Terjemah kitab Qomi' At-Tughyan
Nama kitab: Terjemah Kitab Qomi'ut Tughyan (Penghilang
Kedhaliman), Kiat Meraih Iman yang Sempurna, Menyingkap 77 Cabang Iman
Ejaan
lain: Qomi' al-Tughyan, Qami' al-Thughyan, Qomi'ut Tughyan, Qomi’ At-Tughyan
Judul kitab asal: Qomi' al-Tughyan ala Manzhumat Syuab al-Iman
(قامع الطغيان على منظومة شعب الإيمان)
Pengarang: Syeikh Muhammad Nawawi
Al-Bantani Al-Jawi
Nama yang dikenal di Arab: محمد بن عمر بن عربي بن علي
نووي الجاوي أبو عبد المعطي
Kelahiran: 1813 M, Kecamatan Tanara, Banten,
Jawa, Indonesia (Nusantara)
Meninggal: 1897 M, Mekkah, Arab Saudi
Penerjemah:
Bidang studi: Aqidah, tauhid dan Akhlak budi pekerti luhur
Daftar Isi
- Profil Kitab Qomiut Tughyan
- Download Terjemah
- Download versi Arab
- Pendahuluan
- Cabang 1: Iman Kepada Allah
- Cabang 2: Iman Kepada Malaikat
- Cabang 3: Iman Kepada Kitab-kitab Allah
- Cabang 4: Iman Kepada Para Nabi
- Cabang 5: Iman Kepada Hancurnya Alam
- Cabang 6: Iman Kepada Kebangkitan Manusia dari Kematian
- Cabang 7: Iman Kepada Takdir
- Cabang 8: Iman Kepada Hasyar (Dikumpulkannya Makhluk Di Mahsyar)
- Cabang 9: Iman Kepada Surga dan Neraka Jahanam
- Cabang 10: Cinta Kepada Allah
- Cabang 11: Takut Kepada Siksa Allah
- Cabang 12: Mengharap Rahmat Allah
- Cabang 13: Tawakkal (Pasrah Kepada Allah)
- Cabang 14: Cinta Kepada Nabi Muhammad saw.
- Cabang 15: Mengagungkan derajat Nabi Muhammad saw
- Cabang 16: Kikir Oual Mahal) dengan Memegang Teguh Agama Islam
- Cabang 17: Mencari Ilmu
- Cabang 18: Menyebarluaskan Ilmu Syariat
- Cabang 19:Mengagungkan clan Memuliakan Al Qur'an
- Cabang 20: Bersuci
- Cabang 21: Menjalankan Salat Lima Waktu Pada Waktu nya dengan Sempurna
- Cabang 22: Membayarkan Zakat Kepada Orang-orang yang Berhak Menerimanya
- Cabang 23: Berpuasa di Bulan Ramadhan
- Cabang 24: l'tikaf
- Cabang 25: Haji
- Cabang 26: Berjuang Melawan Orang Kafir Untuk Menolong Agama Islam
- Cabang 27: Membentengi Kaum Muslimin dari Serangan Orang Kafir
- Cabang 28: Bertahan Di Dalam Kancah Perang Dan Tidak Melarikan Diri Darinya (Desersi)
- Cabang 29: Menyerahkan Seperlima Harta Jarahan Perang Kepada Pemimpin Atau Pembantunya
- Cabang 30: Memerdekakan budak (Hamba Sahaya) yang Muslim
- Cabang 31: Bersedia Membayar Kafarah
- Cabang 32: Menepati Janji
- Cabang 33: Bersyukur
- Cabang 34: Menjaga Lisan dari hal-hal yang tidak layak
- Cabang 35: Menjaga Kemaluan Dari Hal-hal Yang Dilarang Allah
- Cabang 36: Menyampaikan Amanat Kepada Yang Berhak Menerimanya
- Cabang 37: Tidak Membunuh Sesama Manusia Muslim
- Cabang 38: Menghindari Makanan dan Minuman Yang Haram
- Cabang 39: Menghindari Harta Yang Haram
- Cabang 40: Menghindari Pakaian, Perhiasan dan Perabot Yang Haram
- Cabang 41: Menghindari Permainan sia-sia yang dilarang
- Cabang 42: Sederhana Di Dalam memberikan Nafakah, Tidak Berlebihan Dan Tidak Terlalu lrit
- Cabang 43:Tidak menyimpan dendam dan kedengkian
- Cabang 44: Tidak Mencela Kaum Muslimin, Baik Di Hadapannya Maupun Tidak
- Cabang 45: lkhlas Dalam Setiap Amal Perbuatan Karena Allah
- Cabang 46: Merasa Bangga Dengan ketaatan Kepada Allah, Sedih Karena Tak Melakukannya dan Menyesal Dari Perbuatan Maksiat (Durhaka Kepada Allah)
