Wasiat Rasul Tentang Jujur dan Pertemanan
Nama kitab: Terjemah Wasiyatul Musthofa
Judul kitab asal: Washiyat al-Musthofa li al-Imam Ali Karramallahu wajhah (وصية المصطفى صلى الله عليه وسلم للإمام علي كرم الله وجهه)
Penulis: Abdul Wahab Asy-Sya’rani (ﺍﺑﻦ ﻋﻄﺎﺀ ﺍﷲ ﺍﻟﺴﻜﻨﺪﺭﻱ)
Nama lengkap: Syekh Asy-Sa’rani adalah Abdul Wahab Bin Ahmad Bin Ali Bin Ahmad Bin Ali Bin Muhammad Bin Musa Al-Sya’rani Al-Anshari Asy-Syafi’i Asy-Syadzili Al-Mishri.
Nama lengkap dalam bahasa Arab: أبو المواهب عبد الوهّاب بن أحمد بن علي الأنصاري المشهور بـالشعراني
Lahir: Qalqasandah, Mesir pada 27 Ramadhan 897 H/12 Juli 1493 M.
Wafat: Kairo, Mesir, bulan Jumadil Awwal 973 H/December 5, 1565 (usia 72 tahun).
Bidang studi: Tasawuf
Daftar Isi
- Pendahuluan
- Wasiat Rasul tentang Perkara Halal dan Haram
- Wasiat Rasul Tentang Wudlu dan Sholat
- Wasiat Rasul Tentang Puasa
- Wasiat Rasul Tentang Shodaqoh
- Wasiat Rasul Tentang Doa, Istighfar, Membaca Al-Qur'an, dan Dzikir-Dzikir Lainnya
- Wasiat Rasul Tentang Jujur dan Pertemanan
- Wasiat Rasul Tentang Taubat
- Kembali ke: Washiyat al-Musthafa
PENDAHULUAN
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Segala
puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Rahmat ta'dhim dan kesejehteraan
semoga terlimpahkan kepada Baginda kami, Nabi Muhammad, keluarga dan sahabat
Beliau, dan semoga Allah memberikan kesejahteraan.
Setelah
pendahuluan di atas, maka ini adalah wasiat Nabi MuhammadYang Terpilih SAW
kepada Sahabat Ali bin Abi Thalib, semoga Allah memuliakannya, ia berkata :
Rasulullah SAW memanggilku, aku pun menyepi bersama beliau, lalu beliau
berkata :
I. WASIAT RASUL TENTANG HALAL DAN HARAM
Masalah Halal dan Haram adalah masalah yang sangat penting, yang harus
diperhatikan oleh setiap mukmin yang mengharapkan amal ibadahnya diterima oleh
Allah, sehingga dapat berhasil mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dengan alasan ini penyusun risalah ini menempatkan wasiat rasul tentang halal
dan haram pada urutan pertama. Halal dan haram memiliki pengaruh yang kuat
dalam pembentukan mental spiritual seseorang. Oleh sebab itu, setiap mukmin
harus memperhatikan betul terhadap masalah ini dan berusaha mencari yang halal
dan mengabaikan yang haram, agar darah dan daging dalam tubuh ini benar-benar
bersih dan suci.
1. Pengaruh Makanan
Halal
Hai, Ali, barangsiapa yang mengonsumsi makanan dan minuman
yang halal, maka agamanya bersih, hatinya lunak dan doanya tidak terhalang
(dikabulkan oleh Allah).
2, Pengaruh Makanan
Syubhat dan Haram
Hai, Ali, barangsiapa yang mengonsumsi makanan
atau minuman yang syubhat, maka dia ragu terhadap agamanya dan gelap hati
nuraninya.
Barangsiapa yang mengonsumsi makanan
dan minuman haram, maka hatinya mati, ringkih agamanya, lemah imannya, Allah
menolak doanya dan sedikit ibadahnya.
Keterangan:
Barang
(makanan atau minuman) haram itu adakalanya barang itu sendiri memang haram,
seperti daging babi atau arak, atau barang itu sebenarnya halal, tapi cara
memperolehnya dengan jalan haram, seperti roti hasil curian atau barang itu
halal,
diperoleh dengan cara yang benar, tetapi alat yang digunakan memperolehnya itu
haram, seperti membeli roti dengan uang riba, uang hasil curian atau
korupsi.
Imam Ali Al-Khawas berkata: Barangsiapa
mengonsumsi makanan atau minuman haram aktif beribadah, maka orang itu tidak
ubahnya burung merpati yang mengerami telur yang telah rusak. la capek dan
lelah mengeraminya dalam waktu yang sangat lama, tetapi tidak membuahkan
apa-apa, bahkan menghasilkan sesuatu yang tidak baik.
Beliau
juga berkata:
Semua perbuatan maksiat yang
dilakukan oleh setiap hamba itu disebabkanh oleh makanan haram. Barangsiapa
makan barang haram dan ingin berbuat baik, maka dia menginginkan sesuatu yang
mustahil. (Al-Minah As-Saniyyah: 7-8).
Hikayah
I
Diriwayatkan dari Syekh Abu Yazid Al-Busthomi,
bahwa dirinya telah beribadah kepada Allah swt. bertahun-tahun, tetapi dia
tidak dapat merasakan nikmat dan kelezatan ibadah. Dia lalu menjumpai ibunya
dan berkata: Wahai, Ibuku, saya belum pernah dapat merasakan nikmat dan
kelezatan ibadah sama sekali. Tolonglah, renungkanlah, apakah Ibu pernah
memakan barang haram, sewaktu Ibu mengandungku atau sewaktu menyusuiku. Sang
ibu berpikir lama sekali, lalu berkata kepada putranya. Hai, anakku, ibu
ingat, yaitu ketika ibu mengandungmu, Ibu pernah naik ke rumah bagian atas,
lalu ibu melihat ada adonan makanan milik tetangga dijemur, ibu ingin memakan
itu, lalu ibu mengambilnya sedikit, yaitu sebesar ujung jari dan ibu makan
tanpa minta izin kepada pemiliknya. Abu Yazid berkata: Inilah penyebab yang
membuat aku tidak dapat merasakan kelezatan ibadah. Lalu dia berkata:
Tolonglah, Bu, temui pemilik barang tersebut dan mintalah kehalalannya. Sang
ibu lalu melaksanakannya dan berhasil mendapatkan ridha dan kehalalan dari
pemiliknya. Selang sesa’.t, Abu merasakan kelezatan ibadahnya yang amat luar
biasa
Hikayah II
Diriwayatkan
dari Syekh Ibrahin bin Adham r.a., sesungguhnya dirinya pernah di Makkah
membeli kurma dari seseorang, lalu ada dua biji kurma jatuh di tanah di dekat
kakinya. Dia menyangka, bahwa dua kurma itu termasuk yang ia belinya, tanpa
pikir dia lalu memakannya. Dia kemudian pergi ke mesjid Al-Aqsho di kota
Baitul Maqdis, lalu masuk ke Qubbatus Shahroh dan menyepi di sana. Sedangkan
di tempat itu ada peraturan, siapa saja yang ada di tempat ini harus keluar
mulai malam menjelang tiba, karena malaikat akan masuk dan beribadah sepanjang
malam. Penjaga tempat ini, sesudah Ashar, berusaha menghalau setiap orang yang
di dalamnya, agar keluar. Tetapi Ibrahim bin Adham bersembunyi. Lalu pintu
Qubbatus Shahroh ditutup. Para malaikat mulai berdatangan dan masuk. Ketika
masuk mereka berkata, di sini ada manusia, malaikat lain menyahut, ya, ada,
yaitu Ibrahim bin Adham, seorang ahli ibadah dari Khurosan. Yang lain pun
menjawab, ya, benar. Malaikat lain menyahut, oh, darinya ada amal naik ke
langit dan diterima tiap hari itu, lalu ada suara menyahut, ya, hanya saja
ibadahnya itu berhenti sejak satu tahun ini dan selama ini doanya tidak
dikabulkan, gara-gara dua biji buah kurma. Semalam suntuk para malaikat
tersebut beribadah kepada Allah swt. hingga fajar.
Penjaga
tempat suci ini lalu datang dan membuka pintunya. Ceritanya Ibrahim bin Adham
lalu keluar dan pergi menuju kota Makkah langsung menuju toko tempat ia
membeli kurma beberapa tahun lalu. Dia mendapati seorang pemuda di toko itu,
dan berkata kepadanya, tahun lalu di tempat ini ada orang tua menjual kurma.
Pemuda itu menjawab, ya, ia adalah ayah saya dan sudah meninggal. Lalu Ibrahim
bercerita tentang pengalamannya yang berkaitan dengan dua biji buah kurma.
Pemuda itu berkata: Saya menghalalkan bagianku. Tapi selain aku, ahli waris
ayah itu masih ada, yaitu satu saudaraku perempuan dan ibu, Ibrahim berusaha
menjumpai mereka dan minta kehalalan bagian mereka dalam dua kurma
tersebut.
Keduanya menghalalkannya juga.
Syekh
Ibrahim bin Adham lalu berangkat ke kota Baitul Magdis dan masuk ke Qubbah itu
seperti biasanya, menjelang malam hari. Mereka berkata kepada yang lain, ini
Ibrahim bin Adham, amal-amalnya ditangguhkan dan doanya tidak dikabulkan sejak
setahun. Tetapi setelah ia membereskan urusan dua biji buah kurma yang
dimakannya tanpa sengaja itu, maka amal-amalnya diterima, doa-doanya
dikabulkan dan Allah swt. mengembalikannya pada derajatnya semula. Ibrahim bin
Adham mendengar ucapan itu menangis karena gembira. Ia kemudian tidak makan,
kecuali sekali dalam seminggu dengan makanan yang halal. (An-Nawadir:
36-37).
