyan Pengarang: Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Bidang studi: Aqidah, tauhid dan Akhlak budi pekerti luhur

Terjemah kitab Qomi' At-Tughyan


Nama kitab: Terjemah Kitab Qomi'ut Tughyan  (Penghilang Kedhaliman), Kiat Meraih Iman yang Sempurna, Menyingkap 77 Cabang Iman
Ejaan lain: Qomi' al-Tughyan, Qami' al-Thughyan, Qomi'ut Tughyan, Qomi’ At-Tughyan
Judul kitab asal: Qomi' al-Tughyan ala Manzhumat Syuab al-Iman (قامع الطغيان على منظومة شعب الإيمان)
Pengarang: Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Al-Jawi
Nama yang dikenal di Arab: محمد بن عمر بن عربي بن علي نووي الجاوي أبو عبد المعطي
Kelahiran: 1813 M, Kecamatan Tanara, Banten, Jawa, Indonesia (Nusantara)
Meninggal: 1897 M, Mekkah, Arab Saudi
Penerjemah:
Bidang studi: Aqidah, tauhid dan Akhlak budi pekerti luhur

Daftar Isi

  1. Profil Kitab Qomiut Tughyan
  2. Download Terjemah
  3. Download versi Arab
  4. Pendahuluan    
  5. Cabang 1: Iman  Kepada Allah    
  6. Cabang 2: Iman  Kepada  Malaikat
  7. Cabang 3: Iman  Kepada Kitab-kitab  Allah    
  8. Cabang 4: Iman  Kepada  Para Nabi    
  9. Cabang 5: Iman Kepada Hancurnya Alam    
  10. Cabang 6: Iman Kepada Kebangkitan Manusia dari Kematian    
  11. Cabang 7: Iman Kepada Takdir    
  12. Cabang 8: Iman Kepada Hasyar (Dikumpulkannya Makhluk Di Mahsyar)    
  13. Cabang 9: Iman Kepada Surga dan Neraka Jahanam    
  14. Cabang 10: Cinta Kepada Allah
  15. Cabang 11: Takut Kepada Siksa Allah    
  16. Cabang 12: Mengharap Rahmat Allah   
  17. Cabang 13: Tawakkal (Pasrah Kepada Allah)    
  18. Cabang 14: Cinta Kepada Nabi Muhammad  saw.    
  19. Cabang 15: Mengagungkan derajat Nabi Muhammad saw    
  20. Cabang 16: Kikir Oual Mahal) dengan Memegang Teguh Agama Islam    
  21. Cabang 17: Mencari Ilmu    
  22. Cabang 18: Menyebarluaskan  Ilmu Syariat    
  23. Cabang 19:Mengagungkan clan Memuliakan Al Qur'an    
  24. Cabang 20: Bersuci    
  25. Cabang 21: Menjalankan Salat Lima Waktu Pada Waktu nya dengan Sempurna    
  26. Cabang 22: Membayarkan Zakat Kepada Orang-orang yang Berhak Menerimanya    
  27. Cabang 23: Berpuasa di Bulan Ramadhan    
  28. Cabang 24: l'tikaf    
  29. Cabang 25: Haji    
  30. Cabang 26: Berjuang Melawan Orang Kafir Untuk Menolong Agama Islam    
  31. Cabang 27: Membentengi Kaum Muslimin dari Serangan Orang Kafir    
  32. Cabang 28: Bertahan Di Dalam Kancah Perang Dan Tidak Melarikan Diri Darinya (Desersi)    
  33. Cabang 29: Menyerahkan  Seperlima Harta Jarahan Perang Kepada Pemimpin Atau Pembantunya    
  34. Cabang 30: Memerdekakan budak (Hamba Sahaya) yang Muslim    
  35. Cabang 31: Bersedia Membayar Kafarah    
  36. Cabang 32: Menepati Janji    
  37. Cabang 33: Bersyukur    
  38. Cabang 34: Menjaga Lisan dari hal-hal yang tidak layak    
  39. Cabang 35: Menjaga Kemaluan Dari Hal-hal Yang Dilarang Allah    
  40. Cabang 36: Menyampaikan  Amanat Kepada Yang Berhak Menerimanya    
  41. Cabang 37: Tidak Membunuh Sesama Manusia Muslim    
  42. Cabang 38: Menghindari Makanan dan Minuman Yang Haram    
  43. Cabang 39: Menghindari Harta Yang Haram    
  44. Cabang 40: Menghindari Pakaian, Perhiasan dan Perabot Yang  Haram   
  45. Cabang 41: Menghindari Permainan sia-sia yang dilarang    
  46. Cabang 42: Sederhana Di Dalam memberikan Nafakah, Tidak Berlebihan Dan Tidak Terlalu lrit
  47. Cabang 43:Tidak menyimpan dendam dan kedengkian   
  48. Cabang 44: Tidak Mencela Kaum Muslimin, Baik Di Hadapannya Maupun Tidak