- Cabang 47: Bertaubat
- Cabang 48: Melakukan Penyembelihan Qurban, Aqiqah Dan Hadiah (Hewan Yang Disembelih Di Tanah Haram Mekah Atau Madinah)
- Cabang 49: Taat Kepada Pemerintah
- Cabang 50: Berperang Teguh Pada Nilai Yang Dianut Jamaah (Golongan) Muslim
- Cabang 51: Menjalankan Hukum d i antara manusia secara adil
- Cabang 52: Memerintahkan (Mengajak) Kepada Keba ikan Dan Mencegah (Melarang) Dari Kejahatan Atau Kemungkaran
- Cabang 53: Tolong Menolong Dalam Hal Kebaikan Dan Ketakwaan
- Cabang 54: Malu Kepada Allah
- Cabang 55: Bersikap (Berbuat) Baik Kepada Kedua Orang Tua
- Cabang 56: Silaturrahim (Menyambung Tali Persaudaraan)
- Cabang 57: Budi Pekerti Yang Baik
- Cabang 58: Memperlakukan Hamba Sahaya Dengan Baik
- Cabang 59: Ketaatan Seorang Hamba Kepad a Tuannya Sesuai Dengan Kemampuannya Dalam Hal-hal yang Bukan Maksiat
- Cabang 60: Menjaga Hak-hak Istri Dan Anak
- Cabang 61: Mencintai Ahli Agama
- Cabang 62: Menjawab Salam Dari Orang Islam
- Cabang 63: Menjenguk Orang Sakit
- Cabang 64: Melakukan Salat Jenazah Untuk Mayat Yang Islam
- Cabang 65: Mendoakan Orang Islam Yang Bersin (Tasymit)
- Cabang 66: Menjauhi Hal-hal yang Merusak dati orang Kafir, Ahli Bid'ah dan orang yang melakukan dosa besar
- Cabang 67: Menghormati Tetangga
- Cabang 68: Menghormati Tamu
- Cabang 69: Menyembunyikan (Menutupi) Cela orang Lain
- Cabang 70: Sabar
- Cabang 71: Zuhud (Membatasi Diri)
- Cabang 72: Cemburu Dan Tidak Membiarkan Pria Bergaul Bebas Dengan Wanita Lain
- Cabang 73: Berpaling Dari Percakapan yang Tidak Bermanfaat
- Cabang 74: Juud Atau Sakha' (Kedermawanan)
- Cabang 75: Menghormati Orang Tua dan Mengasihi Anak Kecil
- Cabang 76: Merukunkan (Memperbaiki) Hubungan Yang Rusak Antara Orang-orang Islam Bila Ada Cara Untuk Melakukannya
- Cabang 77: Mencintai Orang Lain Sebagaimana Mencintai Dirinya Sendiri
- Penutup
- Kitab Aqidah Tauhid Lain
- Terjemah Aqidatul Awam
- Terjemah Jauharah Tauhid
-
Terjemah Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah
- Terjemah Tauhid Hasyiyah Al-Bajuri
- Terjemah Hasyiyah Ad Dasuqi
- Terjemah Tauhid Sanusiyah (Ummul Barahin)
-
Terjemah Jawahirul Kalamiyah
- Terjemah Husunul Hamidiyah
- Terjemah Kifayatul Awam
- Terjemah Nurudz Dholam (Nuruzh Zhalam)
- Terjemah Matan Al-Bajuri Tijan Darari
-
Terjemah Sullamut Taufiq
- Terjemah Mirqatus Suud Syarah Sulam Taufiq
- Terjemah Irsyadul Ibad
- Terjemah Sullamul Munajah
- Kitab Akhlak Lain
- Terjemah Akhlak lil Banin Juz 1
- Terjemah Akhlaq lil Banin Juz 2
- ِTerjemah Akhlak lil Banin Juz 3
- Terjemah Akhlaq lil Banin Juz 4
- Terjemah Akhlaq lil Banat Juz 1
- Terjemah Akhlaq lil Banat Juz 2
- Terjemah Akhlaq lil Banat Juz 3
- Terjemah Ta'lim Muta'allim
- Terjemah Alala Tanalul ‘Ilma
- Terjemah Tibyan Nawawi
- Terjemah Idhotun Nasyi'in
- Terjemah Ayyuhal Walad
- Terjemah Adabul Alim wal Muta'allim
- Daftar Lengkap Terjemah Kitab Kuning
Profil Kitab
Qomiut Thughyan adalah kitab komentar/ syarah dari Syair/ Nadzam Syubul Iman
(cabang Iman) karya Syaikh Zainuddin bin Ali bin Ahmad as-Syafii al-Kusyini
al-Fannani al-Malibari (wafat tahun 972 H).