Rezeki Haram dan Murka
Allah
Hai, Ali, jika Allah swt. murka kepada seseorang, maka Dia
memberinya rezeki berupa kekayaan yang haram. Apabila kemurkaan-Nya kepada
orang tersebut bertambah, maka Allah akan menugaskan setan membantunya
mengurusi harta kekayaan dan menemaninya mencari kekayaan, menyibukkannya
dengan urusan dunia hingga lupa terhadap urusan agama dan memudahkan orang
tersebut dalam hal urusan dunia lalu berkata: tenanglah, Allah adalah Maha
Pengampun dan Maha Penyayang.
Pencari Harta Haram adalah Kawan Setan
Hai, Ali,
tidaklah seseorang pergi mencari harta haram dengan berjalan kaki, melainkan
ia ditemani setan, tidaklah seseorang pergi mencari harta haram dengan naik
kendaraan, melainkan ia dibuntuti oleh setan, dan tidaklah seseorang
mengumpulkan harta haram, melainkan setanlah yang memakannya. Siapa saja yang
lupa menyebut asma Allah ketika berhubungan badan dengan istri, maka ia
diikuti setan dalam ikhtiarnya mendapatkan anak.
Demikian
itulah yang dimaksud firman Allah swt.:
…..Dan
bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak serta beri janjilah
mereka.
Keterangan:
Setan
adalah golongan jin yang membangkang, perbuatanperbuatannya selalu mengarah
pada pembangkangan dan kehancuran, senantiasa berusaha menghancurkan kehidupan
umat manusia dcngan usahanya menjauhkan manusia dari hidayah Allah dan jalan
yang benar. Setan adalah musuh Allah dan musuh manusia. Allah swt. telah
memperingatkan kita agar mewaspadai tipu dayanya, memberi tahu kepada kita
tentang permusuhannya dan mendorong kita agar terus melawannya dengan segala
cara, sampai dorminasinya melemah. Dia berfirman:
Sesungguhnya
setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya
setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni
neraka yang menyala-nyala. (Q.S. Fatbir: 6).
Setan
itu sangat gigih dalam mengganggu manusia dan terus mencari kesempatan masuk
jiwa manusia. Tetapi, jika jiwa manusia itu sehat dan bebas dari
penyakit-penyakit jiwa yang merupakan pintu masuk setan, maka setan tidak akan
berhasil menusuknya. Adapun penyakit-penyakit jiwa (hati) yang menjadi pintu
masuk setan itu antara lain cinta harta.
5, Allah
Menolak Sedekah dari Harta Haram
Hai, Ali, Allah
swt. tidak menerima salat seseorang tanpa wudhu dan Dia tidak menerima sedekah
dari harta haram.
keterangan:
Dalam
hadis Nabi saw. disebutkan:
Barangsiapa yang
mendapatkan uang (harta) dari cara yang tidak benar, lalu digunakan menyambung
sanak famili, disedekahkan atau diinfakkan untuk membela agama Allah, maka
harta itu dikumpulkan oleh Allah swt. seluruhnya, lalu dicampakkan ke neraka.
(H.R. Abu Dawud).
Imam Sufyan Ats-Tsauri r.a.
berkata:
Barangsiapa yang menginfakkan harta yang
berasal dari harta haram di jalan kebaikan, maka ia seperti orang yang mencuci
pakaian najis dengan air kencing. Pakaian yang najis itu tidak dapat
disucikan, kecuali dengan air dan dosa itu tidak dapat dihapus, kecuali dengan
harta halal. (Ihya Ulumuddin juz 2: 25).
Harta Haram Penghalang Meningkatnya Iman
Hai,
Ali, orang mukmin itu senantiasa bertambah meningkat agama (amal baik)nya,
selama dia tidak memakan makanan haram. Barangsiapa yang menjauhi ulama, maka
hatinya mati dan tidak tahu menjalankan taat kepada Allah swt.
Keterangan:
Dalam
hadis Nabi saw. yang lain disebutkan:
“Barangsiapa
makan barang halal selama empat hari, maka Allah akan menerangi hatinya dan
mengalirkan sumber-sumber hikmah dari hatinya.”
Kedudukan
Ulama
Ada sebuah riwayat dari Ka’ab bin Al-Ahbar
r.a., ia berkata: Sesungguhnya Allah di hari kemudian nanti akan menghisab
semua amal hamba. Apabila kejelekannya lebih berat dari amal baiknya, maka
diperintahkan ke neraka. Ketika mereka, para hamba, itu berjalan menuju
neraka, Allah berkata kepada Malaikat Jibril: Hai, Jibril, temuilah hamba-Ku
….. dan tanyakanlah kepadanya, apakah dia saat hidup di dunia pernah
mendatangi majelis seorang ulama, agar Aku dapat mengampuninya, dengan syafaat
si ulama tersebut? Malaikat Jibril melaksanakan perintah itu dan si hamba
tersebut menjawab: Tidak pernah mendatangi majelis (pengajian) ulama. Malaikat
Jibril lalu kembali menghadap kepada Allah dan berkata: Ya, Robbi, Engkau Maha
Mengetahui tentang keadaan hamba-Mu, dia menjawab tidak pernah mendatangi
majelis (pengajian) ulama. Allah swt. memerintahkan kepada Malaikat Jibril,
bertanyalah kepada hamba itu: Apakah dia pernah mencintai seorang ulama?
Malaikat Jibril pergi melaksanakan perintah itu, tetapi hamba itu menjawab
tidak pernah mencintai seorang ulama. Malaikat kembali kepada Allah. Allah
berfirman kepada Jibril: Tanyakanlah kepada hamba-Ku itu: Apakah dia pernah
duduk makan yang dihadiri oleh seorang ulama. Malaikat Jibril pergi
melaksanakan tugas tersebut. Tetapi si hamba itu menjawab tidak. Allah
kemudian memerintah Jibril agar bertanya kembali kepada hamba tersebut: Apakah
dia pernah tinggal di sebuah perkampungan yang di situ terdapat seorang ulama’
Malaikat Jibril melaksanakan perintah itu. Setelah ditanya tentang ini
ternyata si hamba itu menjawab tidak. Allah kemudian berkata kepada Jibril,
tanyakanlah kepadanya, apakah namanya sama dengan nama seorang ulama. Malaikat
pergi dan menanyakan hal itu kepadanya. Tetapi si hamba itu menjawab tidak.
Malaikat Jibril menghadap kepada Allah. Kemudian Allah memerintah Malaikat
Jibril, agar bertanya lagi kepada hamba tersebut, apakah dia mencintai orang
yang mencintai seorang ulama. Malaikat Jibril menjumpai hamba itu dan
menanyakan kepadanya, apakah dia mencintai orang yang mencintai seorang ulama?
Hamba itu menjawab: Ya, saya pernah menyukai orang yang mencintai ulama. Allah
swt. berfirman kepada Malaikat Jibril: Tariklah tangan hamba itu dan tuntunlah
ke surga. Sesungguhnya Aku telah mengampuninya, karena dia mencintai orang
yang mencintai ulama. (An-Nawadir: 41).
Pembaca Alqur-an yang Mengabaikan Halal dan Haram
Hai,
Ali, barangsiapa yang membaca Alqur-an tetapi enggan menghalalkan
(mengamalkan) apa yang dihalalkan di dalamnya dan tidak mengharamkan
(menjauhi) apa yang diharamkan di dalamnya, maka dia termasuk golongan
orang-orang yang melemparkan kitab Allah ke belakang punggung mereka.
Keterangan:
Dalam
hadis Nabi Muhammad saw. dijelaskan:
Demi Dzat
Yang Menguasai diri Muhammad, sesungguhnya Malaikat Zabaniyyah itu lebih
mendahulukan menyambar orang-orang yang hafal Alqur-an daripada para penyembah
patung. Para penghafal Alqur-an itu dicampakkan ke dalam neraka bersama para
penyembah patung. Mereka, orang-orang yang hafal Alqur-an, protes kepada Allah
seraya berkata: Hai, Tuhan kami, mengapa Engkau mencampurkan kami semua ke
dalam neraka bersama orangorang yang telah memakan rezeki-Mu, tetapi menyembah
selain Kamu? Padahal kami ketika hidup membaca kitabMu. Allah swt. berfirman:
Benar hamba-hamba-Ku yang jelek. Kamu semua memang membaca kitab-Ku
(Alqur-an), tetapi kamu semua tidak menghalalkan apa yang dihalalkan, tidak
mengharamkan apa yang Aku haramkan, tidak mau merenungkan
keajaiban-keajaibannya, dan tidak pula mengamalkan hukum-hukumnya. Orang yang
alim itu tidaklah sama dengan orang bodoh, maka rasakanlah siksaan ini, sebab
apa yang telah kamu perbuat sendiri. (Al-Washoya: 153).
II. WASIAT RASUL TENTANG WUDHU DAN SALAT
Adab dan Hikmah Wudhu
Adab Wudhu
Hai,
Ali, berusahalah semaksimal mungkin dalam menyempurnakan wudhu. Sesungguhnya
wudhu itu separo dari iman. Apabila kamu berwudhu, maka janganlah kamu
berlebihan memakai air, dan apabila kamu selesai membasuh dua kaki, bacalah
surah Al-Qadr sebanyak sepuluh kali, maka Allah swt. akan menghilangkan
kesusahanmu.