  49. Cabang 45: lkhlas Dalam Setiap Amal Perbuatan Karena Allah    
  50. Cabang 46: Merasa Bangga Dengan ketaatan Kepada Allah, Sedih Karena Tak Melakukannya dan Menyesal Dari Perbuatan Maksiat (Durhaka Kepada Allah)    
  51. Cabang 47: Bertaubat    
  52. Cabang 48: Melakukan Penyembelihan Qurban, Aqiqah Dan Hadiah (Hewan Yang Disembelih  Di Tanah Haram Mekah Atau Madinah)    
  53. Cabang 49: Taat Kepada Pemerintah    
  54. Cabang 50: Berperang Teguh Pada Nilai Yang Dianut Jamaah (Golongan) Muslim    
  55. Cabang 51: Menjalankan Hukum d i antara manusia secara adil    
  56. Cabang 52: Memerintahkan (Mengajak) Kepada Keba ikan Dan Mencegah (Melarang) Dari Kejahatan Atau  Kemungkaran    
  57. Cabang 53: Tolong Menolong Dalam Hal Kebaikan Dan Ketakwaan    
  58. Cabang 54: Malu Kepada Allah    
  59. Cabang 55: Bersikap (Berbuat) Baik Kepada Kedua Orang Tua    
  60. Cabang 56: Silaturrahim (Menyambung Tali Persaudaraan)    
  61. Cabang 57: Budi Pekerti Yang Baik    
  62. Cabang 58: Memperlakukan Hamba Sahaya Dengan Baik    
  63. Cabang 59: Ketaatan Seorang Hamba Kepad a Tuannya Sesuai Dengan Kemampuannya Dalam Hal-hal yang Bukan Maksiat    
  64. Cabang 60: Menjaga Hak-hak Istri Dan Anak    
  65. Cabang 61: Mencintai Ahli Agama
  66. Cabang 62: Menjawab Salam Dari Orang Islam    
  67. Cabang 63: Menjenguk Orang Sakit    
  68. Cabang 64: Melakukan Salat Jenazah Untuk Mayat Yang Islam    
  69. Cabang 65: Mendoakan Orang Islam Yang Bersin (Tasymit)    
  70. Cabang 66: Menjauhi Hal-hal yang Merusak dati orang Kafir, Ahli Bid'ah dan orang yang melakukan dosa besar    
  71. Cabang 67: Menghormati Tetangga    
  72. Cabang 68: Menghormati Tamu   
  73. Cabang 69: Menyembunyikan (Menutupi) Cela orang Lain    
  74. Cabang 70: Sabar    
  75. Cabang 71: Zuhud (Membatasi Diri)    
  76. Cabang 72: Cemburu Dan Tidak Membiarkan Pria Bergaul Bebas Dengan Wanita Lain    
  77. Cabang 73: Berpaling Dari Percakapan yang Tidak Bermanfaat    
  78. Cabang 74: Juud Atau Sakha' (Kedermawanan)    
  79. Cabang 75: Menghormati Orang Tua dan Mengasihi Anak Kecil    
  80. Cabang 76: Merukunkan (Memperbaiki) Hubungan Yang Rusak Antara Orang-orang Islam Bila Ada Cara Untuk Melakukannya    
  81. Cabang 77: Mencintai Orang Lain Sebagaimana Mencintai Dirinya Sendiri    
  82. Penutup   
  83. Kitab Aqidah Tauhid Lain  
    1. Terjemah Aqidatul Awam
    2. Terjemah Jauharah Tauhid  
    3. Terjemah Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah
    4. Terjemah Tauhid Hasyiyah Al-Bajuri
    5. Terjemah Hasyiyah Ad Dasuqi
    6. Terjemah Tauhid Sanusiyah (Ummul Barahin)
    7. Terjemah Jawahirul Kalamiyah
    8. Terjemah Husunul Hamidiyah 
    9. Terjemah Kifayatul Awam 
    10. Terjemah Nurudz Dholam (Nuruzh Zhalam)
    11. Terjemah Matan Al-Bajuri Tijan Darari
    12. Terjemah Sullamut Taufiq
    13. Terjemah Mirqatus Suud Syarah Sulam Taufiq
    14. Terjemah Irsyadul Ibad
    15. Terjemah Sullamul Munajah
  84. Kitab Akhlak Lain
    1. Terjemah Akhlak lil Banin Juz 1
    2. Terjemah Akhlaq lil Banin Juz 2
    3. ِTerjemah Akhlak lil Banin Juz 3  
    4. Terjemah Akhlaq lil Banin Juz 4 
    5. Terjemah Akhlaq lil Banat Juz 1
    6. Terjemah Akhlaq lil Banat Juz 2
    7. Terjemah Akhlaq lil Banat Juz 3  
    8. Terjemah Ta'lim Muta'allim 
    9. Terjemah Alala Tanalul ‘Ilma
    10. Terjemah Tibyan Nawawi
    11. Terjemah Idhotun Nasyi'in 
    12. Terjemah Ayyuhal Walad
    13. Terjemah Adabul Alim wal Muta'allim 
  85. Daftar Lengkap Terjemah Kitab Kuning 

