Bukti Terputusnya Nasab Habib Berdasarkan Kitab Sezaman
Judul buku : Literatur Kitab-Kitab Nasab Abad Ke-3-13 Hijriyah Bukti Terputusnya Nasab Ba'alwi (Habib, Habaib)
Penulis: K.H. Imaduddin Utsman Al-Bantanie Cetakan: ke-1
Jumlah halaman : 44 Ukuran Kertas: B5
Penerbit : Maktabah Nahdlatul Ulum Banten
Tahun Terbit: 2024
Alamat: Kresek, Tangerang, Banten, Indonesia
Daftar nama Kitab
- Kitab Nasabu Quraisy (Abad 3)
- Kitab Sirri Silsilat al-Alawiyyah (Abad 4)
- Kitab Tahdzib al-Ansab (Abad 5)
- Kitab Al-Majdi (Abad 5)
- Kitab Al-Muntaqilat al-Thalibiyyah (Abad 5)
-
Kitab Abna' al-Imam Fi Mishra Wa al-Syam (Abad 5)
- Kitab Al-Syajarah al-Mubarakah (Abad 7)
- Kitab al-Fakhri Fi Ansab al-Thalibiyyin (Abad 7)
- Kitab Al-Ashili Fi Ansab al-Thalibiyyin (Abad 8)
- Kitab Al-Tsabat al Mushan (Abad 8)
- Kitab Umdat al Thalib al-Shugra (Abad 9)
- Umdat al-Thalib Fi Ansab Al-Abi Thalib (Abad 9)
- Kitab Al-Nafhah al-Anbariyyah (Abad 9)
- Kitab Shihah al-Akhbar (Abad 9)
- Bahr al-Ansab atau Al-Musyajjar al-Kasyaf (Abad 10)
- Kitab Tuhfat al-Thalib (Abad 10)
- Kitab Tuhfat al-Azhar (Abad 11)
- Kitab Al-Raudl al Jaliy (Abad 13)
- Kesimpulan
- Kembali ke: Literatur Kitab-Kitab Nasab Abad Ke-3-13 Hijriyah Bukti Terputusnya Nasab Ba'alwi
- Buku lain karya KH Imaduddin
(1) Kitab Nasabu Quraisy (Abad 3)
Nama kitab ini bernama Kitabu Nasabi Quraisy
karya Mush'ab bin Abdullah al-Zubairi (w. 236 H.). Versi cetak
kitab ini di-tahqiq (edit) oleh sejarawan Perancis Evariste
Levi-Provencal [w.1959 M]; diterbitkan
oleh Penerbit "Daar al-Ma'arif ' tanpa tahun.
Dalam kitab ini
keturunan Al-Husain dari jalur Ali al-Uraidli bin Ja'far al Shadiq belum
disebutkan. Keturunan Al-Husain dari Muhammad al-Baqir bin Ali al-Sajjad yang
disebutkan hanya sampai Ja'far. Keturunan Husain dari Zaid bin Ali
al-Sajjad yang disebutkan hanya sampai Ahmad bin Isa bin Zaid bin Ali bin
Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Adapun apa yang disebut oleh kitab palsu Al-Raudl al-Jaliy yang dinisbahkan
kepada Murtadla al-Zabidi bahwa Mush'ab bin Abdullah al-Zubairi
menyebut Ahmad bin Isa
al-Naqib mempunyai anak dua:
Abdullah dan Muhammad (Al-Raud al--aliy, Daar al-Fath, 1444
H. h. 120), adalah kutipan palsu tidak ada dalam Kitab Nasab Quraisy.
(2) Kitab Sirri Silsilat al-Alawiyyah (Abad 4)
Kitab ini berjudul lengkap: Sirri Silsilat al-Alawiyyah Fi Ansab
Sadat al 'Alawiyyah karya Syekh Abu Nashr Sahl bin Abdullah al-Bukhari (w.341
H.). Versi cetak kitab ini di-tahqiq oleh Muhammad Shadiq Bahrul Ulum;
diterbitkan oleh Penerbit "Al-Haidariyah", Najaf tahun 1962 M.
Dalam
kitab ini disebutkan bahwa Muhammad bin Ali al-Uraidi bin ja'far
al-Shadiq mempunyai anak bemama Isa al-Aratt (h. 49). Dalam kitab ini nama
Ahmad bin Isa belum muncul. Nama anak Isa yang disebut hanya satu orang yaitu
Al-Husain. Namun Al-Bukhari tidak membatasi anak Isa al-Aratt hanya Al-Husain.
Maka kemungkinan ada anak lain yang belum disebut terbuka.
Dalam kitab palsu Al-Raudl al-Jaliy yang dinisbahkan kepada Murtadla al
Zabidi disebutkan bahwa Syekh Abu Nashr al-Bukhari menyebut Ahmad bin
Isa al-Naqib mempunyai anak dua: Muhammad dan Abdullah (Al-Raud al-Jaliy, Daar
al-Fath, 1444 H. h. 120), adalah kutipan palsu tidak ada dalam kitab Sirri
Silsilat al-Alawiyyah.
(3) Tahdzib al-Ansab (Abad 5)
Kitab ini berjudul Tahdzib al-Ansab Wa Nihayat al-Alqab karya
Abul hasan Muhammad bin Abi Ja'far Syaikh al-Syaraf al-'Ubaidili
(w.435 H.). Versi cetak kitab ini di-tahqiq oleh Muhammad kadzim
al-Mahmudi, tanpa penerbit tahun 1410 H.
Dalam kitab ini Al-Ubaidili hanya menyebutkan satu anak dari Ahmad al-Abah bin
Isa yaitu Muhammad. Dalam kitab palsu Al-Raudl al-Jaliy yang dinisbahkan
kepada Murtadla al-Zabidi disebutkan bahwa: Syaikh
Syaraf Al-Ubaidili mengatakan bahwa Ahmad bin Isa al-Naqib berhijrah
dari Madinah ke Bashrah (h. 121), kutipan tersebut kutipan palsu tidak
ditemukan dalam kitab Tahdzib al-Ansab
(4) Kitab Al-Majdi (Abad 5)
Kitab ini bernama Al-Majdi Fi Ansab al-Thalibiyyin, karya Ali
bin Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Alawi al-Umari (w.490 H.). Versi cetakan
kedua kitab ini di-tahqiq oleh Ahmad al-Mahdawi al-Damigani, diterbitkan oleh
"Maktabah Ayatollah al-'Udzma al-Mar'asyi al-Najafi al-'Aammah" di Kota Najaf
tahun 1422 H.
