Cara Menempatkan Diri di Masyarakat
Nama kitab: Terjemah Wasiyatul Musthofa
Judul kitab asal: Washiyat al-Musthofa li al-Imam Ali Karramallahu wajhah (وصية المصطفى صلى الله عليه وسلم للإمام علي كرم الله وجهه)
Penulis: Abdul Wahab Asy-Sya’rani (ﺍﺑﻦ ﻋﻄﺎﺀ ﺍﷲ ﺍﻟﺴﻜﻨﺪﺭﻱ)
Nama lengkap: Syekh Asy-Sa’rani adalah Abdul Wahab Bin Ahmad Bin Ali Bin Ahmad Bin Ali Bin Muhammad Bin Musa Al-Sya’rani Al-Anshari Asy-Syafi’i Asy-Syadzili Al-Mishri.
Nama lengkap dalam bahasa Arab: أبو المواهب عبد الوهّاب بن أحمد بن علي الأنصاري المشهور بـالشعراني
Lahir: Qalqasandah, Mesir pada 27 Ramadhan 897 H/12 Juli 1493 M.
Wafat: Kairo, Mesir, bulan Jumadil Awwal 973 H/December 5, 1565 (usia 72 tahun).
Bidang studi: Tasawuf
Daftar Isi
- Wasiat Nabi Muhammad tentang Menjaga Lisan
- Wasiat Nabi Muhammad Tentang Malu
- Wasiat Nabi Muhammad Tentang Wara' (Berhati-hati Pada Setiap Perkara Haram dan Syubhat)
- Wasiat Nabi Muhammad Tentang Mencela Dunia
- Wasiat Nabi Muhammad Tentang Mengetahui Haliyah Manusia di Sisi Allah
- Wasiat Nabi Muhammad Tentang Tanda-Tanda Kebaikan
- Wasiat Nabi Muhammad Tentang Tanda-Tanda Syirik
- Wasiat Nabi Muhammad Tentang Doa-Doa
- Wasiat Nabi Muhammad Tentang Tata Cara Menempatkan Diri Di Masyarakat
- Kembali ke: Washiyat al-Musthafa
VIII. WASIAT RASUL TENTANG MEMELIHARA LISAN
Larangan Ghibah dan Kafaratnya
Rasulullah
saw. bersabda: Janganlah kamu mencela seseorang, sebab sesuatu yang ada pada
orang itu. Karena, setiap daging itu pasti ada tulangnya (tiada orang yang
sempurna, tanpa cacat). Dan ghibah itu tidak ada kafaratnya, kecuali meminta
ridha dan maaf kepada yang bersangkutan.
Keterangan:
Ghibah
adalah membicarakan orang lain tentang sesuatu yang tidak disukainya atau
membicarakan aib atau kekurangan orang lain, baik aib badan, nasab, perbuatan,
pekerjaan, ucapan, pengamalan agama atau harta kekayaannya, termasuk pakaian
dan kendaraannya.
Rasulullah saw. bersabda:
“Hindarilah
ghibah, sesungguhnya ghibah itu lebih berat dosanya daripada zina.”
“Barangsiapa
yang melakukan ghibah (ngerasani) terhadap saudaranya sesama muslim, maka
Allah di hari kiamat nanti memindahkan wajah orang tersebut ke belakang. ”
Jabir
bin Abdullah Al-Anshori r.a. berkata: Dulu, di zaman Rasulullah saw. bau
ghibah itu terasa. Setiap ada yang melakukan ghibah, maka baunya menyengat
setiap hidung setiap orang, karena sangat jarang ada ghibah. Tetapi zaman
sekarang bau ghibah ini tidak lagi terasa, tidak lagi menyengat hidung orang,
karena sangat banyak dilakukan ghibah di mana-mana, sehingga hidung
orang-orang zaman sekarang tidak lagi peka terhadap bau ghibah, sebab sudah
amat terbiasa. Hal ini seperti halnya, jika kita masuk ke tempat pengolahan
kulit, maka kita pasti tidak betah berada di tempat itu lama-lama, karena bau
busuk kulit-kulit itu sangat menyengat dan terasa ingin muntah, sebah kita
tidak terbiasa. Tetapi para pegawai di situ dan orang-orang di sekitar tempat
itu tidak lagi terganggu oleh bau busuk kulit, maka mereka bisa makan dan
minum di tempat itu, karena sudah terbiasa,
Telah
dikisahkan, bahwa pada suatu hari Nabi Isa a.s. keluar rumah, lalu bertemu
iblis yang tangan kanannya membawa madu dan tangan kirinya membawa debu. Nabi
Isa bertanya, untuk apakah madu dan debu itu, hai, iblis? Iblis menjawab: Madu
ini untuk dioleskan pada setiap bibir orang yang sedang ghibah, agar semakin
betah. Sedangkan debu ini aku taburkan ke wajah anak-anak yatim, agar
orang-orang tidak suka melihatnya. (Mukhasyafatul Qulub: 62).
Bahaya Lisan
Hai, Ali, Allah swt. tidak
menciptakan sesuatu pada raga manusia yang lebih utama daripada lisan. Ia
dapat membuat orang masuk surga dan dapat menyebabkannya masuk neraka. Karena
itu, jagalah lisanmu, sesungguhnya dia adalah bagaikan anjing gila.
Keterangan:
Seorang
cendekiawan berkata: Jasad manusia itu terdiri atas tiga bagian, yaitu: Hati,
lidah, dan anggota badan lainnya. Allah memuliakan masing-masing bagian.
Memuliakan hati adalah dengan makrifat dan tauhid, dan memuliakan lisan dengan
kesaksian bahwa tidak ada Tuhan, kecuali Allah dan membaca : Alqur-an,
sedangkan kemuliaan anggota badan yang lain adalah dengan salat, puasa, dan
ibadah-ibadah lainnya.
Masing-masing bagian itu
ada pengawas dan pemeliharaanNya. Hati diawasi oleh Allah sendiri, sehingga
tidak ada yang mengetahui apa yang ada di dalam hati, kecuali Allah,
Pemeliharaan lisan diserahkan kepada malaikat pencatat amal, di mana Allah
Ta’ala berfirman:
“Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
(Q.S. Qaaf: 18).
Sedangkan pemeliharaan anggota
badan yang lain, diserahkan pada perintah dan larangan. Masing-masing itu
harus jujur. Kejujuran hati adalah tetap beriman, tidak dengki, tidak
berkhianat dan tidak membuat tipu daya. Kejujuran lisan adalah tidak
menggunjing, tidak bohong, dan tidak mengucapkan hal hal yang tidak berguna.
Sedangkan kejujuran anggota badan lainnya adalah tidak maksiat kepada Allah
dan tidak mengganggu sesama muslim. Barangsiapa hatinya tergelincir, maka ia
munafik. Barangsiapa lisannya tergelincir, maka ia kafir. Dan barangsiapa
anggota-anggota badannya tergelincir, maka ia orang yang durhaka.