Bacaan Sesudah
Wudhu
Hai, Ali, apabila kamu telah usai
mengerjakan bersuci (wudhu), maka ambillah air, lalu usapkanlah ke lehermu
dengan kedua tanganmu dan bacalah:
Maha Suci
Allah dan dengan memuji Kamu, aku bersaksi, bahwa tidak ada Tuhan kecuali
Engkau, hanya Engkau saja yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku memohon
ampunan kepada-Mu dan aku bertobat kepada-Mu.
Sesudah
itu arahkan pandanganmu ke arah tanah dan bacalah:
Aku
bersaksi, sesungguhnya Muhammad adalah hamba an ulusan-Mu.
Barangsiapa
yang mengamalkan ini, maka dosa-dosanya, yaik yang kecil maupun yang besar,
diampuni oleh Allah swt.
3, Mandi pada Hari
Jumat
Hai, Ali, barangsiapa yang mandi pada hari
Jumat, maka Allah mengampuninya semasa antara Jumat itu dan Jumat yang akan
datang. Allah akan menjadikan amal ini berupa pahala di kuburnya dan
memperberat timbangan (amal baik)nya.
Keutamaan Orang yang Berada dalam Keadaan Suci
Hai,
Ali, sesungguhnya para malaikat itu terus-menerus memohonkan ampun untuk
setiap orang, selama orang itu dalam keadaan suci, belum hadas..
Siwak dan Hikmahnya
Hai, Ali, memakailah siwak
secara rutin, sebab bersiwak itu mengandung dua puluh empat manfaat (kebaikan)
dalam agama dan tubuh.
Salat
Fardu dan Sunah
Salat Tepat Waktu
Hai,
Ali, laksanakanlah salat tepat pada waktunya. Sesungguhnya salat tepat pada
waktunya itu merupakan induk segala kebaikan dan cahaya setiap ibadah (ibadah
yang paling menonjol).
Keterangan:
Salat
fardu itu harus dikerjakan, tidak boleh ditinggalkan sama sekali dan harus
dikerjakan tepat pada waktunya. Karena, meninggalkan salat adalah perbuatan
dosa dan berat siksanya, begitu pula mengerjakan salat tidak tepat pada
waktunya.
Hikayah I
Ada sebuah
riwayat: Dulu, pada zaman Nabi Musa a.s. ada seorang wanita Bani Israel
menghadap kepada Nabi Musa a.s. dan berkata: Hai, Nabi Allah, aku telah
melakukan zina hingga hamil dan melahirkan anak. Anak itu lalu aku bunuh. Nabi
Musa marah dan mengusir wanita tersebut seraya berkata: Hai, wanita lacur,
keluar dari tempat ini, agar tidak turun api dari langit yang dapat membakar
kita semua, akibat perbuatan itu. Wanita itu keluar dengan hati yang sedih.
Kemudian turunlah Malaikat Jibril dan berkata: Hai, Musa, Tuhan berkata
kepadamu, mengapa engkau menolak orang yang bertobat. Tidakkah engkau
mengetahui orang yang lebih jelek dari dia. Musa berkata: Hai, Jibril, siapa
orang yang lebih jelek daripada wanita yang berzina, hamil, melahirkan anak,
lalu membunuh anaknya itu? Malaikat Jibril menjawab: Yaitu orang yang
meninggalkan salat dengan sengaja. Renungkanlah …… (Irsyadul ‘Ibad: 13).
Hikayah
II
Ada sebuah riwayat dari seorang ulama salaf, bahwa pada suatu
hari ia ikut mengubur saudara perempuannya yang telah meninggal dunia, lalu
dompetnya yang berisi uang jatuh ke kuburannya, tetapi ia tidak merasa, hingga
ia pulang. Sesampainya di rumah ia teringat dompetnya dan ia yakin, bahwa
dompetnya jatuh ke kuburan adiknya. Lalu ia kembali ke kuburan dan menggali
kuburan adiknya tersebut. Tetapi kemudian, ia melihat api menyala-nyala dari
dalam kubur adiknya itu. Ia takut dan berhenti, tidak meneruskan usahanya
menggali kuburan untuk mendapatkan dompetnya. Ia segera pulang dengan menangis
dan sedih atas apa yang menimpah adiknya di kuburnya itu. Ia lalu berkata
kepada ibunya: Hai, Ibu, ceritakanlah kepadaku tentang adikku dan perbuatannya
di masa ia masih hidup. Sang ibu berkata, untuk apa engkau berkata seperti
itu. Ia berkata: Hai, Ibuku, kuburan adikku itu menyala nyala apinya,
Mendengar cerita ini ibunya menangis, lalu berkata: Hai, anakku, adik
perempuanmu itu ketika hidup meremehkan salat dan suka mengakhirkannya.
Inilah
azab orang yang suka mengakhirkan salat, maka bagaimana dengan halnya siksa
orang yang tidak salat sama sekali. (Irsyadul ‘Ibad: 4),
Dalam
sebuah riwayat disebutkan: Barangsiapa yang memelihara salat fardu dengan
baik, maka akan dimuliakan oleh Allah dengan lima perkara, yaitu: 1.
Dihilangkan kesulitan dalam bidang ekonominya, 2. Dibebaskan dari siksa kubur,
3. Menerima catatan amalnya dengan tangan kanannya: 4. Berjalan di atas
As-Shirot dengan amat cepat bagaikan kilat, 5. Masuk surga tanpa hisab.
Barangsiapa
meremehkan salat fardu, maka akan disiksa oleh Allah dengan lima belas macam
siksaan, lima siksaan di dunia, tiga siksaan ketika menghadapi maut, tiga
siksaan ketika di kubur, tiga siksaan ketika bangkit dari kubur.
Lima
siksaan di dunia itu berupa: 1. Umurnya tidak diberkati oleh Allah: 2.
Wajahnya tampak tanda-tanda jelek: 3. Tiap amal perbuatannya tidak diberi
pahala oleh Allah: 4. Doanya tidak dapat dinaikkan ke langit, dan 5. Tidak
mendapat bagian dos orang-orang baik.
Adapun tiga
siksaan ketika menghadapi maut adalah: 1. Mati dalam keadaan hina: 2.
Merasakan kehausan yang mencekik, dan 3. Merasakan kelaparan yang luar
biasa.
Sedangkan tiga siksaan ketika di kubur
adalah: 1. Dihimpi’ oleh tanah: 2. Dibakar dengan api, siang dan malam: dan 3.
Dililif ular dan digigitnya.
Adapun tiga macam
siksaan ketika bangkit dari kuburnya adalah: 1. Kesulitan ketika dihisab, 2.
Dimurkai oleh Allah: dan 3. Dimasukkan ke dalam neraka. (Irsyadul ‘Ibad:
12-13).
Amalan yang
Menyebabkan Jibril Ingin Menjadi Manusia
Hai,
Ali, Malaikat Jibril ingin menjadi manusia, karena tujuh amal, yaitu: Salat
fardu lima kali sehari-semalam bersama imam (berjamaah), berkumpul dengan para
ulama, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah, memberi minum orang-orang
yang haus, mendamaikan dua orang yang berselisih, memuliakan tetangga dan
yatim. Oleh sebab itu, berusahalah mengamalkan amalan-amalan tersebut.
Salat Malam (Tahajud)
Hai, Ali, laksanakanlah
salat (sunah Tahajud) di malam hari, walaupun (sebentar) seperti lama memerah
susu, sebab orang: yang mengerjakari salat Malam hari itu paling bagus
wajahnya.
Adab Salat
Hai,
Ali, apabila kamu bertakbir untuk salat, maka renggangkanlah jari-jarimu dan
angkatlah kedua tanganmu setinggi dua pundakmu. Apabila kamu telah bertakbir,
maka letakkanlah tangan kananmu di atas tangan kiri di bawah pusar. Apabila
engkau rukuk, maka letakkanlah kedua tanganmu di atas kedua lututmu, dan
renggangkanlah jari-jarimu.
Hai, Ali, kerjakanlah
salat Subuh sedikit agak siang dan kerjakanlah salat Maghrib sesudah matahari
terbenam lewat sepanjang memerah susu. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
termasuk perbuatan para nabi a.s.
Keterangan:
Dalam
hadis Nabi saw. disebutkan: Sesungguhnya Rasulullah saw. melihat seorang
laki-laki salat yang tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya. Beliau lalu
bersabda: Apabila orang itu mati dalam keadaan seperti itu terus, maka dia
mati dalam keadaan tidak mengikuti agama Muhammad. (H.R. Imam Thabrani dan
Ibnu Hibban).
Dalam hadis yang lain diriwayatkan
Ath-Thabrani dijelaskan: Barangsiapa salat di luar waktunya, tidak
menyempurnakan wudhunya, tidak khusyuk dan tidak sempurna rukuk dan sujudnya,
maka amalan salat itu keluar dalam keadaan berwarna hitam dan gelap seraya
berkata: Mudah-mudahan Allah menyianyiakan kamu, seperti kamu menyia-nyiakan
saya, dan Allah benar-benar melipat-lipatnya, seperti baju kumal dilipat lalu
dilemparkan pada wajah orang tersebut.
Keutamaan Salat Jamaah
Hai, Ali, kerjakanlah
salat dengan berjamaah, sesungguhnya pergi salat berjamaah menurut Allah itu
seperti bepergian melakukan haji dan umroh. Orang yang senang melakukan salat
berjamaah hanyalah orang mukmin yang dicintai oleh Allah, dan orang yang tidak
suka berjamaah hanyalah orang munafik yang dibenci Allah.
Hamba yang Paling Dicintai Allah
Hai, Ali, hamba
yang paling dicintai oleh Allah adalah hamba yang bersujud kepada-Nya dengan
membaca:
Hai, Tuhanku, sesungguhnya aku telah
menganiaya pada diriku sendiri, maka ampunilah dosaku, karena tidak ada yang
dapat mengampuni dosa-dosa, kecuali Engkau.