Dalam kitab ini Al-Umari menjelaskan tentang keturunan Isa bin Muhammad al
Naqib ia menyebutkan bahwa keturunan dari Ahmad al-Abah bin Isa ada di
Bagdad yaitu dari Al-Hasan Abu Muhammad al-Dallal Aladdauri bin Muhammad
bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa (h. 337). Sama seperti
Al-Ubaidili, Al-Umari hanya menyebutkan satu anak saja dari Ahmad al-Abah.
(5) Al-Muntaqilat al-Thalibiyyah (Abad 5)
Kitab ini berjudul Muntaqilat al-Thalibiyyah, karya Abu Ismail
Ibrahim bin Nashir bin Thabathaba (w. 479 H.). cetakan pertama
kitab ini ditahqiq oleh Muhammad Mahdi Hasan al-Khurasan, dterbitkan oleh
Mathba'ah Al-Haidariyah tahun 1968 H.
Muntaqilah al-Thalibiyyin adalah sebuah kitab yang menerangkan tentang daerah
daerah lokasi perpindahan para keturunan Abi Thalib. Dalam kitab ini
disebutkan bahwa keturunan Abi Thalib yang ada di Ramalah adalah Ali bin
Ahmad al-Naffath (h.146). Seperti diketahui bahwa keturunan Nabi
juga sekaligus adalah keturunan Abi Talib karena Siti Fatimah putri Nabi
menikah dengan Ali bin Abi Thalib .
Kemudian kitab ini
menyebutkan pula bahwa keturunan Abi Thalib di Kota Ray adalah Muhammad bin
Ahmad al-Naffat (h.160). Jadi, kitab ini menyebutkan dua
anak dari Ahmad bin Isa: Muhammad dan Ali. Keduanya tinggal di Ray dan Ramalah
. Tidak disebut diantara keturunan Ahmad bin Isa yang tinggal di
Yaman.
(6) Abna' al-Imam Fi Mishra Wa al-Syam (Abad 5)
Kitab ini bernama Abna ' al-Imam Fi M ishra Wa al-Syam al-Hasan Wa al Husain.
Kitab ini adalah kitab palsu yang dinisbahkan kepada Abu al-Mu'ammar Yahya bin
Thabathaba (w. 478 H.). kitab versi cetak kitab ini di-tahqiq oleh Yusuf
Jamalullail Ba'alwi; diterbitkan oleh "Maktabah Jull al-Ma'rifah" dan
"Maktabah Al-Taubat" tahun 2004 M.
Kitab
ini palsu dan tidak bisa dijadikan pegangan karena di karang oleh
pengarang yang berasal dari keluarga Thabathaba yang wafat tahun 199 H. Tetapi
menyebut nama Abdullah atau Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa yang wafat
tahun 383 H.. Bagaimana seseorang yang telah wafat di tahun 199 H. bisa
mencatat Ubaidillah yang wafat tahun 383 H.? untuk menjawab pertanyaan itulah
kemudian kitab itu diatribusikan kepada keluarga Thabathaba yang lain
yaitu Abul Mu'ammar Yahya yang wafat tahun 478 H. seperti yang ditulis
dalam jilid kitab tersebut.
Tetapi perhatikan ibarat kitab Abna ' al-Imam dalam mukaddimah, ia masih
mencanturnkan tahun 199 H. sebagai tahun wafat pengarang kitab tersebut, lihat
tangkapan layar di bawah ini:
Keluarga Thabathaba yang wafat di
tahun 199 H. adalah Muhammad bin Ibrahim Thabathaba [Al-Kamil fl
al-Tarikh 5/464] bukan Abul Mu'ammar Yahya bin Thabathaba, karena ia
wafat tahun 478 H. Yusuf Jamalullail Ba'alwi juga mengakui bahwa kitab
ini tidak murni tulisan Abul Mu'ammar, tetapi isinya telah ditambahi oleh tiga
ulama di abad 12 dan 13 Hijriyah, mereka adalah: Abi Shadaqah
al-Halabi (w. 1180 H.), Abul Aun Muhammad
al-Safarini (w.1188 H.)
dan Muhammad bin Nashar Ibrahim
Al-Maqdisi (w.1350 H.). Jadi, kitab ini adalah
kitab yang sangat problematis dan tidak konsisten. Ia tidak bisa
disebut tulisan ulama abad ke-2 atau abad ke-5 karena isinya telah ditambahi
oleh para ulama abad ke-12 dan ke-14 Hijriyah, bahkan patut diduga yang
menyebut nama Abdullah atau Ubaidillah itu adalah Yusuf Jamalullail
sendiri.
(7) Al-Syajarah al-Mubarakah (Abad 7)
Kitab ini bernama Al-syajarah al-M ubarakah Fi Ansab
al-Thalibiyah, karya Imam Fakhruddin al-Razi (w.606 H.). Kitab cetakan kedua
di-tahqiq oleh Mahdi al- Raja'I; diterbitkan oleh "Maktabah Ayatullah Udzma
al-Mar'asyi al-Najafi" tahun 1419 H.
Imam Al-Fakhrurazi tegas menyebutkan bahwa Ahmad al-Abh bin Isa hanya mempunyai keturunan dari tiga anak yaitu Muhammad di Kota Ray, Ali di Ramalah dan Husain di Naisabur. Ahmad al-Abh tidak mempunyai anak bernama Ubaidillah (h.127). Dari ketiga anaknya itu, semuanya, menurut Imam al fakhrurazi, tidak ada yang tinggal di Yaman. Disebutkan pula bahwa keturunan Ahmad bin Isa sebagian berpindah dari Kota Qum ke Kota Ray.
Ketika menyebut keturunan Ahmad bin Isa berasal hanya dari tiga
anak, Imam al-Razi menggunakan kalimat dengan "Jumlah Ismiyyah".