Daerah Malibar pada era
ini berada dalam otoritas wilayah India Selatan. Selain kitab “Cabang Iman”,
Syaikh Zainudin juga menulis kitab yang familiar di telinga santri Indonesia
yaitu Fathul Muin.
Kitab asli dari syubatul Iman adalah karya
Sayyid Nurudin Al-Iji. Kitab ini berbahasa Persia dan dialih bahasakan ke
dalam Bahasa Arab dalam bentuk bait syair berjumlah 26 buah. Dari jumlah 26
bait, Imam Nawawi menambahkan 3 bait di awal kitab dan oleh Ulama lain
ditambah 1 dibelakang, menjadikan bait syair lengkap 30.
Isi utama
dari kitab Qomiut Thughyan adalah menerangkan tentang cabang-cabang Iman.
Beliau Imam Nawawi Al-Bantani menyebut bahwa cabang Iman terbagi menjadi 77
macam. Kata-kata Nawawi Al-Bantani mendasarkan pada Hadits Rasulullah SAW;
قال رسول الله صل الله عليه وسلم الايمان بضع وسبعون شعبة فافضلها قول لا اله
الله وادناها اماطة الاذى عن الطريق والحياء شعبة من الايمان
Rasulullah SAW berkata; Iman memiliki 77 cabang, cabang tertinggi adalah
Lafadz “Tiada Tuhan selain Allah. Dan yang paling rendah adalah menyingkirkan
bahaya dari Jalan. Dan sikap Malu adalah salah satu dari Iman.
Dari
ketujuh puluh tujuh cabang iman tersebut dapat dikategorikan dalam dua
kategori. Kedua kategori tersebut adalah cabang iman yang berkaitan dengan
persoalan aqidah atau Teologi dan kaitanya dengan akhlak atau budi pekerti.
Pendahuluan
Segala puji bagi Allah Dzat yang sempurna. Semoga rahmat dan keselamatan senantiasa tercurahkan kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah diberikan mukjizat oleh Allah SWT beserta seluruh keluarga dan sahabat yang senantiasa melakukan kebaikan-kebaikan dan menjauhi kemungkaran-kemungkaran.
Pensyarah berharap dan berdo’a kepada Allah SWT agar Muhammad Nawawi bin Umar yang telah mencurahkan segala pemikirannya untuk mengoreksi nadzam milik Syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad diampuni kesalahan-kesalahannya, dikabulkan cita-cita dan angan-angannya. Nadzam tersebut berada di dalam buku yang dikenal dengan nama “syu’bul iman”. Buku tersebut merupakan buku berbahasa Arab yang menjadi ringkasan dari buku syu’bul iman yang berbahasa Persia yang dikarang oleh Nuruddin Al-Iijaa. Al-Iijaa merupakan julukan yang dikaitkan dengan Ija, yaitu salah satu kota di Persia.
Nadzam tersebut memakai gaya bahasa bahr kamil dengan rumus enam kali
kataمتفاعلن danmemiliki 26 bait syair yang biasanya bersifat محبونة.Kemudian
ketika mensyarahinya aku ingin menulis di dalamnya penjabaran yang bermanfaat
bagi diriku dan anak-anakku yang termasuk orang-orang yang menginginkan
keberuntungan. Di dalamnya Aku menambahkan tiga bait syair di awal dan 1 bait
di akhir yang ditambahkan oleh Abdul Mun’im, sehingga keseluruhannya berjumlah
30 bait syair.Saya memberikan nama buku ini “qami’ at-tughyanala mandzumat
syu’bil iman”. Dan saya berdo’a kepada Allah SWT dengan rahmat dan
kemuliaan-Nya semoga buku ini bermanfaat. Karena pada-Nya lah segala sesuatu
yang Ia kehendaki dan Ia lah berhak mengabulkan segala do’a, Amin. Maka Saya
katakan:
)الحمد لله الذي قد صَيَّرَا إيمانَ شخصٍ ذا
شُعَبْ فتُتَمَّمُ(
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan iman seseorang bercabang-cabang kemudian menyempurnakannya
Ini mengibaratkan pada membiasakan rasa syukur dengan mengucapkan hamdallah,
hal ini berdasarkan bahwa pada dasarnya semua pujian hanyalah milik
Allah.Maksud dari bait ini ialah, bahwa perbuatan-perbuatan iman mempunyai
beberapa bagian dan karakteristik. Yang dimaksud dengan perbuatan-perbuatan
iman di sini adalah di mana amal seseorang dapat bertambah (positif) jika ia
melakukannya (perbuatan-perbuatan iman), dan sebaliknya dapat berkurang jika
meninggalkannya.