Anjuran Melakukan Salat Dhuha dan Keutamaannya
Hai,
Ali, kerjakanlah salat Dhuha, baik ketika dalam bepergian maupun di rumah,
sebab pada hari kiamat nanti terdapat seruan dari atas surga: Di manakah
orang-orang yang senantiasa mengerjakan salat Dhuha? Masuklah kalian semua ke
surga dari pintu Adh-Dhuha dengan selamat, lagi aman sentosa. Allah tidak
mengutus seorang nabi, kecuali beliau diperintahkan mengerjakan salat
Dhuha.
Salat Jamaah adalah
Kemuliaan Orang Mukmin
Hai, Ali, di antara
kemuliaan orang mukmin adalah istri yang ideal, salat berjamaah dan tetangga
yang menyukainya.
III. WASIAT RASUL TENTANG PUASA
Keutamaan Puasa Ramadhan
Hai,
Ali, barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dan selama puasa itu menjauhi hal-hal
yang dilarang Allah dan tidak melakukan kebohongan, maka Allah senang
kepadanya dan memastikannya masuk surga.
Keterangan:
Setiap
muslim wajib menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan baik, agar
puasa yang dikerjakannya itu diterima oleh Allah swt.
Ada
dua hal penting yang harus diketahui bagi setiap muslim ketika menjalankan
puasa Ramadhan, yaitu:
Hal-hal
yang membatalkan puasa.
Hal-hal yang membatalkan
pahala puasa.
Hal-hal yang membatalkan puasa
sebagaimana diterangkan dalam kitab-kitab fikih, yaitu:
Masuknya sesuatu pada jauf (rongga dalam).
Masuknya
sesuatu ke kepala (melalui lubang telinga atau luka yang tembus ke otak).
Memasukkan sesuatu (obat) melalui gubul dan dubur.
Sengaja bermuntah-muntah.
Bersetubuh (jimak).
Mengeluarkan mani karena bersentuhan kulit atau onani, baik dengan tangan
sendiri atau istri.
Menstruasi (haid).
Nifas.
Gila (hilang akal).
Murtad (keluar dari Islam).
Adapun hal-hal yang
dapat membatalkan pahala puasa berdasarkan ijmak ulama adalah bohong, ghibah
(ngerasani) dan mencaci maki.
Dalam hadis Nabi
saw. yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Dailami, dari Anas r.a. disebutkan:
Lima
perkara yang membatalkan (pahala) orang yang berpuasa dan merusak wudhu,
yaitu: Berkata bohong, ghibah (ngerasani), adu domba, melihat yang disertai
rasa senang dan sumpah palsu.
Dalam musnad Imam
Ahmad disebutkan: Dulu, di zaman Rasulullah saw. ada dua wanita berpuasa dan
mengalami kelaparan dan haus yang sangat di sore hari, hampir saja mereka
mati. Kedua wanita itu dibawa ke hadapan Rasulullah saw. untuk meminta izin
berbuka. Lalu beliau mengirimkan dua mangkok kosong dan bersabda kepada
keduanya: Muntahkanlah apa yang telah kamu makan dalam mangkok itu. Salah
seorang wanita itu memuntahkan darah dan daging busuk. Demikian juga wanita
lainnya, hingga dua mangkok itu penuh muntahan darah dan daging busuk.
Orang-orang pada heran melihatnya. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Kedua wanita
ini puasa (tidak makan) sesuatu yang dihalalkan oleh Allah dan berbuka dengan
sesuatu yang diharamkan-Nya, salah satunya menjumpai yang lain, lalu mereka
berdua menggunjing (ngerasani) orang lain, dan inilah yang mereka makan
itu.
Keutamaan Puasa Syawal
Hai,
Ali, barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dan mengikutinya dengan berpuasa
selama enam hari di bulan Syawal, maka Allah mencatatnya berpuasa setahun
penuh.
IV. WASIAT RASUL TENTANG SEDEKAH
Berderma Dapat Menarik Rahmat Allah
Hai,
Ali, sesungguhnya para wali Allah swt. itu tidak memperoleh kelapangan rahmat
Allah dan keridhaan-Nya sebab banyak ibadah yang mereka kerjakan, tetapi
mereka menerima kelapangan rahmat Allah dan keridhaan-Nya itu sebab
kedermawanan hati mereka dan sebab sikap mereka yang meremehkan harta kekayaan
dunia.
Keutamaan Dermawan dan
Kehinaan Orang Kikir
Hai, Ali, orang yang senang
mendermakan hartanya itu dekat dengan Allah, dekat dengan rahmat-Nya dan jauh
dari siksa-Nya. Sedangkan orang yang kikir itu jauh dari Allah, jauh dari
rahmat-Nya dan dekat pada siksa-Nya.
Keterangan:
Ada
riwayat menyebutkan: Bahwa Abdullah bin Al Mubarok pernah mampir ke kota Kufah
dalam perjalanannya menuju Makkah untuk melakukan ibadah haji. Dalam
perjalanan ini ia melihat seorang perempuan mencabuti bulu-bulu itik di tempat
pembuangan sampah. Ia berhenti dan memperhatikannya. Ternyata, itik itu adalah
bangkai. Ia lalu berkata: Hai, wanita, ini bangkai atau habis disembelih?
Wanita itu menjawab: Bangkai, dan aku akan memakannya bersama keluargaku.
Abdullah bin Al-Mubarok berkata kepada wanita itu: Sesungguhnya Allah telah
mengharamkan bangkai, tapi di desa ini engkau memakannya. Si wanita itu
berkata: Hai, Tuan, pergilah. Tetapi Abdullah bin Al-Mubarok terus
mengingatkannya, hingga akhirnya wanita itu berkata: Sesungguhnya saya, dan
anak-anak yang masih kecil sudah tiga hari kelaparan, karena saya tidak
menemukan sesuatu yang dapat kami masak untuk mereka. Lalu ia pergi, dan tidak
lama lagi kembali dengan menuntun keledai yang di atas punggungnya terdapat
bahan makanan, pakaian dan perbekalan lainnya menuju tempat tinggal wanita
tersebut. Ia mengetuk pintu rumah wanita fakir itu dan masuk ke dalamnya
seraya berkata kepadanya: Ini adalah bahan makanan, pakaian dan masakan
makanan, ambillah, keledai dan muatannya ini semuanya aku berikan kepadamu.
Kemudian ia menetap di kota Kufah ini, tidak melanjutkan perjalanannya ke kota
Makkah, karena musim haji sudah lewat. Lalu ia kembali pulang ke negerinya,
ketika para Hujjaj sudah pada pulang. Orang-orang menyambut kedatangannya.
Tetapi ia berkata kepada mereka, aku tidak melakukan haji tahun ini. Kemudian
ada seorang laki-laki berkata: Subhanallah, bukankah aku telah menitipkan
uangku dan kita berangkat bersama-sama, kemudian saya mengambilnya kembali di
Arafah. Laki-laki lainnya berkata: Bukankah engkau yang memberi minuman di
tempat ini? Lainnya lagi berkata: Hai, Abdullah bin Al-Mubarok, tidakkah
engkau membeli ini dan itu kepadaku? Abdullah bin Al-Mubarok berkata
kepadanya: Saya tidak mengerti apa yang mereka katakan. Saya tahun ini tidak
melakukan ibadah haji.
Ketika malam hari tiba dan
Abdullah bin Al-Mubarok tidur, maka ia bermimpi melihat ada seseorang berkata:
Hai, Abdullah, sesungguhnya Allah swt. telah menerima sedekahmu dan Dia
mengutus seorang malaikat yang menjelma seperti kamu ke Makkah untuk melakukan
haji untukmu. (An-Nawadir: 98-99).
Hai, Ali, saya
telah melihat sebuah tulisan di pintu surga: Pintu tertutup bagi setiap orang
yang kikir, orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya dan orang yang suka
menggunjing.
Tempat Orang
Dermawan dan Orang Kikir
Hai, Ali, ketika Allah
menciptakan surga, maka surga itu bertanya: Hai, Tuhanku, mengapa Engkau
ciptakan aku? Allah menjawab: Untuk setiap orang yang suka mendermakan
hartanya dan orang yang bertakwa. Lalu neraka bertanya: Hai, Tuhanku, mengapa
Engkau menciptakan aku? Allah menjawab: Untuk setiap orang yang kikir dan
orang yang sombong. Neraka berkata: Aku untuk mereka berdua.
Tempat Orang yang Menentang Hawa Nafsunya
Hai,
Ali, barangsiapa yang menentang hawa nafsunya, maka tempatnya adalah surga,
dan barangsiapa yang menuruti hawa nafsunya, maka tempatnya adalah neraka.
Keterangan:
Hadis
ini dimasukkan pada bab ini, karena pada umumnya tabiat manusia itu enggan
menyedekahkan harta bendanya dan cenderung pada menyimpannya. Orang yang
menentang hawa nafsunya, berarti melawan keengganannya bersedekah, orang yang
demikian ini berarti gemar bersedekah.
5, Anjuran
Berhati-hati Terhadap Doa Orang Dermawan
Hai,
Ali, takutlah kamu pada doa orang yang suka mendermakan harta kekayaannya,
karena sesungguhnya dia ketika terpeleset, maka Allah langsung menolongnya
(tatkala dia berucap langsung dipenuhi oleh Allah).
Keutamaan Memberi Makan kepada Sesama Muslim
Hai,
Ali, barangsiapa memberi makan kepada sesama orang Islam dengan ikhlas, maka
Allah mencatat untuknya sejuta kebaikan, menghapus sejuta kejelekannya dan
mengangkat derajatnya seribu kali,
Hai, Ali,
cintailah saudaramu, seperti engkau mencintai dirimu.