Dalam kaidah ilmu nasab, jika seorang penulis kitab menggunakan "Jumlah
Ismiyah" maka itu menunjukan makna hashr (terbatas hanya) [lihat Umdat
al-Thalib, h. 340].
Manuskrip kitab Al-Sayajarah al-M ubarakah
terdapat di Perpustakaan Masjid Sultan Ahmad al-Tsalits di Istanbul dengan
nomor 2677. Naskah ini ditulis oleh Wahid bin Syamsuddin tahun 825 H.
berdasarkan naskah asli yang ditandatangani oleh Imam Fakhruddin al-Razi yang
selesai menulis tahun 597 H. Nama kitab dan Penisbatan kitab ini jelas
tercatat rapih di akhir kitab: bahwa kitab ini bernama kitab Al-Syajarah al-M
ubarakah salinannya disahkan oleh Muhammad bin Umar bin Husain al-Razi
(pengarang kitab), kemudian Imam Al-Razi menulis bahwa ia telah membacakan
kitab ini dihadapan Ali bin Syaraf Syah bin Abil Ma'ali dan ia
memberikan ijajah untuknya.
Di bawah
ini bentuk manuskrip tulisan
tangan kitab Al-Syajarah al M ubarakah salinan
Wahid bin Syamsuddin dan halaman terakhir versi cetakan kedua:
(8) Kitab al-Fakhri Fi Ansab al-Thalibiyyin (Abad 7)
Kitab ini bemama Al-Fakhri Fi Ansab al-Thalibiyyin karya
Azizuddin Abu Tolib Ismail bin Husain bin Ahmad al-Marwazi al-Azwarqani (w.
614). Cetakan pertama di-tahqiq oleh Mahdi al-Raja'I; diterbitkan oleh
Penerbit "Maktabah Ayatullah al-Udzma al-Mar'asyi al-Najafi" di Kota Najaf,
Iran tahun 1409 H. Menyebutkan yang sama seperti kitab Al-M ajdi, yaitu hanya
menyebutkan satu jalur keturunan Ahmad bin Isa yaitu dari jalur Muhammad
bin Ahmad bin Isa. dilihat dari redaksinya yang mirip,
agaknya kitab ini hanya mengutip dari kitab Al Majdi.
(9) Kitab Al-Ashili Fi Ansab al-Thalibiyyin (Abad 8)
Kitab ini bernama Al-Ashili fl Ansab al-Thalibiyyin karya Shofiyuddin
Muhammad lbn al-Thaqtaqi al-Hasani (w. 709 H). kitab versi cetakan pertama di
tahqiq oleh Mahdi al-raja'I; diterbitkan oleh penerbit "Makatabah Ayatullah
al Udzma al-Mar'asyi al-Najafi" tahun 1417. Dalam kitab ini disebutkan satu
sampel jalur keturunan Ahmad bin Isa yaitu melalui anaknya yang bernama
Muhammad bin Isa.
(10) Kitab Al-Tsabat al Mushan (Abad 8)
Kitab ini bernama Al-Tsabat al-M ushan al-M usrif Bi Dzikr
Sulalat Walad Adnan, karya Ibnul A'raj al-Husaini (w.787 H.).
Versi cetak kitab ini di-tahqiq oleh Khalil bin Ibrahim bin
Khalaf al-Dailarni al-Zabidi; diterbitkan oleh "Maktabah Ulum
al-Nasab", Bagdad-London tahun 1988 M.
Disebutkan dalam kitab
ini bahwa sebagian dari keturunan Ahmad al-Abah adalah Abu Muhammad
Al-Hasan al-Dallal di Bagdad yang dilihat oleh Al-Umari pengarang kitab Al-M
ajdi. Ia adalah putra dari Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Isa
(h.83). Jadi, kitab ini hanya menyebut satu anak dari tiga anak Ahmad bin Isa
yang disebut oleh Al-Syajarah al-M ubarakah. Nampaknya kitab ini menjadikan
Al-M ajdi sebegai referensinya.
(11) Kitab Umdat al Thalib al-Shugra (Abad 9)
Kitab ini bernama Umdat al-Thalib al-Shugra Fi Nasab Al Abi
Thalib, karya Jamaluddin Ahmad bin Ali al-Hasani al-Dawudi yang popular dengan
nama lbnu Inabah (w.828 H.). Versi cetak kitab ini ditahqiq oleh Mahdi
al-Raja'I; diterbitkan oleh "Maktabah Ayatullah al-Udzma al-Mar'asyi",
Kota Najaf tahun 1430 H. dalam kitab ini disebut Ahmad
Al-Abah bin Isa mempunyai keturunan tetapi tidak disebutkan nama-nama
keturunannya (h.135-136).
(12) Umdat al-Thalib Fi Ansab Al-Abi Thalib (Abad 9)
Kitab ini bernama Umdat al-Thalib Fi Ansab Al-Abi
Thalib karya Jamaluddin Ahmad bin Ali al-Hasani al-Dawudi yang popular
dengan nama lbnu Inabah (w.828 H.). kemungkinan besar kitab sebelumnya, Umdat
al-Thalib Shugra, merupakan mukhtashar (ringkasan) dari kitab ini. kitab ini
sering disebut juga Umdat al-Thalib Wushtha atau Kubra .
Versi cetak kitab ini ditahqiq oleh Muhammad Hasan Alu al-Thalifani,
diterbitkan oleh "Maktabah Al-Haidarah", Kota Najaf; cetakan kedua
tahun 1961 M. Dalam kitab ini disebutkan keturunan Ahmad bin Isa yaitu
Ahmad al-Ataj bin Abi Muhammad al-Hasan al-Dallal bin Muhammad bin Ali
bin Muhmmad bin Ahmad bin Isa (h.245). kemudian versi cetak tahun 1961 ini
dicetak ulang oleh "Markaz Tahqiqat al-Kombuter Ulum al-Islami" tanpa tahun
dengan isi yang sama dan jumlah halaman berbeda dengan tampilan sebagai
berikut:
(13) Kitab Al-Nafhah al-Anbariyyah (Abad 9)
Kitab ini bernama Al-Nafhah al-Anbariyah Fi Ansab Khair
al-bariyyah karya Muhammad Kadzim bin Abil Futuh bin Sulaiman al-Yamani
al-Musawi (w. 880). Versi cetak kitab ini di-tahqiq oleh Mahdi
al-Raja'I; diterbitkan oleh "Maktabah Ayatullah al-Udzma al-Mar'asyi" di Kota
Najaf tahun 1411 H.