    Profil Kitab

    Qomiut Thughyan adalah kitab komentar/ syarah dari Syair/ Nadzam Syubul Iman (cabang Iman) karya Syaikh Zainuddin bin Ali bin Ahmad as-Syafii al-Kusyini al-Fannani al-Malibari (wafat tahun 972 H).

    Daerah Malibar pada era ini berada dalam otoritas wilayah India Selatan. Selain kitab “Cabang Iman”, Syaikh Zainudin juga menulis kitab yang familiar di telinga santri Indonesia yaitu Fathul Muin.

    Kitab asli dari syubatul Iman adalah karya Sayyid Nurudin Al-Iji. Kitab ini berbahasa Persia dan dialih bahasakan ke dalam Bahasa Arab dalam bentuk bait syair berjumlah 26 buah. Dari jumlah 26 bait, Imam Nawawi menambahkan 3 bait di awal kitab dan oleh Ulama lain ditambah 1 dibelakang, menjadikan bait syair lengkap 30.

    Isi utama dari kitab Qomiut Thughyan adalah menerangkan tentang cabang-cabang Iman. Beliau Imam Nawawi Al-Bantani menyebut bahwa cabang Iman terbagi menjadi 77 macam. Kata-kata Nawawi Al-Bantani mendasarkan pada Hadits Rasulullah SAW;

    قال رسول الله صل الله عليه وسلم الايمان بضع وسبعون شعبة فافضلها قول لا اله الله وادناها اماطة الاذى عن الطريق والحياء شعبة من الايمان


    Rasulullah SAW berkata; Iman memiliki 77 cabang, cabang tertinggi adalah Lafadz “Tiada Tuhan selain Allah. Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan bahaya dari Jalan. Dan sikap Malu adalah salah satu dari Iman.

    Dari ketujuh puluh tujuh cabang iman tersebut dapat dikategorikan dalam dua kategori. Kedua kategori tersebut adalah cabang iman yang berkaitan dengan persoalan aqidah atau Teologi dan kaitanya dengan akhlak atau budi pekerti.

    Pendahuluan

    Segala puji bagi Allah Dzat yang sempurna. Semoga rahmat dan keselamatan senantiasa tercurahkan kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah diberikan mukjizat oleh Allah SWT beserta seluruh keluarga dan sahabat yang senantiasa melakukan kebaikan-kebaikan dan menjauhi kemungkaran-kemungkaran.

    Pensyarah berharap dan berdo’a kepada Allah SWT agar Muhammad Nawawi bin Umar yang telah mencurahkan segala pemikirannya untuk mengoreksi nadzam milik Syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad diampuni kesalahan-kesalahannya, dikabulkan cita-cita dan angan-angannya. Nadzam tersebut berada di dalam buku yang dikenal dengan nama “syu’bul iman”. Buku tersebut merupakan buku berbahasa Arab yang menjadi ringkasan dari buku syu’bul iman yang berbahasa Persia yang dikarang oleh Nuruddin Al-Iijaa. Al-Iijaa merupakan julukan yang dikaitkan dengan Ija, yaitu salah satu kota di Persia.