Sedekah dengan Menjamu Tamu
Hai, Ali, carilah
kebaikan di samping orang yang baik wajahnya dan muliakanlah setiap tamu,
karena tamu itu jika datang ke suatu kaum, maka ia membawa rezekinya juga, dan
apabila ia pergi, maka dia membawa dosa-dosa penghuni rumah yang didatangi,
lalu membuangnya di laut.
Hai, Ali, malaikat itu
tidak mau masuk ke sebuah rumah yang di dalamnya terdapat gambar-gambar atau
patung-patung, orang yang durhaka kepada ayah dan ibunya atau rumah yang tidak
pernah dimasuki oleh tamu.
Berbuat Baik kepada Setiap Orang
Hai, Ali,
berbuat baiklah, meskipun kepada As-Suflah. Ali bertanya: Apa As-Suflah itu,
ya, Rasulullah? Beliau menjawab, yaitu: Orang yang jika dinasihati, tidak mau
menerimanya, jika dihalau, tidak mau pergi dan tidak peduli dengan apa saja
yang dikatakan orang kepadanya.
Sedekah Secara Rahasia
Hai, Ali, sedekah secara
rahasia itu dapat memadamkan murka Allah, dapat menarik berkah dan rezeki yang
banyak. Cepat-cepatlah mengeluarkan sedekah di pagi hari, sebab bencana itu
turun sebelum pagi, dan godho’ itu dikembalikan di udara.
Bersedekah dengan Harta Pilihan
Hai, Ali, apabila
engkau bersedekah, maka bersedekahlah dengan sesuatu yang baik, yang kamu
miliki. Sesungguhnya sedekah sesuap makanan yang halal itu lebih disukai oleh
Allah daripada seratus mitsgol makanan haram. Sedekah yang kamu berikan
sebelum engkau mati itu lebih baik daripada seratus mitsgol yang disedekahkan
orang-orang untukmu sesudah kematianmu. Allah berfirman: Pada hari seseorang
diperlihatkan amalnya yang telah dijalani.
Anjuran Bersedekah untuk Orang-Orang Mati
Hai,
Ali, bersedekahlah kamu untuk keluargamu yang telah meninggal dunia.
Sesungguhnya Allah swt. telah menugaskan malaikat-malaikat yang membawa
sedekah orang-orang yang masih hidup kepada mereka yarg telah meninggal.
Mereka semua senang dengan (pahala) sedekah itu, lebih dari senang mereka di
dunia. Mereka lalu berkata:
” Ya, Allah,
ampunilah orang yang telah menerangi kubur kita dan berilah dia kabar gembira
dengan surga, sebagaimana kita senang dengan sedekah-sedekah itu.
Keterangan:
Tiadalah
mayat dalam kuburnya, kecuali ibarat orang tenggelam yang minta tolong dan
selalu menanti doa dari anak, saudara atau temannya. Bilamana doa tersebut
sampai padanya, maka hal itu lebih ia senangi daripada dunia seisinya. Dan
sesungguhnya hadiah orang-orang yang masih hidup kepada orang-orang yang mati,
adalah doa dan istighfar. (H.R. Ad-Dailami)
Hikayah
I
Ada sebuah kisah, yaitu: Ali bin Abi Tholib karromallahu wajhah
pada suatu hari masuk pekuburan Madinah dan berseru: Hai, sekalian penghuni
kubur: Assalamu ‘alaikum warahmatullahi. Kamu semua mau memberitahu aku
tentang keadaan kalian semua, atau aku memberi tahu keadaan kalian semua. Lalu
Ali mendengar suara: Alaikas salam warahmatullahi wabarakatuh. Ceritakanlah
kepadaku keadaan keluargaku sepeninggalku. Lalu Ali berkata: Istri-istrimu
telah menikah kembali, harta kekayaanmu telah dibagi-bagi, anak-anakmu telah
menjadi yatim dan rumah-rumah yang kamu bangun dulu, telah jatuh ke sainganmu.
Inilah berita yang dapat aku sampaikan. Nah, bagaimana keadaan kamu sekalian
sekarang ini. Seorang mayat bersuara: Kain kafanku telah koyak, robek dan
compang-camping, rambutku rontok, kulitku mengelupas, mataku keluar dan
hidungku mencucurkan darah dan nanah Apa saja yang dulu aku berikan, sekarang
kami dapati kembali dan apa saja yang aku simpan dan aku tinggalkan, merugikan
kami. Kami semua digantungkan oleh amal-amal kami. (Tanwirul Qulub: 457).
Kita
harus membantu orang-orang yang telah meninggal dengan cara berdoa dan
bersedekah untuk mereka.
Hikayah II
Ada
sebuah kisah, dari seorang ulama, bahwa pernah ada seorang laki-laki bernama
Sholeh Al-Marsy r.a. bercerita: Pada malam Jumat saya keluar rumah menuju
mesjid untuk melakukan salat fajar di mesjid jami’. Saya melewati sebuah
kuburan dan terbersit di benak saya untuk berhenti di tempat ini sampai fajar
terbit. Saya lalu salat dua rakaat, kemudian sava terserang kantuk, hingga
tertidur sejenak. Dalam tidur yang sebentar itu melihat seolah-olah semua
orang di kuburan itu bangkit dari kuburnya. Sebagian mereka memakai pakaian
berwarna putih dan duduk-duduk sambil berbincang-bincang dan di situ ada
seorang pemuda berpakaian kotor sedang duduk sendirian termenung sedih. Tidak
lama kemudian, mereka disuguhi talam-talam yang ditutup kain. Setiap mereka
mengambil talam, lalu masuk ke kuburnya, kecuali pemuda berbaju kotor itu. Ia
tidak mendapatkan apa-apa, dan masuk ke kuburnya dalam keadaan sedih. Ketika
itu saya bertanya kepadanya: Hai, hamba Allah, mengapa engkau tampak sedih?
Apa yang tampak olehku ini? Ia berkata: Hai, Sholeh, apakah engkau melihat
talam-talam? Saya jawab, ya, dan apa semua itu? Ia menjawab: Talam-talam itu
adalah kiriman orang yang hidup untuk keluarganya yang telah meninggal dunia.
Setiap kali mereka berdoa dan mengulurkan sedekah untuk mereka yang telah mati
dikumpulkan dan hari Jumat dibagikan seperti yang kamu lihat. Sedangkan saya
adalah orang asing dari India hendak ke Basrah (Irak) bersama ibuku untuk
pergi haji ke Makkah. Tapi saya meninggal dunia di sini dan ibu saya kawin
lagi, ia asyik dengan suaminya yang baru, hingga tidak lagi ingat kepada saya
dengan doa-doa atau sedekah, sepertinya ia itu tidak memiliki anak. Ia
benar-benar telah silau dengan harta dan kemewahan hidup, karena itu saya
sedih. Karena tidak ada lagi orang yang mengingat saya.
Saya
bertanya kepadanya: Di manakah tempat tinggal ibumu? Ia lalu menerangkan.
Ketika pagi tiba, saya salat, kemudian saya berusaha mencarinya. Akhirnya,
saya dapat menemukannya, dan langsung saya ketuk pintunya, lalu saya ditanya,
siapakah ini? Saya jawab: Saya adalah Sholeh Al-Marsy. Saya dipersilakan masuk
dan saya berkata: Allah memberi rahmat kepadamu. Apakah engkau memiliki anak,
ia menjawab tidak. Apakah engkau punya anak meninggal dunia? Ia menjawab, ya,
ja meninggal dunia ketika masih muda. Saya lalu menceritakan kepadanya keadaan
anak itu seperti yang saya lihat dalam mimpi. Ia menangis dan sedih, kemudian
menyerahkan uang 1000 dinar kepada saya, sebagai sedekah untuk anaknya. Uang
itu saya bagi-bagikan hingga habis. Wanita itu berkata pula: Hari ini aku
tidak akan melupakan anakku dengan berdoa dan sedekah untuknya. Jumat
berikutnya saya pergi ke mesjid jami’ dan singgah di kuburan untuk duduk
sebentar, ketika itu saya terserang kantuk hingga tidur dan bermimpi lagi
seperti semula, dan melihat pemuda berpakaian bersih, gembira dan menebarkan
senyuman lalu berkata: Hai, Sholeh, hadiahnya telah sampai, semoga Allah
membalasmu. (An-Nawadir: 102-103).
Hikayah III
Ada
seorang lelaki di Samargond sakit, lalu bernazar, apabila Allah
menyembuhkannya, maka akan sedekah hasij semua kerjanya pada hari Jumat untuk
kedua orangtuanya yang telah meninggal dunia. Pada suatu hari ia berkeliling
sehari penuh mencari penghasilan untuk dibuat sedekah, tetapi tidak berhasil.
Lalu ia meminta fatwa kepada seorang ulama. Beliau berkata kepadanya: Pergilah
kamu dan mencarilah kulit semangka sekuatmu. Lalu cucilah dengan air bersih.
Setelah itu buanglah kulit itu di jalan tempat keledai-keledai lewat. Jika ada
keledai lewat, maka lemparkanlah kulit semangka ke arahnya, dengan niat supaya
dimakan sebagai sedekah yang pahalanya niatkan untuk kedua orangtuamu. Dengan
demikian engkau terbebas dari nazarmu. Saran itu dilakukannya pada malam
Sabtu, lalu si laki-laki itu bermimpi melihat kedua orangtuanya memeluknya dan
berkata: Engkau telah bersusah payah mencari kebaikan untuk kami dan engkau
telah memberiku makan semangka yang menyenangkan. Allah swt. ridha padamu.