Kitab inilah kitab nasab yang pertama kali menyebutkan bahwa Ahmad bin Isa bin
Muhammad al-Naqib mempunyai anak bernama Abdullah dan bahwa ia berhijrah ke
Hadramaut (h. 52-53). Sejak kematian Ahmad bin Isa di tahun 345 Hijriyah telah
berjalan 535 tahun sampai kitab ini ditulis baru ada berita dari kitab nasab
bahwa Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Abdullah dan bahwa ia
berhijrah dari Bashrah ke Hadramaut. Kitab ini menyebutkan bahwa Sayyid Abil
Jadid (w.620 H.) adalah keturunan Abdullah tersebut.
Kitab ini sama
sekali tidak mengaitkan keluarga Abdurrahman Assegaf sebagai bagian keluarga
Abul Jadid. Kendati demikian, kliam kitab ini bahwa Ahmad bin Isa mempunyai
anak bernama Abdullah tidak mempunyai referensi dari satu pun kitab
nasab sebelumnya. Dan klaim itu tertolak oleh
kitab nasab yang lebih tua yaitu Al-Syajarah al-M ubarakah
(597 H.) yang menyatakan bahwa keturunan Ahmad bin Isa hanya dari tiga anak
laki-lakinya yaitu: Muhammad, Ali dan Husain. Kutipan dari kitab
Al-Nafhah tersebut seperti di bawah ini:
Nampaknya kitab Al-Nafhah
ini mengambil referensi dari kitab sejarah di abad ke-8 yaitu kitab Al-Suluk
Fi Thabaqat al-Ulama Wa al-M uluk karya Al Janadi (732 H.). di mana dalam
kitab itu disebut sejarah hidup seseorang yang bernama Syarif Abul Jadid yang
mempunyai silsilah dari Abdullah bin Ahmad bin Isa (Juz 2 h. 135)..
Menurut para ahli nasab, kitab sejarah jika bertentangan dengan kitab nasab, maka yang harus dijadikan patokan adalah kitab nasab. Dr. Abdurrahman bin Majid al-Qaraja dalam kitabnya Al-Kafi al- M untakhob mengatakan:
"(Sejarawan) tidak boleh didahulukan dari penetapan ahli nasab khususnya jika
ahli nasab itu lebih dekat masanya atau tempatnya" (Al-Kafi al- M untakhab, h.
71).
Dalam kitab Al- '/bar karya Ibnu Khaldun dikatakan:
"Dan
banyak para sejarawan, ahli tafsir dan para imam-imam perawi terjadi kesalahan
dalam hikayat-hikayat dan kejadian-kejadian karena mereka berpatokan dengan
hanya mengutip tidak peduli yang rusak atau yang baik. Mereka tidak
memverifikasinya kepada sumbemya dan tidak
mengukumya dengan serupanya dan tidak menelitinya dengan standar
ilmu dan berdiri terhadap kebiasaan alam semesta dan menguatkan pemikiran dan
bashirah dalam berita-berita maka mereka tersesat dari kebenaran dan
bingung dalam lapangan dugaan dan kesalahan" (Albar,
Al-Maktabah al Syamilah juz 1 h. 13).
Oleh karena itu
Abul Jadid tertolak bemasab kepada Ahmad bin Isa karena ia tersambung melalui
Abdullah yang namanya tidak dicatat sebagai anak Ahmad bin Isa dalam kitab
Al-Syajarah Al-M ubarakah dan kitab-kitab nasab lainnya. Dimana dengan tegas
Al-Syajarah al-M ubarakah menyatakan bahwa keturunan Ahmad bin Isa hanya dari
tiga anak: Muhammad, Ali dan Husain.
(14) Kitab Shihah al-Akhbar (Abad 9)
Kitab ini bernama Shihah al-Akhbar Fi Nasab al-Sadat
al-Fathimiyah al Akhyar karya Abdullah Muhammad Sirajuddin bin Abdullah
al-Rifa'I al Makhzumi al-Washithi (w.885 H.). Versi cetak kitab ini
di-tahqiq oleh Arif Ahmad Abdul Ghani; diterbitkan oleh "Daar
al-Arab" dan "Daar Noor Hauran" Kota Damaskus tahun
2014 M.
Dalam kitab ini disebutkan bahwa Ahmad bin Isa mempunyai anak bernama Abul
Qasim al-Abah al-Naffath dan Muhammad Abil Hasan. Menurut kitab ini, Abul
Qasim al-Abah al-Naffath mempunyai keturunan di Bagdad.
Selain di Bagdad ia juga, menurut informasi lemah ( 'ala ma yuqaalu:
berdasar yang dikatakan orang), mempunyai keturunan di Yaman
(h.122).
Kitab ini memasukan nama baru untuk anak Ahmad bin Isa,
yaitu Abul Qasim al-Abah. Agaknya penulis kitab ini mendapat informasi yang
salah tentang nama Abul Qasim Al-Abah al-Naffath, di mana nama itu adalah tiga
gelar milik Ahmad bin Isa bukan nama anaknya sesuai kitab Al-M ajdi (h.337).
kemungkinan besar ia membaca manuskrip kitab Al-M
ajdi yang sudah terdistorsi karena usia kertas
atau kesalahan penyalin. Perhatikan kemiripan kitab ini dengan ibarat kitab
Al-M
ajdi berikut ini:
Kita juga akan lihat, kitab palsu Al-Raudl
al-Jaliy ibaratnya mirip dengan kitab Shihah ini. kemungkinan besar kitab
palsu Al-Raudl al-Jaliy mengkloning ibarat lalu memasukan nama Abdullah
dan Ubaidillah.