Allah
swt. menciptakan makhluk ini ada yang memiliki lidah (lisan) yang dapat
berbicara dan ada yang tidak memiliki lisan. Ikan itu makhluk yang tidak
berlidah. Konon, Allah swt. ketika menciptakan Adam a.s., Dia memerintahkan
kepada malaikat agar bersujud kepadanya. Mereka sujud, kecuali iblis. Kemudian
Allah mengeluarkan iblis dari surga dan menurunkannya ke bumi, Jalu dia datang
ke laut. Makhluk yang pertama kali melihat iblis adalah ikan. Iblis lalu
memberitahunya tentang penciptaan Adam a.s. dan mengatakan, bahwa Adam itu
selalu memburu dan menangkapi binatang-binatang di laut dan di darat. Ikan itu
menyampaikan berita tentang Adam dan perbuatannya ini kepada seluruh binatang
laut. Karena perbuatan inilah, Allah menghilangkan lidah ikan. (Mukhasyafatul
Qulub: 6).
Larangan
Melaknat
Hai, Ali, janganlah engkau melaknat
seorang muslim atau binatang, karena laknat itu akan kembali kepada dirimu.
Keterangan:
Setiap
orang Islam dilarang mengutuk ciptaan (makhluk) Allah swt. Baik binatang,
makanan atau orang secara pribadi, sekalipun orang kafir, Yahudi, atau
Nasrani. Adapun melaknati secara umum itu boleh, seperti ucapan mudah-mudahan
Allah melaknati orang-orang yang zalim. Semoga Allah melaknati orang-orang
kafir dan semoga Allah melaknati orang-orang yang fasik.
Kita
di hari kiamat tidak akan ditanya dan tidak diminta tanggung jawab atas
perbuatan tidak melaknat, kita tidak ditanya oleh Allah: Mengapa kamu tidak
melaknat si anu? Bahkan andaikan kita sepanjang usia tidak pernah melaknat
iblis, maka kita tidak akan ditanya dan tidak akan dipermasalahkan oleh Allah.
(Al-Muroqi Al-Ubudiyyah: 69).
IX. WASIAT RASUL TENTANG RASA MALU
Hai, Ali, pengamalan agama itu semuanya terpusat pada sifat malu. Malu
adalah menjaga kepala dan apa saja yang ada padanya, serta menjaga perut dan
apa yang ada padanya.
Keterangan:
Malu
itu adalah suatu sifat yang ada pada hati yang mendorong dirinya meninggalkan
perbuatan yang tidak baik dan mencegahnya teledor memenuhi hak orang yang
mempunyainya. Malu itu termasuk perangai yang mulia dan agung. Sifat malu Itu
pada dasarnya merupakan sifat bawaan wanita yang asli. Oleh sebab itu, apabila
kaum wanita itu sudah sedikit atau berkurang memiliki sifat malu, maka itu
pertanda hari kiamat telah dekat. (Nuzhatul Muttaqin: 1/484-486),
Al-Faqih
menuturkan dari Al-Hakim Abul Hasan, dari Ishag, dari Bakar bin Munir, dari
Muhammad bin Al-Haitsam, dari Abu Usman, dari Hisyam, dari Sufyan, dari Aban
bin Ishaq, dari Ash-Shabbah bin Muhammad, dari Murrah, dari Abdullah bin
Mas’ud r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda:
”Malulah
kamu kepada Allah dengan malu yang sebenarnya. Para sahabat berkata:
Alhamdulillah kami sudah malu kepada Allah. Beliau bersabda: Bukan begitu,
akan tetapi barangsiapa malu kepada Allah dengan malu sebenarnya, maka
hendaklah ia menjaga kepala dan anggota tubuh yang berada di kepala (yaitu
mata, hidung, telingd dan mulut), perut dan yang berada di rongga dada, dan
hendaklah ia ingat mati dan kerusakan. Dan barangsiapa yang menginginkan
akhirat, maka ia harus meninggalkan kesenangan kehidupan dunia. Maka,
barangsiapa yang telah mengerjakan yang demikian itu, niscaya ia telah
benarbenar malu kepada Allah.”
Dari Al-Hasan,
dari Nabi saw., beliau bersabda:
“Malu itu
termasuk iman, dan iman itu berada di dalam surga. Sikap kasar itu termasuk
kerendahan budi, dan kerendahan budi itu berada dalam neraka.”
X. WASIAT RASUL TENTANG WARA' (MENJAUHI HAL SYUBHAT)
Wara’ Tanda Kesempurnaan Iman
Hai,
Ali, tidaklah sempurna agama seseorang yang tidak bertakwa kepada Allah swt.
Tidaklah sempurna akal pikiran seseorang yang tidak dapat menjaga diri. Tidak
sempurna iman seseorang yang tidak wara” (menjauhkan diri dari hal-hal yang
syubhat, halal dan haram). Tidak sempurna ibadah orang yang tidak berilmu.
Tidaklah disebut satria orang yang tidak gemar sedekah. Tidaklah discbut orang
yang tepercaya orang yang tidak dapat menyimpan rahasia. Tidak ada tobat bagi
orang yang tidak dapat petunjuk dan tidak disebut dermawan orang yang tidak
memiliki rasa malu.
Keterangan:
Ulama
salaf berbeda pendapat tentang batasan wara”, menurut Imam Al-Muhasibi ada
tiga pendapat:
Meninggalkan
hal-hal yang ragu dalam hati. Pendapat ini adalah pendapat Imam Sufyan
Ats-Tsauri, Ibrahim bin Adham, Wahaib bin Al-Ward dan Syu’aib bin Harb.
Berhenti pada hal-hal yang syubhat. Pendapat ini adalah pendapat ulama ahli
hadis.
Meninggalkan hal-hal
yang tidak ada masalah, karena takut ada masalah. Pendapat ini adalah pendapat
Imam Thawus, Ibnu Sirin, dan Ayyub bin ‘Aum.
Dari
Abu Musa Al-Asy’ari r.a., ia berkata: Segala sesuatu itu ada batasnya, dan
batas-batas Islam itu adalah wara” (berhatihati), tawadhu’ (rendah hati),
syukur dan sabar. Wara” merupakan puncak dari segala sesuatu, tawadhu’
merupakan pembebas dari kesombongan, sabar merupakan penyelamat dari neraka,
dan syukur itu merupakan sarana untuk mencapai surga.
Diriwayatkan
dari Nabi saw., bahwa beliau bersabda:
“Seandainya
kamu mengerjakan salat sampai kamu bungkuk dan kamu puasa sampai kamu kurus
seperti senar, maka tidak bermanfaat bagimu, kecuali dengan wara’.”
Al-Faqih
menjelaskan, bahwa tanda wara’ itu adalah apabila seseorang menganggap sepuluh
hal seperti di bawah ini merupakan kewajiban bagi dirinya. Kesepuluh hal itu
adalah:
Menjaga lisan dari
menggunjing, karena Allah Ta’ala berfirman:
“Janganlah
sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (Q.S. Al-Hujurat: 12).
Menjauhkan diri dari prasangka yang tidak baik, karena Allah berfirman:
“Jauhilah
kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa.” (Q.S.