    Nadzam tersebut memakai gaya bahasa bahr kamil dengan rumus enam kali kataمتفاعلن danmemiliki 26 bait syair yang biasanya bersifat محبونة.Kemudian ketika mensyarahinya aku ingin menulis di dalamnya penjabaran yang bermanfaat bagi diriku dan anak-anakku yang termasuk orang-orang yang menginginkan keberuntungan. Di dalamnya Aku menambahkan tiga bait syair di awal dan 1 bait di akhir yang ditambahkan oleh Abdul Mun’im, sehingga keseluruhannya berjumlah 30 bait syair.Saya memberikan nama buku ini “qami’ at-tughyanala mandzumat syu’bil iman”. Dan saya berdo’a kepada Allah SWT dengan rahmat dan kemuliaan-Nya semoga buku ini bermanfaat. Karena pada-Nya lah segala sesuatu yang Ia kehendaki dan Ia lah berhak mengabulkan segala do’a, Amin. Maka Saya katakan:

    )الحمد لله الذي قد صَيَّرَا       إيمانَ شخصٍ ذا شُعَبْ فتُتَمَّمُ(

    Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan iman seseorang bercabang-cabang kemudian menyempurnakannya

    Ini mengibaratkan pada membiasakan rasa syukur dengan mengucapkan hamdallah, hal ini berdasarkan bahwa pada dasarnya semua pujian hanyalah milik Allah.Maksud dari bait ini ialah, bahwa perbuatan-perbuatan iman mempunyai beberapa bagian dan karakteristik. Yang dimaksud dengan perbuatan-perbuatan iman di sini adalah di mana amal seseorang dapat bertambah (positif) jika ia melakukannya (perbuatan-perbuatan iman), dan sebaliknya dapat berkurang jika meninggalkannya.
    Adapun asal iman adalah pembenaran atas sesuatu secara seratus persen, tanpa ada kurang sedikitpun. Karena jika di sana terdapat kekurangan sekecil apapun, maka akan ada rasa ragu-ragu. Oleh karena itu iman tidaklah sah jika dibarengi dengan karagu-raguan.

    Pada bait di atas kata شُعَبْ merupakan bentuk jamak dari شُعْبة. Dan pada kata فتُتَمَّمُ tersimpan dlomir yang kembali pada الشعب.

    )هذى بيوتٌ مِنْ كتاب الكُوشِنِي           مَنْ قال بعد صلاتنا ونُسَلِّمُ(
    )لِمحمّد ولآله وصحابتهْ       ما دار شمسٌ في السماء وأَنْجُمُ(

    Bait-bait ini diambil dari buku karangan syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad As-Syafi’i Al-Kusyini Al-Fananni Al-Malibari, yaitu orang yang berkata setelah saya membaca salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat beliau ketika matahari dan bintang-bintang beredar diangkasa

    Pembahasan ini merupakan sekumpulan bait yang dinukil dari buku karangan syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad As-Syafi’i Al-Kusyini Al-Fananni Al-Malibari, oleh karena itu jumlah kandungan yang ada pada bait-bait tersebut setara dengan kandungan yang ada pada penjelasan yang berupa kalimat prosa.
    Kata الكُوشِنِي merupakan julukan untuk pemilik makalah ini, bahwa ia dilahirkan di daerahكُوشِن yang terletak di kota Malibari. Ia lahir setelah matahari terbit di hari Kamis tanggal 12 Sya’ban tahun 872 H. Disaat masih kecil ia dipindahkan oleh pamannya ke daerah Fanan. Ia mempunyai banyak karya, seperti; hidayah al-adzkiya’, tuhfah al-ahya’, irsyad al-qashidin fi ikhtishari manhaj al-abidin karya Al-Ghazali.

    Kata مَنْ قال merupakan athaf bayan. Yang dimaksud di sini adalah bait-bait yang ada setelah penuturan salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

    Adapun maksud dari kata بعد صلاتنا ونُسَلِّمُyang memakai kata ganti orang pertama jamak adalah bahwa yang mengucapkan salawat dan salam bukan hanya penulis saja, namun juga sang pengarang bait-bait ini syekh Zainuddin.

    Nadhim berkata dalam nadham-nya:

    )إيمانُنا بِضْعٌ وعَيْنٌ شُعْبَةً     يَسْتَكْمِلَنْها أهلُ فَضْلٍ يَعْظُمُ(

    Iman kita mempunyai tujuh puluh tujuh cabang yang dipakai oleh para orang bijak untuk menyempurnakan dan meningkatkan kualitas diri mereka

    Cabang-cabang dari iman ada 77, sebagaimana sabda Nabi SAW:

    الإيمان بضع وسبعون شعبة فأفضلها قول لآ اله الاّ الله وأدناها اماطة الأذى عن الطريق والحياء شعبة من الإيمان (رواه المحدثون)

    Iman mempunyai 77 cabang, yang paling baik diantaranya adalah mengucapkan kalimat La Ilaha Illa Allah, sedangkan yang terendah adalah menyingkirkan bahaya dari jalanan, dan malu termasuk salah satu dari cabang iman.