Sebagian
ulama juga menuturkan kisah, bahwa ada seorang laki-laki bermimpi melihat
orang-orang mati pada keluar dari kuburnya. Mereka tampak memunguti sesuatu
dari atas kuburnya. Laki-laki itu berkata: “Saya tidak tahu sesuatu itu, saya
ta’ajub (heran) melihat kenyataan itu. Di antara mereka saya melihat seorang
laki-laki duduk dan tidak turut memunguti sesuatu bersama mereka. Kemudian
saya mendekati laki-laki tersebut dan bertanya kepadanya: Sesuatu apa yang
mereka punguti? Orang yang ditanya itu menjawab: Mereka memunguti
bacaan-bacaan Alqur-an, sedekah, dan doa-doa yang dihadiahkan oleh orang-orang
muslim kepada mereka. Selanjutnya laki-laki itu bertanya lagi: Mengapa kamu
tidak turut memunguti bersama mereka? Orang itu menjawab: Aku tidak
membutuhkannya. Laki-laki itu bertanya lagi, kenapa kamu tidak butuh? Orang
jitu menjawab: Setiap hari anak saya mengkhatamkan Alqur-an sambil berjualan
kue di pasar. Ketika saya bangun, saya pergi ke pasar tempat menjual kue.
Tiba-tiba saya bertemu pemuda penjual kue yang selalu bergerak-gerak bibirnya
dan saya bertanya kepadanya: Apa yang sedang engkau baca? Dia menjawab:
Alqur-an. Dan saya hadiahkan pahalanya untuk orangtua saya dalam kuburnya.”
Anjuran Ikhlas dalam Beramal
Hai, Ali, beramallah
dengan ikhlas karena Allah, sebab Allah itu tidak menerima amal orang, kecuali
yang ikhlas karena Allah swt. Dia berfirman”
”Barangsiapa
yang berharap berjumpa dengan Tuhan-nya, maka ia harus melakukan perbuatan
yang baik dan Janganlah ia berbuat syirik dalam ibadah kepada Tuhannya.”
V. WASIAT RASUL TENTANG DOA, ISTIGHFAR DAN ALQUR-AN
- Berdoa Antara Azan dan Ikamah
Hai, Ali, berdoalah antara azan dan ikamah, sebab sesungguhnya doa di waktu ini tidak ditolak.
Keterangan:
Doa itu berarti permohonan. Berdoa yang berarti memohon itu hanya kepada Allah swt. Barangsiapa yang memohon kepada Allah swt., pasti dikabulkan dan dipenuhi oleh-Nya, sebagaimana firman-Nya:
” Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (Q.S. Al-Mu’min: 60).
Hanya saja wujudnya berbeda-beda. Adakalanya pemberian atau pengabulan Allah swt. itu berupa konkret, sesuai persis seperti permohonan. Karena, sesuatu yang lain justru lebih bermanfaat untuk pemohon dalam pandangan Allah. Adakalanya pemberian itu di dunia dan adakalanya di akhirat. Sebab, jika permohonannya itu dipenuhi di dunia, akan menyebabkan dia rusak. Walhasil, setiap doa itu pasti dikabulkan oleh Allah. Doa yang dikabulkan itu tentu ada tata cara, syarat-syaratnya dan pada waktu-waktu tertentu.
Adab atau tata cara berdoa yang memungkinkan dikabulkan itu ada sepuluh, yaitu:
- Memperhatikan waktu-waktu mulia, seperti pada hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jumat, waktu sahur (tengah malam sampai menjelang fajar).
- Memperhatikan keadaan-keadaan tertentu, seperti ketika turun hujan, ibadah salat fardu, sesudah salat fardu, antara azan dan ikamah dan ketika bersujud.
- Menghadap kiblat dengan mengangkat kedua tangannya.
- Tidak mengeraskan suara.
- Tidak berapi-api.
- Khusyuk dan konsentrasi penuh.
- Mantap dengan doanya dan yakin dikabulkan.
- Mengulang-ulang doa sampai tiga kali.
- Memulainya dengan zikir kepada Allah, membaca tahmid, kemudian shalawat Nabi dan mengakhirinya dengan bacaan hamdalah dan shalawat Nabi.
- Bersih jiwa raganya, lahir dan batin dari hal-hal yang diharamkan Allah.
- Cara Berdoa
Hai, Ali, apabila engkau berdoa, maka beberkan (kedua telapak) tanganmu dan angkatlah setinggi dadamu, jangan engkau mengangkatnya ke atas melebihi kepala dan berisyaratlah kepada Allah swt. dengan jari telunjuk kananmu.
Hai, Ali, janganlah kamu mengeraskan suaramu ketika membaca Alqur-an dan doa, di saat orang-orang mengerjakan salat. Sebab hal yang demikian itu dapat mengganggu salat mereka.
- Zikir Sebelum Fajar, Sebelum Matahari Terbit dan Terbenam
Hai, Ali, barangsiapa yang berzikir kepada Allah swt. sebelum fajar, sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam, maka Allah merasa malu menyiksa orang tersebut dengan api neraka.
- Keutamaan Duduk di Tempat Usai Salat Subuh
Hai, Ali, apabila kamu selesai mengerjakan salat Subuh, maka tetaplah duduk di tempatmu sampai matahari terbit, karena sesungguhnya Allah swt. menetapkan untuk orang yang tetap duduk di tempatnya usai salat Subuh tersebut pahala haji dan umroh, pahala memerdekakan budak atau pahala sedekah seribu dinar untuk membela agama Allah.
- Bacaan Agar Dicatat Menjadi Wali Allah
Hai, Ali, barangsiapa setiap hari membaca sebanyak dua puluh lima kali istighfar:
“Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung untuk diriku, kedua orangtuaku, semua orang Islam laki-laki dan perempuan, semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan, yang hidup maupun yang telah meninggal dunia.” Maka Allah mencatat orang tersebut sebagai wali (kekasih) Nya.
- Zikir yang Menyebabkan Dimohonkan Maaf oleh Para Malaikat
Hai, Ali, barangsiapa setiap hari membaca sebanyak sepuluh kali zikir:
”Tidak ada Tuhan, kecuali Allah sebelum adanya segala sesuatu. Tidak ada Tuhan, kecuali Allah sesudah adanya sesuatu. Tidak ada Tuhan, kecuali Allah, Tuhan kami tetap kekal dan segala sesuatu akan sirna.”
Maka tiada satu pun malaikat di langit tinggal, melainkan memohonkan maaf untuk orang tersebut.
- Doa yang Menyebabkan Tidak Diperiksa Amalnya
Hai, Ali, barangsiapa setiap hari membaca:
“Ya, Allah, berilah aku berkah dalam kematian dan sesudahnya”, maka dia tidak diperiksa oleh Allah dengan apa yang dikerjakannya di dunia. Barangsiapa membaca takbir seratus kali sebelum matahari terbit dan seratus kali sebelum terbenam, maka Allah memberinya pahala seratus orang yang beribadah dan pahala seratus pejuang membela agama Allah. Barangsiapa yang membaca shalawat kepada saya seratus kali setiap hari atau malam, maka dia pasti mendapat syafaat dari saya. Dan banyak membaca istighfar itu merupakan benteng bagi orang-orang yang bertobat dari api neraka.
Keterangan:
Dalam hadis Nabi saw. disebutkan:
Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: ” Barangsiapa yang melanggengkan membaca istighfar, maka Allah memberi jalan keluar bagi setiap kesulitan dan kesedihan yang dihadapinya dan memberinya rezeki yang tidak terduga-duga.” (H.R. Abu Dawud).
Susunan kalimat istighfar itu bervariasi, yang paling singkat adalah seperti:
“Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung.”
“Hai, Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah tobatku.”
Ada lagi bentuk kalimat istighfar yang disebut Sayyiidul Istighfar, yaitu:
Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa membaca istighfar Seperti di atas pada pagi hari dengan iman, lalu mati pada hari itu sebelum malam hari, maka ia termasuk ahli surga, dan barangsiapa membacanya di malam hari dengan iman dan yakin, lalu mati sebelum matahari terbit, maka ia termasuk ahli surga. (H.R. Al-Bukhari).
VI. WASIAT RASUL TENTANG KEJUJURAN DAN PERSAHABATAN
Kejujuran
Berkata Jujur dan
Larangan Berkata Bohong
Hai, Ali, berkatalah
benar, sekalipun membahayakan kamu dalam tempo seketika itu, sesungguhnya
berkata benar itu, tetap bermanfaat untukmu di hari kemudian. Janganlah
berkata bohong, sekalipun berguna bagimu dalam tempo seketika itu, tapi
sesungguhnya membahayakan di hari kemudian.
Keterangan:
Hai,
Ali, barangsiapa banyak dosanya, maka hilanglah cahaya wajahnya.
Hai,
Ali, berkatalah benar, jagalah perkataan, amanat, kedermawanan hati dan
memelihara perut (dari makanan haram).
Persahabatan
Teman yang Jelek
Hai,
Ali, teman yang paling jelek adalah teman yang suka gegabah terhadap temannya
dan suka membuka rahasianya.
Menjalin Persahabatan Sebanyak-banyaknya
Hai,
Ali, seribu teman itu terasa sedikit, tetapi satu musuh terasa banyak.
3,
Tanda-tanda Kesetiakawanan
Hai, Ali,
kesetiakawanan itu memiliki tanda-tanda, yaitu:
Dia (teman) itu sanggup mengeluarkan hartanya untuk kamu.
Dia siap untuk mengorbankan jiwanya demi kamu.
Dia
siap mempertaruhkan kehormatannya demi kehormatanmu.
VII. WASIAT RASUL TENTANG TOBAT
Hai, Ali, tobat orang bertobat itu tidak berguna, kecuali disertai dengan
membersihkan perutnya dari hal-hal yang haram, dengan memperbaiki usahanya.