Adapun asal iman adalah pembenaran atas sesuatu secara
seratus persen, tanpa ada kurang sedikitpun. Karena jika di sana terdapat
kekurangan sekecil apapun, maka akan ada rasa ragu-ragu. Oleh karena itu iman
tidaklah sah jika dibarengi dengan karagu-raguan.
Pada bait di atas kata شُعَبْ merupakan bentuk jamak dari شُعْبة. Dan pada
kata فتُتَمَّمُ tersimpan dlomir yang kembali pada الشعب.
)هذى بيوتٌ مِنْ كتاب
الكُوشِنِي مَنْ
قال بعد صلاتنا ونُسَلِّمُ(
)لِمحمّد ولآله
وصحابتهْ ما دار شمسٌ في السماء
وأَنْجُمُ(
Bait-bait ini diambil dari buku karangan syekh Zainuddin bin Ali bin Ahmad As-Syafi’i Al-Kusyini Al-Fananni Al-Malibari, yaitu orang yang berkata setelah saya membaca salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat beliau ketika matahari dan bintang-bintang beredar diangkasa
Pembahasan ini merupakan sekumpulan bait yang dinukil dari buku karangan syekh
Zainuddin bin Ali bin Ahmad As-Syafi’i Al-Kusyini Al-Fananni Al-Malibari, oleh
karena itu jumlah kandungan yang ada pada bait-bait tersebut setara dengan
kandungan yang ada pada penjelasan yang berupa kalimat prosa.
Kata
الكُوشِنِي merupakan julukan untuk pemilik makalah ini, bahwa ia dilahirkan di
daerahكُوشِن yang terletak di kota Malibari. Ia lahir setelah matahari terbit
di hari Kamis tanggal 12 Sya’ban tahun 872 H. Disaat masih kecil ia
dipindahkan oleh pamannya ke daerah Fanan. Ia mempunyai banyak karya, seperti;
hidayah al-adzkiya’, tuhfah al-ahya’, irsyad al-qashidin fi ikhtishari manhaj
al-abidin karya Al-Ghazali.
Kata مَنْ قال merupakan athaf bayan. Yang dimaksud di sini adalah bait-bait yang ada setelah penuturan salawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.
Adapun maksud dari kata بعد صلاتنا ونُسَلِّمُyang memakai kata ganti orang pertama jamak adalah bahwa yang mengucapkan salawat dan salam bukan hanya penulis saja, namun juga sang pengarang bait-bait ini syekh Zainuddin.
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
)إيمانُنا بِضْعٌ وعَيْنٌ شُعْبَةً يَسْتَكْمِلَنْها
أهلُ فَضْلٍ يَعْظُمُ(
Iman kita mempunyai tujuh puluh tujuh cabang yang dipakai oleh para orang bijak untuk menyempurnakan dan meningkatkan kualitas diri mereka
Cabang-cabang dari iman ada 77, sebagaimana sabda Nabi SAW:
الإيمان بضع وسبعون شعبة فأفضلها قول لآ اله الاّ الله وأدناها اماطة الأذى عن
الطريق والحياء شعبة من الإيمان (رواه المحدثون)
Iman mempunyai 77 cabang, yang paling baik diantaranya adalah mengucapkan kalimat La Ilaha Illa Allah, sedangkan yang terendah adalah menyingkirkan bahaya dari jalanan, dan malu termasuk salah satu dari cabang iman.
Perkataan nadhim إيمانُنا adalah cabang-cabang dari iman. Dan kataبِضْعٌ
(di-kasrah atau di-fathah huruf ba’-nya)menurut Al-Khalil yang dimaksud di
sini adalah bilangan tujuh (سبع), sedangkan pada kata عَيْنٌ yang dimaksud
adalah bilangan tujuh puluh (سبعون), karena huruf ‘ain mempunyai nilai tujuh
puluh sebagaimana huruf hamzah mempunyai nilai satu, ya’ sepuluh, qaf seratus
dan ghain seribu.