Al-Hujurat: 12).
Di samping ayat tersebut, Nabi saw. juga
bersabda:
“Jauhilah berprasangka, karena
prasangka itu sejelekjelek perkataan.”
Menjauhkan diri dari menghina orang lain, karena Allah berfirman:
“Janganlah
suatu kaum menghina kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka yang (dihina
itu) lebih baik dari mereka (yang menghina).” (Q.S. Al-Hujurat: 11).
Memejamkan mata dari segala hal yang diharamkan oleh Allah, karena Allah
berfirman:
“Katakanlah kepada orang-orang yang
beriman (supaya) mereka memejamkan mata mereka.” (Q.S. An-Nur: 30).
Berkata benar, karena Allah berfirman:
” Apabila
kamu berkata, maka hendaklah adil (benar).” (Q.S. Al-An’am: 182).
Ingat akan nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya, supaya tidak timbul rasa
sombong dalam dirinya, karena Allah berfirman:
“Bahkan
(sebenarnya) Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu
pada keimanan, Jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.S. Al-Hujurat: 17).
Membelanjakan hartanya dalam kebenaran dan tidak membelanjakannya dalam
kebatilan, karena Allah berfirman:
“Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan
dan tidak kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian.” (Q.S. Al-furqan: 67).
Tidak bertindak
sewenang-wenang dan sombong, karena Allah berfirman:
”Negeri
akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri
dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.” (Q.S. Al-Qashash: 83).
Menjaga waktu salat yang lima, termasuk rukuk dan sujudnya, karena Allah
berfirman:
” Peliharalah waktu salat(mu), dan
(peliharalah) salat Wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam salatmu) dengan
khusyuk.” (Q.S. al-Baqarah: 238).
Berpegang
teguh pada sunah dan jamaah kaum muslimin, karena Allah berfirman:
“Dan
bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu, agar kamu bertakwa.” (O.S. Al-An’am: 153).
Orang yang Tidak Wara’ itu Lebih Baik Mati
Hai,
Ali, orang yang tidak mau menjauhi perbuatanperbuatan maksiat itu lebih baik
mati daripada hidup di permukaan bumi, karena hati orang itu tidak ada
imannya.
Pangkal Wara’
Hai,
Ali, pangkal wara” adalah meninggalkan barang haram dan hal-hal yang
diharamkan oleh Allah swt. Dan pangkal kemuliaan adalah meninggalkan
kemaksiatan.
Nilai Akhlak yang
Baik
Hai, Ali, sesungguhnya setiap orang itu
dapat mencapai derajat orang yang berpuasa, yang aktif berjuang (perang)
membela agama Allah dengan akhlak (bertingkah dan bertutur kata) yang baik.
Hai,
Ali, jadilah engkau orang yang selalu bermuka manis, berseri-seri, sebab Allah
swt. itu menyukai orang-orang yang berseri-seri wajahnya dan membenci
orang-orang yang bermuka masam, cemberut dan galak.
Nilai Berdiam
Hai, Ali, pangkal ibadah adalah
diam, kecuali Zikir kepada Allah swt.
Keterangan:
Seorang
cendekiawan mengatakan, bahwa diam itu mengandung 7.000 kebaikan dan semuanya
itu dirangkum dalam tujuh kalimat, yang masing-masing kalimat mengandung
seribu kebaikan. Ketujuh kalimat itu adalah:
Diam itu merupakan ibadah tanpa susah payah.
Diam itu
merupakan perhiasan tanpa emas permata.
Diam itu
merupakan kewibawaan tanpa kekuasaan.
Diam itu
merupakan benteng tanpa pagar.
Diam itu merupakan
kekayaan tanpa merendahkan orang lain.
Diam itu
merupakan istirahat bagi malaikat pencatat amal. Diam itu merupakan penutup
aib.
Ada yang mengatakan, bahwa diam itu
merupakan hiasan bagi orang pandai dan tirai bagi orang yang bodoh.
Diriwayatkan
dari Nabi Isa bin Maryam a.s., beliau bersabda:
”Setiap
perkataan yang bukan zikir kepada Allah itu tidak ada gunanya. Setiap diam
yang bukan untuk berpikir adalah kelalaian. Setiap pandangan yang bukan untuk
mengambil pelajaran adalah sia-sia. Maka, beruntunglah orang yang perkataannya
adalah zikir kepada Allah, diamnya adalah berpikir, dan pandangannya untuk
mengambil pelajaran.”
Penyebab
Kematian Hati
Hai, Ali, banyak tidur itu
menyebabkan hati menjadi mati dan dapat menghilangkan cahaya muka. Sedangkan
banyak dosa itu juga menyebabkan hati mati dan menimbulkan penyesalan yang
tiada henti.
Syukur dan
Sabar
Hai, Ali, barangsiapa yang dikaruniai
nikmat oleh Allah, lalu bersyukur, diuji oleh Allah lalu sabar, dan berbuat
dosa lalu memohon maaf, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia
suka.
Keterangan:
Syukur itu
berhubungan dengan hati, lisan dan anggota tubuh. Adapun syukur dengan hati
adalah berniat baik dan menyembunyikannya dari seluruh makhluk. Syukur dengan
lisan adalah melahirkan syukur kepada Allah swt. dengan mengucapkan
Alhamdulillah. Sedangkan syukur dengan anggota tubuh adalah menggunakan
nikmat-nikmat itu untuk bakti dan taat kepada Allah swt. serta tidak
menggunakan sedikit pun untuk maksiat kepada-Nya.
Diriwayatkan
dari salah seorang tabiin, bahwa ia berkata: ”Barangsiapa merasa mendapat
nikmat, maka hendaklah ia banyak-banyak mengucapkan Alhamdulillah.”
Al-Faqih
menerangkan, bahwa memuji dan bersyukur kepada Allah adalah ibadah orang-orang
terdahulu dan kemudian, ibadah para malaikat, ibadah para nabi, ibadah
penghuni bumi, dan ibadah penghuni surga. Mengenai ibadah para nabi, Nabi Adam
a.s. ketika bersin mengucapkan Alhamdulillah. Ketika Nabi Nuh a.s.
diselamatkan oleh Allah bersama orang-orang yang beriman dari bahaya banjir,
Allah memerintahkannya untuk mengucapkan Alhamdulillah, sebagaimana disebutkan
dalam Alqur-an
“Apabila kamu dan orang-orang yang
bersamamu telah berada di atas bahtera itu, maka ucapkanlah: ‘Segala puji bagi
Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim.” (Q.S.
Al-Mukminun: 28).
Nabi Ibrahim a.s.
mengucapkan:
“Segala puji bagi Allah yang telah
menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishag. Sesungguhnya
Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.” (Q.S. Ibrahim:
39).
Nabi Dawud a.s. mengucapkan:
“Segala
puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang
beriman.” (Q.S. An-Nami: 15).