    Perkataan nadhim إيمانُنا adalah cabang-cabang dari iman. Dan kataبِضْعٌ (di-kasrah atau di-fathah huruf ba’-nya)menurut Al-Khalil yang dimaksud di sini adalah bilangan tujuh (سبع), sedangkan pada kata عَيْنٌ yang dimaksud adalah bilangan tujuh puluh (سبعون), karena huruf ‘ain mempunyai nilai tujuh puluh sebagaimana huruf hamzah mempunyai nilai satu, ya’ sepuluh, qaf seratus dan ghain seribu.
    Kata شُعْبَةًadalah kata yang ber-i’rab nashabyang menjadi tamyiz. Dan kata يَسْتَكْمِلَنْها di dalamnya terdapat nun taukidkhafifah, sedangkan huruf sin adalah untuk menunjukkan artijumlah atau keperluan, kata tersebut berbentuk fi’il mudhari’ yang fa’il-nya adalah ahlu fadllin (orang bijak). Maksud dari bait ini adalahbahwa para orang bijak menjadikan ketujuh puluh tujuh cabang iman ini sebagai sarana untuk menyempurnakan diri mereka, karena dengannya dapat membuat segala urusan dunia menjadi benar, dan segala urusan akhirat menjadi baik. Sehingga pada akhirnya mereka mendapatkan kesempurnaan dari 77 cabang iman tersebut.

    Nadhim berkata dalam nadham-nya:

    )آمِنْ بربِّكَ والمَلائِكِ والكُتُبْ  والأَنْبِيا وبيومِ يَفْنَى العَالَمُ(

    Berimanlah kepada tuhan mu, para malaikat(Nya), kitab-kitab (suci), nabi-nabi(Nya) dan hari di mana alam akan hancur

    Nadhim menyebutkan lima cabang iman pada bait ini. Sebagai berikut:

    1.      Iman kepada Allah SWT:
    a.       Beriman bahwa Allah adalah Dzat yang Esa tidak ada sekutu bagi-Nya
    b.      Tidak ada yang menyamai-Nya sebagai Dzat tempat semua makhluk bergantung
    c.       Tidak ada yang menandingi-Nya
    d.      Tidak ada awal dan akhir keberadaan-Nya, karena Allah mempunyai sifat abadi,keberadaan-Nya tidak rusak karena keabadian-Nya dan tidak berubah oleh waktu. Akan tetapi Ia adalah Dzat yang Awal-Akhir, Dhahir-Bathin yang dibersihkan dari sifat jismiyah (badaniyah), karena tidak ada yang menyamai-Nya.

    2.      Iman kepada Malaikat:
    a.       Beriman dan membenarkan keberadaan Malaikat
    b.      Malaikat merupakan hamba Allah yang dimuliakan yang tidak pernah membangkang terhadap apa yangtelah diperintahkan oleh Allah kepadanya. Ia melakukan apa yang telah diperintahkan Allah kepadanya.
    Malaikat adalah jisim (tubuh) yang bersifat lembut yang memiliki ruh. Allah memberikannya keahlian untuk menyerupai berbagai bentuk yang bagus-bagus.

    3.      Iman pada Kitab
    Yaitu beriman dan membenarkan bahwa kitab yang telah dditurunkan oleh Allah kepada para Nabi-Nya adalah wahyu dari Allah. Di dalamnya mengandung hukum-hukum dan khabar (pemberitahuan)-Nya.

    4.      Iman kepada Nabi:
    a.       Beriman bahwa para Nabi jujur dalam menyampaikan khabar dan wahyu dari Allah SWT
    b.      Bahwa di antara para Nabi tersebut terdapat Nabi yang diutus (Allah) kepada para umat untuk menunjukkan, menyempurnakan penghidupan dan akhirat mereka.
    c.       Mereka (para Nabi) dibekali (Allah) dengan Mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kejujuranmereka. Oleh karena itu Allah memberikan risalah (wahyu) kepada mereka dan mereka menjelaskannya kepada orang-orang kafir.

    5.      Iman pada Hari Hancurnya Dunia:
    a.       Percaya terhadap kehancuran dunia.
    b.      Percaya terhadap hari akhir (kiamat) beserta apa yang ada di dalamnya, seperti pembalasan, penghitungan amal, penimbangan amal, berjalan di jembatan shirath al-mustaqim, surga dan neraka.