Kata شُعْبَةًadalah kata yang ber-i’rab nashabyang
menjadi tamyiz. Dan kata يَسْتَكْمِلَنْها di dalamnya terdapat nun
taukidkhafifah, sedangkan huruf sin adalah untuk menunjukkan artijumlah atau
keperluan, kata tersebut berbentuk fi’il mudhari’ yang fa’il-nya adalah ahlu
fadllin (orang bijak). Maksud dari bait ini adalahbahwa para orang bijak
menjadikan ketujuh puluh tujuh cabang iman ini sebagai sarana untuk
menyempurnakan diri mereka, karena dengannya dapat membuat segala urusan dunia
menjadi benar, dan segala urusan akhirat menjadi baik. Sehingga pada akhirnya
mereka mendapatkan kesempurnaan dari 77 cabang iman tersebut.
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
)آمِنْ بربِّكَ والمَلائِكِ والكُتُبْ والأَنْبِيا وبيومِ يَفْنَى
العَالَمُ(
Berimanlah kepada tuhan mu, para malaikat(Nya), kitab-kitab (suci), nabi-nabi(Nya) dan hari di mana alam akan hancur
Nadhim menyebutkan lima cabang iman pada bait ini. Sebagai berikut:
1. Iman kepada Allah SWT:
a. Beriman bahwa Allah adalah Dzat
yang Esa tidak ada sekutu bagi-Nya
b. Tidak
ada yang menyamai-Nya sebagai Dzat tempat semua makhluk bergantung
c.
Tidak ada yang menandingi-Nya
d. Tidak ada
awal dan akhir keberadaan-Nya, karena Allah mempunyai sifat
abadi,keberadaan-Nya tidak rusak karena keabadian-Nya dan tidak berubah oleh
waktu. Akan tetapi Ia adalah Dzat yang Awal-Akhir, Dhahir-Bathin yang
dibersihkan dari sifat jismiyah (badaniyah), karena tidak ada yang
menyamai-Nya.
2. Iman kepada Malaikat:
a. Beriman dan membenarkan
keberadaan Malaikat
b. Malaikat merupakan
hamba Allah yang dimuliakan yang tidak pernah membangkang terhadap apa
yangtelah diperintahkan oleh Allah kepadanya. Ia melakukan apa yang telah
diperintahkan Allah kepadanya.
Malaikat adalah jisim (tubuh) yang
bersifat lembut yang memiliki ruh. Allah memberikannya keahlian untuk
menyerupai berbagai bentuk yang bagus-bagus.
3. Iman pada Kitab
Yaitu beriman dan membenarkan bahwa kitab yang telah dditurunkan oleh
Allah kepada para Nabi-Nya adalah wahyu dari Allah. Di dalamnya mengandung
hukum-hukum dan khabar (pemberitahuan)-Nya.
4. Iman kepada Nabi:
a. Beriman bahwa para Nabi jujur
dalam menyampaikan khabar dan wahyu dari Allah SWT
b.
Bahwa di antara para Nabi tersebut terdapat Nabi yang diutus (Allah) kepada
para umat untuk menunjukkan, menyempurnakan penghidupan dan akhirat mereka.
c.
Mereka (para Nabi) dibekali (Allah) dengan Mukjizat-mukjizat yang menunjukkan
kejujuranmereka. Oleh karena itu Allah memberikan risalah (wahyu) kepada
mereka dan mereka menjelaskannya kepada orang-orang kafir.
5. Iman pada Hari Hancurnya Dunia:
a. Percaya terhadap kehancuran
dunia.
b. Percaya terhadap hari akhir
(kiamat) beserta apa yang ada di dalamnya, seperti pembalasan, penghitungan
amal, penimbangan amal, berjalan di jembatan shirath al-mustaqim, surga dan
neraka.
Kata المَلائِكِdibaca dengan harakatkasrahpada huruf kaf-nya, besertaan dengan
pembuangan huruf ha’ (dhamir). Dan pada kata بيومِdibaca jar besertaan dengan
pembuangan harakat tanwin, inilah dianggap lebih fasih karena kata يوم
di-idhafah-kan pada jumlah fi’liyah (kalimat kerja) yang mu’rab (menerima
i’rab), oleh karena itu diperbolehkan untuk me-mabni-kan fathah(kata يومِ)
dalam keadaan i’rab jar.