Ahli surga memuji
kepada Allah dalam enam hal, yaitu:
Sewaktu
berpisah dengan orang-orang yang jahat,sebagaimana yang dijelaskan dalam
firman Allah Ta’ala:
” Dan (dikatakan kepada
orang-orang kafir): Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini,
wahai, orang-orang yang berbuat jahat.” (Q.S. Yasin: 59).
Pada saat
itu orang mukmin mengucapkan:
“Segala puji bagi
Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim.” (Q.S.
Al-Mukminun: 28).
Sewaktu
melewati shirath (titian), mereka mengucapkan:
“Segala
puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya
Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. ” (Q.S. Fathir:
34).
Ketika mandi dengan air
kehidupan dan melihat surga, di mana mereka mengucapkan:
“Segala
puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami kepada (surga) ini. Dan kami
sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami
petunjuk.” (Q.S. Al-A’raf: 43).
Sewaktu mereka masuk surga, mereka mengucapkan:
“Segala
puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi)
kepada kami di tempat ini.” (Q.S. Az-Zumar: 74).
Sewaktu mereka telah menempati tempat masing-masing, di mana mereka
mengucapkan:
“Segala puji bagi Allah yang telah
menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal
(surga) karena karunia-Nya.” (Q.S. Fathir: 34-35).
Sesudah makan, mereka mengucapkan:
“Segala puji
bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al-Fatihah: 2).
Dari
Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Nabi saw., bahwa beliau
bersabda:
” Ada dua sifat yang apabila keduanya
berada pada diri seseorang, maka Allah mencatat orang itu sebagai orang yang
bersyukur dan sabar. Pertama, hendaklah ia melihat kepada orang yang berada di
atasnya dalam masalah agama, lalu ia mengikuti jejaknya, dan (yang kedua
adalah) hendaknya ia melihat orang yang berada di bawahnya dalam masalah
dunia, Jalu ia bersyukur (dengan memuji) kepada Allah.”
Al-Faqih
menjelaskan, bahwa kesempurnaan syukur itu berada dalam tiga hal, yaitu:
Apabila Allah mengaruniakan sesuatu, maka renungkanlah siapa yang mengaruniai
kamu, lalu kamu memuji kepadaNya.
Merasa puas atas
nikmat yang Allah berikan kepadamu.
Selama sesuatu itu
bermanfaat bagimu dan badanmu sehat, maka jangan melakukan maksiat
kepada-Nya.
Suka dan Duka
dalam Agama
Hai, Ali, janganlah kamu berlebihan
dalam suka cita, karena Allah swt. tidak menyukai orang-orang yang bersuka
ria. Hendaklah kamu banyak sedih dan prihatin, karena sesungguhnya Allah swt.
menyukai setiap orang sedih dan prihatin.
Keterangan:
Ja’far
bin Auf meriwayatkan dari Mas’ud, dari Auf bin Abdullah, ia berkata: Nabi saw.
tidak pernah menoleh, kecuali dengan seluruh wajahnya. Dari hadis ini bisa
diambil kesimpulan, bahwa tersenyum itu boleh, sedangkan tertawa tidak
boleh.
Orang yang berakal sehat seyogyanya tidak
tertawa, karena orang yang sedikit saja tertawa di dunia, maka nanti di
akhirat akan banyak menangis. Lalu, bagaimana nanti keadaan orang yang banyak
tertawa ketika di hari kiamat nanti? Allah Ta’ala berfirman:
“Maka
hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Q.S. At-Taubat:
82).
Hasan Al-Bashri berkata: Sungguh
mengherankan, seseorang dapat tertawa, padahal di belakangnya ada api neraka
dan Sungguh mengherankan ada orang yang bersuka ria, padahal di belakangnya
ada kematian.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.,
ia berkata: Barangsiapa tertawa ketika melakukan perbuatan dosa, maka nanti
akan masuk neraka dalam keadaan menangis.
Ada
orang mengatakan, bahwa orang yang banyak tertawa di dunia, maka nanti akan
banyak menangis di akhirat. dan orang yang banyak menangis di dunia, maka
nanti akan banyak tertawa di akhirat.
Yahya bin
Mu’adz Ar-Razi berkata: Ada empat macam perbuatan yang tidak akan bisa
menjadikan orang mukmin selalu tertawa dan gembira, yaitu: Memikirkan akhirat,
sibuk mencari keperluan hidup, merasa sedih atas dosa-dosanya, dan memikirkan
musibah yang memungkinkan akan menimpa dirinya. Oleh karena itu, seyogianya
setiap muslim menyibukkan diri dengan keempat hal tersebut, agar terhindar
dari banyak tertawa, karena banyak tertawa itu bukan perilaku orang yang
beriman.
Setiap manusia seharusnya merasa sedih
dengan lima hal, yaitu:
Merasa
sedih atas dosa-dosa yang lampau, karena ia telah melakukan
perbuatan-perbuatan dosa, tetapi tidak tahu apakah ia mendapat ampunan Allah
atau tidak. Oleh karenanya, ia harus berusaha untuk mendapatkan ampunan
itu.
Ia telah melakukan
kebaikan-kebaikan, namun ia tidak tahu apakah kebaikan-kebaikan itu diterima
oleh Allah atau tidak.
Ia
mengetahui perjalanan hidup yang telah dilaluinya, namun ia tidak tahu apa
yang terjadi di masa yang akan datang.
Ia mengetahui, bahwa Allah mempunyai dua tempat, yakni surga dan neraka, namun
ia tidak mengetahui ke tempat mana ia akan masuk.
Ia tidak mengetahui, apakah Allah ridha atau murka kepadanya.
Barangsiapa
tidak menghiraukan kelima hal itu, niscaya nanti di akhirat ia akan menghadapi
lima kesusahan, yaitu:
Menyesal atas harta yang dikumpulkan, baik yang diperoleh dengan cara yang
halal maupun haram, yang ia tinggalkan kepada ahli waris yang memusuhinya.
Menyesal, karena menunda-nunda amal kebaikan, sehingga catatan amal baiknya
hanya sedikit, kemudian ia mohon izin untuk kembali ke dunia, agar bisa
mengerjakan amal baik, namun tidak akan mungkin diizinkan.
Menyesal atas dosa-dosa yang ia lihat dalam buku catatan, ternyata banyak
sekali, sehingga kemudian ia mohon izin untuk kembali ke dunia, agar ia bisa
bertobat, namun tidak akan diizinkan.
Melihat begitu
banyak orang yang menuntutnya, namun ia tidak bisa membayar, kecuali dengan
amal-amal kebaikannya.
Allah murka kepadanya dan tidak
ada jalan untuk memperoleh keridhaan-Nya.
Abu
Dzarr Al-Ghiffari r.a. meriwayatkan dari Rasulullah saw., beliau bersabda:
“Seandainya
kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu sedikit tertawa dan banyak
menangis.”
Hai, Ali, setiap hari berganti pasti
berkata, hai, anak keturunan Adam, saya adalah hari yang baru dan menjadi
saksi amal perbuatanmu. Oleh sebab itu renungkanlah apa yang kamu kerjakan.