    Kata المَلائِكِdibaca dengan harakatkasrahpada huruf kaf-nya, besertaan dengan pembuangan huruf ha’ (dhamir). Dan pada kata بيومِdibaca jar besertaan dengan pembuangan harakat tanwin, inilah dianggap lebih fasih karena kata يوم di-idhafah-kan pada jumlah fi’liyah (kalimat kerja) yang mu’rab (menerima i’rab), oleh karena itu diperbolehkan untuk me-mabni-kan fathah(kata يومِ) dalam keadaan i’rab jar.
    Nadhim berkata dalam nadham-nya:

    )والبَعْثِ والقَدَرِ الجَلِيْلِ وجَمْعِنا           في مَحْشَرٍ فيْه الخَلائِقُ تَحْشَمُ(

    Dan berimanlah pada pembangkitan (dari kematian), taqdir yang agung dan berkumpulnya kita dipadang makhsyar, dan di sana semua makhluk akan merasa malu
    Dalam bait ini Nadhim menyebutkan tiga cabang iman yang selanjutnya, yaitu:

    6.      Iman pada pembangkitan:
    Yaitu beriman bahwa Allah SWT akan membangkitkan makhluk-makhluk yang mati, baik ia mati dikubur, mati karena tenggelam di air ataupun yang lainnya.Allah membangkitkan jasad mereka (bukan ruhnya saja). Allah SWT berfirman:

    زَعَمَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنْ لَّنْ يُّبْعَثُوْاۗ قُلْ بَلٰى وَرَبِّيْ لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْۗ وَذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ (٧)

    Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. At-Taghabun: 7).

    7.      Iman pada taqdir
    Yaitu yakin dan percaya bahwa Allah menciptakan makhluk-makhluk-Nyadisesuaikan dengan sesuatu(taqdir) yang sudah lampau, dan Allah telah mengetahui sebelumnya.Maka semua perbuatan dan aktivitas makhluk-makhluk-Nya merupakan taqdir Allah SWT.Oleh karena itu hendaknya para manusia ikhlas dan menerima segala apa yang sudah menjadi qadha’Allah.

    Diceritakan oleh syekh Afifuddin Az-Zahid, ia sedang berada di negara Mesir. Ia mengadukan tentang peristiwa yang telah terjadi di Bagdad, peristiwa itu adalah pembunuhan orang-orang kafir terhadap orang-orang muslim hingga ia porak-poranda mengalami masa keruntuhan. Selama tiga tahun setengah kota bagdad lengang tanpa seorang khalifah, orang-orang kafir mengalungkan mushaf-mushaf (Al-Qur’an) dileher binatang anjing dan membuang buku-buku para imam ke sungai Tigris, sehingga tumpukan-tumpukan buku tersebut menjadi sebuah jembatan yang dilewati oleh kuda-kuda. Ia pun sangat geram dan mengutuk keras hal peristiwa itu, ia berkata: “Ya Tuhan, bagaimana hal ini bisa terjadi, sedangkan di dalamnya terdapat banyak anak-anak dan orang-orang yang tak berdosa”. Kemudian ia bermimpi ada seorang laki-laki yang membawa sebuah buku, ia pun mengambil buku itu dari tangan laki-laki tersebut. Ia pun menemui isi yang ada di dalamnya, sebagaimana yang ada pada dua bait nadhamyang menggunakan bahr al-mutaqaribberikut:

    دع الإعتراض فما الأمر لك              ولا الحكم في حركات الفلك
    ولا تسأل الله عن فعله          فمن خاض لجة بحر هلك

    Tinggalkanlah (kebiasaan suka) berkomentar atau membantah, niscaya kamu tidak akan menemui masalah pada dirimu dan tidak akan pernah ada hukum yang menjerat perjalanan lintasan hidup mu
    Dan janganlah sekali-kali kamu bertanya kepada Allahmengenai apa yang telah Allah kerjakan (tetapkan), oleh karena itu barang siapa masuk ke dalam palung lautan yang dalam, maka  ia akan rusak (tenggelam)

    8.      Iman pada hari dikumpulkannya manusia di padang makhsyar
    Yaitu beriman dan percaya bahwa kelak setelah proses pembangkitan (dari mati) semua makhluk akan digiring dan dikumpulkan di tanah makhsyar, yaitu tempat pemberhentianakhir para makhluk setelah digiring. Tempat ini berupa hamparan tanah datar yang berwarna putih, di tanah lapang ini berbentuk rata tanpa ada bagian yang berstruktur cembung (tinggi tanahnya) yang bisa dipakai untuk bersembunyi, dan juga tidak ada yang berbentuk cekung (rendah tanahnya) yang bisa dipakai untuk berlindung dari pengawasan-pengawasan yang ada.Mereka digiring dengan berkelompok-kelompok dengan rapi. Di antaranya yaitu:
    a.       Golongan yang menaiki kendaraan, yaitu orang-orang yang bertakwa
    b.      Golongan yang berjalan kaki, yaitu orang-orang yang mempunyai amal baik sedikit
    c.       Golongan yang berjalan menggunakan wajahnya sebagai alas, itu adalah orang-orang kafir.