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
)والبَعْثِ والقَدَرِ الجَلِيْلِ
وجَمْعِنا في
مَحْشَرٍ فيْه الخَلائِقُ تَحْشَمُ(
Dan berimanlah pada pembangkitan (dari kematian), taqdir yang agung dan
berkumpulnya kita dipadang makhsyar, dan di sana semua makhluk akan merasa
malu
Dalam bait ini Nadhim menyebutkan tiga cabang iman yang selanjutnya,
yaitu:
6. Iman pada pembangkitan:
Yaitu beriman bahwa Allah SWT akan membangkitkan makhluk-makhluk yang
mati, baik ia mati dikubur, mati karena tenggelam di air ataupun yang
lainnya.Allah membangkitkan jasad mereka (bukan ruhnya saja). Allah SWT
berfirman:
زَعَمَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنْ لَّنْ يُّبْعَثُوْاۗ قُلْ بَلٰى وَرَبِّيْ لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْۗ وَذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ (٧)
Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. At-Taghabun: 7).
7. Iman pada taqdir
Yaitu yakin dan percaya bahwa Allah menciptakan
makhluk-makhluk-Nyadisesuaikan dengan sesuatu(taqdir) yang sudah lampau, dan
Allah telah mengetahui sebelumnya.Maka semua perbuatan dan aktivitas
makhluk-makhluk-Nya merupakan taqdir Allah SWT.Oleh karena itu hendaknya para
manusia ikhlas dan menerima segala apa yang sudah menjadi qadha’Allah.
Diceritakan oleh syekh Afifuddin Az-Zahid, ia sedang berada di negara Mesir.
Ia mengadukan tentang peristiwa yang telah terjadi di Bagdad, peristiwa itu
adalah pembunuhan orang-orang kafir terhadap orang-orang muslim hingga ia
porak-poranda mengalami masa keruntuhan. Selama tiga tahun setengah kota
bagdad lengang tanpa seorang khalifah, orang-orang kafir mengalungkan
mushaf-mushaf (Al-Qur’an) dileher binatang anjing dan membuang buku-buku para
imam ke sungai Tigris, sehingga tumpukan-tumpukan buku tersebut menjadi sebuah
jembatan yang dilewati oleh kuda-kuda. Ia pun sangat geram dan mengutuk keras
hal peristiwa itu, ia berkata: “Ya Tuhan, bagaimana hal ini bisa terjadi,
sedangkan di dalamnya terdapat banyak anak-anak dan orang-orang yang tak
berdosa”. Kemudian ia bermimpi ada seorang laki-laki yang membawa sebuah buku,
ia pun mengambil buku itu dari tangan laki-laki tersebut. Ia pun menemui isi
yang ada di dalamnya, sebagaimana yang ada pada dua bait nadhamyang
menggunakan bahr al-mutaqaribberikut:
دع الإعتراض فما الأمر
لك
ولا الحكم في حركات الفلك
ولا تسأل الله عن
فعله فمن خاض لجة بحر
هلك
Tinggalkanlah (kebiasaan suka) berkomentar atau membantah, niscaya kamu tidak
akan menemui masalah pada dirimu dan tidak akan pernah ada hukum yang menjerat
perjalanan lintasan hidup mu
Dan janganlah sekali-kali kamu bertanya
kepada Allahmengenai apa yang telah Allah kerjakan (tetapkan), oleh karena itu
barang siapa masuk ke dalam palung lautan yang dalam, maka ia akan rusak
(tenggelam)
8. Iman pada hari dikumpulkannya manusia di
padang makhsyar
Yaitu beriman dan percaya bahwa kelak setelah proses pembangkitan (dari
mati) semua makhluk akan digiring dan dikumpulkan di tanah makhsyar, yaitu
tempat pemberhentianakhir para makhluk setelah digiring. Tempat ini berupa
hamparan tanah datar yang berwarna putih, di tanah lapang ini berbentuk rata
tanpa ada bagian yang berstruktur cembung (tinggi tanahnya) yang bisa dipakai
untuk bersembunyi, dan juga tidak ada yang berbentuk cekung (rendah tanahnya)
yang bisa dipakai untuk berlindung dari pengawasan-pengawasan yang ada.Mereka
digiring dengan berkelompok-kelompok dengan rapi. Di antaranya yaitu:
a.
Golongan yang menaiki kendaraan, yaitu orang-orang yang bertakwa
b.
Golongan yang berjalan kaki, yaitu orang-orang yang mempunyai amal baik
sedikit
c. Golongan yang berjalan
menggunakan wajahnya sebagai alas, itu adalah orang-orang kafir.