Keterangan:
Setiap
muslim harus selalu memanfaatkan waktu, jangan sampai terlewatkan begitu saja
dengan sia-sia tanpa dimanfaatkan untuk berbuat baik. Sebab waktu-waktu yang
kita lalui selama hidup ini, itulah yang disebut umur dan kita besok di hari
kiamat akan ditanya tentang umur yang diberikan oleh Allah kepada kita.
Rasulullah saw. telah bersabda:
“Di hari kiamat
nanti kedua telapak kaki setiap hamba tidak dapat beranjak dari tempatnya,
sampai ia ditanyd tentang tiga perkara. Tentang umurnya, dihabiskan untuk apa?
Tentang ilmunya, untuk apa ilmunya diamalkan, dar tentang hartanya, dari mana
diperolehnya dan dibelanjakan untuk apa.”
XI. WASIAT RASUL TENTANG DUNIA YANG HINA
Hai, Ali, waspadalah kamu terhadap orang-orang yang lupa pada mati, yang hanya
memikirkan harta kekayaannya. Ali berkata: Siapakah mereka itu, hai, Nabi
Allah? Nabi saw. bersabda: Mereka itu adalah orang-orang kaya dan pemilik
harta yang terus bekerja keras dan mengumpulkannya, seperti kerja keras
seorang ibu merawat anaknya. Di akhirat nanti mereka itu adalah orang-orang
yang rugi.
Keterangan:
Nabi saw.
pernah bersabda:
” Harta kekayaan itu kesenangan
dunia, tapi berbahaya di akhirat nanti. Orang-orang kaya itu ftdak bisa masuk
ke kerajaan langit.”
“Sesungguhnya ada seorang
laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw., siapakah umatmu yang jelek? Beliau
menjawab: Orang-orang yang kaya.” (Ihya’ Ulumuddin: 3/218).
“Tidak ada sesuatu yang lebih dibenci oleh
Allah, sesudah syirik daripada cinta dunia.”
”
Orang-orang yang banyak hartanya adalah orang-orang yang paling rendah
derajatnya, kecuali yang berkata dengan hartanya begini dan begitu
(menyedekahkan hartanya kepada orang-orang di kanan, kiri, muka dan
belakangnya). Tetapi sedikit sekali orang kaya yang seperti itu.”
Imam
Al-Hasan berkata: Demi Allah, tidak ada seseorang. yang menghargai uang,
kecuali ia direndahkan oleh Allah.
Ada sebuah
riwayat, bahwa uang ketika pertama kali diciptakan, maka diambilnya oleh
iblis, lalu diangkatnya, ditempelkan dahinya dan diciumnya, lalu berkata:
Barangsiapa yang mencintai kamu, maka ia adalah hambaku dan pengikutku yang
sejati. (Mukhasyafatul Qulub: 122).
XII. WASIAT RASUL TENTANG KEDUDUKAN MANUSIA DI SISI ALLAH
Rasulullah saw. bersabda: Orang yang paling baik menurut Allah adalah orang
yang banyak memberi manfaat kepada orang jain. Orang yang paling jelek dalam
pandangan Allah adalah orang yang berumur panjang, tetapi amal perbuatannya
tidak baik. Sedangkan orang baik menurut-Nya adalah orang yang panjang usianya
dan amal perbuatannya baik.
Orang yang sangat
dikutuk oleh Allah swt. adalah orang yang makan sendirian, enggan memberi
makan temannya dan suka memukuli budak (pembantu/bawahan)nya, menghormati
orang-orang kaya dan meremehkan orang miskin. Lebih terkutuk lagi, adalah
orang hidup dari penghasilan yang haram dan mati dalam keadaan seperti itu.
Orang
yang lebih jelek dari itu adalah orang yang panjang usianya, jelek amal
perbuatannya, tidak mau menjauhi hal-hal yang dilarang oleh Allah, tetapi
tetap mengharap ampunan dariNya. Orang yang lebih jahat dari itu adalah orang
yang menampakkan persahabatan kepada sesama muslim, tetapi selalu merencanakan
berbuat tidak baik kepadanya.
Orang yang lebih
buruk dari semua itu adalah orang yang ketika masa mudanya lalai menjalankan
perintah Allah dan enggan menjauhi larangan-Nya dan ketika masa tua
bermalasmalas menjalankan perintah Allah dan tetap enggan menjauhi
larangan-Nya.
XIII. WASIAT RASUL TENTANG TANDA-TANDA KEBAIKAN
Tanda-tanda Sabar
Rasulullah
saw. bersabda: Tanda-tanda kesabaran adalah baik keyakinan hatinya kepada
Allah swt. dan baik dalam mengabdi (beribadah) kepada-Nya.
Tanda-tanda Orang Mukmin
Hai, Ali, orang mukmin
itu memiliki tiga tanda, yaitu:
Tidak menyukai
harta kekayaan.
Tidak menyukai perempuan.
Tidak mau membicarakan hal ihwal orang lain.
Tanda-tanda Orang Berakal Sempurna
Hai, Ali,
tanda orang yang berakal sempurna itu ada tiga, yaitu:
Memanfaatkan harta kekayaan dunia untuk keperluan kehidupan di akhirat.
Sabar dan tabah menghadapi tekanan.
Sabar menghadapi
berbagai cobaan.
Tanda-tanda Orang yang Berilmu
Hai,
Ali, tanda orang yang berilmu itu ada tiga, yaitu:
Benar dan jujur dalam bertutur kata.
Menjauhi hal-hal
yang haram dan dilarang oleh agama.
Bersifat
tawadhu’.
Tanda-tanda Orang
Takwa
Hai, Ali, orang yang bertakwa itu memiliki
tiga tanda, yaitu:
Enggan berdusta dan takut
berbuat yang tidak baik.
Enggan bergaul dengan
orang-orang yang suka berbuat jahat.
Meninggalkan
separo barang yang halal, karena takut terjebak barang yang haram.
Tanda-tanda Kejujuran
Hai, Ali, tanda-tanda
kejujuran itu ada tiga, yaitu:
Merahasiakan
ibadah.
Merahasiakan sedekah.
Menyimpan maksiat.
Tanda-tanda
Orang yang Ahli Ibadah
Hai, Ali, tanda orang yang
ahli ibadah itu ada tiga, yaitu:
Tidak menyukai
dirinya.
Mengawasi dengan ketat pada dirinya.
Lama ketika beribadah kepada Allah swt.
Tanda-tanda Orang yang Saleh
Hai, Ali, tanda
orang yang saleh itu ada tiga, yaitu:
Selalu
memperbaiki hubungan antara dirinya dan Allah swt. dengan amal yang baik.
Selalu memperbaiki agamanya dengan memperbanyak mengamalkan ajarannya.
Menyukai orang lain, seperti ia menyukai dirinya sendiri.
Tanda-tanda Orang yang Bahagia di Akhirat
Hai,
Ali, tanda orang yang bahagia di akhirat itu ada tiga, yaitu:
Makanannya halal.
Suka mendatangi ulama.
Salat fardu secara berjamaah.