    Setelah mereka berkumpul di padang makhsyar, kemudian mereka bubar menuju surga atau pun neraka dan melewati jembatan shirath al-mustaqim. Adapun untuk umat dari Nabi Muhammad SAW akan terbagi menjadi tujuh macam golongan, yaitu; orang-orang yang jujur, orang-orang yang berilmu agama, para wali pengganti, para syuhada’ (yang berjihad dan mati di jalan Allah), para haji (mabrur), orang-orang yang taat (pada perintah dan hukum Allah) dan orang-orang yang suka melakukan maksiat.
    a.       Untuk orang-orang jujur akan melewati jembatan shirath al-mustaqim seperti kilat yang menyambar
    b.      Untuk para ilmuan agama akan melewati jembatan shirath al-mustaqimseperti angin yang bertiup
    c.       Untuk para wali pengganti akan melewati jembatan shirath al-mustaqim seperti burung yang terbang dalam jangka waktu beberapa jam saja.
    d.      Untuk para syuhada’ akan melewati jembatan shirath al-mustaqimseperti kuda pacuan yang berlari di tengah hari.
    e.       Untuk para haji (mabrur) akan melewati jembatan shirath al-mustaqimhanya dalam jangka waktu satu hari saja.
    f.       Untuk orang-orang yang bertakwa akan melewati jembatan shirath al-mustaqimdalam waktu satu bulan saja.
    g.      Sedangkan untuk orang-orang yang suka melakukan maksiat, kaki-kai merekaakan diletakkan di atas jembatan shirath al-mustaqim, diletakkanlah dosa-dosa mereka di atas punggung mereka dan mereka pun menyeberang. Besertaan dengan itu di bawah mereka panasnya api neraka menyala-nyala menyambar mereka. Dan ketika itu mereka melihat cahaya iman di dalam hati mereka, seraya berkata: “Silahkan engkau berjalan lebih dulu wahai orang yang beriman! Karena cahaya iman mu bisa meredam panasnya api neraka”.Sebagaimana yang disebutkan oleh Muhammad Al-Hamdaniy
    Dalam bait ini, kata القدر dibaca dengan harakat fathahhuruf dal-nya. Dan kata تحشمtermasuk dalam bab تَعِب يَتْعَب yang mempunyai arti malu untuk diperlihatkan dan dibeberkan perihalnya ketika diadukan kepada Allah Dzat Yang Maha Memaksa.

    Maksud dari فيْه الخَلائِقُ تَحْشَمُyaitubahwa setiap orangakan sibuk mengurus dirinya sendiri saat dipadang makhsyardan semua orang akan berdesak-desakan dan bertumpuk-tumpukan layaknya hewan belalang yang tersebar di tanah. Di sana orang-orang akan saling melihatantarsanak saudara mereka dan mengenalinya.Mereka tak bicara sedikit pun dan berjalan tanpa alas kaki dalam keadaan telanjang. Nabi Muhammad SAW bersabda:

    يبعث الناس حفاة عراة غرلا قد ألجمهم العرق وبلغ شحوم الآذان

    Manusia akan dibangkitkan (dari kematian) dalam keadaan telanjang, tak beralas kaki dan dalam keadaan belum dikhitanbenar-benar tersumbat keringatnya dan sampai rusaknya telinga
    Kata حفاة artinya adalah tidak memakai sandal (alas kaki). Kata عراة artinya adalah tidak tertutupi (telanjang). Dan kata غرلا artinya adalah tidak di-khitan.
                Nadhim berkata dalam nadham-nya:

    (وبأنَّ مَرْجِعَ مُسْلمٍ لِجِنانِه     وبأَنَّ مَرْجِعَ كافِرٍ لِجَهَنَّمُ)

    Beriman bahwa tempat kembali orang Islam adalah di surga dan tempat kembali orang kafir adalah neraka jahanam