Setelah mereka berkumpul di padang makhsyar, kemudian mereka bubar menuju
surga atau pun neraka dan melewati jembatan shirath al-mustaqim. Adapun untuk
umat dari Nabi Muhammad SAW akan terbagi menjadi tujuh macam golongan, yaitu;
orang-orang yang jujur, orang-orang yang berilmu agama, para wali pengganti,
para syuhada’ (yang berjihad dan mati di jalan Allah), para haji (mabrur),
orang-orang yang taat (pada perintah dan hukum Allah) dan orang-orang yang
suka melakukan maksiat.
a. Untuk
orang-orang jujur akan melewati jembatan shirath al-mustaqim seperti kilat
yang menyambar
b. Untuk para ilmuan agama
akan melewati jembatan shirath al-mustaqimseperti angin yang bertiup
c.
Untuk para wali pengganti akan melewati jembatan shirath al-mustaqim seperti
burung yang terbang dalam jangka waktu beberapa jam saja.
d.
Untuk para syuhada’ akan melewati jembatan shirath al-mustaqimseperti kuda
pacuan yang berlari di tengah hari.
e.
Untuk para haji (mabrur) akan melewati jembatan shirath al-mustaqimhanya dalam
jangka waktu satu hari saja.
f. Untuk
orang-orang yang bertakwa akan melewati jembatan shirath al-mustaqimdalam
waktu satu bulan saja.
g. Sedangkan untuk
orang-orang yang suka melakukan maksiat, kaki-kai merekaakan diletakkan di
atas jembatan shirath al-mustaqim, diletakkanlah dosa-dosa mereka di atas
punggung mereka dan mereka pun menyeberang. Besertaan dengan itu di bawah
mereka panasnya api neraka menyala-nyala menyambar mereka. Dan ketika itu
mereka melihat cahaya iman di dalam hati mereka, seraya berkata: “Silahkan
engkau berjalan lebih dulu wahai orang yang beriman! Karena cahaya iman mu
bisa meredam panasnya api neraka”.Sebagaimana yang disebutkan oleh Muhammad
Al-Hamdaniy
Dalam bait ini, kata القدر dibaca dengan harakat fathahhuruf
dal-nya. Dan kata تحشمtermasuk dalam bab تَعِب يَتْعَب yang mempunyai arti
malu untuk diperlihatkan dan dibeberkan perihalnya ketika diadukan kepada
Allah Dzat Yang Maha Memaksa.
Maksud dari فيْه الخَلائِقُ تَحْشَمُyaitubahwa setiap orangakan sibuk mengurus
dirinya sendiri saat dipadang makhsyardan semua orang akan berdesak-desakan
dan bertumpuk-tumpukan layaknya hewan belalang yang tersebar di tanah. Di sana
orang-orang akan saling melihatantarsanak saudara mereka dan
mengenalinya.Mereka tak bicara sedikit pun dan berjalan tanpa alas kaki dalam
keadaan telanjang. Nabi Muhammad SAW bersabda:
يبعث الناس حفاة عراة غرلا قد ألجمهم العرق وبلغ شحوم الآذان
Manusia akan dibangkitkan (dari kematian) dalam keadaan telanjang, tak beralas
kaki dan dalam keadaan belum dikhitanbenar-benar tersumbat keringatnya dan
sampai rusaknya telinga
Kata حفاة artinya adalah tidak memakai sandal
(alas kaki). Kata عراة artinya adalah tidak tertutupi (telanjang). Dan kata
غرلا artinya adalah tidak di-khitan.
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
(وبأنَّ مَرْجِعَ مُسْلمٍ لِجِنانِه وبأَنَّ مَرْجِعَ
كافِرٍ لِجَهَنَّمُ)
Beriman bahwa tempat kembali orang Islam adalah di surga dan tempat kembali orang kafir adalah neraka jahanam
9. Beriman bahwa surga adalah tempat bagi orang Islam dan neraka adalah tempat bagi orang kafir
Bait ini bermaksud memberitahukan bahwa cabang iman yang ke-sembilan yaitu beriman bahwa surga adalah tempat tinggal kekal (tetap) untuk orang Islam.Yang dimaksud orang Islam di sini adalah orang yang meninggal dalam keadaan memeluk agama Islam, walaupun sebelumnya iaadalah kafir dan kemudian ia berpaling untuk memeluk agama Islam.Untukjenis orang yang kedua ini iatidak akan kekal ditempatkan di neraka, melainkan setelah itu ia akan ditempatkan di surga sebagai tempat tinggal tetapnya. Oleh karena itu ia tidak di siksa selamanya di neraka, karena ia mati ketikasudah memeluk agama Islam.Ketika ia dimasukkan ke dalam neraka, ia dalam keadaan mati dalam jangka waktu yang hanya diketahui oleh Allah SWT, maka ia tidak akan dihidupkan sampai ia keluar dari neraka. Yang dimaksud mati di sini bukanlah mati yang sebenarnya, yaitu mati dengan keluarnya ruh dari badan, melainkan sebuah kiasan di mana ia dalam keadaan tidak merasakan siksa neraka.