(15) Bahr al-Ansab atau Al-Musyajjar al-Kasyaf (Abad 10)
Kitab ini bernama Bahr al-Ansab atau disebut juga M usyajjar
al-Kasyaf, karya Muhammad bin Ahmad bin Amididin al-Najafi (w. 900 H.). salah
satu versi cetak kitab ini di-tahqiq oleh Anas al-Kutbi al-Hasani; diterbitkan
oleh "Al-Khazanah al Kutbiyyah al-Hasaniyyah al-Khashah" tahun 1419 H.
di Kota Madinah.
Di dalam kitab ini, nama-nama anak Ahmad bin Isa ada lima
yaitu: Muhammad, Ali, Al-Hasan/Al-Husain (tidak jelas) Uraid, Ahmad dan
Al-Ridlo.
Kitab ini mengkonfirmasi kitab-kitab yang
sebelumnya yaitu Al-Syajarah al M ubarakah yang menyebut
nama-nama anak yang berketurunan ada tiga orang yaitu: Muhammad, Ali dan
Husain. Sedangkan dua nama lainnya yaitu Ahmad dan Al-Ridlo tidak dicatat oleh
Al-Syajarah al-M ubarakah karena tidak berketurunan. Muhammad dan Ali ditulis
keturunannya oleh kitab M untaqilat al-Thalibiyah, tetapi untuk Husain
tidak dicatat karena "ikhtilath" (tercampur riwayat dengan keluarga Husain bin
Ahmad al-Sya'rani (Al-Syajarah al-M ubarakah h. 127). Dalam kitab
Bahr al-Ansab ini pun, walau ditulis anaknya lima tetapi yang ditulis
berketurunan ada dua yaitu Muhammad dan Ali.
Yang menarik, dalam
kitab ini pun ada tambahan keterangan bahwa dalam sebuah salinan kitab
Bahr al-Ansab yang disalin oleh Murtadla al-Zabidi ditambahkan satu anak untuk
Ahmad bin Isa yaitu Ubaidillah. Manuskrip salinan Murtadla al-Zabidi tersebut
terdapat di "Daar al-Kutub al-Mishriyyah". Jadi, nama Ubadillah walaupun ada
dalam kitab Bahr al-Ansab ini, tetapi itu hanya susupan yang dimasukan oleh
Murtadla al-Zabidi pada salinan kitab yang ditulis awal abad 13 H.
Perhatikan
musyajjar kitab Bahr al-Ansab ini:
Untuk lebih menguatkan
bahwa nama Ubaidillah yang terdapat dalam kitab Bahr al-Ansab adalah susupan
abad ke-13 awal, berikut ini manuskrip tahun 1214 H.
yang membedakan antara warna tulisan pengarang dan warna tulisan susupan.
Untuk tulisan asli pengarang Bahr al-Ansab ditulis dengan tinta hitam,
sedangkan tulisan susupan ditulis dengan tinta merah. Nama Ubaidillah yang
terdapat dalam mansukrip ini dicatat dengan tinta merah sebagai tanda bahwa
nama Ubaidillah itu hanya tulisan susupan dan penyalinnya tidak
menetapkan kesahihannya (lihat Tuhfat al-Azhar h.34), dan
diberikan keterangan dibawahnya "Min khathi Muhammad Murtadla" (dari tulisan
Muhammad Murtadla (al-Zabidi). Perhatikan manuskrip di bawah ini:
(16) Kitab Tuhfat al-Thalib (Abad 10)
Kitab ini bernama Tuhfat al-Thalib Bima 'rifati Man Yantasibu Ila
Abdillah Wa Abi Thalib karya Muhammad bin Husain bin Abdullah al-Husaini
al-Samarqandi al-Madani (w.996 H.). Kitab versi cetak ditahqiq oleh Anis
al-Kutbi al-Hasani; diterbitkan oleh "Al-Khazanah al-Kutubiyyah
al-Hasaniyyah al-Khashah" tahun 1418 H. di Kota Madinah.
Manuskrip kitab ini ditulis tahun 1895 M/1316 H. atau 129 tahun yang lalu oleh Muhammad Sa'id bin Muhammad bin Sulaiman tanpa menyebutkan dari sumber mana ia menyalin kitab yang diatribusikan kepada ulama abad 10 H. itu. Kemungkinan besar ia menyalin dari tulisan orang Tarim Yaman. Manuskrip Tuhfat al-Thalib ditemukan di Tarim tepatnya di "Maktabah Al-Husaini" dengan 77 halaman. Menurut M uhaqqiq kitab ini, penulis kitab ini mengambil referensi dari dua kitab yaitu dari kitab Umdat al-Thalib dan Bahrul Ansab karya Ibnu Amididdin al-Najafi. Yang menarik, M uhaqqiq menyatakan selain dari dua kitab ini, penulisnya berpegangan pada "Ta'liqat Lathifah Gaer M uhaqqaqah" (ta'liq ta'liq kecil yang tidak bisa diverifikasi) [h.8].
Penulis kitab ini memasukan keluarga Abdurrahman Assegaf (Ba'alwi) sebagai
keturunan Ahmad bin Isa berdasarkan sebuah ta 'liq yang ia temukan. Inilah
kitab nasab pertama yang memasukan nama-nama keluarga Abdurrahman Assegaf
sebagai keturunan Ahmad bin Isa. Ia mengaku memasukan keluarga
Ba'alwi sebagai keturunan Ahmad bin Isa hanya dari sebuah ta 'liq yang
ia temukan.
Yang demikian itu menjelaskan betapa
lemahnya nasab Ba'alwi untuk pertama kali masuk ke
dalam kitab nasab, yaitu hanya berdasarkan catatan kecil bukan berasal dari
kitab nasab sebelumnya. Untuk kemudian kitab-kitab nasab
masa selanjutnya mengutip dari kitab Tuhfah ini tanpa
memberi catatan kelemahan itu. Dari situ
mulailah mashur ( Syuhrah wa al-Istifadlah) marga Ba Alawi sebagai
keturunan Ahmad bin Isa walau dimulai dari penyambungan yang sangat
lemah. Kelemahan itu dapat ditinjau dari dua sisi: pertama kelemahan
atribusi kepada Al-Samarqandi (w.996 H.). walau diatribusikan kepada non Ba'
alwi tetapi sumber mansukrip ini berasal dari Tarim; yang kedua kelemahan ia
ditulis tanpa referensi kitab nasab sebelumnya.