Tanda-tanda Orang yang Beriman
Hai, Ali, orang
mukmin sejati itu memiliki tiga tanda, yaitu:
Cepat dalam menjalankan ibadah dan taat kepada Allah swt.
Selalu menjauhi hal-hal yang haram dan hal-hal yang dilarang oleh Allah
swt.
Bersikap baik, sekalipun kepada orang yang
berbuat jahat kepadanya.
Tanda-tanda Orang yang Bermurah Hati
Hai, Ali,
tanda orang yang bermurah hati itu ada tiga, yaitu:
Memaafkan orang salah, ketika ia mampu membalas.
Mengeluarkan zakat.
Gemar bersedekah.
Tanda-tanda Orang yang Santun
Hai, Ali,
tanda-tanda orang yang santun itu ada tiga, yaitu:
Menjalin hubungan dengan orang yang memutus hubungan dengannya.
Memberi orang yang tidak pernah memberinya.
Memaafkan
orang yang menzaliminya.
Tanda-tanda Orang yang Sabar
Hai, Ali,
tanda-tanda orang yang sabar itu ada tiga, yaitu:
Sabar menjalankan perintah Allah dan sabar meninggalkan larangan Allah.
Sabar menghadapi musibah.
Sabar menghadapi kepastian
(takdir) Allah swt.
Tanda-tanda Orang yang Benar-benar Tobat
Hai,
Ali, tanda-tanda orang yang bena -benar bertobat itu ada tiga, yaitu:
Menjauhi hal-hal haram,
Senang mencari ilmu.
Tidak lagi mengulangi perbuatan dosa.
XIV. WASIAT RASUL TENTANG TANDA-TANDA SYIRIK
Tanda-tanda Kekafiran
Hai,
Ali, tanda-tanda kekafiran itu ada tiga, yaitu:
Ragu terhadap wujud (keberadaan) Allah swt.
Benci
terhadap orang yang beribadah kepada Allah swt.
Lalai
menjalankan ketaatan kepada Allah.
Tanda-tanda Orang Munafik
Hai, Ali, tanda-tanda
orang munafik itu ada tiga, yaitu:
Berdusta,
jika berbicara,
Ingkar, jika berjanji.
Berkhianat, jika dipercaya. Orang munafik itu tidak dapat menerima nasihat.
3,
Tanda-tanda Orang yang Pamer (Riya)
Hai, Ali,
orang yang pamer (riya) itu ada tiga tandanya, yaitu:
Menyempurnakan rukuk dan sujudnya ketika salat di hadapan orang lain.
Tidak mau menyempurnakan rukuk dan sujudnya, ketika salat sendirian.
3,
Giat beramal dan berzikir, baik di tempat sunyi atau di hadapan orang, ketika
ada orang yang memujinya.
4, Tanda-tanda Orang
Bodoh
Hai, Ali, tanda orang yang bodoh itu ada
tiga, yaitu:
Meremehkan kewajiban-kewajiban
kepada Allah.
Banyak bicara, selain zikir kepada Allah
swt.
Mencela (agama) Allah swt.
Tanda-tanda Orang Tercela
Hai, Ali, tanda-tanda
orang yang tercela itu ada tiga, yaitu:
Sering
berbohong.
Sering bersumpah palsu.
Sering mengeluhkan kebutuhannya kepada orang lain.
Tanda-tanda Orang yang Celaka
Hai, Ali, tanda
orang yang celaka itu ada tiga, yaitu:
Makanannya haram.
Tidak suka dekat dengan orang yang
berilmu.
Selalu salat sendiri.
Tanda-tanda Orang yang Banyak Dosa
Hai, Ali,
orang yang banyak dosa itu tandanya ada tiga, yaitu:
Suka berbuat kerusakan.
Suka mengganggu dan menyakiti
sesama makhluk.
Tidak menyukai petunjuk.
Tanda-tanda Orang yang Suka Berbuat Zalim
Hai,
Ali, tanda orang yang zalim itu ada tiga, yaitu:
Tidak peduli pada makanannya, halal atau haram.
Menekan dan menyulitkan orang yang memberinya utang (pinjaman).
Menyakiti orang yang memberinya utang (pinjaman).
XV. WASIAT RASUL TENTANG DOA DAN ZIKIR
Tata Cara dan Doa Masuk Mesjid
Hai,
Ali, apabila engkau masuk ke mesjid, maka dahulukanlah kaki kanan, dan jika
keluar, maka dahulukanlah kakimu sebelah kiri.
Membaca Surah Yasin Pagi dan Sore
Hai, Ali,
bacalah surah Yasin secara rutin ketika pagi dan sore, karena barangsiapa
membacanya seperti itu, maka ia berada dalam lindungan dan penjagaan Allah
swt.
Keterangan:
Fadhilah surah Yasin
itu banyak, antara lain seperti diterangkan oleh Rasulullah saw. dalam
hadis-hadisnya:
”Dari Nabi saw., sesungguhnya
beliau bersabda: ‘Sesungguhnya segala sesuatu itu memiliki jantung, dan
jantung Alqur-an itu adalah surah Yasin. Barangsiapa membaca surah Yasin, maka
Allah mencatatnya seperti membaca Alqur-an sepuluh kali’.” (H.R. Imam
At-Tirmidzi).
” Dari Atho’ bin Robah, ia berkata:
Telah sampai padaku, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda: ‘Barangsiapa
membaca surah Yasin di pagi hari, maka semua kebutuhannya pasti
terpenuhi’.”
“Ibnu Abbas r.a. berkata:
‘Barangsiapa membaca surah Yasin ketika pagi hari, maka ia diberi kemudahan
sepanjang harinya sampai sore hari dan barangsiapa membacanya pada permulaan
malam, maka ia diberi kemudahan semua urusannya sepanjang malamnya, hingga
pagi hari’.”
Membaca Surah
Al-Hasyer Setiap Malam
Hai, Ali, barangsiapa
membaca surah Al-Hasyer pada setiap malam hari, maka ia dicukupkan dari
hal-hal tidak baik di dunia dan akhirat.
Surah-surah Alqur-an yang Perlu Dibaca Pada Malam Jumat
Hai,
Ali, barangsiapa yang membaca surah Al-Baqarah pada malam Jumat, maka
muncullah cahaya yang memancar dari seluruh langit paling atas ke bumi paling
bawah untuk orang tersebut.
Barangsiapa yang
membaca surah Ad-Dukhan dan surah Al-Muluk pada malam Jumat, maka Allah swt.
mengampuninya dan memberikan jaminan keselamatan dari fitnah di alam kubur.
Barangsiapa
yang ketika hendak tidur membaca akhir surah Al-Kahfi, maka ia akan dibuatkan
cahaya yang memancar dari kepala hingga kaki. Dan barangsiapa yang membaca
surah Ath-Thariq ketika hendak tidur, maka ia diberi kebaikan oleh Allah swt.
sebanyak bintang-bintang di langit.