Kata جَهَنَّمُ merupakan kata benda jamak dari kata نيران, yaitutempat tinggal kekal (tetap) untuk orang-orang kafir. Orang kafir di sini adalah orang yang mati dalam keadaan kafir, atau orang yang hidup lama dalam keadaan Islam, namun kemudian ia berpaling menjadi kafir.Barang siapa yang bersikeras berangan-angan namun tidak menemukan yang haq (kebenaran), dan meninggalkan taqlid (mengikuti orang lain dalam melakukan syari’at agama, tanpa mengetahui dasar-dasar hukumnya), dan anak-anak orang musyrik yang tidak masuk dalam ke kafiran, menurut pendapat yang shahih maka tempat mereka kelak adalah di surga.
Label kafir dan muslim di sini tidak hanya diperuntukkan bagi manusia saja,
melainkan jin juga.
Kata لِجَهَنَّمُ dalam bait ini dibaca dengan harakat
dhammah pada huruf mim-nya, karena untuk menyesuaikan bentuk akhir bait (dalam
sastra Indonesia disebut rima).
Nadhim berkata dalam nadham-nya:
(واحْبُبْ إلَهَكَ خَفْ أَلِيْمَ
عِقابِه
ولِرَحْمَةِ ارْجُ تَوَكَّلَنْ يا مُسْلِمُ)
Cintailah Tuhan mu, takutlah akan sakitnya siksa-Nya, harapkanlah rahmat-Nya
dan bertawakallah kepada-Nya wahai orang Islam!
Dalam bait ini nadhim
menyebutkan empat macam cabang iman yang selanjutnya, sebagai berikut:
10. Mencintai Allah SWT
Sahl mengatakan beberapa hal sebagai berikut:
a.
Ciri-ciri orang cinta kepada Allah adalah cinta pada Al-Qur’an
b.
Ciri-ciri orang yang yang cinta Al-Qur’an adalah cinta kepada Nabi Muhammad
SAW
c. Ciri-ciri cinta Nabi SAW
adalah cinta pada sunah-nya, ciri-ciri cinta pada sunah Nabi adalah cinta pada
akhirat
d. Ciri-ciri cinta akhirat adalah
benci terhadap (kehidupan) dunia
e.
Ciri-ciri benci dunia adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang berbau
duniawi sebagai bekal untuk menuju akhirat.
Hatim bin Alwan mengatakan
bahwa barang siapa yang mengaku-ngaku atas tiga hal tanpa adanya tiga hal yang
lain, maka ia dinilai berbohong. Ketiga hal tersebut yaitu:
a.
Barang siapa yang mengaku-ngaku cinta kepada Allah SWT tanpa menjaga dirinya
dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, maka ia telah berbohong.
b.
Barang siapa yang mengaku-ngaku mencintai Nabi SAW tanpa mencintai orang-orang
fakir, maka ia telah berbohong.
c.
Barang siapa mengaku-ngaku mencintai surga tanpa menginfakkan hartanya, maka
ia telah berbohong.
Sebagian orang-orang bijak mengatakan bahwa ketikasebuah iman berada pada
kulit hati, maka iman itu adalah cinta kepada Allah yang hanya berukuran
sedang. Namun ketika iman itu berada di dalam hati, maka iman tersebut adalah
benar-benar sangat mencintai Allah dan meninggalkan kemaksiatan.
Ada
beberapa dakwaan cinta yang sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu Al-Fadhil
mengatakan; “Ketika dikatakan kepada mu: Apakah kamu mencintai Allah? Maka
hendaklah engkau diam, karena jika kamu mengatakan “tidak”, maka kamu telah
kufur. Namun jika kamu mengatakan “iya”, maka kamu bukan termasuk orang-orang
yang cinta (kepada Allah)”.
DOWNLOAD TERJEMAH
-
Terjemah kitab Qomi'ut Tughyan. Penerjemah: K.H. Drs. Achmad Masduqi Machfudh, Malang.
- Terjemah kitab Qomi' at-Tughyan. Penerjemah: Muhammad Tsaqief. Penerbit: Mutiara Ilmu, Surabaya
-
Terjemah Matan Syuab al-Iman Qomi' al-Thughyan
DOWNLOAD VERSI ARAB