Imam Nawawi dalam
kitab Raudlat al-Thalibin mengatakan:
"Al-Istifadlah dan Al-Syuhrah (popular) di kalangan awam tidak dapat dipercaya karena terkadang sumbernya adalah 'talbis' (Menutupi dan memutarbalikkan kebenaran). Adapaun Tawatur maka ia tidak bisa melahirkan keyakinan jika tidak bersandar kepada sumber yang diyakini yang dapat diindera" [Raudlat al-Thalibin, Al-Maktabah al Syamilah, juz 11 h. 103].
Perhatikan ibarat kitab Tuhfat al-Thalib di bawah ini:
Kitab Tuhfat
al-Thalib adalah kitab nasab pertama yang menyebut nama nama keluarga Ba'alwi
sebagai keturunan Ahmad bin Isa setelah 651 tahun dari mulai wafatnya
Ahmad bin Isa. penyebutan ini tanpa referensi sedikitpun, ia di ambil
oleh Al-Samarqandi dari sebuah ta'liq (catatan kecil) kemudian ia msukan ke
dalam kitab ini. tidak bisa juga dikatakan bahwa kitab ini mengambil dari
referensi kitab Al-nafbah al-Anbariyah, karena yang disebutkan oleh kitab
Al-Nafbah adalah rangkaian keluarga Jadid yang juga menyusup kepada keluarga
Ahmad bin Isa. satu-satun ya kitab nasab yang mencantumkan Jadid keturunan
Ahmad bin Isa hanya kitab Al-Nafbah tanpa referensi dari kitab nasab.
Yang
paling menarik adalah, kedua nasab ini mereka sama-sama mencangkok tetapi
tidak saling koordinasi. Kitab Al-Nafhah ketika mencangkokan Jadid, ia hanya
menceritakan Jadid bin Abdullah "bin" Ahmad bin Isa; sementara kitab Tuhfat
al-Thalib hanya menceritakan keluarga Alwi bin Abdullah "bin" Ahmad bin Isa.
padahal kedua keluarga ini sama sama mencangkokan diri kepada Ahmad bin Isa
dari "putra" nya yang bernama Abdullah. Seharusnya mereka berdua saling
menguatkan bahwa Jadid punya kakak Alwi atau sebaliknya. Tetapi yang
demikian itu tidak dilakukan. Hal itu adalah sebuah ciri
signifikan bahwa kedua nasab itu hanya mencangkok dari nasab Ahmad bin
Isa. koordinasi sejarah itu akan berlangsung pada waktu-waktu selanjutnya
dalam kitab-kitab sejarah dan nasab karya ulama Ba'alwi dan circle-nya di masa
belakangan.
(17) Kitab Tuhfat al-Azhar (Abad 11)
Kitab ini bernama Tuhfat al-Azhar
wa Zilal al-Anhar Fi Nasab Abna 'I al A 'immati
al-Athhar, karya Dlamin bin Syadqam Al-Husaini al-Madani (w. <1090 H.).
Versi cetak kitab ini di-tahqiq oleh Kamil Salman al-Jamburi; diterbitkan oleh
"Markaz Nasyr Turats al-Makhtut" Teheran Iran tahun 1420 H. kitab ini terdiri
dari jilid satu dan jilid dua; jilid dua terdiri dari: jilid dua bagian satu
dan jilid dua bagian dua.
Dalam jilid dua bagian dua, terdapat nama
Alwi bin Abdullah di sebutkan sebagai keturunan Ahmad bin Isa. kitab ini
adalah kitab nasab yang kedua yang memuat nama Alwi sebagai keturunan Ahmad
bin Isa setelah kitab Tuhfat al Thalib (996 H.). Jadi, setelah 94
tahun, ada pengarang kitab yang memasukan nama
Alwi sebagai keturunan Ahmad bin Isa. Agaknya ia menjadikan kitab Tuhfat
al-Thalib sebagai referensi.
Ia tidak tahu bahwa kitab Tuhfat
al-Thalib ketika memasukan nama Alwi itu tidak berdasar refernsi sebelumnya.
Dalam kitab ini juga terbongkar penyusup ketiga kepada keluarga Ahmad bin Isa.
Penyusup itu adalah keluarga Ismail yang mencangkok sebagai
anak Abdullah. Perhatikan kitab Tuhfat al-Azhar
di bawah
Dalam kitab Tuhfat al-Azhar ini dikatakan bahwa Abdullah mempunyai
anak tiga: Abdullah, Muhammad dan Ali. Yang aneh adalah dikatakan bahwa
Abdullah mempun yai anak Alwi dan Ismail.
Dalam catatan Ba'alwi
Abdullah mempunyai anak tiga: Alwi, Bashri dan Jadid, tidak ada nama Ismail.
Dan tidak bisa dikatakan bahwa Ismail ini adalah nama lain dari Bashri,
seperti dikatakan buku-buku Ba'alwi modern, karena nama keturunan Bashri yang
dicatat dalam literature Ba'alwi awal seperti Al-Burqat dan Al-Gurar, hanya
Salim bin Bashri, sementara dalam kitab Tuhfat al-Azhar m1 banyak
ditulis keturunan Ismail dan tidak ada yang bernama Salim.
Dalam kitab
Tuhfat al-Azhar ini dikatakan Ismail mempunyai anak tiga: Tahir, Ahmad
al-Murahhaj dan Hasan al-Barak. Tahir mempunyai anak Barkat, Barkat
mempunyai anak Husain, Husain mempunyai anak Musa, Musa mempunyai
anak Husain. Tidak ada nama Salim disebutkan.