5, Surah
Al-Muluk dan Manfaatnya
Hai, Ali, barangsiapa
yang membaca surah Al-Muluk dan membaca doa di bawah ini:
”Ya,
Allah, jagalah diriku, dengan tetap memeluk Islam, baik ketika berdiri, duduk
dan tidur. Janganlah Engkau bahagia, kan hati musuh dan orang yang hasud
kepada kami.”
”Ya, Allah, sesungguhnya aku
memohon perlindungan kepada-Mu dari kejahatan setiap makhluk. Engkau adalah
Dzat yang mengendalikan mereka. Dan aku memohon kepada-Mu kebaikan-kebaikan
yang ada pada-Mu.”
Maka Allah swt. menyelamatkan
dia dari gangguan jin, manusia dan binatang.
Keterangan:
Surah
Al-Muluk itu dapat menolong setiap orang yang membacanya dan membentenginya
dari setiap kejahatan, dapat menjadi teman berdialog di alam kubur, menguatkan
ketika menghadapi setiap pertanyaan di alam kubur dan menjadi teman setia di
alam kubur.
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Salah
seorang sahabat Nabi saw. mendirikan tenda di atas kuburan, sedangkan ia tidak
mengerti bahwa tempat itu adalah kuburan, tiba-tiba di tempat itu terdapat
suara orang yang membaca surah Al-Muluk sampai selesai. Ia lalu menghadap
kepada Nabi, dan menceritakan peristiwa itu kepada beliau. Nabi saw. bersabda:
Surah Al-Muluk itu benteng dan penyelamat yang menyelamatkan dari siksa Allah
swt.
Dari Ibnu Abbas r.a., sesungguhnya beliau
bersabda kepada seseorang: Tidakkah engkau ingin aku beri tahu tentang sesuatu
yang mengenakkanmu? Ia menjawab: Ya, tentu saja. Ia bersabda: Bacalah surah
Al-Muluk (Tabarokalladzi Biyadihil Mulku ……. ) dan hafalkanlah, serta
ajarkanlah kepada keluargamu, anakanakmu dan tetanggamu, karena surah Al-Muluk
adalah penyelamat dan pembela yang membela pembacanya ketika di hadapan Allah
pada hari kiamat nanti, dan memohonkan kepada Allah swt. agar Dia
menyelamatkan dari siksa api neraka dan siksa kubur.
Ayat Kursi dan Keutamaannya
Hai, Ali, apabila
kamu menginginkan suatu kebutuhan, maka bacalah ayat Al-Kursi dan berdoalah
kepada Allah dalam kesusahan dan kesulitan, lalu bacalah:
Maka
Allah swt. akan menghilangkan kesusahan dan kesulitan serta memenuhi segala
kebutuhan.
Bacaan Ketika
Menghadapi Permasalahan
Hai, Ali, apabila engkau
menghadapi permasalahan, maka bacalah:
” Maha
Suci Engkau, ya, Robbi, tidak ada Tuhan, kecuali Engkau, kepada-Mu kami
pasrah, Engkau adalah Tuhan Arasy Yang Agung.”
Doa yang Harus Diperbanyak
Hai, Ali, perbanyaklah
berdoa atau memohon kepada Allah dengan doa yang diajarkan oleh Malaikat
Jibril kepadaku, yaitu kelanggengan dalam agama Islam dunia dan akhirat.
9,
Bacaan Ketika Melihat Hilal
Hai, Ali, apabila
engkau melihat hilal, maka
bacalah: tiga
kali tiga kali, lalu berdoa:
”Maha
Besar Allah, Maha Mulia dan Maha Kuasa terhadap segala sesuatu yang kami
takuti.”
Doa Ketika Bertemu
Musuh
Hai, Ali, apabila engkau bertemu dengan
orang yang kamu takuti musuh). maka bacalah doa:
”Ya,
Allah, aku memohon kepada-Mu agar Engkau menghindarkannya dariku, menghentikan
kemarahannya, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya.”
XVI. WASIAT RASUL TENTANG TATA CARA MENEMPATKAN DIRI DI
MASYARAKAT
Bab terakhir ini membicarakan berbagai masalah (Funun Syatta), yang terjemahan
ini kami beri judul: Tata Cara Menempatkan Diri di Tengah Masyarakat.
Apabila
setiap orang yang hidup di tengah-tengah masyarakat dapat menempatkan diri dan
mengerti apa yang sebaiknya dikerjakan, maka akan terciptalah kerukunan dan
perdamaian. Untuk mewujudkan hal ini, marilah kita renungkan wasiat Rasul di
bawah ini:
Memasyaratkan
Salam
Hai, Ali, ucapkanlah salam terlebih dahulu
kepada setiap orang Islam yang berpapasan denganmu, maka Allah akan mencatat
dua puluh kebaikan untukmu. Jawablah salam orang yang memberikan salam, maka
Allah akan mencatat empat puluh kebaikan kepada orang yang menjawab salam.
Keterangan:
Hukum
memberi salam kepada sesama muslim itu Sunah. Sedangkan menjawab salam itu
hukumnya Fardu Kifayah. Salam atau penghormatan di dalam Islam itu berupa
kalimat:
Jawaban penghormatan atau salam itu
seyogianya lebih baik dan lebih sempurna. Kalau ada seseorang memberi ucapan
salam dengan kalimat di atas, maka kita harus menjawab dengan
kalimat:
atau Ada sebuah riwayat, bahwa salah seorang keluarga
Ali bin Tholib diberi ucapan salam oleh seorang hamba sahayanya, lalu beliau
menjawab: (engkau bebas). Lalu ada salah
seorang
bertanya: Engkau diberi salam, lalu engkau menjawab dengan memerdekakan
budakmu itu. Beliau menjawab: Jawaban yang paling baik untuk budak adalah
merdeka. Saya menguatkan firman Allah swt.:
”
Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan (salam), maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah dengan yang
serupa.” (Q.S. An-Nisa’: 86),
Menahan Emosi
Hai, Ali, hindarilah marah atau
emosional, sebab marah itu berasal dari setan, dan setan itu lebih gampang
menguasai dirimu di saat dalam keadaan marah.
Mewaspadai Doa Orang yang Tertindas
Hai, Ali,
berhati-hatilah terhadap orang yang teraniaya, takutlah kepada doanya, sebab
doa orang teraniaya itu pasti dikabulkan oleh Allah swt., sekalipun ia kafir.
Persoalan kekafiran adalah urusannya sendiri.
Menghindari Sumpah Palsu
Hai, Ali, hindarilah
bersumpah dengan sumpah palsu, karena sumpah palsu itu menghabiskan dagangan,
menghilangkan rezeki dan memperpendek usia.
Amar Makruf dan Nahi Munkar
Hai, Ali, barangsiapa
yang menganjurkan orang lain untuk berbuat baik dan mencegah mereka untuk
tidak berbuat jahat, maka Allah akan menumpas musuhnya. Barangsiapa yang jujur
dalam setiap urusan, maka Allah akan marah, karena kemarahan orang
tersebut.