Keterangan:
Tobat
adalah menyesali perbuatan-perbuatan jelek yang pernah dilakukan dan bertekad
tidak mengulanginya kembali Serta menghindari hal-hal yang menjurus pada
perbuatan tidak baik dengan terus memohon ampun (istighfar) kepada Allah
Swt.
Setiap muslim harus buru-buru bertobat
kepada Allah swt. atas dosa-dosa lahir dan batin yang pernah ia lakukan.
Luqman Al-Hakim berkata kepada putranya: Hai, Anakku, janganlah kamu
mengakhirkan tobat, karena mati itu datang secara tiba-tiba. Allah swt. telah
perintah kepada semua orang yang beriman, agar bertobat, seperti dalam
firman-Nya.
” Dan bertobatlah kamu sekalian
kepada Allah, hai, orangorang yang beriman, supaya kamu beruntung.” (Q.S.
An-Nur: 31).
“Hai, orang-orang yang beriman,
bertobatlah kepada Allah dengan tobat semurni-murninya.” (Q.S. At-Tahrim:
8).
”Dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Hujurat: 11).
Orang
yang bertobat itu harus membersihkan harta kekayaannya dari hal-hal yang haram
dengan cara meninjau kembali usahanya, makanan, minuman dan pakaiannya,
semuanya harus serba halal. Orang yang bertobat, tetapi makanannya haram, itu
tobatnya tidak ada gunanya.
Imam Sufyan
Ats-Tsauri r.a. berkata:
“Orang yang
berpenghasilan haram digunakan untuk taat kepada Allah, maka ia seperti
mencuci pakaian najis dengan air kencing. Padahal pakaian yang najis itu harus
dicuci dengan air. begitu pula halnya dengan dosa, tidak dapat dihapus kecuali
dengan penghasilan yang halal.” (Ihya’ Ulumuddin 3: 25),
Tobat
adalah jalan yang paling aman bagi setiap muslim, yang ingin mencari
keselamatan di dunia dan akhirat, tidak ada jalan lain bagi setiap muslim,
khususnya yang mengalami kegoncangan jiwa, stres dan tekanan mental selain
kembali kepada Allah dan bertobat kepada-Nya, karena keadaan seperti itu
sangat mungkin timbul. Karena, dosa-dosa dan maksiat maksiat yang kita lakukan
secara sadar atau tidak, Allah akan mengampuninya, jika mau bertobat, Dia
berfirman:
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun
bagi orang yang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang
benar.”
Hikayah I
Umar bin
Al-Khaththab pada suatu hari masuk ke rumah Rasulullah saw. sambil menangis,
kemudian Rasulullah saw. bersabda: Wahai, Umar, apa yang menyebabkan kamu
menangis? Umar menjawab: Wahai, Rasulullah, di pintu ada seorang pemuda yang
membakar hatiku sambil menangis. Rasulullah saw. bersabda: Wahai, Umar,
suruhlah dia masuk ke sini. Pemuda itu masuk sambil menangis, Rasulullah
lantas bertanya kepadanya: Wahai, anak muda, apakah kamu menyekutukan Allah
dengan sesuatu? Ia menjawab, tidak. Beliau bertanya: Apakah kamu membunuh
seseorang tanpa hak? la menjawab, tidak. Beliau bersabda: Sesungguhnya Allah
akan mengampuni dosamu, meskipun (dosa itu) seperti tujuh langit. Ia berkata:
Dosaku lebih besar daripada tujuh langit, tujuh bumi, dan gunung-gunung yang
menjulang tinggi. Rasulullah saw, bertanya: Lebih besar mana dosamu dengan
kursi? Ia menjawab, dosa saya lebih besar. Beliau bertanya: Lebih besar mana
dosamu dengan Arasy? Ia menjawab, dosa saya lebih besar. Beliau bertanya:
Lebih besar muna dosamu dengan ampunan Allah? Ia menjawab: Ampunan-Nya lebih
besar dan lebih agung. Beliau bersabda: Sesungguhnya tidak ada yang bisa
mengampuni dosa yang besar, kecuali Allah Yang Maha Besar. Beliau bersabda
lagi: Beritahukanlah kepadaku tentang dosamu itu. Ia berkata: Wahai,
Rasulullah, sesungguhnya saya adalah penggali kubur (di mana pekerjaan itu
telah aku tekuni) selama tujuh tahun, hingga ada seorang gadis dari golongan
Anshar yang meninggal dunia, lalu saya gali kuburnya dan saya keluarkan dari
kain kafannya. Tidak lama kemudian setan menggoda hati saya, lalu saya
menyetubuhinya. Tidak lama kemudian, gadis itu bangkit dan berkata: Wahai,
anak muda, celakalah kamu. Apakah kamu tidak merasa malu kepada Tuhan di hari
pembalasan yang akan menggelar kursi-Nya untuk pengadilan dan mengumpulkan
(pahala) dari orang yang menganiaya untuk orang yang dianiaya? Kamu tinggalkan
aku dalam keadaan telanjang di barisan orang-orang mati dan kamu biarkan aku
dalam keadaan junub di hadapan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Rasulullah saw. bersabda: Wahai, orang Jasik, tempatmu memang sepantasnya di
neraka. Pergilah dari sini. Pemuda itu pun keluar dan bertobat kepada Allah
Ta’ala selama 40 malam. Setelah menyempurnakan 40 malam, ia menengadahkan
kepala ke atas seraya berdoa: Wahai, Tuhan Muhammad, Adam dan Hawa, jika
Engkau menerima tobatku, maka beritahulah Muhammad saw. dan
sahabat-sahabatnya, dan jika tobatku tidak diterima, maka turunkanlah api dari
langit, lantas bakarlah aku dengan api itu, dan selamatkan aku dari siksaan
akhirat. Maka Jibril datang kepada Nabi saw., lalu berkata, kesejahteraan
buatmu, wahai, Muhammad, Tuhanmu menyampaikan salam untukmu. Nabi saw., lantas
bersabda: Dia adalah Dzat Yang Maha Sejahtera, dari-Nya kesejahteraan dan
kepada-Nya kesejahteraan itu kembali. Jibril berkata: Engkaukah yang
menciptakan aku dan mereka. Engkaulah yang memberi rezeki kepada mereka?
Beliau bersabda: Bukan, Allah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadaku.
Jibril berkata: Engkaulah yang menerima tobat mereka? Beliau berkata: Bukan,
Allah yang menerima tobatku dan tobat mereka. Jibril berkata: Terimalah tobat
hamba-Ku karena sesungguhnya Aku telah menerima tobatnya. Nabi saw. lantas
memanggil pemuda dan menyampaikan berita gembira, bahwa Allah Ta’ala telah
menerima tobatnya.
Hikayah II
Al-Faqih
berkata: Ayah saya bercerita, bahwa di kalangan Bani Israel ada seorang
perempuan pelacur yang sangat cantik. Pintu rumahnya selalu terbuka dan setiap
orang yang lewat bisa melihat dia sedang duduk di sofa yang berada persis di
depan pintu rumahnya. Setiap orang yang melihat, pasti tertarik kepadanya dan
seseorang baru diperbolehkan masuk, jika ia menyerahkan uang sepuluh dinar.
Pada suatu hari ada seorang yang sangat taat beribadah lewat di depan pintu
rumahnya. Ketika ia menoleh, ia melihat perempuan yang cantik itu sedang duduk
di sofa, dan ia tertarik. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan
ketertarikannya, tetapi ia tidak mampu, sehingga akhirnya ia menjual
pakaiannya dan mengumpulkan uang yang diperlukan untuk bisa masuk ke rumah
perempuan itu. Setelah terkumpul uang yang diperlukan, ia datang ke pintu
rumah itu untuk menyerahkan uang yang dimaksud. Perempuan itu menerimanya dan
memberikannya kepada orang yang mengurusinya seraya menjanjikan waktu yang
ditentukan. Pada waktu yang telah ditentukan, ia datang ke situ, dan perempuan
itu sudah berhias serta duduk di sofa. Ia masuk dan duduk bersama perempuan
itu. Ketika ia mengulurkan tangan dan hendak merangkulnya, tiba-tiba atas
rahmat Allah dan berkah ibadahnya, hatinya sadar. la merasa bahwa saat itu
Allah dari atas Arsy-Nya sedang melihat perbuatannya. Ia benar-benar sadar,
bahwa ia berada dalam suasana haram, yang bisa jadi akan menghapus semua amal
baik. Hatinya bergetar dan wajahnya pucat. Melihat perubahan muka yang begitu
mendadak, perempuan itu bertanya kepadanya: Apa yang menimpamu? Ia menjawab:
Aku takut kepada Tuhanku. Maka izinkanlah aku keluar. Perempuan itu berkata:
Bodoh kamu, banyak orang yang ingin memperoleh kesempatan seperti ini. Apa
sebenarnya yang terjadi pada dirimu? la menjawab: Sesungguhnya aku takut
kepada Allah. Uang yang telah aku berikan kepadamu halal bagimu, izinkanlah
aku keluar. Perempuan itu berkata kepadanya: Tampaknya kamu belum pernah
melakukan hal seperti ini. Ia menjawab: Benar, aku belum pernah melakukannya.