Ini menunjukan bahwa Ismail
yang disebut kitab Tuhfat al-Azhar ini bukanlah Bashri. Ia adalah pecangkok
lain kepada keluarga Ahmad bin Isa melalui Abdullah. Perhatikan kitab Gurar
al-Baha al-Dlaui karya Khirid Ba'alwi (w.960 H.) di
bawah ini yang menyebut bahwa keturunan Bashri hanya bernama Salim:
Jelas sekali tidak ada nama Ismail disebut kitab Al-Gurar sebagai alias dari Bashri. Dan disebutkan bahwa keturunan Bashri yang dikenal hanya Salim, sedangkan nama Salim ini tidak disebut kitab Tuhfat al-Azhar. Demikian pula kitab Ba'alwi yang lain yaitu Al-Burqat al-M usyiqah (890 H.) tidak memberikan alias bagi Bashri sebagai Ismail (h. 135).
Nama Jadid sama sekali tidak disebut dalam kitab Tuhfat al-Azhar ini sebagai
anak Abdullah. Hal itu menunjukan bahwa pengarang kitab ini sama sekali tidak
membaca kitab Al-Nafhah al-Anbariyah (880 H.) dan kitab Al-Suluk (732 H.), di
mana keluarga Abdurrahman Assegaf pertama kali mencantolkan diri kepada Ahmad
bin Isa karena melihat nasab Jadid di kitab Al-Suluk yang dicatat melalui
Jadid bin Abdullah "bin" Ahmad bin Isa. Begitu pula kitab Al-nafhah
al-Anbariyah mencatat nama Jadid sebagai anak Abdullah "bin" Ahmad bin Isa itu
kemungkinan besar karena melihat kitab Al-Suluk tersebut.
Kesimpulan
dari semua itu adalah kitab Tuhfat al-Azhar ini makin membongkar
betapa tidak konsistennya sebuah nasab cangkokan seperti nasab Ba'alwi
yang sengaja dipabrikasi. Lihat perbedaannya dengan nama Muhammad
dan Ali bin Ahmad bin Isa yang tetap konsisten disebut sejak abad ke-5 sampai
kitab Tuhfat al-Azhar ini.
(18) Kitab Al-Raudl al Jaliy (Abad 13)
Kitab ini kitab palsu bemama Al-Raudl al-Jaliy Fi Nasab Bani
'Alwi dinisbahkan kepada Imam Muhammad Murtadla al-Zabidi
(w.1205 H.). kitab ini ada dua versi cetak: pertama ditahqiq oleh
Arif Ahmad Abdul Ghani yang kedua oleh DR. Muhammad Abubakar Abdullah Badzib.
Versi cetak yang ditahqiq oleh Arif Ahmad Abdul Ghani berjudul Al-Raudl
al-Jaliy Fi Ansab Ali Ba 'alwi; diterbitkan oleh Penerbit "Daar Sa'd al-Din"
dan Penerbit "Daar Kinan" tahun 2010. Sedangkan yang
di-tahqiq oleh Badzib berjudul Al Raudl al-Jaliy Fi Nasab Bani Alwi,
diterbitkan oleh "Daar al-Fath" tahun 2022.
Kitab ini disebut palsu
karena, Badzib, pen-tahqiq kitab Al raudul Jaliy dari Hadramaut,
mengatakan bahwa kemunculan kitab Al Raudul Jaliy ini mencurigakan. Manuskrip
kitab tersebut muncul berdasar kronologi riwayat yang berakhir kepada
sosok yang terbukti telah memalsukan sebuah kitab. Sosok yang dimaksud adalah
seseorang yang bemama Hasan Muhammad Qasim (w. 1394 H.) yang berasal dari
Mesir yang barn wafat 50 tahun yang lalu. Menurut Badzib, Hasan
Muhammad Qasim adalah tokoh pertama yang memunculkan kitab Al Raud al Jaliy.
Sebelumnya tidak ada berita bahwa Syekh Murtada al Zabidi mempunyai sebuah
kitab bernama Al Raud al Jaliy (lihat Mukaddimah Kitab Al Raudul Jaliy
cetakan Darul Fatah h. 47).
Kronologi munculnya manuskrip kitab Al-Raudl al-Jaliy tersebut, menurut Badzib dalam mukaddimah cetakan kitab tersebut, berdasarkan pengakuan Alwi bin Tahir al-Haddad (w.1962 M) yang memegang naskah itu: Hasan Muhammad Qasim berteman dengan para Ba'alwi yang tinggal di Mesir. Salah satu Ba'alwi bernama Ali bin Muhammad bin Yahya. Ali bin Yahya ini adalah murid dari Alwi bin Tahir. Menurut Alwi bin Tahir, Ali bin Yahya tersebut kemudian mengirirnkan kepadanya sebuah salinan kitab Al-Raudul Jaliy tulisan Hasan Muhammad Qasim bertanggal 25 Sya'ban 1352 H., menurutnya lagi, naskah itu disalin dari salinan tahun 1196 H. tulisan Abdul Mu'ti al Wafa'i. katanya lagi, Abdul Mu'ti ini manyalin dari tulisan asli Syekh Murtada al Zabidi. Katanya lagi, manuskrip karya Abdul Mu'ti itu tersimpan di "Maktabah Sadat Al Wafaiyyah" di Mesir (lihat Al Raudl al- Jali h. 7).
Pertanyaannya: Benarkah salinan asli tulisan Abdul Mu'ti itu ada di "Maktabah
Sadat Al Wafaiyyah"? Tidak ada. silahkan di eek di perpustakaan "Al
Wafaiyyah". Tidak ada manuskrip kitab Al-Raudl al-Jaliy salinan
abdul Mu'ti. Kitab Itu Jelas Palsu. Manuskripnya Palsu. Kitab
Al-Raudlal-Jaliyi bukan tulisan Syekh Murtada Al Zabidi. Manuskrip yang
beredar sekarang berasal dari dua penyalin: pertama salinan Hasan Muhammad
Qasim tahun 1352 H; kedua salinan Tahir bin Alwi bin Tahir yang menyalin dari
Hasan Muhammad Qasim tersebut.
Lalu siapa Hasan Muhammad Qasim? Ia
adalah sosok yang telah terbukti menulis kitab "Akhbar al Zainabat" lalu
disebut sebagai karya Al Ubadili al 'Aqiqi (w.