Anjuran Menghibur
Anak Yatim
Hai, Ali, apabila ada anak yatim
menangis, maka Arasy berguncang. Kemudian dikatakan kepada Malaikat Jibril:
Hai, Jibril, lebarkanlah neraka untuk orang yang membuat nangis anak yatim
itu, dan luaskanlah surga kepada orang-orang yang menghiburnya.
Keterangan:
Ada
salah seorang di zaman dahulu bercerita: Dulu aku ini adalah pemabuk dan
selalu berbuat maksiat. Pada suatu hari aku melihat anak yatim, aku sangat
sayang kepadanya, dan aku memuliakannya, sebagaimana layaknya anak yang
dimuliakan dan disayang. Kemudian pada suatu malam, ketika tidur, aku bermimpi
melihat Malaikat Zabaniyyah menangkap saya dan akan mencampakkan saya ke
neraka Jahanam, tiba-tiba anak yatim tersebut menghalangi dan berkata: Hai,
Malaikat Zabaniyyah, tinggalkan dia, aku menghadap langsung kepadanya dan
membicarakan orang ini, Malaikat Zabaniyyah tidak menggubrisnya, lalu ada
seruan: Bebaskan dia, Kami membebaskan dia, karena kebaikannya kepada si yatim
itu. Lalu aku terbangun dan sejak itu aku berusaha keras memuliakan anakanak
yatim.
Ada sebuah kisah, bahwa ada seorang
memiliki anak-anak perempuan dari seorang istri keturunan Ali bin Abi Tholib
meninggal dunia. Wanita ini hidup dalam keadaan miskin, hingga memaksanya
harus pergi dari tempat itu. Dalam perjalanan hijrahnya, ia mampir ke sebuah
mesjid, tinggal beberapa saat di sana. Lalu wanita mulia itu diam-diam keluar
: dan anak-anaknya ditinggal di mesjid untuk mencari makanan, ja bertemu
dengan pemuka desa yang beragama Islam dan bercerita tentang keadaannya
beserta anak-anaknya, tetapi si pemuka desa itu tidak mempercayainya dan
berkata kepadanya: Untuk membuktikan ucapanmu itu, kamu harus mendatangkan
saksi. Wanita itu menjawab: Aku orang asing, tidak kenal siapa pun di sini.
Pemuka desa itu tidak mempedulikannya.
Wanita
mulia itu lalu berjumpa dengan seorang yang beragama Majusi, dan menceritakan
keadaannya bersama anakanaknya yang kecil-kecil. Orang Majusi itu percaya dan
langsung menyuruh salah satu anak perempuannya untuk menjemput mereka dan
mengajaknya ke rumah. Laki-laki Majusi ini berusaha semaksimal mungkin untuk
memuliakannya.
Adapun pembesar desa yang muslim
itu pada malam hari bermimpi, sepertinya kiamat terjadi dan ia melihat
Rasulullah saw. membawa Liwa’ul Hamdi di depan sebuah istana yang megah. Aku
bertanya: Hai, Rasulullah, untuk siapakah istana ini? Beliau menjawab: Untuk
seorang muslim. Ia berkata: Akulah satu-satunya muslim di sini. Rasulullah
saw. menjawab: Datangkan saksi atas pengakuanmu sebagai muslim. Lalu ia
bingung. Rasulullah saw. lalu membicarakan tentang wanita mulia tersebut.
Laki-laki itu lalu terbangun dan sedih, karena ia telah menolak wanita mulia
yang pernah meminta bantuan untuk anak-anaknya yang yatim itu. Oleh sebab itu
dia berusaha mencari dan menemukannya di rumah orang Majusi. Ia memintanya,
tetapi si Majusi menolaknya dan berkata: Aku telah memperoleh berkah dari
mereka. Laki-laki muslim itu berkata: Serahkanlah wanita dan anak-anaknya itu
kepadaku dan aku akan memberimu seribu dinar, tetapi laki-laki Majusi tetap
menolaknya. Laki-laki muslim itu tetap memaksanya, si Majusi berkata: Saya
lebih berhak merawat mereka, dan istana yang aku lihat dalam mimpi itu adalah
milikku. Majusi berkata: Kami bangga dengan Islammu! Demi Allah, saya dan
keluarga saya telah masuk Islam karena wanita ini. Sebelum tidur dan ketika
tidur, saya melihat istana, seperti yang kamu lihat dalam mimpimu, dan
Rasulullah saw. bersabda kepada saya: Apakah wanita dan anak-anaknya itu telah
berada di rumahmu? Saya jawab iya. Beliau bersabda: Istana ini untukmu dan
untuk seluruh keluargamu. Laki-laki pembesar yang muslim itu lalu kembali
dalam keadaan sedih. (Mukhsyafatul Qulub: 214-221)
Agama Adalah Nasihat
“ Hai, Ali, agama adalah
nasihat (menghendaki kebaikan) – untuk Allah, Rasul-Nya dan seluruh
orang-orang yang beriman.
Keterangan:
Nasihat
adalah menghendaki baik kepada orang-orang yang dinasihati. Nasihat adalah
tiang dan penegak agama. Agama itu sendiri disebut agama, karena agama Islam
dengan kitah Allah dan Rasul-Nya itu, intinya mengarahkan manusia agar menjadi
baik.
Nasihat untuk Allah, berarti meluruskan
iman kepada-Nya, dan tulus dalam menjalankan ibadah kepada-Nya.
Nasihat
untuk Rasul Allah adalah berarti membenarkan kerasulan para rasul Allah, patuh
pada perintahnya dan berpegang teguh kepada sunah serta syariatnya.
Nasihat
untuk orang-orang muslim, berarti membimbing mereka dan mengarahkannya untuk
mencapai kebaikan di dunia dan akhirat, menganjurkan mereka untuk berbuat baik
dan mencegah mereka berbuat kemungkaran.
Orang-orang yang Bakal Masuk Surga
Hai, Ali, ada
tujuh golongan dari umatku yang kelak pertempat di surga, yaitu:
Pemuda yang bertobat.
Orang yang bersedekah secara
rahasia.
Orang yang melakukan salat Dhuha
Orang yang kehilangan harta, tetapi merasa tidak berarti daripada ketinggalan
satu kali salat berjamaah.
Orang yang menangis karena
takut kepada Allah.
Orang yang mendekat ulama dalam
majelis pengajiannya.
Menuntun
Orang Buta
Hai, Ali, barangsiapa yang menuntun
orang buta dengan tangan kirinya, maka tangan kanan orang buta itu kelak akan
menuntun tangan kananmu.
Proses Kematian
Hai, Ali, mansia ketika dalam
Syakarotul Maut (proses kematian), maka setiap persendian jasadnya mengucapkan
salam perpisahan dengan yang lainnya, termasuk rambut yang memutih, juga
mengucapkan salam perpisahannya dengan rambut-rambut yang hitam.
PENUTUP
Hai, Ali, peliharalah wasiatku ini, sebagaimana aku memeliharanya
dari Malaikat Jibril, dari Tuhan Yang Maha Suci Asma’-Nya. Tiada Tuhan selain
Allah.[]