Perempuan itu bertanya: Dari mana kamu? Dan siapa namamu? Ia pun
memberitahukan kepada perempuan itu, bahwa ia berasal dari desa ini dan
namanya ini. Kemudian perempuan itu mengizinkannya keluar. Ia pun keluar dari
rumah perempuan itu seraya menangis dan menaburkan debu di atas kepala sebagai
tanda penyesalan yang mendalam. Melihat sikapnya tersebut, hati perempuan itu
sangat terkesan dan berkata di dalam hatinya: Orang itu baru akan melakukan
untuk yang pertama kalinya, tapi sudah demikian mendalam perasaan takutnya,
lantas bagaimana dengan diriku yang telah melakukan dosa bertahun-tahun
lamanya? Tuhan yang ia takuti juga sama dengan Tuhanku, .maka seharusnya aku
lebih takut daripada dia. Kemudian ia bertobat kepada Allah Ta’ala. Ia menutup
rapat-rapat pintu rumahnya dan mengenakan pakaian yang sangat tertutup serta
tekun beribadah. Di dalam hatinya ia berkata: Bagaimana seandainya aku mencari
laki-laki itu dan mudah-mudahan ia mau mengawini ku, sehingga aku selalu dekat
dengannya dan bisa belajar banyak masalah agama darinya serta membantu dalam
masalah ibadah kepada Allah Ta’ala.
Perempuan itu
bergegas untuk mencarinya dan membawa serta harta yang cukup banyak dan
pelayan-pelayannya. Perempuan itu tiba di desa yang disebutkan laki-laki itu
dan menanyakan laki-laki yang dimaksud. Laki-laki itu diberi tahu, bahwa ada
seorang perempuan yang mencarinya, maka ia pun keluar untuk menemuinya. Saat
itu perempuan tadi membuka cadar yang menutupi wajahnya dengan maksud agar
laki-laki itu mengenalinya. Ketika melihat perempuan itu, ia teringat
peristiwa yang pernah terjadi dengannya, ia lalu menjerit dan meninggal
dunia.
Perempuan itu gelisah dan berkata: Saya
datang ke tempat ini karena ia, tetapi ia meninggal. Apakah ada orang di
sekitar ini yang memerlukan istri. Orang-orang menjawab: Sesungguhnya ia
memiliki seorang saudara yang saleh, tetapi ia miskin. Perempuan itu menjawab:
Tidak apa-apa, saya orang yang berkecukupan. Akhirnya, ia kawin dengannya dan
dikaruniai tujuh anak yang baik-baik dan menjadi panutan di kalangan Bani
Israel.
Hai, Ali, seorang alim yang tidak
bertakwa kepada Allah swt. itu kesan nasihat dan mau’izhahnya di hati
orang-orang, bagaikan tetesan air hujan ke telur burung unta dan batu yang
halus (tidak dapat meresap ke dalam).
Keterangan:
Al-Faqih
berpendapat, bahwa orang yang menyuruh untuk berbuat baik itu harus dengan
maksud mencari ridha Allah dan memuliakan agama. Diceritakan dari Ikrimah
r.a., bahwa ada seorang melewati pohon yang disembah, maka ia pun marah dan
bergegas pulang mengambil kapak dan menaiki keledainya menuju pohon itu hendak
menebangnya. Di tengah jalan ia menemui iblis (semoga Allah mengutuknya) yang
menyerupai manusia dan bertanya kepadanya: Apa urusanmu dengan pohon itu,
biarkanlah orang yang menyembah itu semakin jauh dari Allah Ta’ala. Maka
terjadilah perdebatan yang seru dan iblis mengulangi perkataannya itu sampai
tiga kali. Setelah iblis merasa kalah dalam berdebat, iblis berkata: Pulang
sajalah, dan tiap hari aku akan memberimu uang empat dirham. Setiap hari kamu
bisa mengambil uang itu di bawah tikar. Ia berkata kepada iblis: Benarkah apa
yang kamu katakan itu? Iblis menjawab: Ya, aku jamin kamu mendapatkan uang itu
setiap hari. Maka ia pun pulang ke rumahnya, dan mendapatkan apa yang
dijanjikan oleh iblis itu selama dua atau tiga hari. Setelah itu ia tidak
mendapatkan lagi. Kemudian ia mengambil kapak dan menaiki keledainya menuju
pohon itu. Di tengah jalan, dijumpai oleh iblis yang menyerupai manusia dan
bertanya kepadanya, mau ke mana kamu? Ia menjawab: Aku hendak menebang pohon
yang disembah itu. Iblis berkata: Kamu tidak akan mampu melakukannya. Semula
kamu hendak menebangnya, karena Allah Ta’ala, yang seandainya seluruh penghuni
langit dan bumi ini berkumpul, niscaya tidak akan dapat merintangi kamu.
Namun, sekarang kamu hendak menebang pohon itu karena kamu tidak mendapatkan
uang lagi. Maka, seandainya kamu meneruskan niatmu itu, niscaya kami akan
menebang lehermu. Ia pun mengurungkan niatnya.
Al-Faqih
mengatakan, bahwa orang yang hendak melakukan amar ma’ruf nahi munkar harus
memiliki lima syarat, yaitu:
Mempunyai ilmu, sebab orang yang bodoh tidak mungkin mengetahui mana yang baik
dan mana yang buruk.
Ikhlas karena Allah Ta’ala dan
demi tegak agama.
Ramah dan sayang kepada orang yang
diajak untuk berbuat baik, menjauhkan diri dari sifat kasar, sebagaimana pesan
Allah Ta’ala kepada Musa dan Harun a.s. ketika diutus untuk menghadapi
Fir’aun:
“Maka, berbicaralah kamu berdua
kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.”
Sabar dan penyantun. Allah Ta’ala berfirman dalam kisah Luqman:
“Dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah yang munkar serta
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.” (Q.S. Luqman: 17).
Ia harus mengerjakan apa yang ia perintahkan kepada orang lain, supaya ia
tidak diejek dan tidak termasuk ke dalam kategori orang yang disinyalir oleh
Allah dalam firman-Nya:
“Mengapa kamu
menyuruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedangkan kamu melupakan
(kewajiban)mu sendiri.” (Q.S. al-Baqarah: 44).
Ulama
dan Kedudukannya
Hai, Ali, orang mukmin yang
selama empat puluh hari tidak menghadiri majelis ulama, maka ia menjadi keras
kepala, buta hati dan gampang melakukan dosa-dosa besar. Karena, ilmu adalah
dapat menghidupkan hati.
Keterangan:
Ulama
yang dimaksud disini adalah Ulamauddin, yakni ulama yang mengajarkan tentang
halal dan haram, yang menganjurkan berbuat baik dan mencegah perbuatan yang
tidak baik. Ulama di sini adalah ulama yang Warotsatul Anbiya’ dan ulama yang
mengemban amanat rasul. Rasulullah saw. bersabda:
“Ulama
adalah orang-orang kepercayaan para rasul atas hamba-hamba Allah, selama
mereka tidak menjilat penguasa dan rakus terhadap dunia. Apabila mereka rakus
terhadap dunia, berarti mereka telah mengkhianati para rasul, maka jauhilah
mereka dan berhati-hatilah terhadap mereka.”
“Jangan
duduk bersama orang alim, kecuali orang yang mengajak kamu dari lima hal,
yaitu: Dari keraguan pada keimanan ke yakin, dari takabur ke tawadhu ‘ (rendah
diri), dari permusuhan pada perdamaian, dari riya ke ikhlas, dan dari rakus
terhadap dunia ke zuhud.”
Hai, Ali, sesungguhnya
Allah swt. tidak segan-segan menyiksa orang kaya yang menjadi pencuri dan
orang alim yang fisik.
Keterangan:
Orang
Kaya yang Mencuri adalah orang kaya yang tidak mau mengeluarkan sedekah, yang
menjadi kewajibannya. Tidak memenuhi hak-hak orang lain dan orang kaya yang
dalam usahanya mengumpulkan harta dengan cara menindas pengusaha lain.
Orang
Alim Fasiq adalah orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya. Ia mengerti halal
dan haram, tetapi tidak mempedulikannya, mengerti perbuatan maksiat, tetapi ia
mengerjakannya dan mengerti perbuatan baik, tetapi tidak mengamalkannya,
bahkan kalau ada orang lain mengamalkannya, ia kurang menyukainya.
Dikatakan,
bahwa ulama itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
Ulama yang mengenal Allah dan mengetahui perintah-Nya.
Ulama yang mengenal Allah, tetapi tidak mengetahui perintah-Nya.
Ulama yang mengetahui perintah Allah, tetapi tidak mengenal Allah.
Ulama
golongan pertama adalah mereka yang takut kepada Allah dan mengetahui
hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban terhadap-Nya. Ulama golongan kedua adalah
mereka yang takut kepada Allah, tetapi tidak mengetahui hukum-hukum dan
kewajiban-kewajiban terhadap-Nya. Sedangkan ulama golongan ketiga adalah
mereka yang mengetahui hukum dan kewajibankewajiban terhadap-Nya, tetapi tidak
takut kepada Allah.
”Tiadalah seorang alim yang
tidak mengamalkan ilmunya, melainkan Allah mencabut rohnya tanpa syahadat, dan
memanggilnya pemanggil dari langit: ‘Hai, orang yang berdosa, merugilah kamu
di dunia dan akhirat’.”
Diriwayatkan juga dari
Umar bin Khaththab r.a. berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya apabila orang alim itu tidak mengamalkan ilmunya, maka ilmu itu
melaknatinya dari perutnya, dan melaknatinya segala sesuatu yang terkena
matahari, lalu malaikat hafazhah setiap hari menulis pada lembaran buku perbal
amal sampai selesai. Inilah seorang hamba yang putus asa dari rahmat Allah,
wahai, hamba Allah, hai, orang yang menyia-nyiakan hak-hak tuannya, hai, orang
yang tidak mengamalkan ilmunya, kutukan Allah tetap padamu. Jika ia mati, maka
Allah mencabut rohnya tanpa syahadat, dan kematian itu terhalang dari membawa
iman”[]