    9.      Beriman bahwa surga adalah tempat bagi orang Islam dan neraka adalah tempat bagi orang kafir

    Bait ini bermaksud memberitahukan bahwa cabang iman yang ke-sembilan yaitu beriman bahwa surga adalah tempat tinggal kekal (tetap) untuk orang Islam.Yang dimaksud orang Islam di sini adalah orang yang meninggal dalam keadaan memeluk agama Islam, walaupun sebelumnya iaadalah kafir dan kemudian ia berpaling untuk memeluk agama Islam.Untukjenis orang yang kedua ini iatidak akan kekal ditempatkan di neraka, melainkan setelah itu ia akan ditempatkan di surga sebagai tempat tinggal tetapnya. Oleh karena itu ia tidak di siksa selamanya di neraka, karena ia mati ketikasudah memeluk agama Islam.Ketika ia dimasukkan ke dalam neraka, ia dalam keadaan mati dalam jangka waktu yang hanya diketahui oleh Allah SWT, maka ia tidak akan dihidupkan sampai ia keluar dari neraka. Yang dimaksud mati di sini bukanlah mati yang sebenarnya, yaitu mati dengan keluarnya ruh dari badan, melainkan sebuah kiasan di mana ia dalam keadaan tidak merasakan siksa neraka.

    Kata جَهَنَّمُ merupakan kata benda jamak dari kata نيران, yaitutempat tinggal kekal (tetap) untuk orang-orang kafir. Orang kafir di sini adalah orang yang mati dalam keadaan kafir, atau orang yang hidup lama dalam keadaan Islam, namun kemudian ia berpaling menjadi kafir.Barang siapa yang bersikeras berangan-angan namun tidak menemukan yang haq (kebenaran), dan meninggalkan taqlid (mengikuti orang lain dalam melakukan syari’at agama, tanpa mengetahui dasar-dasar hukumnya), dan anak-anak orang musyrik yang tidak masuk dalam ke kafiran, menurut pendapat yang shahih maka tempat mereka kelak adalah di surga.

    Label kafir dan muslim di sini tidak hanya diperuntukkan bagi manusia saja, melainkan jin juga.
    Kata لِجَهَنَّمُ dalam bait ini dibaca dengan harakat dhammah pada huruf mim-nya, karena untuk menyesuaikan bentuk akhir bait (dalam sastra Indonesia disebut rima).
    Nadhim berkata dalam nadham-nya:

    (واحْبُبْ إلَهَكَ خَفْ أَلِيْمَ عِقابِه             ولِرَحْمَةِ ارْجُ تَوَكَّلَنْ يا مُسْلِمُ)

    Cintailah Tuhan mu, takutlah akan sakitnya siksa-Nya, harapkanlah rahmat-Nya dan bertawakallah kepada-Nya wahai orang Islam!
    Dalam bait ini nadhim menyebutkan empat macam cabang iman yang selanjutnya, sebagai berikut:

    10.  Mencintai Allah SWT
    Sahl mengatakan beberapa hal sebagai berikut:
    a.       Ciri-ciri orang cinta kepada Allah adalah cinta pada Al-Qur’an
    b.      Ciri-ciri orang yang yang cinta Al-Qur’an adalah cinta kepada Nabi Muhammad SAW
    c.       Ciri-ciri cinta Nabi SAW adalah cinta pada sunah-nya, ciri-ciri cinta pada sunah Nabi adalah cinta pada akhirat
    d.      Ciri-ciri cinta akhirat adalah benci terhadap (kehidupan) dunia
    e.       Ciri-ciri benci dunia adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang berbau duniawi sebagai bekal untuk menuju akhirat.
    Hatim bin Alwan mengatakan bahwa barang siapa yang mengaku-ngaku atas tiga hal tanpa adanya tiga hal yang lain, maka ia dinilai berbohong. Ketiga hal tersebut yaitu:
    a.       Barang siapa yang mengaku-ngaku cinta kepada Allah SWT tanpa menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, maka ia telah berbohong.
    b.      Barang siapa yang mengaku-ngaku mencintai Nabi SAW tanpa mencintai orang-orang fakir, maka ia telah berbohong.
    c.       Barang siapa mengaku-ngaku mencintai surga tanpa menginfakkan hartanya, maka ia telah berbohong.

    Sebagian orang-orang bijak mengatakan bahwa ketikasebuah iman berada pada kulit hati, maka iman itu adalah cinta kepada Allah yang hanya berukuran sedang. Namun ketika iman itu berada di dalam hati, maka iman tersebut adalah benar-benar sangat mencintai Allah dan meninggalkan kemaksiatan.
    Ada beberapa dakwaan cinta yang sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu Al-Fadhil mengatakan; “Ketika dikatakan kepada mu: Apakah kamu mencintai Allah? Maka hendaklah engkau diam, karena jika kamu mengatakan “tidak”, maka kamu telah kufur. Namun jika kamu mengatakan “iya”, maka kamu bukan termasuk orang-orang yang cinta (kepada Allah)”.

    DOWNLOAD TERJEMAH

    DOWNLOAD VERSI ARAB

     

    LihatTutupKomentar