277 H.) (lihat Al Raudl al-Jaliy h. 48). Artinya ia menulis naskah palsu di
zaman sekarang lalu naskah itu diasosiasikan sebagai karangan ulama abad ke-3
Hijriyah. Ba' dzib mencurigai, bahwa munculnya kitab Al-Raudl al- Jaliy itu
pun sama kejadiannya seperti kitab palsu "Akhbar al Zainabat" (lihat
Al-Raudl al-Jaliy cetakan Darul Fatah h. 48).
Hasan tinggal
di Mesir berteman dengan para Ba'alwi yang tinggal di sana seperti Abdullah
bin Ahmad bin Yahya (w. 1414 H.) dan Ali bin Muhammad bin Yahya (w. 1409 H.)
(lihat kitab Al Raudl al-Jali h. 8). Jadi jelas, bahwa Hasan ini mempunyai
benang merah ketika menulis kitab Al-Raudl al- Jaliy itu, yaitu adanya
interaksi antara dia dengan para Ba'alwi di Mesir. Menurut penulis sangat
patut diduga bahwa kitab itu ditulis oleh Hasan Muhammad Qasim berdasarkan
pesanan.
Lalu kenapa Ba' dzib tetap mencetak dan menerbitkan
kitab itu, walaupun ia tahu bahwa kitab itu kemungkinan besar adalah palsu?
Badzib beralasan bahwa manuskrip kitab Al-Raudl al-Jaliy dalam bentuk
microfilm telah beredar di masyarakat, bahkan telah ada yang mencetak pula
tanpa ada penjelasan kesalahan kesalahan dan perkara-perkara yang tidak
layak dinisbahkan kepada Syekh Murtada al Zabidi (Al-Raudl
al-Jaliy h. 49). Dengan dicetak ulangnya kitab Al Raud al-Jaliy
dengan disertai penjelasan kronologi kemunculan manuskrip itu, Badzib
mengharapkan masyarakat menyadari bahwa kitab Al-Raud al-Jaliy ini
penisbatannya kepada Syekh Murtada al Zabidi adalah "gairu maqtu" (tidak dapat
diputuskan final) ia bersifat "muhtamilah" (kemungkinan) saja (Al-Raud al-Jali
h. 49).
Penulis memahami kenapa Ba'dzib berbasa-basi bahwa masih ada
kemungkinan kitab itu dinisbahkan kepada Syekh Murtada al Zabidi beserta
banyaknya "qarinah" (tanda-tanda kuat) yang menyimpulkan bahwa kitab itu
bukan tulisan Syekh Murtada al Zabidi, mengingat kedekatan Badzib dengan para
tokoh-tokoh Ba'alwi. Bagi penulis, kitab itu jelas palsu dan bukan karya
Murtada al Zabidi, ia adalah tulisan Hasan bin Muhamad Qasim sendiri.
Seperti dulu ia mengarang kitab "Akhbar al-Zainabat" lalu dikatakan
kitab itu karya Al Ubaidili al Aqiqi, kitab Al-Raud al-Jali ini pun sama, ia
mengarangnya lalu dikatakan ia karya Syekh Murtada al Zabidi.
Untuk
membuktikan kesimpulan penulis itu benar atau salah sangat mudah: datangkan
mansukrip yang katanya ditulis oleh Abdul Mu'ti tahun 1196 H. yang dikatakan
oleh Hasan Muhammad Qasim terdapat di Maktabah "Al Wafaiyyah" dan
bahwa ia menyalinnya dari salinan itu. Penulis yakin seyakin yakinnya bahwa
salinan itu tidak pernah ada.
KESIMPULAN
Dari 18 buah kitab nasab yang berjejer dari abad ke 3-13 Hijriyah
awal, hanya kitab Tuhfat al-Thalib (996 H.) dan kitab Tuhfat al-Azhar (1090
H.) yang menyebut nasab keluarga Ba'alwi tersambung kepada Ahmad bin Isa.
Itupun bukan berdasar referensi yang valid tetapi hanya berdasar catatan
"Ta'liqMajhul" (cataan yang tidak jelas di ambil dari mana). Sedangkan kitab
Abna al-Imam dan kitab Al Raudl al-jaliy kita abaikan karena keduanya
terindikasi kuat sebagai kitab palsu.
Jadi, nasab Ba' alwi baru
tercatat dalam kitab nasab setelah 651 tahun sejak wafatn ya Ahmad
bin Isa. Nanti kita akan mengetahui bahwa kitab
pertama dari selain kitab nasab yang menyebut nama Alwi bin
Ubaid/Ubaidillah/Abdullah sebagai keturunan Ahmad bin Isa atau ketu runan
Rasullulah adalah kitab tasaw uf yang dikarang oleh Ba'alwi sendiri yaitu
kitab Al-Burqat al-M usyiqat tahun 895 H. jadi, mereka sekarang dikenal
sebagai keturunan Nabi bukan berasal dari kesaksian para ahli nasab, tetapi
dimulai dari pengakuan mereka sendiri, kemudian ada pengarang kitab nasab yang
sembrono, yaitu penulis kitab Tuhfat al-Thalib, yang memasukan ke dalam
kitabnya. Walaupun ketika ia memasukan itu diberikan keterangan bahwa nasab
Ba'alwi ini bukan diambil dari kitab nasab tetapi hanya dari sebuah catatan
ta'liq.
Dari sini benarlah ucapan Imam Nawawi dalam kitab Raudat
al-Thalibin bahwa Syuhrah wa al-Istifadlah yang terjadi diantara orang awam
tidak dapat dipercaya karena sering terjadi bahwa permulaan dari
istifadlah itu adalah penipuan. Berita mutawatir pun tidak
berfaidah terhadap ilmu jika tidak bersandar kepada sumber pengetahuan yang
dapat diindera.
"Al-Istifadlah dan Al-Syuhrah (popular) di kalangan awam tidak dapat dipercaya
karena terkadang sumbemya adalah 'talbis ' (Menutupi dan
memutarbalikkan kebenaran). Adapaun Tawatur maka ia tidak bisa
melahirkan keyakinan jika tidak bersandar kepada sumber yang diyakini yang
dapat diindera" [Raudlat al-Thalibin , Al-Maktabah al
Syamilah, juz 11 h. 103].
Wassalam